C. Macam-macam konflik
Berikut macam-macam konflik:
1. Konflik Interpersonal
Konflik yang ada di antara dua orang disebut konflik interpersonal. Konflik berada di
luar setiap orang (karena itu menjadi awalan 'inter-') dan hanya ada di antara dua
orang. Konflik antar pribadi dapat dilihat setiap kali dua orang tidak setuju pada suatu
topik. Contohnya yaitu anak balita ketika mereka memperebutkan satu mainan atau dua
pasien panti jompo ketika mereka berdebat tentang politik. Karena kita memiliki suka dan
tidak suka yang berbeda, menikmati hal yang berbeda, dan melihat dunia dari perspektif yang
berbeda, konflik antar pribadi pasti akan terjadi.
2. Konflik Intrapersonal
Mengingat awalan 'intra-' berarti berasal dari dalam, Anda dapat melihat bahwa konflik
intrapersonal adalah ketika Anda merasa berkonflik tentang pikiran atau tindakan Anda
sendiri. Mungkin Anda selalu memberi tahu orang-orang bahwa mereka harus membantu
tunawisma dan kemudian, ketika Anda melihat seorang tunawisma di jalan, Anda menjadi
takut dan berbalik. Putusnya kata-kata dan tindakan Anda dapat menyebabkan kekacauan
internal. Konflik intrapersonal selalu merupakan pertarungan psikologis bagi orang yang
mengalaminya. Meskipun konflik intrapersonal bisa jadi sulit, penyelesaiannya
menghasilkan pemahaman yang lebih kuat tentang diri Anda.
3. Konflik Antarkelompok
Konflik antar kelompok berkaitan dengan konflik yang terjadi di antara kelompok-
kelompok orang yang terkonsolidasi. Jenis konflik ini terjadi terus-menerus selama kampanye
politik yang memanas. Bukan hanya dua kandidat yang berkonflik, tetapi individu yang
sangat mengidentifikasi dengan satu atau yang lain mungkin terlibat dalam benturan ide dan
ideologi.
4. Konflik Antar Kelas
Konflik antar kelas terjadi saat individu maupun kelompok berada pada tingkatan kelas
masyarakat secara vertikal yang berbeda. Misalnya seperti antara buruh pabrik dengan pendiri
pabrik yang menuntut kenaikan upah dan sebaliknya.
5. Konflik Ras
Konflik ras / etnis adalah proses dasar dalam kehidupan sosial dan dapat bersifat
merusak dan kohesif. Dalam beberapa situasi, ini dapat merusak bagi beberapa kelompok dan
bertindak sebagai kekuatan kohesif bagi yang lain. Kelompok ras dan etnis dapat menjadi
sumber dan hasil dari dua wajah konflik sosial, bertindak sebagai penanda batas antara
kelompok yang melihat diri mereka berbeda dalam kepentingan dan nilai mereka dari
kelompok lain. Contoh konflik ras adalah ras kulit putih dan kulit berwarna yang masih
banyak menjadi pemantik berbagai konflik masa kini.
6. Konflik Keluarga
Konflik ini terjadi di dalam internal keluarga yang disebabkan karena beberapa faktor
seperti kecemburuan, maupun faktor ekonomi. Contohnya saja beberapa anggota keluarga
memperebutkan harta waris yang merasa bahwa bagian yang didapat tidak sesuai dengan apa
yang diharapkan. Akibatnya konflik dalam keluarga tidak dapat dihindari.
D. Indikator Konflik
Menurut Fitriana (2013:192) indikator konflik kerja adalah sebagai berikut:
1. Kesalahan komunikasi Apabila seseorang atau lebih menerima informasi yang berbeda
atau tidak sama dengan sumber informasi sehingga terjadi perbedaan mendasar dalam
mempersepsikan isi dari persepsi tersebut.
2. Perbedaan tujuan Apabila seseorang atau lebih memiliki ketidaksamaan dalam
memandang tujuan-tujuan yang hendak dicapai sehingga terjadi pertentangan dalam
menyikapi tujuan-tujuan tersebut.
3. Perbedaan dalam penilaian atau persepsi Perbedaan dalan penilaian antara anggota
dalam suatu organisasi, seringkali disertai oleh perbedaan-perbedaan dalam sikap,
ketidaksesuaian nilai, persepsi, yang juga dapat menimbulkan konflik kerja.
4. Interdependensi aktivitas kerja Terdapat adanya interdependensi kerja, apabila seseorang
atau lebih saling tergantung satu sama lain dalam menyelesaikan tugas mereka
masingmasing. Konflik akan terjadi apabila seseorang dari mereka diberi tugas secara
berlebihan dan apabila salah seorang karyawan atau lebih harus menunggu atau
menggantungkan pekerjaannya kepada karyawan lain.
5. Kesalahan dalam afeksi Apabila seseorang memperlakukan rekan kerjanya menjadi
tidak nyaman dalam bekerja, terutama dalam hal perasaan atau suasana hatinya.
Berdasarkan indikator konflik di atas, dalam penelitian ini menggunakan
E. Fase Konflik
Konflik berubah setiap saat, melalui berbagai aktivitas, intensitas, ketegangan dan kekerasan
yang berbeda. Tahap-tahap ini penting diketahui untuk membantu menganalisis berbagai
dinamika dan kejadian yang berkaitan dengan masing-masing tahap konflik. Ada 5 Tahapan
Konflik :
1. Pra-konflik. Ini merupakan periode di mana terdapat ketidaksesuaian sasaran antara dua
pihak atau lebih, sehingga timbul konflik. Mungkin terdapat ketegangan hubungan di
antara beberapa pihak dan/atau keinginan untuk menghindari kontak satu sama lain pada
tahap ini.
2. Konfrontasi. Pada tahap ini, konflik menjadi semakin terbuka. Jika hanya satu pihak
yang merasa ada masalah, mungkin para pendukungnya mulai melakukan aksi
demonstrasi atau perilaku konfrontatif lainnya.
3. Krisis. Tahap ini merupakan puncak konflik, ketegangan dan/atau kekerasan terjadi
paling hebat. Komunikasi normal di antara kedua pihak kemungkinan putus. Pernyataan
umum cenderung menuduh atau menentang pihak lain.
4. Akibat. Suatu krisis akan menimbulkan akibat. Satu pihak ingin menaklukan pihak lain,
satu pihak mungkin menyerah atau menyerah atas desakan pihak lain. Kedua pihak
mungkin setuju bernegosiasi, dengan atau tanpa bantuan perantara. Apapun
keadaaannya, tingkat ketegangan konfrontasi dan kekerasan pada tahap ini agak
menurun, dengan kemungkinan adanya penyelesaian.
5. Pasca-konflik. Situasi diselesaikan dengan cara mengakhiri berbagai konfrontasi
kekerasan, ketegangan berkurang dan hubungan mengarah normal di antara kedua pihak.
Namun, jika isu-isu dan masalah-masalah yang timbul karena sasaran yang saling
bertentangan tidak diatasi dengan baik tahap ini sering kembali menjadi situasi
prakonflik.
F. Penyebab Konflik
Secara singkat disebutkan penyebab konflik antara lain:
1. Perbedaan Individu:
Tidak ada dua orang yang memiliki sifat, sikap, cita-cita, dan minat yang sama. Karena
perbedaan-perbedaan ini mereka gagal mengakomodasi diri mereka sendiri yang dapat
menimbulkan konflik di antara mereka.
2. Perbedaan Budaya:
Budaya adalah cara hidup suatu kelompok. Budaya suatu kelompok berbeda dengan
budaya kelompok lain. Perbedaan budaya antar kelompok terkadang menimbulkan
ketegangan dan konflik. Perbedaan agama terkadang menyebabkan perang dan penganiayaan
dalam sejarah. India dipartisi atas nama perbedaan agama.
3. Benturan Kepentingan:
Kepentingan orang atau kelompok yang berbeda terkadang bentrok. Dengan demikian
kepentingan buruh bentrok dengan kepentingan pengusaha yang berujung pada konflik di
antara mereka.
4. Perubahan Sosial:
Perubahan sosial menjadi penyebab konflik ketika sebagian masyarakat melakukan net
change seiring dengan perubahan di bagian lain. Perubahan sosial menyebabkan kelambanan
budaya yang berujung pada konflik. Konflik orang tua-remaja adalah hasil dari perubahan
sosial. Singkatnya, konflik adalah ekspresi ketidakseimbangan sosial.