PEMBAHASAN
melarutkan zat aktif serbuk simplisia karena adanya sifon maka setelah cairan
mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan kembali ke labu.
Keuntungan menggunakan alat soxhlet:
1. Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan segera langsung diperoleh
hasil yang lebih pekat.
2. Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni, sehingga dapat
menyari zat aktif lebih banyak.
3. Penyarian dapat diteruskan sesuai dengan keperluan tanpa menambah volume
cairan penyari.
Kerugian menggunakan alat soxhlet:
1. Larutan dipanaskan terus-menerus, sehingga zat aktif yang tidak
tahan pemanasan kurang cocok. Ini dapat diperbaiki dengan menambahkan
peralatan untuk mengurangi tekanan udara.
2. Cairan
cairan
penyari yang
bahan alam, kadar airnya harus dibawah 5%, semakin kering semakin baik.
Karena pada proses penyimpanan akan terjadi proses penyerapan kelembaban
oleh ekstrak yang terkandung yang bersifat higroskopik hingga kadar airnya dapat
meningkat terus selama proses penyimpanan.
Kadar air sampai lebih dari 10% akan menjadikan isi serbuk sediaan
kapsul menjadi lembab dan lengket dan sediaan kapsul menjadi lunak. Adanya
Vivapur 101 sebagai adsorben dengan perbandingan ekstrak kental (1:1) dengan
jumlah cukup besar diharapkan dapat mempertahankan kestabilan sediaan.
Vivapur 101 digunakan sebagai bahan pengisi. Pemilihan Vivapur 101 sebagai
pengisi karena Vivapur 101 ini yang higroskopisitasnya cukup kecil. Selain itu,
Vivapur 101 juga merupakan pegisi yang banyak digunakan karena mudah
didapatkan dan harganya yang cukup murah. Selain Vivapur 101, aerosil sebagai
bahan adsorben juga untuk menjerap air pada serbuk dan dapat menjaga
higroskopisitassediaan kapsul ini. Mg stearat sebagai bahan lubrikan dan glidan.
Bahan lubrikan berfungsi untuk mengurangi gesekan antara serbuk dengan alat.
Glidan berfungsi untuk meningkatkan aliran serbuk sehingga memperbaiki sifat
alir serbuk dengan cara memperkecil gesekan antara sesama partikel.
Ekstrak kental ditimbang sebanyak 5 gram dan Vivapur 101 sebanyak 5
gram (1:1). Ekstrak bersifat higroskopis sehingga pengerjaannya dilakukan pada
ruangan khusus yang suhu dan kelembabannya terkontrol yaitu pada ruangan
dengan RH 40%. Ekstrak kental digerus dengan cara ditekan-tekan dan dibuka
ekstraknya sehingga permukaan lebih luas yang kemudian dapat mempermudah
ketika dibuat serbuk, yaitu dimasukkan sedikit demi sedikit adsorben Vivapur 101
dan digerus hingga ekstrak dan Vivapur bercampur homogen. Pengerjaan ini
dilakukan sampai dengan Vivapur 101 habis dicampurkan dengan ekstrak kental.
Semakin besar perbandingan Vivapur 101, kadar air pada serbuk ekstrak
semakin kecil. Hal ini menunjukkan semakin banyak Vivapur 101 yang
digunakan maka semakin mampu menyerap air yang berada di dalam ekstrak,
sehingga serbuk ekstrak yang didapat semakin kering dan terjaga stabilitasnya
karena tidak mudah menguap. Perbandingan Vivapur 101 1:1 memberikan hasil
kadar air terkecil dan baik untuk formulasi sediaan kapsul ekstrak ceremai ini.
Setelah pencampuran selesai ekstrak kering dioven pada suhu 50oC selama
satu jam. Sebelum pengeringan pada oven, kadar air serbuk ekstrak yang
dihasilkan diukur dengan moisture balance. Kemudian ekstrak kering dikeluarkan
dari oven dan didinginkan dalam desikator selama 10 menit. Pada formulasi ini
kemudian ditambahkan aerosol 3% sebagai adsorben dan magnesium stearar 1%
sebagai lubrikan dan glidan. Kemudian serbuk ekstrak kental (sudah mengandung
bahan tambahan sesuai perbandingan formulasi optimasi serbuk) dimasukkan ke
dalam kapsul. Selanjutnya kapsul diuji agar sesuai dengan persyaratan sehingga
sediaan dapat dikemas.
Pada sebuah penelitian disebutkan untuk terapi antikolesterol, dosis
optimal ekstrak ceremai yang digunakan pada tikus adalah 90 mg/kg BB. Dosis
ini perlu dikonversi terlebih dahulu untuk digunakan pada manusia. Caranya
adalah terlebih dahulu dihitung dosis absolut pada tikus yaitu 45 mg/kg (dosis
untuk tikus) x 0,2 kg (berat tikus) = 9 mg. Dengan mengambil faktor konversi dari
tikus ke manusia 56,0 dari tabel konversi, diperoleh dosis untuk manusia yaitu 9
mg x 56,0 = 504 mg. Dengan demikian, dapat diramalkan efek farmakologis suatu
obat yang timbul pada manusia dengan dosis 504 mg/70 kg BB adalah sama
dengan yang timbul pada tikus dengan dosis 45 mg/0,2 kg BB dari obat yang
sama. Penimbangan yang dilakukan yaitu zat aktif diambil 5 gram, kemudian
dibagi untuk ___ kapsul.
Simplisia daun ceremai mengandung flavonoid, kuinon, polifenol,
saponin, monoterpenoid dan seskuiterpenoid. Studi literatur menunjukkan bahwa
efek antikolesterol flavonoid berhubungan dengan efek antioksidannya. Flavonoid
akan mempengarui konsentrasi kolesterol, terutama kadar LDL. Flavonoid akan
menghambat oksidasi LDL, sehingga akan menurunkan kemungkinan terjadinya
luka di dinding endotelial, sehingga dapat menurunkan risiko arterisklerosis.
Saponin juga menunjukkan kemampuan menurunkan kadar kolesterol
darah. Penelitian efek saponin alfalfa menunjukkan bahwa saponin yang tidak
terhidrolisis dapat menurunkan penyerapan kolesterol, sedangkan saponin yang
terhidrolisis asam dapat meningkatkan kemampuannya untuk menurunkan
penyerapan kolesterol.