BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini rumusan masalah yang dapat kami paparkan adalah sebagai
berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
C.
TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas maka tujuan dari
penulisan makalah ini antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
2.
Penyelesaian Konflik, bertujuan untuk mengakhiri perilaku kekerasan
melalui persetujuan damai.
3.
Pengelolaan Konflik, bertujuan untuk membatasi dan menghindari
kekerasan dengan mendorong perubahan perilaku positif bagi pihak-pihak yang
terlibat.
4.
Resolusi Konflik, menangani sebab-sebab konflik dan berusaha
membangun hubungan baru dan yang bisa tahan lama diantara kelompokkelompok yang bermusuhan.
5.
Transformasi Konflik, mengatasi sumber-sumber konflik sosial dan
politik yang lebih luas dan berusaha mengubah kekuatan negatif dari
peperangan menjadi kekuatan sosial dan politik yang positif.
Tahapan-tahapan diatas merupakan satu kesatuan yang harus dilakukan dalam
mengelola konflik. Sehingga masing-masing tahap akan melibatkan tahap
sebelumnya misalnya pengelolaan konflik akan mencakup pencegahan dan
penyelesaian konflik.
B.
TEORI-TEORI KONFLIK
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan
perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik.
Sasaran: membantu pihak yang berkonflik untuk memisahkan perasaan pribadi
dengan berbagai masalah dan isu dan memampukan mereka untuk melakukan
negosiasi berdasarkan kepentingan mereka daripada posisi tertentu yang sudah
tetap. Kemudian melancarkan proses kesepakatan yang menguntungkan kedua
belah pihak atau semua pihak.
4.
Teori identitas
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang terancam, yang sering
berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak
diselesaikan.
Sasaran: melalui fasilitas lokakarya dan dialog antara pihak-pihak yang
mengalami konflik, sehingga dapat mengidentifikasi ancaman dan ketakutan di
antara pihak tersebut dan membangun empati dan rekonsiliasi di antara mereka.
5.
C.
Spesialisasi
Sebuah kelompok yang bertanggung jawab untuk suatu tugas tertentu atau area
pelayanan tertentu memisahkan dirinya dari keompok lain. Seringkali berakibat
terjadinya konflik antar kelompok.
2.
Interdependensi peran
Peran perawat pelaksana dalam praktek pribadi tidak akan serumit seperti peran
perawat dalam tim kesehatan yang multidisiplin, dimana tugas seseorang perlu
didiskusikan dengan orang lain yang mungkin bersaing untuk area - area
tertentu.
4.
Kekaburan tugas
Ini diakibatkan oleh peran yang mendua dan kegagalan untuk memberikan
tanggung jawab dan tanggung gugat untuk suatu tugas pada individu atau
kelompok.
5.
Perbedaan
Sekelompok orang dapat mengisi peran yang sama tetapi perilaku sikap, emosi,
dan kognitif orang - orang ini terhadap peran mereka bisa berbeda.
6.
Persaingan ekonomi, pasien, jabatan, adalah sumber absolut dari konflik antar
pribadi dan antar kelompok.
7.
Perubahan
Saat perubahan menjadi lebih tampak, maka kemungkinan tingkat konflik akan
meningkat secara proporsional.
8.
Bila orang mendapat imbalan secara berbeda - beda, maka sering timbul konflik,
kecuali jika mereka terlibat dalam perbuatan sistem imbalan.
9.
Masalah komunikasi
KATEGORI KONFLIK
Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflik yaitu
konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik antar individu dan kelompok,
konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi
1.
Konflik Intrapersonal
b.
Beraneka macam cara yang berbeda yang mendorong perananperanan dan kebutuhan-kebutuhan itu terlahirkan.
c.
Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi di antara
dorongan dan tujuan.
d.
Terdapatnya baik aspek yang positif maupun negatif yang menghalangi
tujuan-tujuan yang diinginkan.
Konflik Interpersonal
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanantekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh
kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang
individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai
norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.
4.
Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di dalam organisasiorganisasi. Konflik antar lini dan staf, pekerja dan pekerja manajemen
merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok.
5.
PROSES KONFLIK
1.
b.
c.
Struktur Tuntutan pekerjaan menyebabkan ketidaknyamanan antar
anggota organisasi
d.
Variabel Pribadi
e.
2.
Apabila pada tahap I muncul kondisi yang negatif, maka pada tahap ini kondisi
tersebut didefinisikan, sesuai persepsi pihak yang berkonflik.
a.
Konflik yang dipersepsikan : kesadaran satu pihak atau lebih atas
adanya konflik yang menciptakan peluang terjadinya konflik
b.
Konflik yang dirasakan : keterlibatan emosional saat konflik yang
menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi, atau kekerasan.
3.
d.
Akomodasi : kesediaan satu pihak dlm konflik u/ memperlakukan
kepentingan pesaing di atas kepentingannya sendiri.
e.
Kompromi : satu situasi yg di dalamnya masing2 pihak yg berkonflik
bersedia mengorbankan sesuatu.
4.
Tahap IV Perilaku
Pada tahap ini konflik tampak nyata, mencakup pernyataan, tindakan dan reaksi
yg dibuat pihak2 yg berkonflik.
5.
Tahap V Hasil
Pada tahap ini konflik dapat ditentukan apakah merupakan Konflik Fungsional
atau Konflik Disfungsional.
F.
PENATALAKSANAAN KONFLIK
Disiplin
Konflik dapat diatasi dengan membantu individu perawat mencapai tujuan sesuai
dengan tahapan kehidupannya, yang meliputi :
a.
b.
c.
3.
Komunikasi
Asertif training
Apabila ingin terlibat dalam manajemen konflik, maka perawat perlu memahami
gambaran yang menyeluruh tentang masalah atau konflik yang akan
diselesaikan.
Tujuan yang ingin dicapai antara lain : meningkatkan alternatif penyelesaian
masalah konflik, bila perlu motivasi fihak yang terlibat untuk mendiskusikan
alternatif penyelesaian masalah yang mungkin diambil sehingga pihak yang
terlibat konflik dapat bertanggung jawab terhadap keputusan yang dipilih.
2.
Memilih strategi
a.
Menghindar Untuk mencegah konflik yang lebih berat pada situasi
yang memuncak, maka strategi menghindar merupakan alternatif penyelesaian
konflik yang bersifat sementara yang tepat untuk dipilih.
b.
Akomodasi Mengakomodasikan pihak yang terlibat konflik dengan cara
meningkatkan kerja sama dan keseimbangan serta mengembangkan
kemampuan penyelesaian masalah yang tepat dengan cara mengumpulkan data
yang akurat dan mengambil suatu kesepakatan bersama.
c.
Kompromi Dilakukan dengan mengambil jalan tengah di antara kedua
pihak yang terlibat konflik.
d.
Kompetisi Sebagai pimpinan, perawat dapat menggunakan kekuasaan
yang terkait dengan tugas stafnya melalui upaya meningkatkan motivasi antar
staf, sehingga timbul rasa persaingan yang sehat.
e.
Kerja sama Apabila pihak - pihak yang terlibat konflik bekerja sama
untuk mengatasi konflik tersebut, maka konflik dapat diselesaikan secara
memuaskan.
H.
1.
Pemimpin perlu menganalisa jumlah dan tipe konflik yang terjadi
dalam organisasi sehingga bisa fokus mengatasinya.
2.
Manajer kesehatan seharusnya mengevaluasi setiap level konflik yang
terjadi dan melihat apakah organisasinya kuat dalam mengahdapi konflik.
3.
Ketika manajer terlibat konflik seharusnya berfikir eksplisit tentang
sejauh mana perhatian mereka terhadap organisasi.Ini menjadi salah satu kunci
untuk menentukan strategi pengelolaan konflik.
4.
Dalam negosiasi,manajer perlu menentukan dan mengidentifikasi isu
yang pasti akan dinegosiasikan.
5.
Manajer seharusnya hati-hati menentukan apakah sikap dalam
negosiasi telah memenuhi standar norma sebelum bernegosiasi.
6.
Manajer seharusnya tidak terlalu tertekan dalam mempersiapkan
sebuah negosiasi.
7.
Jika seorang manajer melibatkan pihak ketiga dalam penanganan
konflik mereka harus mengontrol proses dan hasil dari perdebatan/diskusi.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
SARAN
Tahun : 2011
Nama jurnal : Journal of Family Psychology
Volume dan halaman : Vol. 25, No. 1, 157161
Permasalahan
Metode penelitian
Peserta : Peserta adalah 559 remaja awal (usia rata-rata 13,4) dan 327 remaja
menengah (usia rata-rata 17,7). Peserta direkrut dari berbagai (SMP) tinggi
sekolah yang terletak di provinsi Utrecht, Belanda.
Penelitian ini menggunakan dua gelombang dengan interval tiga tahun. Para
remaja awal yang relatif berpendidikan tinggi dengan kira-kira sepertiga dari
mereka mempersiapkan diri untuk kerja atau pelatihan kejuruan, dan dua pertiga
mempersiapkan tinggi pendidikan atau universitas.
Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui spillover efek antara
penggunaan gaya resolusi konflik pada hubungan remaja-orangtua dan
persahabatan remaja.
Landasan teori
Hasil penelitian
Penelitian ini memperoleh hasil bahwa Hasil jelas menunjukkan bahwa konflik
remaja ' Resolusi gaya dengan orangtua mereka terkait dengan konflik Resolusi
gaya remaja gunakan dengan teman-teman mereka atas waktu. penelitian
menemukan hasil ini baik untuk kelompok awal-ke-menengah dan menengah-keakhir remaja dan untuk semua konflik tiga gaya resolusi, menyiratkan bahwa
hubungan dengan orang tua adalah dan tetap menjadi sumber penting dari
pengaruh pada anak-anak. Hal ini sejalan dengan teori attachment (Bowlby,
1969) dan teori pembelajaran sosial (Bandura, 1977), yang menekankan peran
penting orang tua-anak interaksi bermain di membangun dan memelihara
hubungan. Selain itu, Hasil dari penelitian ini dapat dijelaskan oleh gagasan
umum bahwa meskipun sementara peningkatan konflik parentadolescent dan
penurunan dukungan orangtua dirasakan dari remaja awal, kebanyakan
hubungan orangtua-remaja tetap dekat dan dengan demikian memiliki potensi
untuk tetap berpengaruh. Dengan demikian, seperti hubungan dengan orang tua
Sebelum melangkah lebih jauh, kita harus mengetahui apakah konflik social itu,
terus kemudian baru kita melangkah ke teori konflik yang di kemukakan oleh Ralf
Dahrendorf dan menguraikannya.
Konflik social adalah proses social antar perorangan atau kelompok masyarakat
tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan keentingan yang sangat
mendasar. Sehingga menimbulkan adanya semacam adanya gap atau semacam
jurang pemisahyang menganjal interaksi social di antara mereka yang bertikai
tersebut. Upaya untuk menghilangkan ganjalan tersebut dilakukan oleh masing
masing pihak melalui cara cara yang tidak wajar, tidak konstitusional sehingga
menimbulkan adanya semacam pertikaian kea rah bentuk fisik dan kepentingan
yang saling menjatuhkan. Misalnya, perbedaan kepentingan politik, baik politik
kenegaraan dalam satu Negara maupun antar Negara.
Teori konflik bertujuan mengatasi watak yang secara dominant bersifat arbiter
dari peristiwa peristiwa sejarah yang tidak dapat dijelaskan dengan
menurunkan peristiwa peristiwa tersebut dari elemen elemen struktur social.
[1]
Teori konflik yang dikemukakan Ralf Dahrendorf seringkali disebut teori konflik
dialektik yang artinya masyarakat mempunyai dua wajah, yakni konflik dan
consensus (kita tidak akan mengalami konflik kalau sebelumnya tidak ada
consensus). Contoh Badshah dan Aisyah dalam kelas ini tidak mungkin terlibat
dalam konflik karena mereka tidak pernah hidup bersama dan mengenal satu
sama lain, dan sebaliknya, konflik biasa menghantar seseorang pada consensus.
[2]
Kemudian teori konflik berorientasi ke study struktur dan instansi social. Dalam
karyanya ini tori konflik dan fungsional di sejajarkan, yang menurut fungsionalis
masyarakat adalah setatis atau mesyarakat berada dalam keadaan berubah
secara seimbang, akan menurut teori konflik masyarakat setiap saat akan
tunduk pada proses perubahan. Fungsionalisme menekankan pada keteraturan
masyarakat, sedangkan konflik melihat konflik dan pertikaian dalam system
social.fungsionalisme menyatakan bahwa setiap elemen masyarakat berperan
dalam menjaga stabilitas, sedangkan teori konflik melihat berbagai element
kemasyarakatan menyumbang terhadap Disintegrasi dan perubahan.
Dalam hal itu berarti bahwa dalam masyarakat ada beberapa posisi yang
mendapatka kekuasaan dan otoritas untuk menguasai orang lain sehingga
kestabilan bias di capai. Factor social ini mengarahkan peda tesisnya , bahwa
distribusi otoritas atau kekuasaan yang berbeda-beda maerupakan factor yang
menentukan bagi terciptanya konflik social yang sistematis, yang menurutnya
berbagai posisi yang ada didalam masyarakat memiliki otoritas atau kekuasaan
dengan institusi yang berbeda
Kekuasaan atau otoritas tidak bersifat tetap karena melekat pada posisi dan
bukan pada pribadi, oraang bias saja berkuasa atau mempunyai otoritas dalam
latarbelakang tertentu dan tidak mampunyai kekuasaan atau otoritas tertentu
dalam latarbelakng yang lain misalnya: dalam kelas seorang dosen mempunyai
otoritas atas mahasiswanya akan tetapi dalam pengaturan lain, mahasiswa juga
mempunyai otoritas atas dosennya, dimana sang dosen adalah salah seorang
diantara audiensinya.
2. OTORITAS
Ralf Dahrendorf memusatkan perhatiaanya pada struktur social yang lebih luas,
inti tesisnya adalah bahwa berbagai posisi didalam masyarakat mempunya
kualitas otoritas berbeda tak tertarik pada struktur posisi saja tetapi juga pada
konflik antar berbagi struktur posisi itu. Sumber struktur konflik harus di cari di
dalam tatanan peran social yang berpotensi untuk mendominasi atau
ditundukkan (1959:163)
Konflik kepentingan pasti selalu ada dalam setiap kehidupan bersama atau
perkumpulan ataunegara walaupun secara sembunyi0sembunyi.yang berarti
legitimasi selalu tidak tetap dan selalu terancam.[4]
Menurut Ralf Dahrendorf ada toga tipe utama kelompok dalam konflik dan
perubahan, pertama adalah kelompok semu (guasi group) sejumlah pemegang
posisi dengan kepentingan yang sama( Ralf Dahrendorf 1959: 180) kelompok
semu ini adalah calon anggota tipe kedua, yakni kelompok kepentingan yang
keduanya di lukiskan oleh Dahrendorf seperti berikut metode perilaku yang
sama adalah karekteristik daro kelompok kepentingan yang di rekrut dari
kelompok yang yang lebih besar, kelompok kepentingan adalah kelompok dalam
pengertian sosiologi yang ketat, dan kelompok ini adalah agen riil dari konflik
kelompok, kelompok ini mempunyai struktur, bentuk organisasi, tujuan dan
program dan anggota peroranga. (Ralf Dahrendorf 1959 : 180)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Goodman, Douglas J dan Ritzart, George, Teori Sosiologi Modern, Jakarta, Prenada
Media Group 2007
[2] Bernard Raho, teori sosiologi modern, prestasi pustaka,( Jakarta ,2007), hal
78
[3] George ritzart, Douglas J. Goodman, teori sosiologi modern, prenada media
group.(Jakarta, 2007 hal 153)
KEKUASAAN
Dialektika Konflik
Teori Konflik Dialektika
MEMANDANG BAHWA PERUBAHAN SOSIAL TIDAK TERJADI MELALUI PROSES
PENYESUAIAN NILAI-NILAI YANG MEMBAWA PERUBAHAN, TETAPI TERJADI AKIBAT
ADANYA KONFLIK YANG MENGHASILKAN KOMPROMI-KOMPROMI YANG BERBEDA
DENGAN KONDISI SEMULA
ICA
Terbentuk atas HUBUNGAN-HUBUNGAN KEKUASAAN antara beberapa KELOMPOK
PEMERAN KEKUASAAN YANG ADA DALAM masyarakat
KEKUASAAN menunjukkan adanya faktor PAKSAAN oleh suatu kelompok atas
kelompok yang lain. Dalam ICA hubungan kekuasaan menjadi TERSAHKAN
atau TERLEGITIMASI
Dalam ICA terdapat RULING dan RULED (pemeran yang berkuasa dan pemeran
yang dikuasai) yang berkuasa berusaha mempertahankan STATUS QUO, yang
dikuasai berusaha mendapatkan STATUS QUO