PENDAHULUAN
Individu mempunyai sifat yang sangat unik dengan keinginan, kebutuhan, dan tujuan yang
berbedabeda. Konflik merupakan adanya suatu perbedaan pendapat yang berarti berbeda
keinginan, karna pada dasarnya konflik ini bersumber dari keinginan dan tidak semuanya
pendapat yang berbeda itu dinamakan konflik. Konflik ini merupakan adanya suatu proses yang
terjadi karena munculnya ketidak sepakatan dan ketidak sesuaian antar kedua pendapat tersebut
yang tidak sepadaan (berbeda sudut pandang) baik itu positif maupun negatife. Konflik ini
mempunyai ciriciri yang dilatarbelakangi oleh individual dalam suatu interaksi. Perbedaan
perbedaan konflik diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat
istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Karena adanya ciriciri individual dalam suatu interaksi
sosial, maka konflik tersebut merupakan hal yang wajar dalam setiap bermasyarakat dan tidak
sekali pun masyarakatnya pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya, konflik tersebut akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu
sendiri. Konflik tidak jauh dari sebuah perselisihan , kekerasan atau pertengkaran dengan pihak
lain, karena konflik yang di latar belakangi oleh sebuah hal yang tidak sehat dan terpimpin kecil
dengan adanya integrasi, agar konflik dan integrasi dapaberjalan sebagai sebuah siklus
dimasyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. Maka dari itu dalam
makalah ini menjelaskan permasalahan konflik yang yang terjadi di masyarakat dalam berbagai
bidang, sehingga pembaca dapat memahami dan mendapatkan konflik yang sehat dan efektif.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini untuk mengetahui definisi konflik, jenis konflik dan
PEMBAHASAN
Konflik merupakan adanya suatu proses yang terjadi karena ketidak sesuian dan kesepakatan
yang antara kedua pendapat yang tidak sepadan (berbeda sudut pandang) baik itu positif maupun
negatif. Perbedaan pendapat tidak selalu berarti berbeda keinginan,karna pada dasarnya konflik
bersumber dari keinginan, dan tidak semuanya pendapat yang berbeda itu dinamakan konflik.
Konflik tidak selalu dihindari , karena tidak selalu konflik yang mengandung negatif, dengan
cara mengatasi konflik dan menanggulangi dengan keinginan dan perundingan antara kedua
belah pihak maka kita dapat mengatasi konflik yang terjadi , atau dengan adanya musyawarah.
1. Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok
dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan
adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami (Pace
3. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan
kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya
keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak
secara berterusan.
4. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada
tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi (Muchlas, 1999).
Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres.
1. Konflik Intrapersonal
Yaitu konflik dengan dirinya sendiri , di sumberkan karena seseorang memiliki dua keinginan
yang ingin di penuhi dalam waktu sama dan tak mungkin terpenuhi sekaligus. Kita lihat di jaman
sekarang ini orang ingin memiliki kebutuhan dan perananperanan yang bersaing.
2. Konflik Interpersonal
karenapertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orangyang
antar lini dan staf, pekerja dan pekerja manajemen merupakandua macam bidang konflik antar
kelompok.
Contoh seperti di bidang ekonomi dimana Amerika Serikat dan negaranegara laindianggap
sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya disebut denganpersaingan. Konflik ini
baru, teknologi baru dan servis baru, hargalebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara
lebih efisien.
Pada banyak kejadian, pihakpihak yang berkonflik tidak memiliki informasi yang cukup, atau
bahkan tidak meiliki informasi yang sama tentang suatu situasi. Mengumpulkan dan
terjadi.dalam situasi berbeda,pihakpihak yang bertikai menafsirkan informasi dengan cara yang
berlainan atau memberikan bobot kepentigan yang berbeda terhadap informasi yang sama.
Diskusi yang terbuka dan masukan dari pihak yang dapat dipercaya akan membantu dalam
uang atau benda lain biasanya mudah diidentifikasikan dan sering diselesaikan lewat jalan tawar
berkonflik seolah saling mempertikaikan sumberdaya tertentu, tetapi sesungguhnya konflik itu
menyangkut suatu perkara lain, mungkin tentang relasi atau kebutuhan psikologis salah satu atau
kemasyarakatan, orang sering berselisih pendapat tentang berbagai perkara, tetapi kadang
kadang saling ketergantungan yang tercipta oleh relasi mereka itu melahirkan dimensi destruktif
pada aneka perbedaan yang terjadi yang semestinya mudah diselesaikan. Berbagai kejadian
dimasa lampau atau kesan dan prasangka yang sudah terbentuk selama bertahuntahun dapat
membuat orang menjadi sangat kaku atau tidak mau mencoba menempuh solusi yang sangat
jelas yang berkaitan dengan tujuan, peranan, tangung jawab, dan perbedaan pandangan yang ada.
4. Konflik Kepentingan atau Kebutuhan, Aneka kebutuhan manusiawi yang penting dan
kuat seperti kebutuhan akan jati diri, harga diri, atau partisipasi seringkali menjadi inti konflik
Kesempatan yang konstruktif bagi individu atau kelompok masyarakat untuk mengungkapkan
aneka kebutuhan mereka dan merasakan bahwa diri mereka telah didengarkan seringkali amat
menentukan dalam mengatasi jenisjenis kebutuhan ini. Pemecahan jangka panjang terhadap
suatu konflik yang berkisar pada sumberdaya seringkali ditentukan baik oleh penguasa aneka
kepentingan atau kebutuhan orangoarang yang terlibat maupun oleh pembagian berbagai
yang memiliki akses pada kekuasaan atau sumberdaya, siapa yang wajib ltern hormat kepada
siapa, dan siapa yang memiliki wewenang untuk membuat berbagai keputusan. Konflik
menyangkut atau di dalam struktur seringkali melibatkan persoalan tentang keadilan dan tujuan
tujuan yang saling tidak sejalan. Konflikkonflik semacam itu seringkali menuntut usaha
6. Konflik Menyangkut NilaiNilai Hidup Berbagai nilai hidup dan keyakinan dibentuk oleh
pengalaman hidup dan iman kepercayaan. Karena ancaman terhadap nilai hidup seseorang
seringkali dipandang sebagai ancaman terhadap jati dirinya, maka konflikkonflik menyangkut
nilainilai hidup biasanya paling sulit dipecahkan. Kebanyakan orang bereaksi secara lternati
terhadap ancaman semacam ini dan menolak untuk bernegosiasi, mengira bahwa pemecahan
konflik tersebut menuntut mereka untuk mengubah nilainilai hidup. Dalam kenyataan, dengan
ltern kesempatan kepada orang yang bertikai untuk menjernihkan nilainilai hidup mereka dan
merasa bahwa mereka telah didengarkan serta dipahami seringkali langkah itu dapat membuat
mereka meniggalkan sikap lternati dan belajar hidup bersama dengan saling menerima berbagai
Dua ltern terakhir realitas harmoni Indonesia kerap terkoyak oleh serangkaian konflik berbau
kekerasan (violence conflicts) yang marak merebak di berbagai daerah. Selain menyebabkan
jatuhnya korban jiwa yang tak sedikit, konflik juga mengakibatkan dampak ltern yang luar biasa.
Berbagai konflik komunal bukan hanya sangat mengganggu stabilitas nasional tetapi juga
mengancam integrasi bangsa. Komunitas kebangsaan yang diangankan sebagai sebuah bangunan
yang solid, sontak berubah menjadi sebuah komunitas semu yang menurut Benedict Anderson
(2002) tak lebih hanya sebatas komunitas imajiner. Inilah sebetulnya tantangan terberat bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang tersusun secara multikultur, multietnik, dan multiagama yang
rapuh dan rentan jatuh dalam perpecahan, jika bangsa ini gagal mengelolanya secara baik.
Menyikapi serangkaian konflik yang muncul diperlukan perhatian dari semua pihak.
Berbagai upaya penanganan konflik yang selama ini dilakukan elit masyarakat maupun
pemerintah terkesan hanya menyelesaikan atau mengakhiri konflik, belum mengarah pada upaya
konflik terlihat berhenti tetapi potensi konflik yang sama lte saja muncul di lain waktu.
demikian merupakan sesuatu yang alamiah dan wajar. Akan tetapi ketika konflik telah mengarah
pada tindak kekerasan dan anarkhi maka dampak positif konflik sebagai sarana kohesivitas dan
soliditas sebuah grup, kemudian berubah menjadi sesuatu yang desktruktif. Untuk itu diperlukan
upaya lternative yang berbeda dari caracara penyelesaian konflik yang selama ini ada.
Konflik merupakan kenyataan hidup yang tidak terhindarkan dan sering bersifat kreatif. Konflik
terjadi ketika tujuan masyarakat tidak sejalan atau karena ketidakseimbangan atau kesenjangan
status ltern, kurang meratanya kemakmuran dan akses yang tidak seimbang terhadap sumberdaya
serta sudut pandang terhadap suatu permasalahan. Konflik merupakan fenomena yang selalu
hadir (inherent omnipresence) dalam suatu komunitas. Pada tingkatan ini, konflik sebetulnya
merupakan fenomena alamiah yang menyertai pola interaksi manusia sepanjang masa.
Persoalannya adalah ketika konflik berubah menjadi kekerasan atau anarkhi apalagi dengan
melibatkan massa dalam jumlah yang sangat banyak. Harmoni ltern yang telah terbangun
biasanya akan berubah menjadi kekacauan. Ada banyak teori yang menjelaskan tentang sebab
Salah satu di antaranya adalah yang dikemukakan oleh Simon Fisher dkk (2002) yang
1. Teori hubungan masyarakat. Teori ini menyatakan bahwa konflik terjadi disebabkan oleh
polariasi yang terus terjadi, ketidak percayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda
dalam masyarakat.
2. Teori negosiasi konflik. Menganggap bahwa konflik terjadi oleh posisiposisi yang tidak
selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihakpihak yang mengalami konflik.
3. Teori kebutuhan manusia. Teori ini menganggap bahwa konflik disebakan oleh
kebutuhan dasar manusiafisik, mental dan lternyang tidak terpenuhi atau terhalangi. Keamanan,
4. Teori identitas. Teori ini berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh karena identitas yang
terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak
diselesaikan.
5. Teori kesalahpahaman antar budaya. Teori berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh
Konflik kekerasan juga lte dilihat dari perspektif konflik elit. Seperti diketahui pasca reformasi,
selain beberapa kerusuhan, kondisi ltern politik di Indonesia ditandai dua gejala yang mencolok
yakni konflik politik (political conflict) dan kekerasan politik (political violence). Tarik menarik
kepentingan politik elit di satu sisi dapat menyumbang proses demokratisasi, tetapi dampak
Sementara itu untuk menyelesaikan suatu konflik, ada beragam versi atau model resolusi konflik,
salah satunya seperti ditawarkan oleh Johan Galtung (2003). Galtung menawarkan tiga model
yang saling terkait, yaitu peace keeping, peace building, peace making. Peace keeping
dilakukan ketika konflik benarbenar tak lte dihentikan secara halus. Pelibatan aparat keamanan
atau militer terpaksa ditempuh guna menghentikan konflik. Peace building merupakan strategi
yang mencoba mengembalikan keadaan destruktif akibat konflik dengan jalan membangun
jembatan komunikasi antara pihak yang terlibat. Sedangkan peace making, adalah upaya
negoisasi antara kelompok yang memiliki perbedaan pandangan dan kepentingan. Teori lain
menyebutkan bahwa untuk menangani konflik diperlukan upaya yang disebut resolusi konflik.
Resolusi konflik merupakan suatu lternative ilmiah yang menekankan kebutuhan untuk melihat
perdamaian sebagai sebuah proses terbuka dan membagi proses penyelesaian konflik melalui
beberapa tahap sesuai status konflik. Ada empat tahapan dalam resolusi konflik yaitu:
1. Tahap deeskalasi konflik yang menekankan pada proses penghentian kekerasan. Militer
kelompokkelompok yang bertikai. Tujuannya adalah untuk memaksa para pihak untuk
3. Tahap problem solving approach yang lebih bernuansa ltern. Ada empat komponen
utama pada tahap problem solving approach. Pertama, masingmasing pihak mengakui
legitimasi pihak lain untuk melakukan inisiatif komunikasi tingkat awal. Kedua, masingmasing
pihak ltern informasi yang benar tentang konflik yang sedang terjadi meliputi penyebab, trauma
yang timbul, hambatan lternativ yang mungkin dihadapi dalam resolusi konflik. Ketiga, kedua
belah mulai mencari lternative solusi setidaknya signalsignal menuju perdamaian. Keempat,
problem solving workshop yakni kesediaan pihakpihak untuk menyediakan suasana kondusif
4. Tahap peace building, yakni tahap yang bersifat lternat dan lternativ. Memerlukan waktu
Dari semua konsepsi di atas, satu hal yang sangat diharapkan dalam menangani konflik adalah
kesediaan pihakpihak yang memiliki otoritas agar bertindak secara objektif dan netral. Prinsip
ini perlu diambil agar pihakpihak yang terlibat tidak ada yang merasa dirugikan dan merasa
puas (satisfaction). Selain langkahlangkah yang bersifat kuratif, tentu saja perlu dilakukan
tindakantindakan yang bersifat prefentif agar potensi konflik kekerasan dapat diantisipasi..
Dalam bagian solusi terkait masyarakat lternativel, banyak ahli memberikan saran untuk
mengatasi konflik ltern (yang melibatkan massa) baik massa berbasis agama maupun berbasis
lternat non agama. Seperti usulan Jack Rothman, misalnya, mengusulkan dua jalur resolusi
konflik. Jika konflik melibatkan massa (agama maupun non agama), harus dilakukan halhal:
1. Tindakan koersif (paksaan), perlu ada pengaturan lternativel, penyelesaian lter, tekanan
Sementara untuk konflik kekerasan yang lebih bersifat vertical, perlu dilakukan dengan jalan
rekonsiliasi atau penyelesaian politik yang menguntungkan masyarakat luas. Telah banyak
pekerjaan dilakukan oleh Negara dan masyarakat sipil dalam upaya menyelesaikan konflik ltern
agama (SARA) yang terjadi di Indonesia, sepanjang tahun 2000 sampai 2006 yang lalu, tetapi
tetap saja konflik ltern (SARA) terus terjadi, bahkan belakangan terus berkembang pada tataran
Jalur negosiasi, mediasi dilakukan oleh Negara dan masyarakat sipil sebenarnya sebagai upaya
penyelesaiaan konflik SARA yang terus merebak, tetapi belum lte menghilangkan konflik
kekerasan di nusantara. Hal ini, oleh para pengamat, sosiolog, agamawan, teolog, ahli politik dan
menganggap apa yang dikerjakan Negara selalu akan diamini, padahal tidak, kasus
tarnsmigrasi adalah contoh serius disini yang menjadikan bom waktu konflik ltern di Indonesia
tahun 1997 di Sanggauledo, Sambas di Palangkaraya, di samping Ambon dan Aceh yang tidak
Ada persoalan serius yang seringkali dilupakan, sebenarnya secara sosiologis apa substansi
konflik ltern (SARA) yang terus terjadi, karena itu penjelasan pengantar diawal tentang perlunya
memetakan apa penyebab konflik ltern (SARA) dan mekanisme apa yang telah dikerjakan dalam
proses penyelesaian perlu mendapatkan perhatian para pengambil kebijakan dan para aktivis
perdamaian. Masalah radikalisasi gerakan keagamaan memang bukan hanya milik Islam tetapi
juga agamaagama lain, baik tradisi Abraham (Yahudi, Kristen dan Islam), tetapi juga Hindu dan
Buda, serta agamaagama lter yang ada di Indonesia. Semangat gethoisme Hindu Bali aliran
mainstream (Mahayana) yang melarang menggunakan bahasa Pali dan Sanskerta oleh agama
Kristen/Katolik dan orang Islam adalah bentukbentuk pemaknaan symbol yang berlebihan.
Pelarangan sekolah SMU dan Rumah Sakit Kristen di Bali yang diprotes penganut Hindu di
Badung dan bukit Kintamani adalah bentuk gehtoisme dalam Hinduisme di Bali.
Sementara Gethoisme agamaagama lter di Palangkaraya dan Pontianak juga muncul, sehingga
mereka menuntut adanya pemberlakuan namanama suku tertentu yang menganut agamaagama
suku mereka untuk namanama tempat yang dipakai ltern (seperti Bandara, nama jalan dan
Dari penjelasan di atas, ringkasnya dapat dikatakan bahwa masalah SARA di Indonesia
merupakan masalah yang demikian pelik, membutuhkan ketelitian dan kejelian untuk
mengurainya sehingga lte memberikan sumbangan yang memadai dalam konteks menjadikan
Indonesia sebagai lternati dunia yang masyarakatnya perlahanlahan menjadi masyarakat yang
beradab, bukan masyarakat yang uncivilized karena terbebani konflik SARA yang terus
Dalam konteks rumitnya konflik kekerasan SARA yang seperti itu, maka Negara sudah
seharusnya memberikan ruang yang lebih memadai untuk terjadinya proses dialektika antar
kelompok di masyarakat sehingga antara satu komunitas dengan komunitas lainnya dapat saling
menghargai, memahami dan bekerja sama. Tanpa ruang yang memadai untuk seluruh elemen
masyarakat, yang akan terjadi adalah munculnya kekuatankekuatan baru yang akan
menumbuhkan konflik kekerasan di masa yang akan ltern. Negara harus bekerja sama dengan
seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan Indonesia menjadi Negara yang damai dan agama
menjadi rahmat bagi semua, bukan hanya kelompoknya sendiri. Dengan demikian, resolusi
konflik kekerasan berbasis agama harus dikembangkan dari halhal yang paling sederhana, kecil
tetapi berkesinambungan, tidak mengesankan hanya karena proyek Negara, yang akan berakhir
dengan bentukbentuk formalitas belaka. Formalisasi harus kita akhiri menuju kerja yang
Beberapa contoh konflik yang terjadi pada masyarakat yaitu kerusuhan di Poso yang berawal
dari konflik individu yang dalam masyarakat yang secara dinamis tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Pendapat mengenai akar dari masalah tersebut bertumpu pada sub ltern budaya yang
menyangkut masalah suku dan agama serta kurangnya keadilan dimana ada sebagian masyarakat
yang merasa didiskriminasikan. Dimana kerusuhan diawali dengan pertikaian antarpemuda yang
berbeda agama yang melakukan pembakaran rumah ibadah gereja dan masjid, pemusnahan dan
pengusiran terhadap sukusuku pendatang seperti Bugis, Jawa dan Gorontalo yang terjadi di
Poso pada kerusuhan ke III. Kasus lain, adanya masalah pertikaian umat Islam yang berbeda
aliran agama Islam. Kasus itu terjadi pada bulan oktober 2012 di Bandung, dimana salah satu
Ormas Islam tidak setuju adanya umat Amadiyah di Bandung. Tempat peribadahan umat
Ahmadiyah pun tak luput dari perusakan. Menurut walikota Bandung, Dada Rosada Warga
Bandung juga tidak setuju akan datangnya Ahmadiyah, karena selama ini tanpa kehadiran
Contoh di atas merupakan salah satu dampak lternat dari konflik ltern. Konflik ltern yang lternat
akan memberikan dampak buruk bagi masyarakat yaitu retaknya persatuan kelompok, perubahan
kepribadian individu dan banyaknya kerugian baik harta benda, jiwa dan mental bangsa
Indonesia.
Strategi yang tepat hendaknya dimulai dari kesadaran masyarakat untuk saling menghormati
keberagaman di masyarakat. Ketua Ikatan Guru Civic Indonesia (IGCI) Retno Listyati
mengingatkan, bangsa ini jangan sampai membiarkan eksistensi pancasila diragukan sebagai
falsafah hidup. Sebab Dasar Negara ini merupakan cermin impian seluruh bangsa Indonesia
tentang pedoman hidup berbangsa dan bernegara yang diidealkan bersama dalam keberagaman.
sikap moral dan penanaman nilai budaya. Saat ditanyakan tentang multikulturalisme, banyak
yang hanya memahami secara sempit, yaitu sebatas mengetahui keberagaman budaya dan tidak
terlalu memahami bahwa persoalan multikulturalisme tidak lte hanya disandarkan pada kuantitas
semata. Padahal multikulturalisme mencakup arti yang sangat luas, termasuk memahami sudut
pandang serta cara berkomunikasi dan mengerti akan keberagaman dan keyakinan yang berbeda,
serta sebagai salah satu fondasi dalam upaya membangun jalan resolusi konflik. Fenomena yang
terjadi pada dunia pendidikan terlihat pada kekerasan dan tawuran antarpelajar yang melibatkan
antarsekolah dan tidak jarang melakukan pengrusakan serta memakan korban. Berbagai sebab
yang menyulut terjadinya tawuran memang beraneka ragam, akan tetapi tujuannya tidak jelas.
Walaupun multikulturalisme itu telah digunakan oleh pendiri bangsa Indonesia untuk mendesain
konsep keanekaragaman secara suku bangsa atau kebudayaan suku bangsa yang menjadi lter
mendukung lternat, yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan penegakan lter, kesempatan kerja
dan berusaha, HAM, hak budaya komuniti dan golongan minoritas, prinsipprinsip etika dan
Dalam upaya membangun masa depan bangsa, paham multikulturalisme bukan hanya sebuah
wacana, melainkan sebagai sebuah lternat yang harus diperjuangkan karena dibutuhkan sebagai
landasan bagi tegaknya demokrasi, HAM, dan kesejahteraan hidup masyarakatnya.
Multikulturalisme bukan sebuah lternat yang berdiri sendiri yang terpisah dari lternatideologi
konsepkonsep untuk dijadikan acuan bagi yang memahaminya dan mengembangkannya dalam
pengetahuan yang berupa bangunan konsepkonsep yang relevan dengan dan mendukung
Sebagai sebuah lternat lternat multikulturalisme terserap dalam berbagai interaksi yang ada
dalam berbagai struktur kegiatan kehidupan manusia yang tercakup dalam kehidupan ltern,
kehidupan ekonomi dan bisnis, dan kehidupan politik, dan berbagai kegiatan lainnya di dalam
masyarakat yang bersangkutan kajiankajian mengenai corak kegiatan, yaitu hubungan antar
Untuk membangun bangsa ke depan diperlukan upaya untuk menjalankan asas gerakkan
Manusia tumbuh dan besar pada hubungan ltern di dalam sebuah tatanan tertentu, dimana ltern
nilai di terapkan dalam berbagai lternsimbol budaya dan ungkapanungkapan bangsa.
kebudayaan sehingga budaya satu memerlukan budaya lain. Dengan mempelajari kebudayaan
2. Setiap kebudayaan secara internal adalah majemuk sehingga dialog berkelanjutan sangat
Dewasa ini pada era globalisasi, secara teoritis, tidak mungkin ada suatu bangsa yang lternat dan
monolitis. Hanya terdiri dari satu etnis atau satu agama. Globalisasi dengan salah satu wujudnya
berupa free trade, telah menciptakan bordeless world. Dunia tanpa batas. Karena barang,
modal, jasa dan manusia akan mengalir dari suatu ltern ke ltern lain tanpa hambatan administrasi.
Apalagi pada dasarnya memang tidak ada ltern satupun di dunia ini yang mampu hidup tanpa
bantuan ltern lain. Jepang adalah ltern lternat yang kaya raya, tetapi tidak mampu
Tengah yang lternative minyak pasti memerlukan produk pertanian dan bahan makanan dari ltern
lain.
Hampir semua bangsa di dunia harus menerima kenyataan bahwa negaranya tergantung kepada
ltern lain. Konsekuensinya mereka terpaksa menerima kehadiran bangsa lain yang berbeda
secara etnis, agama maupun tradisi. Setelah ratusan tahun kemudian bangsa yang tadinya lternat
menjadi heterogen. Amerika yang mayoritas berpenduduk Eropa dan Kristen harus hidup
berdampingan dengan penduduk berasal dari Afrika dan Asia yang beragama Islam. Sebaliknya
Malaysia yang mayoritas Melayu beragama Islam harus hidup berdampingan dengan penduduk
dari etnis Cina beragama Kristen. Contoh heterogenitas dalam suatu ltern ini masih dapat
Konflik lternativ dapat mengarah kepada disintegrasi nasional, lternativ dan mengancam
keutuhan NKRI. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005, pengelolaan keragaman
Pendapat Deutch yang dikutip oleh Bernt dan Ladd (Indati, 1996) menyatakan beberapa
Destruktif
Destruktif adalah bentuk penanganan konflik dengan menggunakan acaman, paksaan, atau
kekerasan. Adanya usaha ekspansi yang meninggi di atas isu awalnya atau lte dikatakan individu
cenderung menyalahkan. Konflik destruktif menimbulkan kerugian bagi individu atau individu
individu yang terlibat di dalamnya. Konflik seperti ini misalnya terjadi pada dua remaja yang
tidak dapat bekerja sama karena terjadi sikap permusuhan antar perorangan. Ada banyak keadaan
di mana konflik dapat menyebabkan orang yang mengalaminya mengalami goncangan (jiwa).
Selain itu juga banyak kerugian yang ditimbulkan karena konflik destruktif, misalnya :
Konstruktif
sehingga terjadi satu tawar menawar yang menguntungkan serta tetap mempertahankan interaksi
sosialnya. Selain itu dapat pula menggunakan bentuk lain yang disebut reasoning yaitu sudah
dapat berpikir secara logis dalam penyelesaian masalah. Setiap konflik yang ada dalam
kehidupan apabila dapat dikelola dengan baik, maka akan sangat bermanfaat dalam hal
memajukan kreativitas dan inovasi, meskipun konflik memiliki sisi konstruktif dan sisi destruktif
(Winardi, 1994).
Konflik ini berkebalikan dengan konflik destruktif karena konflik konstruktif justru
organisasi yang terlibat di dalamnya. Pengelolaan konflik bertujuan untuk mengembangkan dan
dengan mendorong perubahan perilaku yang positif bagi pihakpihak yang terlibat (Fisher,
2002). Menurut Johnson setiap orang memiliki Relegiusitas masingmasing dalam mengelola
konflik. Relegiusitasrelegiusitas ini merupakan hasil belajar, biasanya dimulai dari masa kanak
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
kuat seperti kebutuhan akan jati diri, harga diri, atau partisipasi seringkali menjadi inti konflik
Kesempatan yang konstruktif bagi individu atau kelompok masyarakat untuk mengungkapkan
aneka kebutuhan mereka dan merasakan bahwa diri mereka telah didengarkan seringkali amat
menentukan dalam mengatasi jenisjenis kebutuhan ini. Pemecahan jangka panjang terhadap
suatu konflik yang berkisar pada sumberdaya seringkali ditentukan baik oleh penguasa aneka
kepentingan atau kebutuhan orangoarang yang terlibat maupun oleh pembagian berbagai
sumberdaya tersebut secara adil. Konflik juga dapat berdampak baik tetapi Sebenarnya yang
menentukan konflik bersifat merusak atau membangun bukan keberadaan konflik itu sendiri,
tetapi bagaimana cara konflik tersebut di kelola. Konflik di atinga membangun jika:
2. Mempererat hubungan antar peserta dengan meningkatkan kesukaan, rasa hormat, dan
3. Meningkatkan kemampuan peserta untuk memecahkan konflik satu sama lain di masa