Anda di halaman 1dari 8

Formulasi Spray Gel Ekstrak Etil Asetat Bunga Melati (Jasminum sambac (L.) Ait.

) Sebagai
Antijerawat
Rima Hayati , Amelia Sari , Chairunnisa
1Jurusan Farmasi, Poltekkes Kemenkes RI Aceh 2019
Untuk pengujian sifat ketahanan melekat, sediaan diaplikasikan pada sisi dalam dari lengan
bagian bawah sukarelawan, dengan cara menyomprotkan spray gel pada jarak 3 cm. Ketika
tetesan spray gel menetes setelah 10 detik maka di evaluasi sebagai melekat Uji sifat ketahanan
melekat spray gel.9 Sediaan spray gel dikatakan melekat apabila tidak menetes setelah 10 detik.

FORMULASI DAN EVALUASI SPRAY GEL FRAKSI ETIL ASETAT PUCUK DAUN TEH
HIJAU (Camelia sinensis [L.] Kuntze) SEBAGAI ANTIJERAWAT
Sani Nurlaela Fitriansyah, Sohadi Wirya, Cici Hermayanti
Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia, Jl. Soekarno Hatta, Cibiru, Bandung, Indonesia 40617
3. Sifat ketahanan melekat Untuk pengujian sifat ketahanan melekat, sediaan diaplikasikan pada
sisi dalam dari lengan bagian bawah sukarelawan, dengan cara menyemprotkan spray gel pada
jarak 3 cm. Ketika tetesan spray gel menetes setelah 10 detik maka di evaluasi sebagai menetes,
dan ketika tetesan spray gel tidak menetes setelah 10 detik maka dievaluasi sebagai melekat
(Kamishita dkk., 1992).

PENGARUH KONSENTRASI CARBOPOL 940 TERHADAP STABILITAS FISIK SEDIAAN


MASKER EKSTRAK BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) SEBAGAI ANTI
JERAWAT
Munifah Wahyuddin , Ajeng Kurniati , Gusti Ayu Putu Aridewi
1 Jurusan Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar Universitas
2 3Indonesia Tmur
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasicarbopol 940 sebagai gelling agentdalam
pembuatan sediaan masker ekstrak buah mengkuduyang memiliki sifat fisik dan stabilitas yang
paling baik. Variasi konsentrasi carbopol 940 yang digunakan untuk formula I,II dan III yaitu
1%,1,5%, dan 2%. Stabilitas sediaan ditentukan melalui uji organoleptis, pH, viskositas,
homogenitas, sineresis dan daya sebar sebelum dan setelah penyimpanan selama 6 siklus
penyimpanan pada suhu 5 0C dan 25oC. Hasil penelitian menunjukan bahwa Formula I dengan
konsentrasi 1% memiliki sifat dan stabilitas fisik yang paling baik dengan nilai pH sebelum dan
setelah penyimpanan dipercepat 6,3 menjadi 5,9, nilai viskositas sebelum dan setelah
penyimpanan dipercepat 41360 cP menjadi 40560 cP, daya sebar sebelum dan setelah
penyimpanan dipercepat4,2 cm menjadi 4,55 cm. Adapun homogenitas yang dihasilkan tidak ada
partikel padat dan hasil sineresis yaitu tidak sineresis.
Sampel yang digunakan adalah buah mengkudu yang sudah matang berwarna hijau kekuningan,
usia kurang lebih dua bulan, utuh dan tidak cacat. Untuk membuat ekstrak, buah mengkudu
sebanyak 25 kg dicuci bersih kemudian ditiriskan dan dipotong-potong tipis. Potongan buah
selanjutnya di anginanginkan pada ruangan terbuka dan dilakukan sampai potongan benar-banar
kering merata.
Ekstraksi : Sampel yang telah siap selanjutnya dimaserasi dengan merendam kedalam pelarut
etanol 96% sampai terendam seluruhnya didalam bejana maserasi, di tutup dan di diamkan
selama 24 jam dan sesekali di aduk selanjutnya disaring, dipisahkan antara ampas dan filtratnya.
Ampas diekstraksi kembali dengan etanol 96% yang baru dengan jumlah yang sama. Hal ini
dilakukan selama 5 x 24 jam. Ekstrak etanol yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan cairan
penyarinya dan dibuang ampasnya. Cairan penyari tersebut kemudian diuapkan menggunakan
alat Rotary evaporator pada suhu 45-500C, sampai pelarut habis menguap, sehingga didapatkan
ekstrak kental buah mengkudu.
Pengamatan homogenitas pada ketiga sediaan dianggap stabil pada parameter homogenitas, baik
sebelum dan setelah penyimpanan. Ini didasari dari hasil yang didapatkan bahwa tidak adanya
partikel padat yang terdapat dalam sediaan masker, serta tidak adanya pembentuk gel yang masih
menggumpal atau tidak merata dalam sediaan

Formulasi Salep Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) Kombinasi Zeolit Alam
Lampung (Zal) Sebagai Penstabil Sediaan Antibakteri Staphylococcus aureus
Laila Susanti1 *,Lilik Koernia Wahidah1 , Pratika Viogenta1,2 1 FMIPA, Universitas Tulang
Bawang, Bandar Lampung 2 Prodi Farmasi FMIPA, Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarbaru, 2020
Abstrak :
Sediaan salep esktrak buah mengkudu telah terbukti sebagai antibakteri, namun esktrak tanaman
pada umumnya sangat mudah terdegradasi oleh pH, cahaya dan suhu, oleh karena itu
pemanfaatan Zeolit Alam Lampung (ZAL) dengan keistimewaan struktur morfologinya
diharapkan mampu mempertahankan kestabilan sediaan salep hingga suhu tinggi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui potensi ZAL sebagai penstabil sediaan salep dengan menghitung
perubahan prosentase zona hambat bakteri pada sediaan salep sebelum dan sesudah dilakukan
penyimpanan pada suhu 40oC. Penelitian ini meliputi tiga tahap utama yakni pertama formulasi
salep ekstrak buah mengkudu kombinasi Zeolit Alam Lampung (ZAL) dengan variasi
konsentrasi ekstrak 10%+ZAL, 15%+ZAL, 30%+ZAL, KZ (Kontrol Zeolit tanpa esktrak) dan
KE (Kontrol Ekstrak tanpa zeolit) yang kemudian dilakukan evaluasi sediaan salep. Tahap kedua
seluruh sampel dilakukan uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus pada
sediaan salep, dan tahap ketiga seluruh sampel disimpan pada suhu 40oC selama 24 jam,
kemudian diuji aktivitas antibakteri kembali terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa seluruh sampel sebelum dilakukan penyimpanan pada suhu 40oC
menunjukkan respon zona hambat bakteri yang kuat kecuali KZ. Setelah dilakukan penyimpanan
pada suhu 40oC, terjadi penurunan zona hambat pada KE dan Ekstrak 10%+ZAL sebesar 100%
dan 36,81%. Hal yang menarik terjadi pada Esktrak 15%+ZAL dan 30%+ZAL, yakni terjadi
kenaikan zona hambat sebesar 35,20 % dan 31,32%. Hasil uji statistik menunjukkan nilai
Asymp. Sig (0,016) < nilai p (0,01) maka H0 ditolak sehingga dilakukan uji lanjut Tukey yang
menunjukkan terjadi perbedaan yang signifikan antar kelompok uji. Dari penjelasan tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa ZAL mampu meningkatkan kinerja sediaan salep ekstrak buah
mengkudu terutama pada konsentrasi 15% dan 30% dalam menghambat bakteri Staphylococcus
aureus sehingga sediaan salep esktrak buah mengkudu kombinasi ZAL dapat digunakan sebagai
alternatif obat pengganti obat sintetik kimiawi.
Buah mengkudu dilakukan uji determinasi tanaman terlebih dahulu di Laboratorium Botani-
FMIPA Universitas Lampung. Sebanyak 5 kg mengkudu dikupas dan dipotong tipis-tipis, lalu
dikeringkan setelah agak kering lalu diblender sampai terbentuk serat kasar, lalu dimasukkan ke
dalam wadah botol gelap dan ditambahkan etanol 70% hingga seluruh simplisia terendam,
kemudian diaduk dan dilakukan pergantian pelarut hingga 3 kali selama 24 jam. Kemudian
disaring dan semua hasil saringan dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 70 oC sampai
didapat ekstrak kental.
Buah mengkudu dilakukan tahap pengeringan, maserasi dengan alkohol 70% dan tahap
penguapan dengan rotary evaporator hingga didapatkan ekstrak kental. Dari 2200 gram simplisia
kering dihasilkan ekstrak kental sebesar 760 gram, sehingga rendemen ekstrak adalah 34,5%.

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK BUAH DAN DAUN MENGKUDU (Morinda


citrifolia L.) TERHADAP BAKTERI PENYEBAB JERAWAT (Staphylococcus epidermidis)
Prasetyorini1* , Novi Fajar Utami2 , Alfi Syahri Sukarya3 1 Program Studi Biologi, FMIPA
Universitas Pakuan, PO Box 452 Bogor 16143 2,3Program Studi Farmasi FMIPA Universitas
Pakuan, PO Box 452 Bogor 16143, 2019
Abstrak :
Jerawat merupakan penyakit pada permukaan kulit. Terjadi akibat tersumbatnya folikel
polisebase, disebabkan oleh infeksi bakteri (Staphylococcus epidermidis). Tanaman yang
memiliki potensi sebagai agen antibakteri adalah tanaman mengkudu, yang terbukti memiliki
kandungan senyawa antrakuinon, alkaloid dan flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan karakteristik ekstrak buah dan daun mengkudu serta aktivitas antibakteri terhadap
bakteri Staphylococcus epidermidis. Dengan menggunakan metode ekstraksi maserasi etanol
96%. Pengujian Lebar Daerah Hambat (LDH) dengan metode difusi kertas cakram dan
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dengan metode dilusi agar. KHM pada konsentrasi 25%,
30%, 35% dan 40%. LDH dilakukan pada konsentrasi 40%, 50% dan 60%. Hasil ekstrak etanol
96% buah dan daun mengkudu memiliki KHM pada konsentrasi 40% dan LDH buah 3,1 mm
pada konsentrasi 50% dan 60%. Ekstrak daun mengkudu memiliki LDH 2,5 mm pada
konsentrasi 60%.
Pembuatan : Pembuatan Serbuk Simplisia Buah dan daun mengkudu segar yang telah diperoleh
disortasi basah, dicuci bersih, dikeringkan dengan menggunakan oven sampai kering, kemudian
disortasi kering, dihaluskan hingga diperoleh simplisia serbuk dan diayak dengan menggunakan
mesh 40 (DepKes RI, 2000)
Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan metode gravimetri. Sebanyak + 2 g
simplisia serbuk buah dan daun mengkudu dimasukkan ke dalam wadah yang telah di tera
dengan dikeringkan pada suhu 105°C selama 1 jam. Pengeringan dan penimbangan ulang
dilakukan pada jarak 1 jam hingga perbedaan antara penimbangan berturutturut tidak melebihi
dari 0,25%. Syarat kadar air simplisia serbuk pada umumnya yaitu tidak lebih dari 10 % (Depkes
RI, 1995).
Penetapan Kadar Abu Simplisia serbuk buah dan daun mengkudu ditimbang seksama + 2 g
kemudian dimasukkan kedalam krus silikat yang telah di pijar dan di tara. Pemijaran dilakukan
pada suhu + 600°C kemudian didinginkan dan ditimbang sampai bobot konstan dengan selisih <
0,25%. Kadar abu simplisia tidak boleh lebih dari 10% (Kemenkes RI, 2013).
Hasil dan pembahasan : Penetapan kadar air bertujuan untuk memberikan batasan minimal atau
tentang besarnya kandungan air dalam suatu bahan (Depkes RI, 2000). Kadar air serbuk dan
ekstrak dilakukan pengujian sebanyak dua kali (duplo). Kadar air serbuk simplisia adalah
memenuhi syarat umum kadar air simplisia yakni < 10 % (Depkes RI, 1995).

Kandungan Total Fenolik, Total Flavonoid, dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah
Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Khoerul Anwar, Liling Triyasmono Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas
Lambung Mangkurat, 2016
Pembuatan ekstrak buah mengkudu : Buah mengkudu dicuci bersih di bawah air mengalir, diiris
tipis-tipis dengan ketebalan sekitar 5-7 mm, dan dikeringanginkan. Sebelum diserbuk, simplisia
herba sambiloto dikeringkan dengan oven selama 2 jam. Setelah simplisia kering, yang ditandai
dengan mudahnya simplisia tersebut dipatahkan, diserbuk dengan mesin penyerbuk dan diayak
dengan ayakan nomer 20. Serbuk buah mengkudu dimaserasi dengan etanol 70%, selama 24 jam.
Maserat dipisahkan dengan penyaringan menggunakan kain flanel. Residu yang tersisa
dimaserasi kembali sebanyak 2 kali. Seluruh filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dienapkan
selama 24 jam. Kemudian filtrat disaring kembali, dan filtrat diuapkan sehingga didapat ekstrak
kental buah mengkudu (BPOM RI, 2010). Penghitungan rendemen dan pemeriksaan
organoleptik dilakukan terhadap ekstrak kental yang didapat.
Pembahasan : Rendemen merupakan perbandingan berat ekstrak yang dihasilkan dengan berat
serbuk simplisia yang digunakan (Depkes RI, 2000). Semakin tinggi rendemen, semakin besar
pula ekstrak yang dapat dihasilkan dari suatu serbuk simplisia. Ekstrak etanol buah mengkudu
mempunyai rendemen sebesar 19,49%. Angka ini memenuhi persyaratan dari Farmakope Herbal
Indonesia, yaitu tidak kurang dari 10,9% untuk ekstrak kental buah mengkudu (Depkes RI, 2008

UJI DAYA HAMBAT KOMBINASI EKSTRAK BUAH DAN DAUN MENGKUDU (Morinda
citrifolia) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Escherichia coli SKRIPSI
YOSI SETIA PRASISKA
PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2019
Cara pembuatan ekstrak : Buah mengkudu yang akan diekstrak dipilih yang telah masak dan
daun yang digunakan diambil daun yang masih muda, dicuci menggunakan air mengalir hingga
bersih dan ditiriskan, lalu dipotong kecil-kecil dan dikeringkan didalam selama 3 hari didalam
oven. Buah dan daun mengkudu yang telah kering diblender sampai halus dan dimasukkan
kedalam wadah maserasi. Simplisia kering buah dan daun mengkudu direndam menggunakan
pelarut etanol 96%. Didiamkan selama 3 hari atau 3 x 24 jam dengan keadaan gelap atau tanpa
sinar matahari dan ditutup menggunakan alumunium foil, setiap 24 jam ekstrak disaring dan
diganti dengan larutan etanol yang baru, kemudian saringan dari hari ke-1 sampai ke-3 disatukan
dan dipekatkan dengan menggunakan evaporator. Dimasukkan ke dalam rotary evaporator untuk
memisahkan pelarutnya pada suhu 65ºC , kecepatan 200 rpm selama ± 30 menit hingga diperoleh
ekstrak yang kental.

Optimasi dan Karakterisasi Pengeringan Ekstrak Buah Mengkudu dengan Penambahan Bahan
Pengering Synthetic Amorphous Silica
Nina Dewi Oktaviyanti1 , Christina Avanti2 dan Fajar Tri Yulianto1
1 Departemen Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, Surabaya 2 Departemen
Farmasetika, Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, Surabaya
Pembuatan ekstrak : Buah mengkudu dikumpulkan, dicuci bersih dengan air mengalir hingga
bebas dari kotoran-kotoran yang melekat, dilakukan sortasi basah, dikecilkan ukurannya dengan
pengirisan melintang dengan tebal ± 0,5 cm, dikeringkan menggunakan bantuan sinar matahari
dengan ditutup kain hitam. Setelah kering, kemudian diserbuk dan diayak menggunakan ayakan
mesh 40. Sebanyak 500 gram serbuk simplisia buah mengkudu diekstraksi dengan metode
maserasi selama 24 jam dengan pelarut etanol 96% sebanyak 4 liter. Filtrat dikumpulkan dengan
proses penyaringan dengan menggunakan corong Buchner, sedangkan pada ampas dilakukan re-
maserasi sebanyak 4 kali. Seluruh filtrat hasil maserasi dikumpulkan dan dipekatkan
menggunakan rotary evaporator pada suhu 60°C.

Identifikasi Senyawa Aktif Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan Potensinya
sebagai Inhibitor Karies Gigi
Sogandi* , Putu Nilasari. Program Studi Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas 17 Agustus
1945, Jakarta, Indonesia, 2019
Sampel buah mengkudu sebanyak 5 kg dibersihkan dan dicuci dengan air mengalir, kemudian
dipotong menjadi bagian-bagian kecil dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 40 °C
selama 24 jam sampai benar-benar kering. Simplisia yang sudah kering dihaluskan hingga
menjadi serbuk kecil. Selanjutnya, simplisia diayak menggunakan ayakan berukuran 30 mesh.
Serbuk hasil ayakan kemudian disimpan di tempat yang kering dan terhindar dari sinar matahari
langsung. Ekstraksi buah mengkudu Proses ekstraksi buah mengkudu menggunakan metode
maserasi. Sebanyak 1 kg serbuk buah mengkudu yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam
bejana kaca kemudian diekstraksi dengan teknik maserasi menggunakan pelarut etanol 96%.
Maserasi dilakukan dalam waktu 24 jam dengan tiga kali pengadukan selama 3 hari. Maserat
yang diperoleh selanjutnya dievaporasi dengan rotary evaporator hingga didapat filtrat etanol dan
dihitung nilai rendemennya.
Hasil pembahasan : Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi dengan pelarut
etanol 96% dengan tujuan agar tidak ada zat aktif yang rusak oleh pemanasan karena metode
maserasi merupakan metode ekstraksi dengan cara dingin serta paling mudah dikerjakan. Dari
hasil maserasi 1 kg serbuk kering buah mengkudu didapatkan ekstrak kental sebanyak 199,9 g
dengan persen rendemen 19,99 % dan susut pengeringan 8,93 %.

BIOAKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.)


TERHADAP RAYAP TANAH (Coptotermes curvignathus Holmgren)
Chandra Pratiwa, Farah Diba, Wahdina Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Jalan
Imam Bonjol Pontianak 78124, 2015
Buah mengkudu diambil dari pohon yang sehat, dipilih buah yang sudah matang dan masih
segar. Kemudian buah Mengkudu dipotong kecil-kecil untuk mempermudah pengeringan, dan
dijemur dibawah sinar matahari, dengan naungan kain hitam, sampai potongan buah benar-benar
kering. Selanjutnya potongan-potongan buah mengkudu diblender hingga menjadi serbuk.
Pembuatan Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) Sebanyak ± 500 gram serbuk buah
Mengkudu dimasukkan ke dalam botol reagent dan dimaserasi menggunakan pelarut etanol 96%
dengan perbandingan volume antara serbuk dan pelarut yaitu 1:3 b/v. Campuran ini dikocok
menggunakan shaker selama ± 48 jam dengan kecepatan ±200-250 rpm. Kemudian larutan
tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring. Maserasi dilakukan hingga diperoleh hasil
rendaman jernih. Setelah proses maserasi selanjutnya larutan ekstrak etanol buah mengkudu
diuapkan menggunakan rotary evaporator pada suhu berkisar antara 45-50°C, setelah di rotary
evaporator larutan tersebut diletakkan di water bath untuk menguapkan sisa pelarut yang masih
terdapat di dalam ekstrak.
Perhitungan Rendemen Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) Perhitungan rendemen
ekstrak buah Mengkudu dilakukan dengan cara menimbang simplisia Mengkudu sebelum
diekstraksi dan berat ekstrak simplisia Mengkudu hasil ekstraksi. Besarnya rendemen dihitung
dengan rumus (Sunanto, 2003) : Rendemen (R) = 𝐴/𝐵 × 100% Keterangan : R = Rendemen
ekstrak Mengkudu (%) A = Berat ekstrak Mengkudu (g) B = Berat buah mengkudu sebelum
diekstrak (g).
Rendemen rata-rata hasilekstraksi dari 500gram serbuk buah Mengkudu dengan menggunakan
pelarut Etanol 96% sebesar 26,98% dengan jumlah total ekstrak yang didapat sebanyak 134,91
gram.

Identifikasi Senyawa Aktif Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan Potensinya
sebagai Antioksidan Sogandi3*, Rabima3 a Fakultas Farmasi, Universitas17 Agustus1945
Jakarta, Sunter,Jakarta Utara 14356, Indonesia, 2019
Buah mengkudu diperoleh dari BALITRO dan determinasi dilakukan di LIPI. Simplisia kering
disortir dan dipilih buah mengkudu yang bebas dari jamur maupun karakteristik yang kurang
baik, kemudian simplisia dicuci bersih. Buah mengkudu yang telah bersih dikeringkan dan
dirajang membentuk potongan kecil, kemudian dihaluskan [8]. Sebanyak 2,5 kg buah mengkudu
yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam bejana kaca, diekstraksi dengan teknik maserasi
menggunakan pelarut etanol 96% dengan perbandingan ekstrak dan pelarut adalah 1:3, dengan
volume pelarut tiga kali lebih banyak dari jumlah serbuk simplisianya yaitu 7,5 L. Maserasi
dilakukan dalam waktu 24 jam dengan tiga kali pengadukan selama 3 hari. Maserat yang
diperoleh, dievaporasi dengan rotary evaporator pada suhu 50°C dan diputar dengan kecepatan
60 rpm untuk memisahkan ekstrak dengan pelarut. Ekstrak etanol yang diperoleh kemudian
dihitung nilai rendemennya [9].
Metode ekstraksi yang digunakan adalah menggunakan teknik maserasi dengan pelarut etanol
96%. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan
beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar. Prinsip maserasi adalah
ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan perendaman dalam pelarut yang sesuai selama
beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya [12]. Pemilihan metode
maserasi ini merupakan metode yang sesuai untuk tekstur serbuk buah mengkudu yang lunak.
Pelarut etanol 96% ini dipilih sebagai cairan penyari dalam penelitian ini karena etanol 96%
merupakan pelarut yang bersifat universal, sehingga dengan menggunakan etanol 96%
diharapkan metabolit sekunder yang ada didalam sampel sebagian besar dapat terambil oleh
etanol. Etanol memiliki sifat dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan dan panas
yang dibutuhkan untuk pemekatan juga lebih rendah [10]. Selain itu juga, etanol 96% lebih
efisien dalam mendegradasi dinding sel, sehingga metabolit sekunder dapat tersari lebih banyak.
Etanol 96% juga lebih meminimalisir kontaminasi dan pertumbuhan mikroorganisme lain pada
ekstrak karena hanya mengandung 4% air [12]. Proses pemekatan ekstrak cair dilakukan dengan
menggunakan alat rotary evaporator pada kisaran suhu 40-50°C, alasan penggunaan rotary
evaporator sebagai alat penguap karena pelarut dapat menguap dibawah titik didihnya, hal ini
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kerusakan senyawa aktif yang terkandung di dalam
ekstrak selama proses penyarian. Hasil maserasi ekstrak kental buah mengkudu yang diperoleh
sebanyak180,5 gram dengan persen rendemen 7,22% serta kadar air 8,27%. Kriteria ini
memenuhi standar yang sudah ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM)
[13]. [13] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Kriteria dan Tata Laksana
Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka, in: B.P.O.d.M.R.
Indonesia (Ed.), Jakarta, 2005.

AKTIVITAS SENYAWA FENOL DALAM BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia)


SEBAGAI ANTIBAKTERI ALAMI UNTUK PENGHAMBATAN BAKTERI PENYEBAB
MASTITIS
Theresia Ika Purwantiningsih*, Yustina Yuni Suranindyah, dan Widodo Fakultas Peternakan,
Universitas Gadjah Mada, Jl. Fauna No. 3, Bulaksumur, Yogyakarta, 55281, 2014
Ekstraksi buah mengkudu. Buah mengkudu mentah, mengkal, dan matang dicuci dengan air
mengalir, ditiriskan kemudian dipotong tipis-tipis (kurang lebih 3 mm) dan dioven dengan suhu
50°C selama 48 jam. Setelah kering, dihaluskan dengan mesin penggiling (grinder), hasil
serbuknya ditimbang. Serbuk mengkudu yang dihasilkan dimaserasi dengan pelarut etanol 95%
dengan perbandingan 1:7 (setiap 1 gram serbuk mengkudu, direndam dalam 7 ml etanol) selama
24 jam, sambil diaduk-aduk. Hasil yang didapatkan disaring dengan kain kasa sehingga
diperoleh hasil maserasi cair dan ampas. Hasil maserasi cair diuapkan di atas waterbath selama 3
hari atau sampai terbentuk gel dan etanol benar-benar menguap. Ekstrak buah mengkudu yang
dihasilkan berupa gel.
BARU SAMPAI ACUAN PEMBAHASAN 2

Anda mungkin juga menyukai