Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kabupaten Poso adalah sebuah kabupaten di provinsi Sulawesi
Tengah,Kabupaten Poso akhir-akhir ini merupakan tempat pertikaian antara umat
Kristen dan umat Muslim. Kabupaten Poso mempunyai luas seluas 7.897 km dan
berpenduduk sebanyak 207.032 jiwa (2009).Konflik Poso merupakan musibah
demokrasi berlatar belakang konflik struktural yang menyeret anak-anak bangsa
dan perbedaan agama dieksploitasi untuk kepentingan segelintir elite politik yang
haus kekuasaan. Mereka menjual isu-isu demokrasi dan sentimen
agama,sehingga masyarakat Poso yang dulu hidup rukun, damai, dan
berdampingan terpaksa menjadi saling bermusuhan, bahkan dengan sanak
suadara sendiri. Mereka saling bunuh dan bantai-membantai tanpa sadar bahwa
mereka dikendalikan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab secara moral.
Poso sebelum kerusuhan pada bulan Desember 1998, adalah suatu wilayah
yang terletak diantara teluk Tomini dan teluk Tolo, termasuk dalam Provinsi
Sulawesi Tengah Sebagian masyarakatnya hidup di pesisir pantai dan pedalaman
di sekitar danau Poso.Mereka bersama dalam kondisi yang relatif damai. Tetapi
sejak akhir Desember 1998 mereka dikejutkan oleh konflik yang terjadi silih
berganti sampai akhir tahun 2001. Kerusuhan Poso yang muncul sejak 1998,
perang SARA telah menewaskan ratusan orang dan menyebabkan lebih 5.000
rumah hangus. Hingga pada tahun 2002 dan 2003 masih terjadi beberapa kali
saling serang antara kedua kelompok berbeda agama yang bertikai dengan
berdampak kepada masyarakat yang tidak paham akan konflik tersebut menjadi
korban.
Pada kerusuhan ini ada dugaan bahwa ada oknum yang bermain di belakang
peristiwa ini yaitu : Herman Parimo dan Yahya Patiro yang beragama Kristen.
Kedua oknum ini adalah termasuk elite politik dan pejabat pemerintah daerah
Kabupaten Poso. Sampai tahun 2005, kekerasan-kekerasan masih terjadi di
Kabupaten Poso antara lain peristiwa pemenggalan kepala seorang siswa sekolah
menengah keatas, juga sebelumnya terjadi ledakan bom di Sintown Maroso

1
(Poso). Berbagai tindakan itu telah menambah daftar panjang korban kekerasan
yang terjadi sejak pecah konflik tahun 1998. Berbagai kekerasan masih saja
terjadi di Poso, padahal antara kelompok masyarakat yang bertikai telah
berdamai dengan adanya kesepakatan Deklarasi Malino yang digelar pada
tanggal 20 Desember 2001.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah
penting sebagai berikut :
1. Bagaimana cara mengatasi konflik agama di poso?
2. Apa saja yang menjadi faktor terjadinya konflik agama di Poso?
3. Apa dampak dari konflik agama di Poso ?

C. Tujuan
1. Memberikan gambaran singkat tentang konflik Poso 1998-2001
2. Memberikan gambaran mengenai kejahatan kemanusiaan yang menimpa
perempuan dan anak anak di Poso

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Konflik Sosial


Pengertian Konflik Sosial Menurut Para Ahli :
 Menurut Taquiri dan Davis, konflik adalah warisan kehidupan sosial yang
terjadi dalam berbagai keadaan sebagai akibat dari bangkitnya keadaan
ketidaksetujuan, kontroversi, dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih
secara terus-menerus
 Menurut Lewis A. Coser, konflik adalah perjuangan nilai atau tuntutan atas
status dan merupakan bagian dari masyarakat yang akan selalu ada, sehingga
apabila ada masyarakat maka akan muncul konflik.
 Menurut Soerjono Soekanto, konflik adalah suatu keadaan pertentangan
antara dua pihak untuk berusaha memenuhi tujuan dengan cara menentang
pihak lawan.
 Menurut Robbins, konflik adalah proses sosial dalam masyarakat yang terjadi
antara pihak berbeda kepentingan untuk saling memberikan dampak negatif,
artinya pihak-pihak yang berbeda tersebut senantiasa memberikan
perlawanan.
 Menurut Alabaness, konflik adalah keadaan masyarakat yang mengalami
kerusakan keteraturan sosial yang dimulai dari individu atau kelompok yang
tidak setuju dengan pendapat dan pihak lainnya sehingga mendorong
terjadinya perubahan sikap, perilaku, dan tindakan atas dasar
ketidaksetujuannya

Konflik sosial memiliki definisi sebagai suatu kondisi dimana muncul


percekcokan, perselisihan, atau pertentangan antara dua kelompok atau lebih
yang dipicu oleh adanya perbedaan dalam hubungan sosial. Secara umum,
konflik merupakan suatu peristiwa atau fenomena sosial di mana terjadi
pertentangan atau pertikaian baik antar individu dengan individu, individu
dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, maupun kelompok dengan
pemerintah. Adanya perbedaan pendapat atau pandangan yang tidak bisa

3
dikontrol bisa menyebabkan perselisihan. Sehingga bisa membuat hubungan
sosial antara dua orang atau dua kelompok menjadi merenggang. Konflik akibat
adanya perselisihan dalam hubungan sosial memang hal lumrah, hal ini tidak bisa
dihindari. Sebab pada saat seseorang menjalin hubungan sosial atau
bersosialisasi. Maka ada kemungkinan terjadi silang pendapat, kesalahpahaman,
dan sebagainya.

B. Penyebab Konflik Sosial


Secara umum, konflik sosial dapat terjadi karena sejumlah faktor berikut ini:
1. Perbedaan Individu
Perbedaan menjadi faktor pemicu utama dari adanya konflik. Pada konflik
secara sosial perbedaan antar individu bisa menjadi faktor pemicunya.
Perbedaan ini bisa karena perbedaan pandangan, pendapat, dan lain
sebagainya. Perbedaan menjadi hal lumrah dalam hubungan sosial, sedekat
apapun hubungan tersebut tentu akan menjumpai perbedaan. Perbedaan yang
terlalu jauh bisa menyebabkan konflik. Apalagi jika salah satu pihak atau
semua pihak saling memaksa pihak lain untuk mengikuti kemauan dan
pendapat mereka. Hal inilah yang kemudian menyebabkan konflik secara
sosial susah untuk dihindari.
2. Perbedaan Etnis
Konflik sosial juga bisa terjadi akibat perbedaan etnis. Dalam satu lingkungan
masyarakat ada kemungkinan beberapa berasal dari etnis yang berbeda. Hal
ini lumrah, khususnya di daerah yang sering dijadikan tujuan perantauan.
Perbedaan etnis kadang dianggap sebagai perbedaan yang tidak semestinya
ada. Perbedaan yang tidak dapat diubah ini kemudian memunculkan rasa
benci karena satu dan lain hal. Hal ini mendorong dua etnis masyarakat yang
berbeda berseteru. Inilah alasan kenapa ada masa dimana di Indonesia terjadi
kasus pembantaian etnis tertentu oleh masyarakat sipil maupun aparat.
Pembantaian tersebut adalah dampak kompleks dari perbedaan etnis yang
tidak bisa ditoleransi dan tidak bisa dipahami.

4
3. Perbedaan Ras
Perbedaan dari segi ras juga bisa memicu terjadinya konflik sosial. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, kata ras memiliki definisi sebagai
golongan bangsa sebagai ciri fisik. Sehingga ras berhubungan dengan bentuk
atau tampilan fisik. Antara orang Asia dengan orang Amerika, Australia, dan
Afrika akan dijumpai perbedaan mencolok secara fisik. Ras Asia, beberapa
memiliki ras asiatic mongoloid ada juga malayan mongoloid. Asiatic
mongoloid dijumpai di Jepang, Korea, China, dan sebagainya yang identik
dengan kulit putih dan mata sipit. Sementara malayan mongoloid adalah ras
yang umum dijumpai di Indonesia. Yakni yang punya warna kulit kuning
langsat sampai kecoklatan dan mata besar. Perbedaan ras yang menunjukan
perbedaan fisik bisa menyebabkan konflik. Misalnya ada ras lain yang
mengolok-olok fisik ras lain sehingga menyebabkan ketegangan sosial.
4. Perbedaan Agama
Perbedaan agama juga bisa menyebabkan konflik sosial. Agama di seluruh
dunia jenisnya ada banyak sekali. Indonesia sendiri sampai saat ini ada enam
agama yang diakui oleh pemerintah. Yakni Islam, Kristen, Hindu, Budha,
Katolik, dan Kong Hu Cu.Agama yang berbeda bisa memberi pandangan
berbeda, perilaku berbeda, dan juga ibadah yang berbeda. Misalnya pada
umat Islam yang mengenal ibadah puasa, sholat, dan sebagainya. Bisa jadi
ibadah seperti ini tidak ada di agama lain. Perbedaan ini lumrah, karena dasar
agama yang merujuk pada keyakinan hati juga berbeda. Hanya saja
perbedaan agama bisa menyebabkan konflik ketika pemeluk agama lain
merasa lebih baik dan menunjukkannya. Kemudian bisa juga menjadi konflik
ketika ada bumbu cinta, yakni cinta beda agama yang biasanya terhalang oleh
restu orangtua. Konflik kemudian tidak dapat dihindari karena adanya
perbedaan agama yang dianut oleh masing-masing individu.

C. Dampak Konflik Sosial


1. Dampak Negatif
- Merusak integrasi sosial masyarakat.
- Menyebabkan trauma secara sosial dan psikologis.

5
- Menimbulkan kerusakan harta benda dalam masyarakat.
- Timbulnya rasa dendam dan tidak bisa menciptakan kehidupan harmonis.
2. Dampak Positif Konflik
- Konflik sejatinya memperjelas berbagai aspek kehidupan yang masih
belum tuntas.
- Terjadinya konflik menimbulkan penyesuaian kembali serangkaian norma
dan makna nilai yang berlaku dalam masyarakat.
- Konflik mampu mendorong solidaritas mekanik dan solidaritas organik di
antara angota kelompok yang ada di masyarakat perkotaan serta
pedesaan.
- Konflik dapat mengurangi rasa ketergantungan terhadap individu atau
kelompok.
- Terjadinya konflik dapat memunculkan kompromi baru yang dikenal
dengan akomodasi dalam sosiologi.
- Integrasi sosial lebih kuat.

D. Teori - Teori Konflik Sosial


1. Menurut Karl Marx
Karl Marx memiliki pandangan tentang konflik sosial sebagai pertentangan
kelas. Masyarakat yang berada dalam konflik dikuasai oleh kelompok
dominan.Adanya pihak yang lebih dominan muncul pihak yang berkuasa
dengan pihak yang dikuasai. Kedua pihak tersebut memiliki kepentingan
yang berbeda atau bertentangan sehingga dapat menimbulkan konflik.Kedua
pihak tersebut memiliki kepentingan yang berbeda atau bertentangan
sehingga dapat menimbulkan konflik.
Dalam teori Karl Marx, terdapat beberapa fakta sebagai berikut:
a. Adanya struktur kelas dalam masyarakat
b. Adanya kepentingan ekonomi yang saling bertentangan di antara orang-
orang yang berada dalam kelas yang berbeda.
c. Adanya pengaruh yang besar dilihat dari kelas ekonomi terhadap gaya
hidup seseorang.

6
d. Adanya berbagai pengaruh dari konflik kelas dalam menimbulkan
perubahan struktur sosial.
2. Menurut Ralf Dahrendorf
Dahrendorf melihat teori konflik sebagai teori parsial yang digunakan
untuk menganalisis fenomena sosial.gunakan untuk menganalisis fenomena
sosial. Dahrendorf melihat masyarakat memiliki dua sisi yang berbeda, yaitu
konflik dan kerja sama. Dahrendorf menggunakan teori perjuangan kelas
Marxian untuk membangun teori kelas dan pertentangan kelas dalam
masyarakat industri kontemporer.Perjuangan kelas dalam masyarakat modern
berada pada pengendalian kekuasaan.
3. Menurut Lewis A. Coser
Teori konflik menurut Lewis A Coser lebih memandang bahawa
terjadinya konflik adalah proses sosial dan interaksi sosial yang mampu
membentuk penyatuan sekaligus pemeliharaan struktur sosial dari kelompok
sosial lain untuk kemudian dapat memperkuat identitas kelompoknya masing-
masing. Sehingga dalam hal ini Coser memberikan persefektif bahwa
perubahan bisa terjadinya setelah adanya konflik.Contoh teori konflik Lewis
A Coser Teori konflik menurut Lewis A Coser dan contohnya misalnya prihal
politik yang memberikan penguasaan serta mempertahankan kekuasaan yang
diinginkan. Politik yang ada di dalam pemerintahan menjadi sumber konflik
yang paling ditakuti, karena hal ini akan memicul adanya konflik dalam segi
kehidupan sosial lainnya, baik ekonomi, hukum, dan lainnya.Perebutan
kekuasaan yang ada serta dilakukan pemerintah merupakan salah satu isu
yang bisa dikaji dalam teori konflik, yang berpedapat bahwa kekuasaan hanya
akan diberikan kepada orang yang memiliki uang yang kondisi ini kita
rasakan pada saat ini akhirnya masyarakat bergeliat untuk tidak memilih
tokoh yang hanya mendalkan uang lantaran kekayaaan bukan jaminan dalam
seseorang dalam mengindari tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme.
4. Menurut Max Weber
Teori sosiologi klasik tentang konflik menurut Max Weber lebih
menitikbertakan bahwa konflik yang terjadi di masyarakat tidak dapat
dihindari karena masyarakat bergerak secara dinamis bukan statis. Sehingga

7
terjadinya konflik mampu memainkan peranan sosial yang positif, alasannya
karena mampu memupuk rasa persatuan.Contoh teori konflik Max Weber
Teori konflik menurut Max Weber dan contohnya misal kasus tentang adany
pengangguran. Dimana dampak pengangguran menjadi salah satu faktor
penentu dalam konflik sosial
Tingginya angka penganguran dalam masyarakat menyebabkan
tingginya angka kriminalitas, sehingga ketika jumlah pengangguran tinggi
akhirnya ditemukan upaya penyelesaian dengan menerima para investor
untuk membuka lapangan pekerjaan.
5. Menurut George Simmel
Tokoh-tokoh yang kerap dirujuk dalam perspektif konflik lainnya
ialah George Simmel, meskipun beliau sendiri merupakan tokoh psikologis
yang memiliki pandangan bahwa terjadinya konflik di masyarakat bagian
daripada dampak seseorang melakukan interaksi sosial yang bisa
menghasilkan integrasi sosial melalui kompromi maupun menghasilkan
disintegrasi sosial jikalau tidak menemui titik temu.Contoh teori konflik
George Simmel
Prihal ini untuk contoh teori konflik. Misalnya kajian terkait dengan
adanya konflik budaya yang terjadi apabila dalam suatu masyarakat terdapat
sejumlah kebudayaan khusus yang bersifat tertutup. Kebudayaan ini dianggap
aneh sehingga menjadikan pandangan masyarakat memiliki dasar
pengetahuan yang bahwa apa yang dilakukannya adalah bentuk sikap
mengenai ketidakterimaan dalam perubahan sosial.

E. Bentuk Konflik Sosial


1. Konflik pribadi
yaitu konflik yang terjadi di antara individu yang disebabkan karena
masalah pribadi. Masalah tersebut terjadi karena adanya perbedaan cara
pandang antarindividu terkait persoalan yang sama. Misalnya dua individu
yang sedang adu argumentasi tentang masalah pembagian warisan dalam
keluarga.

8
2. Konflik politik
yaitu konflik yang terjadi akibat adanya kepentingan atau tujuan politis yang
berbeda antara seseorang atau kelompok. Hal ini bisa dilihat dari perbedaan
pandangan antarpartai politik karena perbedaan ideologi, asas perjuangan,
dan kepentingan politik masing-masing. Contoh yang mudah dilihat adalah
konflik antara pendukung partai yang berbeda menjelang pemilu atau pilkada.
3. Konflik rasial
yaitu konflik yang terjadi di antara kelompok ras yang berbeda karena
adanya kepentingan dan kebudayaan yang saling berbenturan. RG Squad bisa
mengetahui lebih jauh mengenai hal ini dalam konflik antara orang-orang
kulit hitam dengan kulit putih akibat diskriminasi ras di Amerika Serikat dan
Afrika Selatan.
4. Konflik antarkelas sosial
yaitu konflik yang muncul karena adanya perbedaan kepentingan di antara
kelas-kelas yang ada di masyarakat. Misalnya konflik antara karyawan
dengan perusahaannya untuk menuntut kenaikan upah.
5. Konflik yang bersifat internasional
yaitu konflik yang melibatkan beberapa kelompok negara karena perbedaan
kepentingan masing-masing negara. Konflik semacam ini sangat terlihat
antara Korea Utara dengan Korea Selatan, ISIS dan negara-negara yang
diterornya, dan sebagainya.

F. Solusi Konflik Sosial


1. Fokus pada Penyelesaian Konflik
Langkah pertama agar konflik sosial yang terjadi bisa segera teratasi adalah
harus fokus pada penyelesaian konflik itu sendiri, dan jangan memikirkan
bagaimana adu argumen dengan lawan atau siapa pihak yang paling benar di
antara kita dengan orang tersebut. Fokus pada penyelesaian konflik ini, maka
kita bisa mengetahui dengan cepat apa yang menjadi inti permasalahan,
sehingga bisa dicari penyelesaian terbaik dan masalah pun akan lebih cepat
selesai.

9
2. Menggunakan kepala dingin.
Hal utama yang harus dilakukan dalam mengatasi konflik ini adalah
menggunakan kepala dingin, dan tidak memakai emosi. Memang agak sulit
menahan emosi saat sedang berkonflik dengan seseorang, tetapi kita harus
tetap tenang supaya bisa menemukan solusi yang tepat dalam masalah yang
sedang dihadapi. Ambil napas, berjalan-jalan sebentar, dan regangkan otot
sejenak supaya pikiran tenang.
3. Melakukan Diskusi
Membuka percakapan atau diskusi adalah langkah bijak untuk
menyelesaikan konflik atau masalah. Ajak lawan bicara kita untuk berdiskusi
dengan memiliki tempat yang netral, aman, kondusif dan juga nyaman.
Sehingga kita bisa merundingkan masalah yang dihadapi dengan sikap yang
baik. Kita juga bisa menjelaskan bagaimana sudut pandang dari pihak kita
dan dengarkan sudut pandang dia. Jelaskan juga bagaimana keinginan kita
dalam masalah tersebut, tapi gunakan kata-kata yang baik, sopan dan tidak
berteriak. Karena jika Kita seenaknya dalam berdiskusi maka konflik akan
semakin panjang dan runyam.
4. Memperjelas Pokok Masalah yang ada
Pada saat sedang menghadapi konflik tentu kita bisa terbawa ke
masalah lainnya yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan isi diskusi.
Jika hal itu terjadi maka Kita akan merasa diserang. Maka perjelas kembali
inti masalah yang ada dan hanya boleh membahas masalah itu saja, jangan
membahas masalah lainnya. Dengan begitu tidak akan terjadi masalah yang
semakin melebar dan tidak kunjung selesai.
5. Menjadi pendengar yang baik.
Kita juga harus memberi lawan kesempatan untuk berbicara,
berargumen, dan mengemukakan pendapatnya tentang masalah tersebut.
Jangan menyela ucapannya dan dengarkan dia sampai ia selesai berbicara.
Jika Kita mau mendengarkan dari sisinya maka Kita akan terhubung secara
emosi dengan lawan Kita tersebut, dan bisa merasakan apa yang ia rasakan.

10
BAB III
PEMBAHASAN

Penyebab atau akar dari konflik sosial yang terjadi di Poso Wakil Presiden
(Jusuf Kalla) menjelaskan bahwa kasus Poso terjadi bukan karena masalah agama
namun adanya rasa ketidakadilan. awal mula terjadinya konflik karena adanya
demokrasi yang secara tiba-tiba terbuka dan membuat siapapun pemenangnya akan
mengambil semua kekuasaan. konflik sosial yang terjadi di Poso adalah bagian dari
konflik individu yang dalam masyarakat yang secara dinamis tidak dapat dipisahkan
dan bertalian satu sama lain. Pendapat mengenai akar dari masalah yang bertumpu
pada subsistem budaya dalam hal ini menyangkut soal suku dan agama. Argumen
yang mengemukakan bahwa adanya unsur suku dan agama yang mendasari konflik
sosial itu adalah sesuai dengan fakta yaitu bahwa asal mula kerusuhan Poso 1
berawal dari :
a) Pembacokan Ahmad Yahya oleh Roy Tuntuh didalam Masjid Pesantren
Darusalam pada bulan Ramadhan.
b) Pemusnahan dan pengusiran terhadap suku-suku pendatang seperti Bugis, Jawa,
dan Gorontalo, serta Kaili pada kerusuhan ke 3.
c) Pemaksaan agama Kristen kepada masyarakat muslim di daerah pedalaman
kabupaten terutama di daerah Tentena Dusun Salena,Sangira, Toinase, Boe, dan
Meko yang memperkuat dugaan bahwa kerusuhan ini merupakan gerakan
kristenisasi secara paksa yang mengindikasikan keterlibatan Sinode GKSD
Tentena.
d) Penyerangan kelompok merah dengan bersandikan simbol-simbol perjuangan
keagamaan kristiani pada kerusuhan ke 3.
e) Pembakaran rumah-rumah penduduk muslim oleh kelompok merah pada
kerusuhan 3. Pada kerusuhan ke 1 dan 2 terjadi aksi saling bakar rumah
penduduk antara pihak Kristen dan Islam.
f) Terjadi pembakaran rumah ibadah Gereja dan Masjid, sarana pendidikan ke dua
belah pihak, pembakaran rumah penduduk asli Poso di Lombogia, Sayo,
Kasintuvu.

11
g) Adanya penggerak anggota pasukan merah yang berasal dari suku Flores, Toraja
dan Manado.
h) Adanya pelatihan militer Kristen di Desa Kelei yang berlangsung 1 tahun 6 bulan
sebelum meledak kerusuhan 3.

Pada intinya budaya masyarakat Poso mempunyai fungsi untuk


mempertahan kan pola atas nilai-nilai Sintuvu Maroso yang selama ini menjadi
panutan masyarakat Poso itu sendiri. Adanya Pembacokan Ahmad Yahya oleh Roy
Tuntuh didalam Masjid Pesantren Darusalam pada bulan Ramadhan merupakan
bentuk pelanggaran terhadap nilai nilai yang selama ini menjadi landasan hidup
bersama.Pada satu sisi muslim terusik ketentramannya dalam menjalankan ibadah di
bulan Ramadhan kemudian menimbulkan reaksi balik untuk melakukan tindakan
pembalasan terhadap pelaku pelanggaran nilai-nilai tersebut. Disisi lain bagi
masyarakat kristiani hal ini menimbulkan masalah baru mengingat aksi masa tidak di
tujukan terhadap pelaju melainkan pada pengrusakan hotel dan sarana maksiat serta
operasi miras, yang di anggap telah mengganggu kehidmatan masyrakat kristiani
merayakan Natal, karena harapan mereka operasi-operasi tersebut di laksanakan
setelah hari Natal.
Pandangan kedua terhadap akar masalah konflik sosial yang terjadi di Poso
adalah dalam hal ini adanya perkelahian antar pemuda yang di akibatkan oleh
minuman keras. Tidak diterapkan hukum secara adil, maka ada kelompok yang
merasa tidak mendapat keadilan misalnya adanya keterpihakan, menginjak hak asasi
manusia dan lain-lain.
Pendapat ketiga mengatakan bahwa akar dari konflik sosial yang terjadi di
Poso terletak pada masalah politik. Bermula dari suksesi Bupati, Jabatan Sekretaris
Wilayah Daerah Kabupaten dan terutama menyangkut soal keseimbangan jabatan-
jabatan dalam pemerintahan. Pendapat keempat mengatakan bahwa akar masalah
dari kerusuhan Poso adalah justru terletak karena adanya kesenjangan sosial dan
kesenjangan pendapatan antara panduduk asli Poso dan kaum pendatang seperti
Bugis, Jawa, Gorontalo, dan Kaili. Kecemburuan sosial penduduk asli cukup
beralasan dimana pendapatan mereka sebagai masyarakat asli malah tertinggal dari
kaum Dampak dari konflik sosial yang terjadi di Poso kerusuhan yang terjadi di Poso

12
menimbulkan dampak sosial yang cukup besar jika di liat dari kerugian yang di
akibatkan konflik tersebut. Selain kehilangan nyawa dan harta benda, secara
psikologis bendampak besar bagi mereka yang mengalami kerusuhan itu, dampak
psikologis tidak akan hilang dalam waktu singkat. Jika dilihat dari keseluruhan,
kerusuhan Poso bukan suatu kerusuhan biasa, melainkan merupakan suatu tragedi
kemanusiaan sebagai buah hasil perang sipil. Satu kerusuhan yang dilancarkan
secara sepihak oleh kelompok merah, terhadap penduduk muslim daerah Poso dan
minoritas penduduk muslim di pedalaman Kabupaten Poso yang tidak mengerti sama
sekali dengan permasalahan yang muncul di Kabupaten Poso.
Dampak kerusuhan Poso dapat di bedakan dalam beberapa segi :
1. Budaya dampak sosial yang terjadi adalah : di anut kembali budaya “pengayau”
dari masyarakat pedalaman (suku pamona dan suku moril). Dilanggarnya ajaran
agama dari kedua kelompok yang bertikai dalam mencapai tujuan politiknya.
Runtuhnya nilai-nilai kesepakatan bersama Sintuwu Maroso yang menjadi bingkai
dalam hubungan sosial masyarakat Poso yang pluralis.

2. Hukum dampak sosial yang terjadi adalah : Terjadinya disintegrasi dalam


masyarakat Poso kedalam dua kelompok yaitu kelompok merah dan kelompok putih.
Tidak dapat di pertahankan nilai-nilai kemanusiaan akibat terjadi kejahatan terhadap
manusia seperti pembunuhan, pemerkosaan dan penganiayaan terhadap anak serta
orang tua dan pelecehan seksual. Runtuhnya stabilitas keamanan, ketertiban, dan
kewibawaan hulum di masyarakat Kabupaten Poso. Munculnya perasaan dendam
dari korban-korban kerusuhan terhadap pelaku.

3. Politik dampak sosial yang terjadi adalah : Terhentinya roda pemerintahan.


Jatuhnya kewibawaan pemerintah daerah terhadap masyarakat. Hilangnya sikap
demokratis dan penghormatan terhadap perbedaan pendapat masing-masing
kelompok kepentingan. Legalisasi pemaksaan kehendak kelompok kepentingan
dalam pencapaian tujuannya.

4. Ekonomi dampak sosial yang terjadi adalah : Lepas dan hilangnya faktor dan
sumber produksi ekonomi masyarakat, seperti sawah, tanaman kebun, mesin gilingan

13
padi, traktor tangan, rumah makan, hotel dan lain sebagainya. Eksodus besar-besaran
penduduk muslim Poso, terhentinyaroda perekonomian, rawan pangan, munculnya
pengangguran dan kelangkaan kesempatan kerja.

Solusi Konflik Di Poso salah satunya yaitu kalangan pengusaha hingga


tingkat mahasiswa harus ikut berperan menangani konflik yang terjadi di Poso
dengan melakukan tindakan nyata agar masyarakat setempat tidak hanya terfokus
pada masalah politik. “Jangan hanya bergantung pada aparat keamanan. Tetapi
pengusaha, ekonomi, budayawan, anggota masyarakat, mahasiswa harus bersatu
membangun secara paralel. Seluruh kalangan itu harus bekerja sama agar kerusuhan
di Poso segera berakhir, termasuk antara ulama dengan umaro juga harus bersatu.
“Mereka harus bersanding, bukannya bertanding”.Tindakan represif yang dilakukan
oleh aparat tidak menyalahi aturan, meskipun upaya penegakan hukum telah
menimbulkan korban jiwa dari warga sipil serta anggota POLRI , karena memang
kejadian itu sulit dihindari. Kerusuhan yang menimpa di Poso merupakan rekayasa
dan berasal dari luar Poso yakni dari pihak asing. Ia mengingatkan, kelompok sipil
bersenjata yang berada di tengah-tengah masyarakat Poso perlu mendapat perlakukan
khusus, karena dalam keadaan seperti ini, masyarakat akan menjadi tameng bagi
mereka. Jika diamati secara jujur, apa yang sedang dialami di Poso tidak saja aneh
tapi juga tak masuk di akal sehat. Sebab, semua orang tahu bahwa soal penggunaan
senjata bagi warga sipil bukankah aturannya cukup ketat. Artinya tidak sembarang
orang bisa membawa atau memiliki senjata apalagi yang mematikan. Anehnya,
kenapa justru warga sipil khususnya di Poso begitu bebas memiliki senjata. Nah,
untuk memecahkan sebuah permasalahan seperti yang sedang terjadi di Poso
sebenarnya tidaklah terlalu sulit bila semua pihak mau berikrar secara serius dan
tulus. Artinya, semua kepentingan sepihak dan sepotong- potong yang
menghimpitnya selain kepentingan bersama harus dihilangkan terlebih dahulu.
Pencegahan sedini mungkin tindakan provokasi dan intimidasi diantara masyarakat
harus diutamakan.Terutama, perlunya kewaspadaan terhadap gerak-gerik seseorang
atau sekelompok orang yang berusaha bermain api dalam sekam. Barulah kemudian
upaya penegakkan hukum harus benar- benar dilaksanakan. Harapan kita masyarakat
Poso akan kembali dapat hidup dengan tenang dan damai.

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan pembahasan sebelumnya maka dengan ini
kelompok kami menarik suatu kesimpulan mengenai konflik sosial yang terjadi
di Poso berawal dari konflik individu yang dalam masyarakat yang secara
dinamis tidak dapat dipisahkan dan bertalian satu sama lain. Pendapat mengenai
akar dari masalah yang bertumpu pada subsistem budaya dalam hal ini
menyangkut soal suku dan agama. Belum lagi kurang adanya keadilan dimana
ada sebagian masyarakat yang merasa di diskriminasi, ada juga masalah politik
dimana penguasaan struktur pemerintahan oleh satu pihak dalam arti tidak ada
keseimbangan jabatan dalam pemerintahan.Serta masalah tentang karena adanya
kesenjangan sosial dan kesenjangan pendapatan antara panduduk asli Poso dan
kaum pendatang seperti bugis, jawa, gorontalo, dan kaili. Konflik sosial yang
terjadi di Poso ini sangat berdampak pada masyarakat khususnya masyarakat
Poso itu sendiri, Mulai dari segi Budaya, Hukum, Politik, Ekonomi, selain
kehilangan nyawa dan harta benda, secara psikologis juga bendampak besar bagi
mereka yang mengalami kerusuhan itu.
Cara yang mesti kita lakukan adalah melakukan kerja sama mulai dari
kalangan pengusaha hingga tingkat mahasiswa harus ikut berperan menangani
konflik yang terjadi di Poso dengan melakukan tindakan nyata agar masyarakat
setempat tidak hanya terfokus pada masalah politik. “Jangan hanya bergantung
pada aparat keamanan. Tetapi pengusaha, ekonom, budayawan, anggota
masyarakat, mahasiswa kita semua harus bersatu membangun secara paralel”.
Pembahasan berikut, adalah :
a. Akar masalah konflik Poso adalah kesenjangan sosial dan ketidakadilan,
terutama terjadinya marjinalisasi politik antara penduduk asli dan para
pendatang.
b. Banyak pihak yang berperan dalam konflik Poso, yang dengan sengaja
menghembuskan isu etnis dan agama untuk kepentingan pribadi dan
kelompoknya, sehingga masyarakat terprovokasi dan bersikap anarkis.

15
c. Pendekatan budaya merupakan pendekatan terbaik dan efektif dalam
menghentikan konflik sosial di Poso. Filisopi hidup masyarakat Poso,
Sintuwu Maroso terbukti efektif mengembalikan harmonisasi kehidupan
masyarakat Poso.

B. Saran
Konflik Poso memang sudah terjadi dan menjadi sejarah dalam bangsa ini,
sekaligus mencoreng solidaritas Negara mencoreng toleransi antar sesama agama
di Indonesia. Maka dengan ini kelompok 1 sebagai pemakalah menyarankan agar
kiranya rasa solidaritas dan toleransi tetap dijungjung tinggi. Serta pengusutan
oleh pihak yang berwenang terus mempelajari kasus ini agar kemudian hari tidak
terjadi lagi.

16
DAFTAR PUSTAKA

• Gogali, Lian (2009), Konflik Poso; Suara Perempuan dan Anak Menuju
Rekonsiliasi Ingatan, Yogyakarta, Galangpress
• Eddy MT. Sianturi, Konflik Poso dan Resolusinya, Buletin Litbang, Dephan
• Lukman S. Thahir, Refleksi Hubungan Keagamaan di Poso Sebelum dan Pasca
Konflik; Menuju Kehidupan Damai
• https://id.m.wikipedia.org/wiki/Konflik
• https://tirto.id/mengenal-teori-teori-konflik-sosial-menurut-para-ahli-sosiologi-
f92
• https://www.ruangguru.com/blog/bentuk-konflik-sosial-di-
masyarakat#:~:text=Kelima%20bentuk%20itu%20adalah%20konflik,dan
%20konflik%20yang%20bersifat%20internasional.
• https://www.daya.id/usaha/artikel-daya/sosial/beberapa-upaya-dan-cara-
mengatasi-konflik-sosial-sehari-hari
• https://m.bola.com/ragam/read/4733556/pengertian-konflik-menurut-para-ahli-
faktor-penyebab-jenis-dan-dampak-yang-dihasilkan#:~:text=Dampak
%20Konflik&text=Merusak%20integrasi%20sosial%20masyarakat.,tidak
%20bisa%20menciptakan%20kehidupan%20harmonis.

17
LAMPIRAN

18

Anda mungkin juga menyukai