OLEH:
FRIDOLIN MANJA NGGAHAR
KELAS: X1 IPS 3
TUGAS: SOSIOLOGI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sendiri.
manusia perlu bekerjasama. Manusia membentuk pengelompokan sosial dalam upaya
mempertahankan kehidupannya. Dalam kehidupannya itu manusia juga memerlukan
organisasi yaitu jaringan informasi sosial antra sesama untuk menciptakn ketertiban sosial.
Interaksi sosial itu yang akhirnya melahirkan lingkungan sosial. Dalam berinteraksi kadang
timbul konflik dalam masyarakat itu sendiri. Hal ini disebabkan karena berbedanya karekter
masyarakat itu sendiri, pola hidup, dan cara pencapaian tujuan hidupnya.
Bertitik tolak dari masalah diatas, maka penulis membuat makalah in yang penulis
beri judul “MAKALAH KONFLIK SOSIAL BAGI MASYARAKAT
2. Tujuan
Tujauan penulisan makalah ini untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis
dan pembaca tentang konflik sosial, dan lingkungan sosial serta cara mengatasi konflik yang
ada.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. KONFLIK SOSIAL
a. Pengertian Konflik Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan sesama manusia. Ketika
berinteraksi dengan sesama manusia, selalu diwarnai dua hal, yaitu konflik dan kerjasama.
Dengan demikian konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia.
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik, dalam kamus besar Bahasa
Indonesia (2002) diartikan sebagai percekcokan, perselisihan, dan pertentangan.
Pertentangan dikatakan sebagai konflik manakala pertentangan itu bersifat langsung, yakni
ditandai interaksi timbal balik di antara pihakpihak yang bertentangan.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik).
Konflik sosial adalah pertentangan antara anggota atau antara kelompok dalam
masyarakat yang sifatnya menyeluruh, yang disebabkan oleb adanya beberapa perbedaan,
yaitu perbedaan individu, perbedaan pola budaya, perbedaan status sosial, perbedaan
kepentingan dan terjadinya perubahan sosial.
3
perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian,
pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap
masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar
anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan
dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Kesimpulannya sumber konflik itu sangat beragam
dan kadang sifatnya tidak rasional. Oleh karena kita tidak bisa menetapkan secara tegas
bahwa yang menjadi sumber konflik adalah sesuatu hal tertentu, apalagi hanya didasarkan
pada hal-hal yang sifatnya rasional. Pada umumnya penyebab munculnya konflik
kepentingan sebagai berikut: (1) perbedaan kebutuhan, nilai, dan tujuan, (2) langkanya
sumber daya seperti kekuatan, pengaruh, ruang, waktu, uang, popularitas dan posisi, dan (3)
persaingan. Ketika kebutuhan, nilai dan tujuan saling bertentangan, ketika sejumlah sumber
daya menjadi terbatas, dan ketika persaingan untuk suatu penghargaan serta hak-hak
istimewa muncul, konflik kepentingan akan muncul.
Faktor Penyebab konflik dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik adalah sebagai
berikut :
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki
pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan
perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab
konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan
dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan
pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa
terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
4
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan
pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan
menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu
berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya
konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses
industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama
5
pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah
menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai
kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan
menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan
struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan
berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung
tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan
istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau
mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan
terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap
mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
c. Jenis-jenis konflik
Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-
peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
Konflik antar atau tidak antar agama
Konflik antar politik.
D. Akibat konflik
6
Kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
E. Contoh Konflik
F. Penyelesaian Konflik
Secara sosiologis, proses sosial dapat berbentuk proses sosial yang bersifat
menggabungkan (associative processes) dan proses sosial yang menceraikan
(dissociative processes). Proses sosial yang bersifat asosiatif diarahkan pada
terwujudnya nilai-nilai seperti keadilan sosial, cinta kasih, kerukunan, solidaritas.
Sebaliknya proses sosial yang bersifat dissosiatif mengarah pada terciptanya nilai-nilai
negatif atau asosial, seperti kebencian, permusuhan, egoisme, kesombongan, pertentangan,
perpecahan dan sebagainya. Jadi proses sosial asosiatif dapat dikatakan proses positif. Proses
sosial yang dissosiatif disebut proses negatif. Sehubungan dengan hal ini, maka proses sosial
yang asosiatif dapat digunakan sebagai usaha menyelesaikan konflik.
a. Konsiliasi
7
Konsiliasi berasal dari kata Latin conciliatio atau perdamaian yaitu suatu cara untuk
mempertemukan pihak-pihak yang berselisih guna mencapai persetujuan bersama untuk
berdamai. Dalam proses pihak- pihak yang berkepentingan dapat meminta bantuan pihak ke
tiga. Namun dalam hal ini pihak ketiga tidak bertugas secara menyeluruh dan tuntas. Ia hanya
memberikan pertimbangan-pertimbangan yang dianggapnya baik kepada kedua pihak yang
berselisih untuk menghentikan sengketanya. Contoh yang lazim terjadi misalnya
pendamaian antara serikat buruh dan majikan. Yang hadir dalam pertemuan konsiliasi
ialah wakil dari serikat buruh, wakil dari majikan/perusahaan serta ketiga yaitu juru damai
dari pemerintah, dalam hal ini Departemen Tenaga. Kerja. Langkah-langkah untuk berdamai
diberikan oleh pihak ketiga, tetapi yang harus mengambil keputusan untuk berdamai adalah
pihak serikat buruh dan pihak majikan sendiri.
b. Mediasi
Mediasi berasal dari kata Latin mediatio, yaitu suatu cara menyelesaikan
pertikaian dengan menggunakan seorang pengantara (mediator). Dalam hal ini fungsi
seorang mediator hampir sama dengan seorang konsiliator. Seorang mediator juga
tidak mempunyai wewenang untuk memberikan keputusan yang mengikat;
keputusannya hanya bersifat konsultatif. Pihak-pihak yang bersengketa sendirilah yang
harus mengambil keputusan untuk menghentikan perselisihan.
c. Arbitrasi
Arbitrasi berasal dari kata Latin arbitrium, artinya melalui pengadilan, dengan seorang
hakim (arbiter) sebagai pengambil keputusan. Arbitrasi berbeda dengan konsiliasi dan
mediasi. Seorang arbiter memberi keputusan yang mengikat kedua pihak yang bersengketa,
artinya keputusan seorang hakim harus ditaati. Apabila salah satu pihak tidak menerima
keputusan itu, ia dapat naik banding kepada pengadilan yang lebih tinggi sampai
instansi pengadilan nasional yang tertinggi. Dalam hal persengketaan antara dua
negara dapat ditunjuk negara ketiga sebagai arbiter, atau instansi internasional lain
seperti PBB.
Orang-orang yang bersengketa tidak selalu perlu mencari keputusan secara formal
melalui pengadilan. Dalam masalah biasa dan pada lingkup yang sempit pihak-pihak yang
8
bersengketa mencari seseorang atau suatu instansi swasta sebagai arbiter. Cara yang tidak
formal itu sering diambil dalam perlombaan dan pertandingan. Dalam. hal ini yang bertindak
sebagai arbiter adalah wasit.
d. Koersi
e. Detente
Detente berasal dari kata Perancis yang berarti mengendorkan. Pengertian yang
diambil dari dunia diplomasi ini berarti mengurangi hubungan tegang antara dua pihak
yang bertikai. Cara ini hanya merupakan persiapan untuk mengadakan pendekatan
dalam rangka pembicaraan tentang langkah- langkah mencapai perdamaian. Jadi hal ini
belum ada penyelesaian definitif, belum ada pihak yang dinyatakan kalah atau menang.
Dalam praktek, detente sering dipakai sebagai peluang untuk memperkuat diri
masing-masing; perang fisik diganti dengan perang saraf. Lama masa "istirahat" itu. tidak
tertentu; jika masing-masing pihak merasa diri lebih kuat, biasanya mereka tidak melangkah
ke meja perundingan, melainkan ke medan perang lagi.
2. Lingkungan Sosial
9
sehari-hari. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi diharapkan mampu
menjelaskan suatu pandangan yang lebih bijak tentang hubungan timbal balik antara
manusia dan lingkungan alam.
Beberapa ahli ilmu pengetahuan alam menyatakan bahwa teknik-teknik baru yang
digunakan oleh manusia akan mampu mengontrol alam serta meningkatkan kesejahteraan
umat manusia di masa mendatang. Sebaliknya ahli-ahli lain berpendapat bahwa kita
masih sangat terikat dari “campur tangan alam”.
Sejarah tragedi kepone ini merupakan salah satu dari berbagai peristiwa yang
serupa yang banyak terjadi di belahan dunia ini. Catatan sejarah ini dipakai sebagai
ilustrasi untuk menggambarkan bagaimana manusia dapat mempengaruhi keadaan
lingkungan seperti kualitas air, udara dan tanah di mana keberadaannya sangat tergantung
pada unsur-unsur tersebut. Bagi ahli geografi dampak manusia terhadap lingkungan alam
sesungguhnya lebih banyak diperhatikan bila dibandingkan dengan kaitannya isu-isu
sosial.
10
dan ikan, bila ditelusuri kebelakang akhirnya sampai pada tanaman. Semakin tinggi
teknologi suatu masyarakat semakin bertambah besar tingkat ketergantungannya pada
konsumsi energi dan semakin besar hilangnya panas. maka akan menciptakan lembaga
pengrusakan pada biosfir atau okosfir. Dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang
makin pesat dorongan pertumbuhan ekonomi berbagai negara mengakibatkan berbagai
pemborosan sumber daya alam yang berakibat kemerosatan kualitas lingkungan. Pada
saat ini terjadinya kemerosotan kualitas lingkungan sudah menjangkau ke berbagai segi
kehidupan. Sebagai contohnya antara lain terjadinya; mutasi gen manusia terselubung,
hujan asam, dampak rumah kaca, lobang lapisaan ozon.
Pengertian lingkungan hidup yang tercantum dalam UU No. 4 tahun 1982 atau
No. 23 tahun 1997 didefinisikan sebagai suatu kesatuan ruang yang terdiri dari benda,
daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup
lainnya. Komponen-komponennya terdiri dari fisik, biotis, sosial, ekonomi, budaya dan
kesehatan masyarakat.
11
perubahan iklim global dan lain sebagainya. Ini semua menunjukkan bahwa dalam
melakukan pembangunan perlu dilakukan melalui pendekatan ekologis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sendiri.
manusia perlu bekerjasama.Ketika berinteraksi dengan sesama manusia, selalu diwarnai
dua hal, yaitu konflik dan kerjasama. Dengan demikian konflik merupakan bagian dari
kehidupan manusia.Pada umumnya penyebab munculnya konflik kepentingan sebagai
berikut: (1) perbedaan kebutuhan, nilai, dan tujuan, (2) langkanya sumber daya seperti
kekuatan, pengaruh, ruang, waktu, uang, popularitas dan posisi, dan (3) persaingan.
Ketika kebutuhan, nilai dan tujuan saling bertentangan, ketika sejumlah sumber daya
12
menjadi terbatas, dan ketika persaingan untuk suatu penghargaan serta hak-hak istimewa
muncul, konflik kepentingan akan muncul.
B. Saran
Sebagai makhluk sosial hendaknya kita menjalani hubungan yang baik dengan
manusia lain, agar konflik sosial dapat dihindari. Selain itu kita juga harus menjaga
kelestarian lingkungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Soetomo, Drs., 1995, Masalah Sosial dan Pembangunan, PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.
13