Penyebab Konflik
Konflik merupakan sebuah proses interaksi sosial yang bersifat disosiatif
akibat adanya sejumlah perbedaan melatarbelakangi kehidupan bersama dalam
masyarakat. Apabila perbedaan-perbedaan itu tidak dinetralisasikan oleh masingmasing individu atau kelompok masyarakatnya, maka akan timbul situasi konflik
yang mengganggu stabilitas kehidupan bersama tersebut
Mulyadi dkk (2015: 42) menjelaskan faktor-faktor penyebab konflik yang
terjadi dalam masyarakat.
1. Faktor-faktor penyebab konflik secara umum
a. Perbedaan Antarindividu
Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, pendapat atau
ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggaan, dan identitas seseorang.
Misalnya, dalam sebuah ruangan kantor ada karyawan yang terbiasa bekerja
sambil mendengarkan musik dengan suara keras, tetapi karyawan lebih
menyukai bekerja dengan suasana yang tenang, sehingga kebisingan
merupakan hal yang mengganggu konsentrasi dalam bekerja. Perbedaan
perasaan dan kebiasaan tersebut menimbulkan rasa benci dan amarah sebagai
awal timbulnya suatu konflik.
b. Perbedaan kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.
Tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma-norma sosial yang
sama. Apa yang dianggap baik oleh suatu masyarakat belum tentu sama
dengan apa yang dianggap baik oleh masyarakat lain. Misalnya, seseorang
yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang
menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional bertemu dengan seseorang yang
dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang menjunjung
tinggi nilai-nilai modern, maka akan terdapat perbedaan nilai yang dianut
oleh kedua belah pihak sehingga dapat menimbulkan konflik.
c. Perbedaan kepentingan
Setiap individu ataupun kelompok sering kali memiliki kepentingan yang
berbeda dengan individu atau kelompok lainnya. Semua itu bergantung dari
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Perbedaan kepentingan ini menyangkut
kepentingan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Misalnya, seorang
pengusaha menghendaki adanya penghematan dalam biaya suatu produksi
sehingga dengan terpaksa harus melakukan rasionalisasi pegawai. Namun,
para pegawai yang terkena rasionalisasi merasa hak-haknya diabaikan
sehingga perbedaan kepentingan tersebut menimbulkan suatu konflik.
d. Perubahan sosial yang terlalu cepat
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang kalah cepat
seperti yang sedang terjadi pada era globalisasi sekarang ini, mengakibatkan
terjadinya perubahan sosial budaya yang juga terlalu cepat. Perubahan itu
antara lain terlihat pada fenomena-fenomena sosial berikut ini
1) Cultural lag, yaitu ketertinggalan sistem nilai dan norma sosial. Tidak
mampu mengikuti perkembangan iptek, terutama di bidang materi
2) Cultural shock atau kegoncangan budaya, terutama terjadi dikalangan
generasi muda
3) Westernisasi budaya atau budaya kebarat-baratan, terutama terjadi di
kalangan generasi muda
4) Cultural lost, yaitu hilangnya beberapa unsur sosial budaya tradisional,
seperti kegotong-royongan, kesetiakawanan sosial; hilangnya beberapa
unsur teknologi tradisional yang masih layak pakai; dan lain-lain
5) Konsumerisme, yaitu pemakaian barang-barang konsumsi terutama
barang-barang mewah secara berlebihan
Fenomena-fenomena tersebut tidak hanya terjadi di lingkungan masyarakat
kota, tetapi juga sering terjadi pada masyarakat desa. Akibatnya, sering
terjadi konflik sosial terutama antara generasi muda dan generasi tua.
e. Perbedaan etnis
Menurut J. Ranjabar (Mulyadi dkk, 2015: 44) hal-hal yang dapat menjadi
penyebab terjadinya konflik pada masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Apabila terjadi dominasi suatu kelompok terhadap kelompok lain.
Contohnya adalah konflik yang terjadi di Aceh dan Papua
b. Apabila terdapat persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup
antara kelompok yang berlainan suku bangsa. Contohnya, konflik yang
terjadi di Sambas
c. Apabila terjadi pemaksaan unsur-unsur kebudayaan dari warga sebuah
suku bangsa terhadap warga suku bangsa lain. Contohnya konflik yang
terjadi di Sampit
d. Apabila terdapat potensi politik yang terpendam, yang telah bermusuhan
secara adat. Contohnya konflik antarsuku di pedalaman Papua
Oleh sebab itu, terdapat berbagai bentuk konflik dalam kehidupan masyarakat.
B. Bentuk-bentuk Konflik
Secara garis besar berbagai konflik dalam masyarakat dapat diklasifikasikan
ke dalam beberapa bentuk konflik berikut ini (Mulyadi dkk, 2015: 44).
1. Berdasarkan sifatnya
a. Konflik destruktif merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan
tidak senang, rasa benci, dan dendam dari seseorang ataupun kelompok
terhadap pihak lain. Pada konflik ini terjadi bentokan-bentrokan fisik yang
mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta bendaa. Contohnya, konflik
Ambon, Poso, Kupang, dan Sambas
b. Konflik konstruktif merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini
muncul karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam
menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini akan menghasilkan suatu
mungkin terbentuk lewat proses-proses interaksi lain sebelum ketegangan dan konflik
itu muncul.
Berdasarkan kedua bentuk konfik di atas, Lewis A. Coser membedakan
konflik atas konflik in-group dan konflik out-group. Konflik in-group adalah konflik
yang terjadi antaranggota dalam satu geng. Konflik out-group adalah konflik yang
terjadi antara satu kelompok dan kelompok lain. Sebagai contoh, konflik yang terjadi
antara masyarakat Dayak dan masyarakat Madura beberapa tahun lalu, atau
antarkelompok agama di Maluku.
Ahli lain, Ralf Dahrendorf membedakan konflik atas empat macam, yaitu
sebagai berikut.
1. Konflik antara peran-peran sosial. Sebagai contoh, konflik antara peranperan dalam keluarga atau profesi, seperti peranan seorang suami dan istri
dalam mendapatkan penghasilan
2. Konflik antara kelompok-kelompok sosial
3. Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisasi dan tidak
terorganisasi
4. Konflik-konflik di antara satuan nasional, seperti antara partai politik,
negara-negara, atau organisasi-organisasi internasional.
Soerjono Soekanto menyebutkan lima bentuk khusus konflik atau
pertentangan yang terjadi dalam masyarakat. Kelima bentuk konflik atau
pertentangan itu adalah sebagai berikut
1. Konflik pribadi, konflik ini terjadi antara dua individu atau lebih karena
perbedaan pandangan dan sebagainya, biasanya juga timbul karena persoalan
benci
2. Konflik rasial, konflik ini umumnya timbul akibat perbedaan-perbedaan ras,
seperti perbedaan ciri badan, kepentingan, dan kebudayaan. Biasanya,
konflik ini terjadi dalam masyarakat yang salah satu rasnya menjadi
kelompok mayoritas. Sebagai contoh, konflik antara orang kullit hitam dan
kulit putih di Afrika Selatan
3. Konflik antara kelas-kelas sosial, konflik ini umumnya disebabkan karena
perbedaan kepentingn misalnya konflik akibat perbedaan kepentingan antara
buruh dan majikan
4. Konflik politik, konflik ini terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan atau
tujuan-tujuan politis seseorang atau kelompok, contohnya konflik antarpartai
politik dalam sebuah negara
5. Konflik internasional, umumnya, konflik ini terjadi karena perbedaan
kepentingan yang kemudian berpengaruh pada kedaulatan negara. Sebagai
contoh, konflik antarnegara mengenai suatu wilayah eksploitasi minyak di
daerah perbatasan.
C. Dampak sebuah konflik
Menurut Lewis A. Coser, konflik merupakan peristiwa normal yang dapat
memperkuat struktur hubungan-hubungan sosial. Tidak adanya konflik dalam sebuah
masyarakat tidak dapat dianggap sebagai petunjuk kekuatan dan stabilitas hubungn
sosial masyarakatnya. Konflik yang diungkapkan dapat merupakan tanda hubungan
sosial yang hidup dan dinamis. Sebenarnya, masyarakat yang memperbolehkan
terjadinya konflik adalah masyarakat yang cenderung terhindar dari kemungkinan
ledakan konflik dan kehancuran struktur sosial
Segi positif suatu konflik adalah sebagai berikut.
1. Konflik dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau
masih belum tuntas ditelaah. Sebagai contoh, perbedaan pendapat tentang
suatu permasalahan dalam diskusi atau seminar biasanya bersifat positif.
Perbedaan pendapat justru dapat memperjelas dan mempertajam
kesimpulan seminar tersebut
2. Konflik memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma, nilainilai, serta hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan
dengan kebutuhan individu atau kelompok
3. Konflik meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (in-group
soliaruty) yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain. Willian
F. Ogburn dan Mayer Nimkoff mengatakan bahwa semakin besar