Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Fajar Hidayat

NIM : 3820174210238
Mata Kuliah : Negosiasi dan Resolusi Konflik

PROSES KONFLIK TERJADI


Definisi Konflik
Konflik menurut Robbins (2008:173) adalah sebuah proses yang dimulai ketika satu
pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, atau akan
memengaruhi secara negatif, sesuatu yang menjadi kepedulian atau kepentingan pihak
pertama. Definisi ini mencakup beragam konflik yang orang alami dalam organisasi,
ketidakselarasan tujuan, perbedaan interpretasi fakta, ketidaksepahaman yang disebabkan oleh
ekspetasi perilaku, dan sebagainya.
Terdapat 3 jenis konflik menurut Robbins (2008:175):
1. Konflik tugas, yaitu konflik atas isi dan sasaran pekerjaan
2. Konflik hubungan, yaitu konflik berdasarkan hubungan interpersonal
3. Konflik proses, yaitu konflik atas cara melakukan pekerjaan

Tahap-Tahap Konflik
Tahap – tahap konflik dari hal – hal yang mendahului (anteseden) sampai hasil akhir
digambarkan dengan diagram oleh Robbins (1998: 437) sebagai berikut :
Proses Terjadinya Konflik Menurut Robbins (1996)
Menurut Robbin, ada 5 tahapan konflik atau 5 proses terjadinya konflik, yaitu: oposisi
(ketidakcocokan potensial), kognisi dan personalisasi, maksud, perilaku dan hasil.
Oposisi
Oposisi atau Ketidakcocokan Potensial adalah kondisi yang menciptakan kesempatan
untuk memunculkan sebuah konflik. Kondisi tersebut tidak perlu mengarah ke konflik, namun
salah satu kondisi tersebut perlu apabila konflik harus muncul. Kondise tersebut dikelompokan
dalam 3 kategori yaitu komunikasi, struktur, dan variabel pribadi. Komunikasi yang tidak baik
atau buruk adalah alasan utama terjadinya konfli, Selkain itu masalah yang terjadi dalam
komunikasi berperan dalam mencegah kolaborasi dan merangasang kesalahpahaman.
Struktur juga dapat merangsang terjadinya konflik. Struktur-struktur tersebut meliputi
ukuran, derajat spesialisasi dalam tugas yang diberikan pada anggota kelompok, kejelasan
jurisdiksi, kecocokan anggota, tujuan, gaya kepemimpinan, sistem imbalan dan derajat
ketergantungan antara kelompok. Variabel pribadi juga dapat menjadi titik, awal konflik.
Pernahkah kalian mengalami situasi saat beryemu dengan orang langsung tidak
menyukainya?Apa dari kumisnya, suatanya, pakaiannya atau yang lainnya. Karakter pribadi
yang mencakup sistem nilai individual tiap orang dan karakteristik kepribadian, serta
perbedaan individual dapat menjadi titik awal konflik.

Kognisi dan Personalisasi


Kognisi dan personalisasi adalah persepsi dari salah satu pihak atau masing-masing
pihak terhadap konflik yang sering dihadapi. Kesadaran oleh salah satu pihak atau lebih akan
eksistensi kondisi-kondisi yang menciptakan kesempatan untuk timbulnya konflik. Jika hal ini
terjadi dan berlanjut pada tingkat terasakan yaitu pelibatan emosional dalam suatu konflik yang
akan menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi dan permusuhan.
Kognisi dan personalisasi adalah tahap di mana isu-isu konflik biasanya didefinisikan
dan akan menentukan jalan untuk penyelesaian konflik. Misalnya, perasaan yang negatif dapat
mengakibatkan peremehan persoalan, menurunnya tingkat kepercayaan dan interprestasi
negatif atas perilaku pihak lain. Sebaliknya, perasaan positif dapat meningkatkan kemampuan
untuk melihat potensi hubungan di antara elemen-elemen suatu masalah, memandang secara
lebih luas suatu situasi dan mengembangkan berbagai solusi yang lebih inovatif. Konflik
disyaratkan adanya persepsi dengan kata lain bahwa tidak berarti konflik bersifat personalisasi.
Selanjutnya, konflik pada tingkatan perasaan yaitu saat orang mulai terlibat secara emosional.

Maksud
Maksud adalah keputusan untuk bertindak dalam suatu cara tertentu dari pihak-pihak
yang berkonflik. Maksud dari pihak yang berkonflik ini akan tercermin atau terwujud dalam
perilaku, meskipun tidak selalu konsisten. Maksud dalam penanganan suatu konflik ada lima
yaitu:
1. Bersaing, tegas dan tidak kooperatif, yakni suatu hasrat untuk memuaskan kepentingan
seseorang atau diri sendiri, tidak peduli dampaknyapada pihak lain dalam suatu episode
konflik.
2. Berkolaborasi, apabila pihak-pihak yang berkonflik masing-masing memiliki hasrat
untuk memenuhi sepenuhnya kepentingan dari semua pihak, kooperatif dan pencarian
hasil yang bermanfaat bagi semua pihak.
3. Menghindar, apabila salah satu dari pihak yang berkonflik memiliki hasrat untuk
menarik diri, mengabaikan dari atau menekan sebuah konflik.
4. Mengakomodasi, apabila satu pihak berusaha untuk memuaskan seorang lawan, atau
kesediaan dari salah satu pihak dalam suatu konflik untuk menaruh kepentingan
lawannya di atas kepentingannya.
5. Berkompromi, yakni sebuah situasi di mana masing-masing pihak dalam suatu konflik
bersedia untuk melepaskan atau mengurangi tuntutannya masing-masing.

Perilaku
Perilaku mencakup pernyataan tindakan dan reaksi yang dibuat untuk menghancurkan
pihak lain, serangan fisik yang agresif, ancaman dan ultimatum serangan verbal yang tegas,
pertanyaan atau tantangan terang-terangan pada pihak lain dan ketidaksepakatan atau salah
paham kecil.

Hasil
Hasil adalah hubungan aksi reaksi antar pihak yang berkonflik dan menghasilkan
konsekuensi. Hasil dapat bersifat fungsional yang artinya konflik menghasilkan suatu
perbaikan kinerja kelompok ataupun disfungsional yang artinya merintangi kinerja kelompok
oleh pihak yang berkonflik. Perilaku meliputi upaya terang-terangan untuk menghancurkan
pihak lain, serangan fisik yang agresif, ancaman dan ultimatum, serangan verbal yang tegas,
pertanyaan atau tantangan terang-terangan terhadap pihak lain dan ketidaksepakatan atau salah
paham kecil.

Anda mungkin juga menyukai