Nama : Suharman
NIM : 031258298
Batasan Sosiologi dari Emile Durkheim, Max Weber, dan Peter L. Berger
Max Weber dalam kajiannya mengenai konsep dasar sosiologi menjelaskan bahwa sosiologi
adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan sosial. Hal ini dikarenakan tidak semua
tindakan manusia dapat dianggap sebagai tindakan sosial. Suatu tindakan hanya dapat disebut
sebagai tindakan sosial apabila tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan
perilaku orang lain. Lebih jelas pendapat Weber ini dapat dicontohkan dengan menulis puisi
untuk menghibur diri sendiri tidak dapat dianggap sebagai tindakan sosial, tetapi ketika puisi
tersebut diberikan kepada seorang kekasih maka hal tersebut baru bisa dikatakan sebagai
tindakan sosial.
Suatu tindakan menurut Weber adalah perilaku manusia yang mempunyai makna subjektif
bagi pelakunya. Oleh karena sosiologi bertujuan memahami mengapa tindakan sosial
mempunyai arah dan akibat tertentu, sedangkan tiap tindakan mempunyai makna subjektif
bagi pelakunya, maka ahli sosiologi yang hendak melakukan penafsiran bermakna, harus
dapat membayangkan dirinya di tempat pelaku untuk dapat menghayati pengalamannya.
Hanya dengan menempatkan diri di pemukiman kumuh atau di kawanan pencopetlah seorang
ahli sosiologi dapat memahami makna subjektif tindakan sosial mereka, memahami mengapa
tindakan sosial tersebut dilakukan serta dampak dari tindakan tersebut.
Konsep lain yang disoroti Berger adalah konsep ‘masalah sosiologis’. Menurut Berger suatu
masalah sosiologi tidak sama dengan suatu masalah sosial. Masalah sosiologi menurut Berger
menyangkut pemahaman terhadap interaksi sosial.
van Doorn dan Lammers (1959) menjelaskan bahwa sosiologi mempelajari struktur-struktur
dan proses masyarakat yang bersifat stabil. Proses sosial didefinisikan sebagai cara-cara
berhubungan yang dapat diamati apabila perorangan atau kelompok manusia saling bertemu.
Dalam proses sosial, obyek pengamatan adalah peristiwa sosial atau perbuatan sosial yang
harus dibedakan dari kegiatan biologis.
Menurut Maclver :
Ginsbers mendefinisikan proses sosial sebagai cara-cara interaksi yang dilakukan oleh
individu atau kelompok, termasuk dalam membangun kerja sama, konflik, diferensiasi,
integrasi, pengembangan, dan pengeroposan hubungan sosial.
Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang-perorangan dan
kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk
hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang
menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yan telah ada. Dengan kata lain, proses sosial
diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi,
ekonomi dan hukum, dan seterusnya. Bentuk umum proses sosial adalah interkasi sosial
(yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi sosial merupakan syarat
terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.
Proses Sosial adalah setiap proses sosial yang berlangsung dalam suatu jangka waktu,
sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola pengulangan hubungan prilaku dalam
kehidupan masyarakat. Secara garis besar, proses sosial bisa dibedakan ke dalam dua jenis,
yaitu proses sosial yang asosiatif, dan proses sosial yang disosiatif.
Dalam buku Dasar-Dasar Sosialisasi (2004) karya Sutaryo, sosialisasi merupakan suatu
proses bagaimana memperkenalkan sistem pada seseorang. Serta bagaimana orang tersebut
menentukan tanggapan serta reaksinya. Sosialisasi ditentukan oleh lingkungan sosial,
ekonomi dan kebudayaan di mana individu tersebut berada.
Sudut pandang individu Sosialisasi berfungsi sebagai sarana pengenalan, pengakuan, dan
penyesuaian diri terhadap nilai-nilai, norma, dan struktur sosial. Dengan hal tersebut, seorang
individu bisa menjadi masyarakat yang baik. Di mana masyarakat baik adalah warga yang
memenuhi harapan umum warga masyarakat lainnya.
Sumber Referensi :
http://sibetpasaman.blogspot.com/2012/10/batasan-sosiologi-menurut-para-ahli.html
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/01/140000269/sosialisasi-pengertian-proses-
fungsi-dan-tujuannya.