Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONFLIK SOSIAL ANTAR KELOMPOK DI INDONESIA

Untuk memenuhi tugas uts yang di bimbing oleh :

Bapak Muhammad Mujtaba Habibi S.Pd, M.AP.

Disusun oleh :

Kelompok/ Offering : 7/ A

• Devina Oktavia A. 190711637223

• Devi Oktavia Sari 190711637297

• Dewi Riza Yuliana 190711637203

• Dicky Ma’rifatulloh 190711637246

• Diky Romadoni S. 190711637247

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan bermasyarakat tidak bisa terlepas dari namanya konflik. Di negara-
negara lain termasuk di Indonesia yang memiliki wilayah sangat luas rentan menghadapi suatu
konflik. Berbagai konflik yang terjadi di Indonesia memiliki ciri khas baik berupa konflik
horizontal maupun konflik vertikal. Konflik horizantal merupakan konflik yang berkembang di
masyarakat seperti suku, agama, ras sedangkan konflik vertikal yaitu konflik yang terjadi di
masyarakat yang berkaitan dengan negara. Konflik umunya dapat dilatar belakangi dengan
adanya perbedaan ciri-ciri masing-masing individu dalam suatu interaksi. Konflik sangat
bertentangan dengan integrasi, karena integrasi berjalan sebagai siklus dalam suatu masyarakat.
Konflik disini dapat dikontrol dengan cara integrasi sosial. Integrasi sosial dimaknai sebagai
suatu proses penyesuian diantara unsur-unsur yang berbeda dalam kehidupan masyrakat
sehingga dapat menghasilkan suatu pola kehidupan masyarakat yang memilik keserasian fungsi.
Namun jika tidak ada keserasian fungsi dapat menghasilkan suatu konflik. Integrasi memilik
syarat yaitu adanya kesadaran anggota masyarakat bahwa dibutuhkan hubungan anggota satu
dengan yang lain agar memenuhi kebutuhan mereka dan sepakat dengan norma maupun nilai
sosial yang akan dijadikan sebagai pedoman serta diberlakukannya norma tersebut sebagai
aturan dalam proses integrasi di masyarakat.

B. Rumusan Masalah

• Apa yang dimaksud dengan konflik sosial?

• Apa yang penyebab terjadinya konflik sosisal antar kelompok?

• Bagaimana kondisi konflik antar kelompok di Indonesia?

• Bagaiman dampak konflik antar kelompok?

• Bagaimana upaya mengatasi konflik antar kelompok di Indonesia?

C. Tujuan

• Untuk mengetahui pengertian konflik sosial.

• Untuk mengetahui penyebab konflik sosial antar kelompok.

• Untuk mengetahui kondisi konflik antar kelompok di Indonesia.

• Untuk mengetahui dampak konflik antar kelompok.

• Untuk mengetahui upaya mengatasi konflik antar kelompok di Indonesia.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Konflik Sosial

Konflik adalah gejala sosial yang selalu hadir didalam kehidupan social,konflik selalu
ada dalam setiap waktu dan ruang ,dimanapun dan kapan saja hal ini berarti konflik besifat
inheren.

Dalam sudut pandang ini,masyarakat adalah arena konflik dan intergrasi yang terkait dan
berlangsung. Karena hal tersebut,konflik dan intregasi sosial adalah gejala yang selalu
menempati dalam setiap kehidupan sosial. Pendorong munculnya konflik dan intregasi adalah
adanya kepentingan sosial yang sama maupun berbeda.

Setiap kehidupan manusia tentunya tidak ada satupun manusia yang memiliki kesamaan
sama persis,seperti dalam hal etnis,keperluan,kehendak dan sebagainya. Dalam setiap konflik
beberapa diantaranya ada yang dpat diselesaikan,jika sebaliknya ketika konflik tidak dapat
diselesaikan akan muncul hal yang tidak diinginkan seperti kekerasan. Gejala kekerasan
termasuk tidak dapatnya untuk mengatasi konflik sehingga menimbulkan kekerasan yang ringan
hingga terjadi permusuhan antara organisasi.

Secara etimologis istilah “konflik” berasal dari bahasa Latin “con” yang memiliki arti
bersama dan”fligere”yang berarti tabrakan . Kebanyakan istilah konflik sosial dikaitkan kepada
suatu fenomena pertikaian maupun pertentangan antar pribadi yang melalui dari konflik
organisasi sekala kecil sampai pada pertikaian dan pertentangan sekala internasional.

Coser menggambarkan konflik sosial sebagai suatu perjuangan nilai dan pengakuan
kepada status yang langka,sehingga sumber sumber pertentangan dan kekuasaan dinetralisir atau
dieliminir sainganya.

Konflik berarti pertentangan,perselisihan dan percecokan. Namun konflik sosial adalah


pertikaian dan pertentangan yang terjadi antar anggota atau golongan masyarakat yang bersifat
universal dalam kehidupan. Konflik adalah proses dimana untuk mencapai tujuan dilakukan
dengan cara melemahkan pihak lawan,tanpa mengetahui dan memperhatikan norma dan nilai
yang berlaku.

Dalam pengertian lain,konflik merupakan suatu proses sosial yang berlangsung dalam
melibatkan orang orang maupun kelompok yang saling bertikai dan menentang dengan
kekerasan sebagai ancaman.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konflik sosial adalah
perselisihan yang melibatkan antar golongan seperti masyarakat ,yang di identikan dengan
munculnya sikap saling mengancam maupun menekan sehingga hal ini dapat menimbulkan sifat
saling menghancurkan. Konflik sosial sebenarya adalah proses pertemuan antara dua pihak atau
lebih yang memiliki kepentingan relative sama terhadap sifanya yang terbatas.

Di dalam wujudnya yang terkesan ekstrem,konflik tidak hanya untuk mempertahankan


eksitensi maupun hidup,hal ini juga bertujuan kepada taraf pembinasaan eksistensi orang
amupun kelompok lain yang dianggap sebagai saingan atau lawan.

B. Penyebab Terjadinya Konflik Sosial antar Kelompok

Menurut Franz Magnis-Suseno (2003) yang melatarbelakangi konflik timbul adalah


1)Modernisasi dan globalisasi 2) Akumulasi kebencian dalam masyarakat 3) Budaya
kekerasan,4) Sistem politik.Sedangkan faktor penyebap atau akar akar pertentangan atau konflik
menurut Soerjono Soekanto (2006),antara lain :

1. Perbedaan antara kelompok-kelompok

Perbedaan pendirian dan perasaan akan melahirkan konflik diantara mereka,terutama perbedaan
ikatan pendirian dan perasaan diantara kelompok sebagai contoh banyak pertikaian terjadi karena
rasa dendam, iri hati, cemburu dan lain sebagainya merupakan potret kasus yang dilatarbelakangi
oleh perbedaan anatara kelompok dengan kelompok dalam kehidupan masyarakat.

1. Perbedaan kebudayaan

Perbedaan kebudayaan dalam kelompok sering menjadi pemicu terjadinya konflik antar
kelompok hal ini disebapkapkan kebudayaan dalam suatu kelompok biasanya kurang bisa
diterima atau berbenturan dengan kebudayaan kelompok lain.Sebagai contoh masyarakat yang
tinggal di daerah pegunungan tentunya akan berbeda dengan masyarakat yang tinggal di
pantai.Perbedaan kepribadian ini ,tentunya membawa perbedaan pola pemikiran dan sikap dari
setiap individu yang dapat menyebapkan terjadinya pertentangan antar kelompok manusia.

1. Perbedaan kepentingan

Perbedaan kepentingan antara individu maupun kelompok merupakan sumber lain dari
pertentangan baik kepentingan ekonomi,politik,dan sebagainya.Perbedaan kepentingan
umumnya merujuk pada keinginan atau kebutuhan akan sesuatu hal.Dua kepentingan yang
berbeda dapat dipastikan akan menjadi pemicu timbulnya konflik sosial.Sebagai contoh
Bentrokan kepentingan antara buruh danpengusaha,kepentingan buruh adalah menuntut gaji
sebagaimana mestinya,namun berhubung perusahaan dalam kondisi merugi maka perusahaan
enggan memenuhi apa tuntutan buruh.Akibatnya hal ini akan menimbulkan sebuah konflik baru
yaitu buruh melakukam unjuk rasa dan mogok kerja.

1. Perubahan sosial

Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat untuk sementara waktu akan mengubah pola
interaksi antar kelompok yang awalnya melalui tatap muka menjadi melalui sosial media yang
mana dalam dunia maya sering sekali terjadi penyebarluasan berita hoax yang memicu terjadinya
konflik antar kelompok.

C. Gambaran kondisi konflik di Indonesia

a. Berbagai faktor yang menjadi penyebab terjadinya konflik sosial antar kelompok di
Indonesia secara umum adalah :

• Perbedaan pendirian, perbedaan pendirian tak jarang menjadi penyebab timbulnya


konflik sosial. Dalam suatu masyarakat, seringkali terjadi perbedaan pendapat atau
perbedaan cara pandang akan sesuatu hal misalnya sikap politik. Tak jarang, perbedaan
sikap politik menjadi benih timbulnya konflik sosial dalam masyarakat.

• Perbedaan keyakinan, perbedaan keyakinan seringkali memicu konflik sosial dalam


masyarakat. Kini masyarakat semakin permisif terhadap penggunaan cara-cara kekerasan
guna menegakkan prinsip-prinsip agama yang dianut. Hal ini tidak hanya terjadi antar
pemeluk agama, namun sesama pemeluk agama juga tidak jarang mengalami hal ini.
• Perbedaan kebudayaan., kebudayaan yang berbeda antara kebudayaan setempat dan
kebudayaan dari luar wilayahnya juga memberikan kontribusi sebagai salah satu faktor
penyebab timbulnya konflik sosial.
• Perbedaan kepentingan, setiap orang memiliki kepentingan yang berbeda satu sama lain.
Perbedaan ini dapat menimbulkan konflik dalam masyarakat. Misalnya saja demontrasi
sopir taksi konvensional yang terjadi beberapa waktu yang lalu yang berakhir dengan
bentrokan. Mereka menolak keberadaan taksi berbasis online yang dianggap mengambil
penghasilan mereka.
• Perubahan sosial, konflik sosial dapat memicu adanya perubahan sosial, begitu juga
sebaliknya.

b. Landasan Hukum Penanganan Konflik Antar Kelompok Sosial di Indonesia


Konflik sosial yang berdampak besar pada masalah kemanusiaan menjadikan konflik
sosial sebagai salah satu dari jenis-jenis pelanggaran HAM. Sebagai Negara yang kaya akan
suku, agama dan budaya membuat Indonesia dikenal sebagai Negara demokrasi dengan tingkat
toleransi yang tinggi. Namun, maraknya konflik sosial yang terjadi menunjukkan bahwa fungsi
toleransi tidak berjalan dan ada yang salah dengan cara kita merawat kekayaan itu sebagai
kekuatan.
Salah satu upaya mencegah terjadinya konflik sosial adalah dengan cara merawat
kemajaemukan bangsa Indonesia yang dimiliki melalui dibumikannya kembali 4 Pilar Bangsa
Indonesia, yaitu :
• Menjaga keutuhan NKRI
• Menghayati dan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila;
• Menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara berdasar pada UUD 1945
• Mempererat rasa persatuan sebagai bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika .

c. Peraturan Pemerintah ini merupakan landasan hukum bagi pemerintah dalam menangani
konflik kelompok sosial dengan tujuan:
• Terciptanya kehidupan masyarakat yang aman, tenteram, damai, dan sejahtera
• Terpeliharanya kehidupan bermasyarakat yang damai dan harmonis
• Ditingkatkannya rasa tenggang rasa dan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara
• Terpeliharanya keberlangsungan fungsi pemerintahan
• Terlindunginya jiwa, harta benda, serta sarana dan prasarana umum;
• Terlindunginya dan terpenuhinya hak korban
• Pemulihan kondisi fisik dan mental masyarakat
D. Dampak Konflik antar Kelompok
Di Indonesia sekarang ini banyak sekali konflik-konflik yang terjadi. Entah itu konflik
sosial, ekonomi, budaya, politik dan yang lainnya. Adanya konflik-konflik sosial pastinya
memiliki dampak, entah itu dampak negatif ataupun positif. Berikut ini dampak positif dan
negatif dari konflik sosial yaitu
1. Retaknya hubungan kelompok. Hal ini bisa terjadi apabila dalam satu kelompok itu selalu
mencari kebenaran masing-masing tanpa adanya toleransi. Contohnya si A ini mempunyai
pendapat, namun pendapat si A ini tidak didengarkan oleh anggota kelompok itu. Hal itulah yang
menjadi hubungan diantara kelompok itu menjadi senggang bahkan sampai retak.
2. Perubahan kepribadian individu. Adanya pertentangan-pertentangan hal ini bisa membuat
pribadi seseorang berubah karena ia merasa tertekan apabila pendapatnya tidak didengar.
Contohnya: si A yang sudah dipercaya si B namun kepercayaan itu diingkari oleh si A
kepribadian si B akan ke si A akan berbeda dan membuat si B merubah kepribadian awalnya.
3. Akomodasi, dominasi oleh pihak yang lebih kuat. Pihak yang kuat disini dapat menimbulkan
kekuasaan yang otoriter (memaksa) dan memonopoli. Contohnya: pihak yang memiliki
kekuasaan dan kontribusi uang yang banyak dalam sebuah kelompok dianggap sebagai penguasa
di kelompok itu. Itulah yang membuat para pihak yang kuat bisa bertindak apa yang ia sukai.
4. Banyaknya korban jiwa ataupun harta benda dan tidak teraturnya tatanan sosial. Dampak dari
konflik-konflik yang terjadi tidak luput akan adanya korban jiwa, harta benda dan aturan sosial.
Contohnya saja konflik antara Sampit dan Madura yang mengakibatkan banyak sekali korban
jiwa.
5. Bertambahnya solidaritas in-group. Apabila dalam kelompok bertentangan, maka dalam
kelompok itu akan ada kelompok-kelompok kecil yang lebih solid.
6. Meningkatnya integritas dalam kelompok yang dapat menciptakan kondisi yang kondusif
untuk kegiatan kelompok.

E. Upaya Mengatasi Konflik antar Kelompok di Indonesia


Di kehidupan manusia sendiri memang tidak dapat dipisahkan dengan konflik, karena
untuk memenuhi kebutuhan manusia umumnya dilakukan dengan berbagai usaha yang
dilakukannya yang pelaksanaannya selalu dihadapkan dengan hak dan kewajiban. Apabila
penempatan hak dan kewajiban tidak dilakukan dengan benar maka akan menimbulkan
terjadinya konflik. Melihat hal tersebut tentunya di wilayah Indonesia memiliki konflik cukup
besar. Dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di Indonesia harus ada tahapan
atau cara-cara yang tidak memberatkan salah satunya.

Disini terdapat beberapa cara penyelesaian konflik menurut ( Soerjono Soekanto, 1990: 77-78),
yaitu:

• Coercion (Paksaan)

Coercion adalah suatu pilihan dimana pihak lawan berada dalam keadaan lemah jika
dibandingkan dengan pihak lawan. Metode ini kurang efektif dikarenakan salah satu
pihak harus mengalah dan menyerah secara paksa.

• Compromise

Suatu metode dimana masing-masing pihak mengurangi tuntutannya dan egonya.


Tujuannya agar permasalahan cepat terselesaikan dengan mudah.

• Arbitration

Metode ini menerapkan dimana terdapat suatu kesepakatan antara kedua belah pihak
dengan tambahan pihak ketiga mendengarkan keluhan masing-masing. Fungsinya pihak
ketiga disini adalah sebagai ‘hakim’ yang mencari pemecahan masalah itu.
• Mediation (Penengahan)

Mediator disini dapat membantu mengumpulkan fakta, menjalin komunikasi yang


terputus, menjernihkan dan memperjelas masalah serta mencari jalan untuk memcahkan
masalah tersebut.

• Conciliation

Cara ini merupakan suatu usaha untuk mempertemukan keinginan dari pihak-pihak yang
berselisih dan bertujuan untuk mencapainya persetujuan bersama.

Selain itu ada juga cara penyelesaiannya lagi, yaitu :

• Akomodasi

Yaitu cara penyelasaian antara kedua belah pihak tanpa ada yang memberatkan salah
satunya. Bentuk-bentuk akomodasi :

• Konversi

Penyelesaian konflik dengan mengalahnya salah satu pihak dan menerima


pendirian pihak sebelah.

• Ajudikasi

Penyelesaian konflik melalui tahap pengadilan

• Segregasi

Cara memisahkan diri dan saling menghindar antara pihak-pihak yang


bertentangan dengan tujuan mengurangi rasa tegang.

• Konsolidasi

Konsolidasi disini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

• Konsolidasi kedalam

Yaitu penyatuan atau penguatan antar pihak dalam suatu kelompok sosial. Dan
disini juga dapat menghambat usaha ke arah integrasi karena keberadaan
kelompok semakin kuat.

• Konsolidasi keluar

Yaitu penyatuan atau penguatan antar kelompok dalam anggota satuan sosial. Dan
disini juga mendorong kearah integrasi karena masing-masing kelompok akan
berusaha memperkecil perubahan.

BAB III
PEMBAHASAN
Pendukung Capres Adu Fisik, Begini Tanggapan Parpol
Konflik antar pendukung calon presiden (capres) terjadi di Kabupaten Sampang, Jawa Timur
(Jatim). Bahkan, Subaidi, 32, harus mengalami luka tembak. Pelakunya adalah Idris , 31.
Pertikaian bermula dari komentar pedas tentang salah satu capres di media sosial.
Elite partai politik (parpol) pendukung dua capres di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 pun
merespons konflik tersebut. Baik kubu Capres Joko Widodo (Jokowi) maupun Prabowo
Subianto.
Salah satunya disampaikan Sekretaris DPD Partai Demokrat Indonesia Perjuangan Perjuangan
(PDIP) Jawa Timur (Jatim) Sri Untari. Menurutnya, PDIP selaku pengusung Jokowi-Ma’ruf
Amin tidak pernah mendorong masyarakat untuk menyerang kubu capres-cawapres lain. Semua
materi kampanye yang disampaikam masyarakat sejak awal hanya seputar keberhasilan Jokowi
dan pemerintahannya.
“Kami tandingi dengan keberhasilan (pemerintahan Jokowi). Kami jawab dengan fakta. Berita
Hoax juga kami jawab dengan fakta. Sudah tertangkap tuh yang bilang Jokowi PKI,” kata Untari
kepada JawaPos.com, Senin (26/11).
Untuk itu, Sri Untari berharap agar masyarakat lebih memahami dalam hal menghadapi berita
Hoax atau hasutan kebencian di media sosial. Sebab selama kampanye, PDIP selalu
menyuarakan program pemenangan.
“Tidak (melakukan kampanye) menyerang. Karena itu cara kami agar Indonesia tetap bagus. Tim
cyber, kami punya. Tapi kami hanya bicara soal programnya Pak Jokowi,” ulas Sri Untari.
Hal senada disampaikan Wakil DPD Gerinda Jatim Hendro Tri Subiantoro. Ia menyampaikan,
Prabowo-Sandiaga Uno selalu mengkampanyekan demokrasi sejuk. Yakni, kampanye damai,
santun, dan sejuk.
“Itu tagline kami. Bukan (kampanye) yang konfrontatif atau provokatif. Tidak menggunakan
(istilah) untuk menyebut pendukung A atau B. Jadi jangan mudah terhasut dengan segala
pembicaraan di media sosial,” tukas Hendro.
Dengan kesadaran seperti itu, tidak akan ada kekerasan terkait Pilpres. Seperti kasus
penembakan yang terjadi di Sampang tidak.
Hendro mengakui jika perdebatan soal Pilpres 2019 di media sosial memang cukup keras.
Namun, dia berpendapat bahwa masyarakat tidak perlu menindaklanjuti hal semacam itu.
“Bukan berarti harus ditindaklanjuti. Sehingga malah terjadi konflik yang memanas di lapangan.
Makanya kami semua perlu secara dingin untuk melihat itu (fenomena kekerasan di media
sosial),” tuturnya.
Seperti diketahui, Idris terlibat perkelahian dengan Subaidi saat berpapasan di Dusun Sokobanah
Laok, Kabupaten Sampang. Perkelahian bermula dari postingan seseorang di akun Facebook
bernama ancamam bagi pendukung Jokowi. Ada komentar yang diketahui dari akun milik Idris
atas postingan itu.
Idris mengakui jika akun yang memposting komentar itu benar miliknya. Namun, dia mengelak
telah menuliskan komentar tersebut. Sebelumnya, Idris menjual ponsel yang ada aplikasi
Facebook kepada seseorang.

Faktor Penyebab Pendukung Capres JokowiI dan Prabowo Adu Fisik:


1. Pertikaian bermula dari komentar pedas tentang salah satu capres di media sosial
2. Kedua kubu pendukung capres merespon konflik yang terjadi
3. Menyebarnya berita hoax atau hasutan kebencian di media sosial
4. Kurangnya pengetahuan untuk mengolah informasi yang beredar di masyarakat
5. Terjadinya adu fisik yang menyebabkan jatuhnya korban pada pendukung capres

Analisis Kasus :

Pertikaian yang menyebabkan konflik antar pendukung calon Presiden yang terjadi di
Kabupaten Sampang, Jawa Timur (Jatim) bermula dari komentar pedas tentang salah satu
pendukung capres di media sosial kearena kedua kubu pendukung capres tersebut juga saling
merespons konflik yang terjadi. Kericuhan ini dipicu karena kurangnya pengetahuan untuk
mengolah informasi yang beredar di masyarakat dengan adanya berita hoax atau hasutan
kebencian di media sosial tanpa di dasari fakta. Sehingga akhirnya terjadi adu fisik yang
menyebabkan jatuhnya korban pada pendukung capres. Dalam kasus ini di harapkan agar
masyarakat tidak mudah terhasut dengan segala pembicaraan di media sosial. Sehingga tidak
akan ada kekerasan terkait Pilpres.

Kesimpulan

Konflik sosial adalah suatu fenomena pertikaian atau pertengkaran antar pribadi atau
kelompok yang melibatkan masyarakat dan ditandai dengan pertentangan,pengancaman dan
menyebabkan masalah sosial sehingga hal ini akan menimbulkan sifat saling mengahancurkan.
Faktor penyebab konflik menurut Soerjono Soekanto antara lain perbedaan antara kelompok,
perbedaan kebudayaan ,perbedaan kepentingan, dan perubahan sosial. Upaya mengatasi konflik
antar kelompok di Indonesia yaitu dengan cara
coercion,compromise,arbitration,mediation,concilitation dan akomodasi dan konsolidasi.
Daftar Rujukan
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta. Kencana Prenada Media.

Haryanto, Sindung. 2012. Konflik Sosial di Era Reformasi. Lampung. E-Journal FISIP,
Universitas Lampung.

https://amp.kompas.com/nasional/read/2018/02/26/21570461/jokowi-vs-prabowo-di-pilpres-
2019, diakses pada 14 Oktober 2019.

Irving M. Zeitlin. 1998. Memahami Kembali Sosiologi. Yogyakarta. Gajah Mada University
Press.

J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto. 2005. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta.
Prenada Media Group.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Jakarta. Balai Pustaka.

Soerjono Soekanto. 1993. Kamus Sosiologi. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Untoro, J. 2010. Buku Pintar Pembelajaran SMA/MA IPS 6 in 1. Jakarta. PT Wahyu Media.

Wirawan, A.W. 2016. Konflik dan Kekerasan Komunal. Yogyakarta. PT Deepublish Daftar.

Anda mungkin juga menyukai