Anda di halaman 1dari 5

KONFLIK

Nama:
1. Arifin
2. Erizha Sekti Wijaya Mukti
3. M. Irfan Zaki
4. Ningsih
5. Regina Irene Tri Yuniarti

A. Pengertian
Konflik adalah suatu perdebatan dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap
suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi atau dengan timbulnya perasaan
permusuhan satu dengan yang lainnya.
B. Faktor penyebab konflik
Menurut smith mazarela dan piele, antara lain:
1. Masalah komunikasi merupakan salah satu penyebab konflik, yang bisa terjadi pada masing-
masing atau gabungan dari unsur-unsur komunikasi, yaitu sember komunikasi, pesan,
penerima pesan dan saluran.
2. Struktur organisasi merupakan salah satu factor penyebab konflik, yang secara potensial dapat
memunculkan konflik. Pada setiap departemen atau fungsi dalam organisasi mempunyai
kepentingan, dan tujuan programnya sendiri yang sering kali berbeda dengan yang lain.
3. Factor manusia merupakan salah satu penyebab konflik, sifat manusia satu dengan yang lain
berbeda dan juga unik. Hal ini yang dapat berpotensi memunculkan konflik.
Menurut Hugh Miall dkk (2000:80-90) terdapat 6 teori penyebab konflik yaitu:
1. Teori hubungan masyarakat. Dalam terori hubungan masyarakat ini menganggap bahwa
konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan di
antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat.
2. Teori negosiasi prinsip. Dalam teori ini mengganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-
posisi yang tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang
mengalami konflik.
3. Teori kebutuhan manusia. Teori ini berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan
oleh kebutuhan dasar manusia fisik, mental dan social yang tidak terpenuhi atau dihalangi.
Keamanan, indentitas, pengakuan, partisipasi dan otonomi sering merupakan inti pembicaraan.
4. Teori identitas. Teori ini beramsusi bahwa konflik di sebabkan karena identitas yang terancam,
yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan dimasalah lalu yang tidak
diselesaikan.
5. Teori kesalahpahaman antar budaya. Teori ini beramsusi bahwa konflik disebabkan oleh
ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi diantara berbagai budaya yang berbeda.
6. Teori transformasi konflik. Teori ini beramsumsi koflik disebabkan oleh masalah-masalah
ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah social, budaya dan ekonomi.
Menurut Wiese dan Becker (dalam soekamto,2006:91), penyebab konflik dilatar belakangi adanya
perbedaan dan pertentangan sebagai berikut:
1. Perbedaan antara individu –individu. Perbedaan pendirian dan perasaan mungkin akan
melahirkan bentrokan antara mereka.
2. Perbedaan kebudayaan. Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung pula dari
pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta perkembangan
kepribadian tersebut.
3. Perbedaan kepentingan. Perbedaan kepentingan antar individu maupun kelompok merupakan
sumberlain dari pertentangan,
4. Perubahan sosial, perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat untuk sementara waktu
dapat mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
Penyebab terjadinya konflik antara lain (Diana Francis, 2006:29)
1. komunikasi. Salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat, Bahasa yang sulit dimengerti
dan informasi yang tidak lengkap.
2. struktur. Pertarungan kekuasaan antara pemilik kepentingan atau sistem yang bertentangan,
persaingan untuk merebutkan sumberdaya yang terbatas, atau saling ketergantungan dua atau
lebih kelompok-kelompok kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka.
3. pribadi, ketidaksesuaian tujuan atau nilia-nilai sosial pribadi dengan perilaku yang diperankan
mereka, dan perubahan dalam nilai-nilai persepsi.
Sumber: Azzizah.N.Z.H, 2017, “Makalah Manajemen Konflik”. Fakultas Ilmu Komputer
Konflik tidak terjadi begitu saja, ada banyak faktor penyebab yang melatarbelakanginya.
Adapun beberapa faktor penyebab konflik adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan Setiap Individu
Setiap individu di dalam suatu kelompok masyarakat pasti memiliki perbedaan pandangan,
pendapat, dan cara berinteraksi. Hal ini sangat berpotensi menimbulkan terjadinya perselisihan
yang kemudian menjadi penyebab konflik.
2. Faktor Kebudayaan
Latar kebudayaan yang berbeda di suatu masyarakat dapat menimbulkan terjadinya konflik.
Kebudayaan masing-masing daerah memiliki keunikan tersendiri dan dapat membentuk
kepribadian seseorang. Contohnya, perilaku dan cara berbicara orang Batak yang keras seringkali
dianggap arogan dan suka marah oleh orang lain yang berbeda kebudayaan, misalnya orang Sunda.
3. Faktor Kepentingan
Setiap individu maupun kelompok di dalam suatu masyarakat memiliki beragam kepentingan
masing-masing. Kepentingan tersebut bisa dalam hal ekonomi, sosial, maupun politik.
Perbedaan pandangan dan kepentingan di berbagai bidang kehidupan manusia merupakan faktor
penyebab konflik yang sangat sulit untuk dihindari.
4. Interaksi Sosial
Kurangnya keharmonisan dalam hal interaksi sosial juga dapat menimbulkan terjadinya
konflik di masyarakat. Ketidakharmonisan dalam interaksi sosial bisa disebabkan oleh berbagai
faktor, misalnya sifat bawaan seseorang, kondisi ekonomi, kesenjangan sosial, kurang
pendidikan, dan lain sebagainya.
5. Perubahan Sosial
Perubahan sosial dapat terjadi secara alami karena pada dasarnya manusia memang senantiasa
mengalami perubahan. Dan perubahan sosial ini cukup sering menjadi faktor penyebab terjadinya
konflik di dalam masyarakat.
Proses Terjadinya Konflik Menurut para Ahli
1). Proses Terjadinya Konflik Menurut Robbins (1996)
Menurut Robbin, ada 5 tahapan konflik atau 5 proses terjadinya konflik, yaitu : Oposisi
(ketidak cocokan potensial), Kognisi dan Personalisasi, Maksud, Perilaku dan Hasil.
1. Oposisi
Oposisi atau Ketidakcocokan Potensial adalah kondisi yang menciptakan kesempatan
untuk memunculkan sebuah konflik. Kondisi tersebut tidak perlu mengarah ke konflik,
namun salah satu kondisi tersebut perlu apabila konflik harus muncul. Kondisi tersebut
dikelompokan dalam 3 kategori yaitu komunikasi, struktur, dan variabel pribadi.
Komunikasi yang tidak baik atau buruk adalah alasan utama terjadinya konflik, Selain itu
masalah yang terjadi dalam komunikasi berperan dalam mencegah kolaborasi dan
merangasang kesalahpahaman.
Struktur juga dapat merangsang terjadinya konflik. Struktur-struktur tersebut meliputi
ukuran, derajat spesialisasi dalam tugas yang diberikan pada anggota kelompok, kejelasan
jurisdiksi, kecocokan anggota, tujuan, gaya kepemimpinan, sistem imbalan dan derajat
ketergantungan antara kelompok. Variabel pribadi juga dapat menjadi titik, awal konflik.
Pernahkah kalian mengalami situasi saat bertemu dengan orang langsung tidak
menyukainya? Apa dari kumisnya, suatanya, pakaiannya atau yang lainnya. Karakter
pribadi yang mencakup sistem nilai individual tiap orang dan karakteristik kepribadian,
serta perbedaan individual dapat menjadi titik awal konflik.
2. Kognisi dan Personalisasi
Kognisi dan personalisasi adalah persepsi dari salah satu pihak atau masing-masing
pihak terhadap konflik yang sering dihadapi. Kesadaran oleh salah satu pihak atau lebih
akan eksistensi kondisi-kondisi yang menciptakan kesempatan untuk timbulnya konflik.
Jika hal ini terjadi dan berlanjut pada tingkat terasakan yaitu pelibatan emosional dalam
suatu konflik yang akan menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi dan permusuhan.
Kognisi dan personalisasi adalah tahap di mana isu-isu konflik biasanya didefinisikan
dan akan menentukan jalan untuk penyelesaian konflik. Misalnya, perasaan yang negatif
dapat mengakibatkan peremehan persoalan, menurunnya tingkat kepercayaan dan
interprestasi negatif atas perilaku pihak lain. Sebaliknya, perasaan positif dapat
meningkatkan kemampuan untuk melihat potensi hubungan diantara elemen-elemen suatu
masalah, memandang secara lebih luas suatu situasi dan mengembangkan berbagai solusi
yang lebih inovatif. Konflik disyaratkan adanya persepsi dengan kata lain bahwa tidak
berarti konflik bersifat personalisasi. Selanjutnya, konflik pada tingkatan perasaan yaitu
saat orang mulai terlibat secara emosional.
3. Maksud
Maksud adalah keputusan untuk bertindak dalam suatu cara tertentu dari pihak-pihak
yang berkonflik. Maksud dari pihak yang berkonflik ini akan tercermin atau terwujud
dalam perilaku, meskipun tidak selalu konsisten. Maksud dalam penanganan suatu konflik
ada lima yaitu:
Bersaing, tegas dan tidak kooperatif, yakni suatu hasrat untuk memuaskan kepentingan
seseorang atau diri sendiri, tidak peduli dampaknyapada pihak lain dalam suatu episode
konflik. Berkolaborasi, apabila pihak-pihak yang berkonflik masing-masing memiliki
hasrat untuk memenuhi sepenuhnya kepentingan dari semua pihak, kooperatif dan
pencarian hasil yang bermanfaat bagi semua pihak. Menghindar, apabila salah satu dari
pihak yang berkonflik memiliki hasrat untuk menarik diri, mengabaikan dari atau menekan
sebuah konflik. Mengakomodasi, apabila satu pihak berusaha untuk memuaskan seorang
lawan, atau kesediaan dari salah satu pihak dalam suatu konflik untuk menaruh
kepentingan lawannya di atas kepentingannya. Berkompromi, yakni sebuah situasi di mana
masing-masing pihak dalam suatu konflik bersedia untuk melepaskan atau mengurangi
tuntutannya masing-masing.
4. Perilaku
Perilaku mencakup pernyataan tindakan dan reaksi yang dibuat untuk menghancurkan
pihak lain, serangan fisik yang agresif, ancaman dan ultimatum serangan verbal yang tegas,
pertanyaan atau tantangan terang-terangan pada pihak lain dan ketidaksepakatan atau salah
paham kecil.
5. Hasil
Hasil adalah hubungan aksi reaksi antar pihak yang berkonflik dan menghasilkan
konsekuensi. Hasil dapat bersifat fungsional yang artinya konflik menghasilkan suatu
perbaikan kinerja kelompok ataupun disfungsional yang artinya merintangi kinerja
kelompok oleh pihak yang berkonflik. Perilaku meliputi upaya terang-terangan untuk
menghancurkan pihak lain, serangan fisik yang agresif, ancaman dan ultimatum, serangan
verbal yang tegas, pertanyaan atau tantangan terang-terangan terhadap pihak lain dan
ketidaksepakatan atau salah paham kecil.
2). Proses Terjadinya Konflik Menurut Pondi
Menurut Pondi, proses terjadinya konflik sebagai berikut.
1. Konflik Laten (Latent Conflict)
Konflik Laten adalah tahapan dari munculnya faktor penyebab konflik dalam
organisasi. Bentuk-bentuk dasar dari situasi ini yaitu persaingan untuk memperebutkan
sumber daya yang terbatas, konflik peran, persaingan perebutan posisi dalam organisasi.
2. Konflik Yang Dipersepsikan (Perceived Conflict)
Pada tahapan ini salah satu pihak memandang pihak lain sebagai penghambat atau
penghalang pencapaian tujuannya.
3. Konflik Yang Dimanifestasikan (Manifest Conflict)
Pada tahapan ini perilaku tertentu sebagai indikator konflik sudah mulai ditunjukkan,
seperti adanya sabotase, agresi terbuka, konfrontasi, rendahnya kinerja dan lain
sebagainya.
4. Resolusi Konflik (Conflict Resolution)
Pada tahapan ini konflik yang terjadi diselesaikan dengan berbagai macam cara dan
pendekatan.
5. Konflik Aftermath
Jika konflik sudah benar-benar diselesaikan maka hal tersebut akan meningkatkan
hubungan para anggota organisasi. Hanya saja jika penyelesaian konflik tidak tepat, maka
akan dapat menimbulkan konflik baru.

3). Proses Terjadinya Konflik Menurut Smith


Menurut Smith, proses terjadinya konflik sebagai berikut :
1. Tahap Antisipasi
Tahap antisipasi adalah tahap dimana merasakan munculnya gejala perubahan yang
mencurigakan.
2. Tahap Menyadari
Tahap menyadari adalah tahap dimana perbedaan mulai dieksepsikan dalam bentuk
suasana yang tidak mengenakkan.
3. Tahap Pembicaraan
Tahap pembicaraan adalah tahap dimana pendapat-pendapat berbeda mulai
bermunculan.
4. Tahap Perdebatan Terbuka
Tahap perdebatan terbuka adalah tahap dimana perbedaan pendapat mulai ditunjukkan
dengan nyata dan terbuka.
5. Tahap Konflik Terbuka
Tahap konflik terbuka adalah tahap dimana masing-masing pihak berusaha
memaksakan kehendaknya kepada pihak lain.

Anda mungkin juga menyukai