“ Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indoneia Era Orde Baru dan Era
Reformasi “
Pendidikan Pancasila
Disusun Oleh :
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
Pembanding
Orde baru
Presiden Soeharto juga mengatakan, “Pancasila sama sekali bukan sekedar
semboyan untuk dikumandangan, Pancasila bukan dasar falsafah, yang sekedar
dikeramatkan dalam UUD, melainkan Pancasila harus
diamalkan(Setiardji,1994:5).
Jadi pancasila, digunakan sebagai dasar negara, maka 1 Juni 1968 Presiden
Soeharto mengatakan “ Pancasila sebagai pegangan hidup bangsa akan membuat
bangsa Indonesia tida loyo, bahkan jika ada pihak-pihak tertentu mau mengganti,
merubah Pancasila dan menyimpang dari Pancasila pasti digagalkan(Pronoto
dalam Dodo dan Endah(ed),2010:42). Yang membuat bangsa Indonesia menjadi
melempem sebuah bangsanya bisa dibilang loyo (kendor), tidak punya daya juang
melawan bangsa asing, bahkan cenderung menjadi kaum komprador. Akibatnya
kondisi negeri ini semakin carut-marut (Koesman,2009:17).
Era reformasi
Setelah orde baru tumbang, muncul fobia terhadap Pancasila. Dasar negara itu
dilupakan karena hampir selalu identik dengan rezim Orde Baru. Dasar negara itu
berubah menjadi ideologi tunggal dan satu-satunya sumber nilai serta kebenaran.
Negara menjadi maha tahu mana yang benar mana yang salah. Nilai-nilai itu
selalu ditaman kepada masyarakat melalui indroktinasi(Ali,2009:50).
Makna penting dari sejarah Indonesia. Karena itu seluruh komponen bangsa harus
secara imperatif kategoris menghayati dan melaksanakan Pancasila baik sebagai
Dasar Negara maupun sebagai Pandangan Hidup Bangsa, dengan berpedoman
kepada nilai-nilai Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dan secara konsisten
menaati ketentuan-ketentuan dalam pasal-pasal UUD 1945.
3
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
4
dilanjutkan di perguruan tinggi hingga di wilayah kerja. Penanaman nilai-
nilai Pancasila pada saat itu dilakukan tanpa sejalan dengan fakta yang terjadi
di masyarakat, berdasarkan perbuatan pemerintah. Akibatnya, bukan nilai-
nilai Pancasila yang meresap ke dalam kehidupan masyarakat, akan tetapi
kemunafikan yang tumbuh subur dalam masyarakat. Penguasa tidak
memberikan contoh keteladan yang terdapat pada nilai-nilai pancasila.
B.
Penanaman ortodoksi ideologis yang memiliki indoktrinasi Pancasila dalam
bentuk tafsir tunggal tentang Pancasila, upaya-upaya sistematis untuk
mendesukainosasi interpretasi definitif tentang Pancasila versi orde baru yaitu
uraian Pancasila, verifikasi dan sakralisasi Pancasila sebagai petunjuk moral
dan kekuatan spiritual bangsa Indonesia pelaksanaanya di sekolah dalam
bentuk teks pendidikan moral Pancasila dan penataraan, dan hampir semua
lembaga pemerintah dan kemasyarakatan serta pemanfaatan sejarah untuk
memperkuat pengaruh ideologisnya. Misalnya dalam pembuatan film
G30S/PKI. Persaingan integralisme dan koporatisme yang meliputi
perdebatan tentang letak paham integralisme dalam hukum konstitusional
Indonesia, perubahan-perubahan ekonomi dan sosial yang di akibatkan oleh
kebijakan pembangunan pemerintah.
5
nilai dasar moral etik bagi negara dan aparat pelaksana negara dalam
kenyataan yang digunakan sebagain alat legitimasi politik semua
kebijaksanaan dan tindakan penguasa mengatas namakan Pancasila bahkan
kebijaksanaan dan tindakan yang bertentangan sekalipun di istilahkan sebagai
pelaksana Pancasila yang murni dan konsekuen. Namun, demikian dibalik
berbagai macam keterpurukan bangsa Indonesia tersebut masih tersisa satu
keyakinan yang dimilikinya yaitu nilai yang berakar dari pandangan hidup
bangsa Indonesia sendiri, yaitu nilai-nilai Pancasila.
C.
Makna “Reformasi” secara etimologis berasal dari kata “reformation” dengan
akar kata “Reform” yang secara mantik semantik bermakna “Make or be come
better be removing or putting right what is bad or wrong” secara harviah
Reformasi memiliki makna suatu gerakan untuk memformat ulang, menata ulang
atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk di kembalikan pada format
atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang di cita-citakan rakyat.
Oleh karena itu suatu gerakan reformasi memiliki kondisi syarat-syarat sebagai
berikut :
5. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai manusia
yang berketuhanan Yang Maha Esa serta terjadinya persatuan dan
kesatuan bangsa.
6
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia serta pandangan hidup bangsa
Indonesia dalam perjalanan sejarah nampaknya tidak diletakkan dalam
kedudukan dan fungsi yang sebenarnya. Oleh karena itu maka gerakan
reformasi harus diletakkan dalam kerangka perspektif Pancasila sebagai cita-
cita dan ideologi sebab tanpa adanya suatu dasar nilai yang jelas maka suatu
reformasi akan mengarah kepada suatu disintegrasi anarkisme brutalisme serta
pada akhirnya menuju kehancuran bangsa dan negara Indonesia. Maka
hakikatnya pancasila harus berdasarkan pada nilai-nilai yang terkandung
didalamnya.
D.
Ketika gelombang gerakan reformasi melanda indonesia maka seluruh aturan
main dalam wacana politik mengalami keruntuhan terutama praktek-praktek
elit politik yang di hinggapi penyakit KKN. Bangsa Indonesia ingin
mengadakan suatu perubahan, yaitu menata kembali kehidupan berbangsa dan
bernegara demi terwujudnya masyarakat madani yang sejahtera, masyarakat
yang bermartabat kemanusiaan, yang menghargai ha-hak asasi manusia,
masyarakat yang demokratis yang bermoral religius serta masyarakat yang
bermoral kemanusiaan dan beradab. Dalam kenyataannya gerakan reformasi
7
ini harus dibayar mahal oleh bangsa Indonesia yaitu dampak sosial, politik,
ekonomi, terutama kemanusiaan.
Secara historis telah kita pahami bersama para pendiri negara telah
menentukan suatu asas, sumber nilai serta sumber norma yang funda mental
dari negara Indonesia yaitu Pancasila, yang bersumber dari apa yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia sendiri yaitu nilai-nilai yang merupakan pandangan
hidup sehari-hari bangsa Indonesia. Nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan
Kerakyatan dan Keadilan adalah ada secara objektif dan melekat pada bangsa
Indonesia yang merupakan pandangan dalam kehidupan bangsa pada sehari-
hari. Oleh karena itu, bila mana bangsa Indonesia meletakkan sumber nilai
dasar filosofi serta sumber norma kepada nilai-nilai tersebut bukanlah suatu
keputusan yang bersifat politis saja melainkan suatu keharusan yang bersumber
8
dari kenyataan hidup pasa bangsa Indonesia sendiri sehingga dengan lain
perkataan bersumber pada kenyataan objektif pada bangsa Indonesia sendiri.
BAB III
ANALISIS KASUS
Marsinah merupakan salah seorang pejuang HAM yang juga merupakan aktivis
dan buruh pada pabrik PT. Catur Putra Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa
Timur. Yang mayatnya mengilang selama 3 hari setelah terjadi aksi unjuk para
buruh, mayat Marsinah di temukan di hutan di Dusun Jegong Kecamatan
Wilangan Nganjuk dengan tanda-tanda banyak luka penyiksaan berat. Pada awal
tahun 1993, Gubernur Jawa Timur mengeluarkan edaran untuk para pengusaha
untuk menaikkan upah para buruh 20%, hal ini membuat buruh senang namun di
sisi lain para pengusaha yang rugi dengan pengeluaran perusahaan. Pada
pertengahan bulan April, surat edaran ini di bahas dan memutuskan untuk
melakukan unjuk rasa. Marsinah yang aktif terlibat dalam mengikuti aksi ini
seperti pada tanggal 2 Mei 1933 yang ikut membahas rencana unjuk rasa, pada
tanggal 3 Mei para buruh mencegah teman-temannya untuk bekerja sampai
koramil sempat ikut turun tanggan. Pada tanggal 4 Mei para buruh mogok kerja
total sampai dengan tanggal 5 Mei Marsinah tetap aktif melakukan unjuk rasa dan
perundingan dan dia menjadi salah satu dari 15 orang yang mewakili untuk
melakukan perundingan, Namun pada siang hari 13 orang dianggap sebagai
penghasut adanya unjuk rasa dan di tuduh telah mengadakan rapat gelap agar
9
buruh tidak masuk kerja yang kemudian di giring oleh Kodim Sidoarjo, Marsinah
bahkan sampai bertanya kepada Kodim Sidoarjo tentang keberadaan rekan-
rekannya namun justru pada jam 10 malam Marsinah lenyap dari sana. Mulai dari
tanggal 6,7,8 Mei Marsinah sudah tidak di ketahui keberadaannya sampai dengan
pada tanggal 8 Mei di temukan jasad Marsinah. Pada tanggal 30 September 1993
di bentuk Tim Terpadu Bakorstanasda Jatim yang berfungsi untuk melakukan
penyelidikan terhadap kasus yang menimpa Marsinah, 8 anggota tinggi PT. Catur
Putra Surya (CPS) di tangkap secara diam-diam, setelah 18 hari mereka
mendekam di penjara akhirnya Pengacara Yudi Susanto, Trimoelja D. Soerjadi,
mengungkap terjadinya pembunuhan terhadap Marsinah. Hasil penyidikan polisi
menyebutkan bahwa Suprapto (pekerja di bagian kontrol CPS) menjemput
Marsinah dengan motornya di dekat rumah kos Marsinah. Dia dibawa ke pabrik,
lalu dibawa lagi dengan Suzuki Carry putih ke rumah Yudi Susanto di Jalan
Puspita, Surabaya. Setelah tiga hari Marsinah disekap, Suwono (satpam CPS)
mengeksekusinya. Yudi Susanto divonis 17 tahun penjara, sedangkan sejumlah
stafnya yang lain itu dihukum berkisar empat hingga 12 tahun, namun mereka
naik banding ke Pengadilan Tinggi dan Yudi Susanto dinyatakan bebas, pada
tingkat kasasi, Mahkamah Agung Republik Indonesia membebaskan para
terdakwa dari segala dakwaan (bebas murni) Marsinah memperoleh Penghargaan
Yap Thiam Hien pada 1993. Ia menjadi simbol perjuangan kaum buruh. Kasus ini
pun menjadi catatan Organisasi Buruh Internasional atau ILO, dikenal sebagai
kasus 1713. Namun, pembunuh yang sebenarnya belum menerima hukuman.
https://www.kompasiana.com/asrinayuni/kasus-marsinah //
Solusi :
Dari cerita Marsinah tersebut terjadi pelanggaran HAM berat yakni penganiyayan
dan pembunuhan yang tidak memperhatikan adanya nilai-nilai pancasila sama
sekali sehingga menurut kelompok kami untuk mengatasi hal ini dapat
mempertegas peraturan-peraturan perundang-undangan tentang pelanggaran
HAM. Kurangnya ketegasan pemerintah terhadap kasus yang menimpa Marsinah
yang seharusnya hukuman penjara seumur hidup karena hal ini telah bersngkutan
dengan nyawa seseorang, untuk mengantisipasi terjadinya masalah yang serupa
seharusnya ada tindakan khusus dari pemerintah untuk memberi efek jera pada
pelaku.
10
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejalan dengan dasar empirik sebelumnya, masa awal orde baru ditandai oleh
terjadinya perubahan besar dalam pegimbangan politik di dalam Negara dan
masyarakat, sebelumya pada era Orde Lama kita tahu bahwa pusat kekuasaan
ada di tangan presiden, militer dan PKI. Namun pada Orde Baru terjadi
pergeseran pusat kekuasaan dimana dibagi dalam militer, teknokrat, dan
kemudian birokrasi. Namun harapan itu akhirnya menemui ajalnya ketika pada
pemilu 1971, golkar secara mengejutkan memenangi pemilu lebih dari separuh
suara dalam pemilu. Itulah beberapa sekelumit cerita tentang Orde Lama dan
Orde Baru, tentang bagaimana kehidupan sosial, politik dan ekonomi di masa
11
itu. Yang kemudian pada orde baru akhirnya tumbang bersamaan dengan
tumbangnya Pak Harto atas desakan para mahasiswa di depan gendung DPR
yang akhrinya pada saat itu titik tolak era Reformasi lahir. Dan pasca
reformasilah demokrasi yang bisa dikatakan demokrasi yang di Inginkan pada
saat itu perlahan-lahan mulai tumbuh hingga sekarang ini.
B. Saran
12
sebelumnya. Harga diri bangsa Indonesia adalah mencintai dan menjaga aset
negara untuk dijadikan simpanan anak cucu kelak.
Hal serupa juga masih terjadi pada masa reformasi, namun hanya di beberapa
daerah. Beberapa kasus dalam Pilkada yang sempat terekam oleh media
menjadi salah satu bukti nyata masih adanya penggunaan birokrasi untuk
suksesi. Sebenarnya penguatan atau “penaklukan” birokrasi bisa saja
dilakukan dengan catatan bahwa penaklukan tersebut didasarkan atas itikad
baik untuk merealisasikan program-program yang telah ditetapkan
pemerintah. Namun sayangnya, penaklukan ini hanya dipahami para pelaku
politik adalah untuk memenuhi ambisi dalam memupuk kekuasaan. Mungkin
dalam hal ini, kita sebagai penerus bangsa harus mampu dan terus bersaing
dalam mewujudkan Indonesia yang lebih baik dari sebelumnya. Harga diri
bangsa Indonesia adalah mencintai dan menjaga aset negara untuk dijadikan
simpanan anak cucu kelak.
13
Daftar Pustaka
Abdulgani, Roeslan,1979.Pengembangan Pancasila di Indonesia, Yayasan Idayu,
Jakarta.
Djoko,Susanto,2013,Mata Kuliah Pembelajaran Pancasila,Kemendikbud,Jakarta.
Siti,Fatimah,2013,Pancasila Dalam Kajian Bangsa Indonesia,UIN Syarif
Hidayatullah,Jakarta.
http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel.pdf//
https://renderzmain.blogspot.com/2016/03/penerapan-pancasila-pada-masa-
orde-baru//
(Di akses) 13 September 2019
14