Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN

Bagian tanaman ceremai yang digunakan adalah daunnya dan sudah


dideterminasi. Pengembangan ekstrak daun ceremai sebagai obat herbal
berkhasiat antihiperkolesterol dan antihipertensi saat ini telah dilakukan, antara
lain pengujian preklinik (uji efikasi secara in vivo, uji keamanan melalui uji
toksisitas akut dan uji teratogenik). Standardisasi simplisia dan ekstrak telah
dilakukan sehingga aman untuk digunakan.
Daun ceremai dibersihkan dari pengotor, kemudian dikering-anginkan
yang dilakukan pada ruang terbuka dan tidak terkena sinar matahari langsung
kemudian dibuat menjadi serbuk. Serbuk simplisia ini yang selanjutnya
diekstraksi dengan air destilasi. Pengeringan bertujuan untuk memperkecil kadar
air, karena apabila kadar air tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan jamur dan
bakteri sehingga dapat menyebabkan pembusukan yang dapat menurunkan mutu
simplisia. Kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam tanaman sangat
dipengaruhi oleh proses pengeringan.
Pemilihan metode ekstraksi yang tepat tergantung pada jaringan
tumbuhan, kadar air dan yang terpenting harus mempertimbangkan sifat dari
senyawa target. Untuk senyawa target yang akan diisolasi dari Phyllantus acidus
yaitu saponin, flavonoid, tannin dan polifenol yang diketahui sifat ketahanannya
terhadap suhu sehingga dipilih metode cara panas yaitu soxhletasi. Metode dipilih
dengan cara soxhletasi karena pengerjaanya dan peralatan yang digunakan
sederhana dan cepat, dalam pengerjaannya dibutuhkan panas yang konstan dan
penyarian dengan penggantian pelarut terus menerus terjadi sempurna.
Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat
kimiasenyawa fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa.
Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih, atau suatu gula,
flavonoidmerupakan senyawa polar dan seperti kata pepatah lama suatu golongan
akanmelarutkan golongannya sendiri, maka umumnya flavonoid cukup larut
dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH), methanol (MeOH), butanol (BuOH),

aseton, dimetilsulfoksida (DMSO), dimetilformamida (DMF), air, dan lain-lain.


Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti isoflavon, flavanon, dan flavon
serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut
seperti eter dan kloroform. Yang digunakan sekarang yaitu simplisia diekstraksi
menggunakan etanol 96% dengan seperangkat alat Soxhlet.
Pada prosedur ekstraksi terdapat jalan pintas yang dapat dipelajari dari
pengalaman. Misalnya, bila mengisolasi kandungan dari jaringan daun, yang larut
dalam air seperti pada simplisia ceremai ini, seharusnya lipid dihilangkan pada
tahap dini sebelum pemekatan, yaitudengan mencuci ekstrak berulang-ulang
dengan eter minyak bumi. Kenyataannya, bila ekstrak etanol diuapkan dengan
penguap putar (rotary evaporator), hampir semua klorofil dan lipid melekat pada
dinding labu. Dengan keterampilan, pemekatan dapat dilakukan tepat sampai
suatu saat tertentu sehingga larutan air yang pekat dapat dipipet hampir
tanpamengandung cemaran lemak.
Penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif yang semula
berada dalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan
penyari. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik apabila permukaan
serbuk simplisia yang bersentuhan dengan penyari semakin luas. Faktor utama
untuk

mempertimbangkan pemilihan cairan

penyari adalah selektivitas,

kemudahan bekerja dengan cairan tersebut, keekonomisan, ramah lingkungan dan


keamanan. Sehingga dalam proses ekstraksi ini dipilih etanol 96% sebagai
pelarutnya karena etanol 96% merupakan pelarut universal yang mampu
melarutkan seluruh jenis senyawa, mudah penggunaanya, ekonomis, ramah
lingkungan dan relatif aman, serta cocok untuk simplisia kering karena
mengandung sedikit air.
Pengerjaannya yaitu cairan penyari diisikan pada labu, serbuk simplisia
diisikan pada tabung dan kertas saring atau tabung yang berlubang-lubang dari
gelas, baja tahan karat, atau bahan lain yang cocok. Cairan penyari dipanaskan
hingga mendidih. Uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa samping,
kemudian diembunkan kembali oleh pendingin tegak. Cairan turun ke labu
melalui tabung yang berisi serbuk simplisia cairan penyari sambil turun

melarutkan zat aktif serbuk simplisia karena adanya sifon maka setelah cairan
mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan kembali ke labu.
Keuntungan menggunakan alat soxhlet:
1. Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan segera langsung diperoleh
hasil yang lebih pekat.
2. Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni, sehingga dapat
menyari zat aktif lebih banyak.
3. Penyarian dapat diteruskan sesuai dengan keperluan tanpa menambah volume
cairan penyari.
Kerugian menggunakan alat soxhlet:
1. Larutan dipanaskan terus-menerus, sehingga zat aktif yang tidak
tahan pemanasan kurang cocok. Ini dapat diperbaiki dengan menambahkan
peralatan untuk mengurangi tekanan udara.
2. Cairan

penyari dididihkan terus-menerus, sehingga

cairan

penyari yang

baik harus murni atau campuran azeotrop


Sebagian kecil ekstrak cair yang dihasilkan digunakan untuk pemeriksaan
parameter ekstrak, seperti uji organoleptis, uji dinamolisis, uji kromatografi lapis
tipis dan uji bobot jenis ekstrak. Sedangkan sisanya dipekatkan menggunakan
rotatory evaporator. Kemudian ekstrak kental dipindahkan ke cawan penguap
yang telah ditimbang massanya, kemudian diuapkan hingga berat total tidak
berubah. Rendemen ekstrak etanol daun ceremai yang dihasilkan sebesar 8,98%.
Setelah didapatkan ekstrak kental, kemudian dilanjutkan dengan
pemeriksaan parameter ekstrak dan pengukuran kadar flavonoid. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui kualitas ekstrak yang dilihat berdasarkan sifat fisik
dan kandungan kimianya. Salah satu ujinya adalah menguji kadar air dalam
ekstrak ceremai. Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak kental, yaitu maserat
yang sudah diuapkan. Volume airnya diukur kemudian dihitung kadar air dalam
% b/v. Kadar air pada ekstrak kental ini harus sesuai dengan syarat yang
disebutkan pada literatur, dimana suatu ekstrak kental harus memenuhi syarat
kandungan air di dalamnya yang tidak boleh melebihi dari 10%. Jika lebih dari
10% maka ekstrak kental harus diuapkan kembali. Namun pada sediaan kapsul

bahan alam, kadar airnya harus dibawah 5%, semakin kering semakin baik.
Karena pada proses penyimpanan akan terjadi proses penyerapan kelembaban
oleh ekstrak yang terkandung yang bersifat higroskopik hingga kadar airnya dapat
meningkat terus selama proses penyimpanan.
Kadar air sampai lebih dari 10% akan menjadikan isi serbuk sediaan
kapsul menjadi lembab dan lengket dan sediaan kapsul menjadi lunak. Adanya
Vivapur 101 sebagai adsorben dengan perbandingan ekstrak kental (1:1) dengan
jumlah cukup besar diharapkan dapat mempertahankan kestabilan sediaan.
Vivapur 101 digunakan sebagai bahan pengisi. Pemilihan Vivapur 101 sebagai
pengisi karena Vivapur 101 ini yang higroskopisitasnya cukup kecil. Selain itu,
Vivapur 101 juga merupakan pegisi yang banyak digunakan karena mudah
didapatkan dan harganya yang cukup murah. Selain Vivapur 101, aerosil sebagai
bahan adsorben juga untuk menjerap air pada serbuk dan dapat menjaga
higroskopisitassediaan kapsul ini. Mg stearat sebagai bahan lubrikan dan glidan.
Bahan lubrikan berfungsi untuk mengurangi gesekan antara serbuk dengan alat.
Glidan berfungsi untuk meningkatkan aliran serbuk sehingga memperbaiki sifat
alir serbuk dengan cara memperkecil gesekan antara sesama partikel.
Ekstrak kental ditimbang sebanyak 5 gram dan Vivapur 101 sebanyak 5
gram (1:1). Ekstrak bersifat higroskopis sehingga pengerjaannya dilakukan pada
ruangan khusus yang suhu dan kelembabannya terkontrol yaitu pada ruangan
dengan RH 40%. Ekstrak kental digerus dengan cara ditekan-tekan dan dibuka
ekstraknya sehingga permukaan lebih luas yang kemudian dapat mempermudah
ketika dibuat serbuk, yaitu dimasukkan sedikit demi sedikit adsorben Vivapur 101
dan digerus hingga ekstrak dan Vivapur bercampur homogen. Pengerjaan ini
dilakukan sampai dengan Vivapur 101 habis dicampurkan dengan ekstrak kental.
Semakin besar perbandingan Vivapur 101, kadar air pada serbuk ekstrak
semakin kecil. Hal ini menunjukkan semakin banyak Vivapur 101 yang
digunakan maka semakin mampu menyerap air yang berada di dalam ekstrak,
sehingga serbuk ekstrak yang didapat semakin kering dan terjaga stabilitasnya
karena tidak mudah menguap. Perbandingan Vivapur 101 1:1 memberikan hasil
kadar air terkecil dan baik untuk formulasi sediaan kapsul ekstrak ceremai ini.

Setelah pencampuran selesai ekstrak kering dioven pada suhu 50oC selama
satu jam. Sebelum pengeringan pada oven, kadar air serbuk ekstrak yang
dihasilkan diukur dengan moisture balance. Kemudian ekstrak kering dikeluarkan
dari oven dan didinginkan dalam desikator selama 10 menit. Pada formulasi ini
kemudian ditambahkan aerosol 3% sebagai adsorben dan magnesium stearar 1%
sebagai lubrikan dan glidan. Kemudian serbuk ekstrak kental (sudah mengandung
bahan tambahan sesuai perbandingan formulasi optimasi serbuk) dimasukkan ke
dalam kapsul. Selanjutnya kapsul diuji agar sesuai dengan persyaratan sehingga
sediaan dapat dikemas.
Pada sebuah penelitian disebutkan untuk terapi antikolesterol, dosis
optimal ekstrak ceremai yang digunakan pada tikus adalah 90 mg/kg BB. Dosis
ini perlu dikonversi terlebih dahulu untuk digunakan pada manusia. Caranya
adalah terlebih dahulu dihitung dosis absolut pada tikus yaitu 45 mg/kg (dosis
untuk tikus) x 0,2 kg (berat tikus) = 9 mg. Dengan mengambil faktor konversi dari
tikus ke manusia 56,0 dari tabel konversi, diperoleh dosis untuk manusia yaitu 9
mg x 56,0 = 504 mg. Dengan demikian, dapat diramalkan efek farmakologis suatu
obat yang timbul pada manusia dengan dosis 504 mg/70 kg BB adalah sama
dengan yang timbul pada tikus dengan dosis 45 mg/0,2 kg BB dari obat yang
sama. Penimbangan yang dilakukan yaitu zat aktif diambil 5 gram, kemudian
dibagi untuk ___ kapsul.
Simplisia daun ceremai mengandung flavonoid, kuinon, polifenol,
saponin, monoterpenoid dan seskuiterpenoid. Studi literatur menunjukkan bahwa
efek antikolesterol flavonoid berhubungan dengan efek antioksidannya. Flavonoid
akan mempengarui konsentrasi kolesterol, terutama kadar LDL. Flavonoid akan
menghambat oksidasi LDL, sehingga akan menurunkan kemungkinan terjadinya
luka di dinding endotelial, sehingga dapat menurunkan risiko arterisklerosis.
Saponin juga menunjukkan kemampuan menurunkan kadar kolesterol
darah. Penelitian efek saponin alfalfa menunjukkan bahwa saponin yang tidak
terhidrolisis dapat menurunkan penyerapan kolesterol, sedangkan saponin yang
terhidrolisis asam dapat meningkatkan kemampuannya untuk menurunkan
penyerapan kolesterol.

Anda mungkin juga menyukai