Anda di halaman 1dari 4

B.

Pengertian dan Ruang Lingkup Konflik

1. Pengertian Konfilk
Konflik secara estimologi berasal dari bahasa Latin yaitu "con" yang
artinya bersama dan "fligere" yang artinya benturan atau bertabrakan. Secara
umum, konflik merupakan suatu peristiwa atau fenomena sosial di mana terjadi
pertentangan atau pertikaian baik antar individu dengan individu, individu dengan
kelompok, kelompok dengan kelompok, maupun kelompok dengan pemerintah.
Konflik merupakan suatu gejala sosial yang selalu muncul dalam
kehidupan warga negara, baik dalam lingkup kecil seperti dalam keluarga maupun
lingkup luas seperti dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara. Konflik
bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu,
di mana saja dan kapan saja dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini,
masyarakat merupakan arena konflik atau arena pertentangan dan integrasi yang
senantiasa berlangsung setiap saat. Oleh sebab itu, konflik dan integrasi sosial
merupakan gejala yang selalu mengisi setiap kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hal-hal yang mendorong timbulnya konflik dan integrasi adalah adanya
persamaan dan perbedaan kepentingan tiap individu.

Definisi konflik menurut para ahli:


 Menurut Killman dan Thomas (1978)
Konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau
tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun
dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut
dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang
mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja
 Menurut Antonius (2002: 175)
Konflik merupakan sebuah tindakan salah satu pihak yang berdampak
menghalangi, menghambat, atau mengganggu pihak lain di mana hal ini dapat
terjadi antarkelompok dalam masyarakat ataupun dalam hubungan antar pribadi
tiap individu.
 Menurut Webster
Istilah conflict dalam bahasa latinnya berarti suatu perkelahian,
peperangan atau perjuangan, yaitu berupa konfrontasi fisik antar beberapa pihak
(Pruit dan Rubin, 2009: 9).
2. Jenis Konflik
Jenis konflik menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada
lima jenis konflik,yaitu:
 Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal merupakan konflik yang dihadapi atau dialami oleh
individu dengan dirinya sendiri karena adanya tekanan peran dan ekspektasi dari
luar yang berbeda dengan keinginan atau harapannya. Selain itu, konflik
intrapersonal dapat terjadi bila seseorang memiliki dua keinginan dalam waktu
yang sama dan tidak terpenuhi sekaligus.
 Konflik Interpersonal
Konflik interpersonal adalah pertentangan antara seseorang dengan orang
lain atau ketidakcocokan kondisi yang dirasakan oleh seseorang karena adanya
hambatan komunikasi, perbedaan tujuan dan sikap. Konflik interpersonal adalah
bentuk pertentangan yang terjadi dalam organisasi yang disebabkan oleh
perbedaan tujuan, kesalahan komunikasi, ketergantungan aktivitas kerja,
perbedaan penilaian dan kesalahan efektif
 Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok.
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-
tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh
kelompok kerja mereka. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang
individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai
norma-norma produktivitas kelompok dimanaia berada.
 Konflik Antar Kelompok
Konflik antar perorangan terjadi antara satu individu dengan individu lain
atau lebih. Tingkat lainnya dalam konflik di organisasi adalah konflik antar
kelompok. Seperti diketahui bahwa sebuah organisasi terbentuk dari beberapa
kelompok kerja yang terdiri dari banyak unit. Apabila diantara unit-unit disuatu
kelompok mengalami pertentangan dengan unit-unit dari kelompok lain maka
manajer merupakan pihak yang harus bisa menjadi penghubung antara keduanya.
Hubungan pertentangan ini apabila dipertahankan maka akan menjadi koordinasi
dan integrasi kegiatan-kegiatan menjadi sulit.
 Konflik Antar Organisasi
Konflik juga bisa terjadi antara organisasi yang satu dengan yang lain. Hal
ini tidak selalu disebabkan oleh persaingan dari perusahaan-perusahaan di pasar
yang sama. Konflik ini bisa terjadi karena adanya ketidak cocokan suaut badan
terhadap kinerja suatu organisasi.
3. Penyebab Terjadinya Konflik
 Dilema Sosial
Dilema sosial merupakan situasi dimana kepentingan diri bertentangan
dengan kesejahteraan kelompok dalam waktu jangka panjang atau situasi dimana
keinginan individu menghasilkan konsekuensi yang tidak diinginkan oleh
kelompok. Dalam istilah teknis dilema sosial adalah situasi dimana pilihan jangka
pendek yang paling menguntungkan bagi individu pada akhirnya akan
menimbulkan hasil negatif bagi semua pihak yang terkait.
 Kesalahpahaman
Konflik adalah ketidaksesuaian yang dirasakan antara tindakan atau
tujuan. Berbagai konflik hanya memiliki inti dasar yang sederhana dari suatu hal
yang benar-benar tidak sesuai dengan tujuan. Permasalahan yang lebih besar
adalah kesalahpahaman akan motif dan tujuan orang lain. Banyak konflik
memiliki dasar dari tujuan yang benar-benar tidak sesuai yang dikelilingi oleh
kesalahpahaman yang lebih besar di luarnya.
 Perbedaan Antara Individu
Perbedaan antara individu yang sering kali terjadi adalah
perbedaanmpendapat, tujuan dan keinginan. Setiap individu memiliki karakter
yang berbeda sehingga perbedaan karakter tersebut yang mempengaruhi
timbulnya penyebab terjadinya konflik. Oleh karena itu, perbedaan antara
individu baik secara fisik maupun mental, perbedaan kemampuan, maupun
perbedaan perasaan sangat berpengaruh besar terhadap timbulnya suatu pertikaian
atau perselisihan sehingga akan menjadi faktor penyebab terjadinya konflik.
 Disorganisasi Keluarga
Disorganisasi keluarga adalah perpecahan keluarga sebagai suatu unit
karena ada anggota keluarga yang gagal dalam memenuhi kewajibannya yang
sesuai dengan peranan sosial yang berlaku. Disorganisasi keluarga terjadi pada
masyarakat karena pada umumnya seorang suami sebagai kepala keluarga gagal
dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarganya. Pada umumnya
masalah tersebut disebabkan karena kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan
tuntutan kebudayaan di era sekarang dan kurangnya komunikasi antara anggota
keluarga yang satu dengan yang lainnya.

4. Penyelesaian Konflik
 Kompromi (Compromise)
Suatu cara dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar
tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
 Koersi (Coercion)
Penyelesaiannya dengan cara memaksa dan menekan pihak lain agar
menyerah. Koersi merupakan suatu cara dimana salah satu pihak berada dalam
keadaan yang lemah bila dibandingkan dengan pihak lawan. Cara ini sering
kurang efektif karena salah satu pihak harus mengalah dan menyerah secara
terpaksa.
 Arbitrasi (Arbitration)
Merupakan suatu cara untuk mencapai suatu kesepakatan diantara kedua
belah pihak. Pihak ketiga mendengarkan keluhan kedua pihak dan berfungsi
sebagai “hakim” yang mencari pemecahan mengikat.
 Mediasi (Mediation)
Menggunakan mediator yang diundang untuk menengahi sengketa.
Mediator dapat membantu mengumpulkan fakta, menjalin komunikasi yang
terputus, menjernihkan dan memperjelas masalah serta melapangkan jalan untuk
pemecahan masalah secara terpadu.
 Konsiliasi (Conciliation)
Merupakan suatu usaha untuk mempertemukan keinginan- keinginan dari
pihak- pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.

Anda mungkin juga menyukai