Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1

PSOS4205 SOSIOLOGI INDONESIA

Nama : Suharman

NIM : 031258298

Prodi : Pendidikan Ekonomi s-1

1. Jelaskan batasan sosiologi oleh  para ahli setelah Comte

Batasan Sosiologi dari Emile Durkheim, Max Weber, dan Peter L. Berger

Emile Durkheim dalam bukunya Rules of Sociological Method (1965), mengidentifikasi


sosiologi sebagai suatu ilmu yang mempelajari apa yang dinamakan fakta sosial, yang
berisikan cara bertindak, berpikir dan berperasaan yang berada di luar individu yang
mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikannya. Lebih lanjut  Durkheim
menjelaskan bahwa fakta sosial merupakan setiap cara bertindak, yang telah baku ataupun
tidak, yang dapat melakukan pemaksaan dari luar terhadap individu. Fakta sosial dapat
dicontohkan seperti; hukum, moral, kepercayaan, adat-istiadat, tata cara berpakaian, dan
kaidah ekonomi. Fakta sosial seperti inilah yang menurut Durkheim menjadi pokok perhatian
dari sosiologi. Lebih jelasnya mengenai konsep fakta sosial tersebut, Durkheim menyajikan
sejumlah contoh, salah satu diantaranya adalah pendidikan anak; sejak bayi seorang anak
diwajibkan makan, minum, tidur pada waktu tertentu; diwajibkan taat, dan menjaga
kebersihan serta ketenangan, dan lain sebagainya.

Max Weber dalam kajiannya mengenai konsep dasar sosiologi menjelaskan bahwa sosiologi
adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan sosial. Hal ini dikarenakan tidak semua
tindakan manusia dapat dianggap sebagai tindakan sosial. Suatu tindakan hanya dapat disebut
sebagai tindakan sosial apabila tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan
perilaku orang lain. Lebih jelas pendapat Weber ini dapat dicontohkan dengan menulis puisi
untuk menghibur diri sendiri tidak dapat dianggap sebagai tindakan sosial, tetapi ketika puisi
tersebut diberikan kepada seorang kekasih maka hal tersebut baru bisa dikatakan sebagai
tindakan sosial.

Suatu tindakan menurut Weber adalah perilaku manusia yang mempunyai makna subjektif
bagi pelakunya. Oleh karena sosiologi bertujuan memahami mengapa tindakan sosial
mempunyai arah dan akibat tertentu, sedangkan tiap tindakan mempunyai makna subjektif
bagi pelakunya, maka ahli sosiologi yang hendak melakukan penafsiran bermakna, harus
dapat membayangkan dirinya di tempat pelaku untuk dapat menghayati pengalamannya.
Hanya dengan menempatkan diri di pemukiman kumuh atau di kawanan pencopetlah seorang
ahli sosiologi dapat memahami makna subjektif tindakan sosial mereka, memahami mengapa
tindakan sosial tersebut dilakukan serta dampak dari tindakan tersebut.

 Peter L. Berger mengungkapkan bahwa pemikiran sosiologis berkembang manakala


masyarakat menghadapi ancaman terhadap hal yang selama ini dianggap sebagai hal yang
memang sudah seharusnya demikian, benar, dan nyata. Manakala hal yang selama ini
menjadi pegangan manusia mengalami krisis, maka mulailah orang melakukan renungan
sosiologis. Lebih lanjut Berger mengajukan berbagai citra yang melekat pada ahli sosiologi,
seperti; sebagai seseorang yang suka bekerja dengan orang lain, menolong orang lain,
melakukan sesuatu untuk orang lain, atau seorang teorikus dibidang pekerja sosial, sebagai
seseorang yang melakukan reformasi sosial, dan lain sebagainya. Berger mengemukakan
bahwa berbagai citra yang dianut oleh orang tersebut tidak tepat, keliru dan bahkan
menyesatkan. Menurut Berger, seorang ahli sosiologi bertujuan memahami masyarakat,
Tujuannya bersifat teoritis, yaitu hanya memahami semata-mata. Lebih lanjut Berger
mengatakan bahwa daya tarik sosiologi terletak pada kenyataan bahwa sudut pandang
sosiologis memungkinkan kita untuk memperoleh gambaran lain mengenai dunia yang telah
kita tempati sepanjang hidup kita.

Konsep lain yang disoroti Berger adalah konsep ‘masalah sosiologis’. Menurut Berger suatu
masalah sosiologi tidak sama dengan suatu masalah sosial. Masalah sosiologi menurut Berger
menyangkut pemahaman terhadap interaksi sosial.

2. Jelaskan  yang dimaksud dengan proses sosial

van Doorn dan Lammers (1959) menjelaskan bahwa sosiologi mempelajari struktur-struktur
dan proses masyarakat yang bersifat stabil. Proses sosial didefinisikan sebagai cara-cara
berhubungan yang dapat diamati apabila perorangan atau kelompok manusia saling bertemu.
Dalam proses sosial, obyek pengamatan adalah peristiwa sosial atau perbuatan sosial yang
harus dibedakan dari kegiatan biologis.

Menurut Maclver :

Proses sosial adalah pola perilaku dimana relasi sosial antar anggota kelompok menghasilkan


karakteristik yang khas. Karakteristik yang khas tersebut bisa berupa perubahan kondisi ke
atas atau ke bawah, berkembang atau mundur, disintegrasi atau integrasi.
Menurut Ginsbers :

Ginsbers mendefinisikan proses sosial sebagai cara-cara interaksi yang dilakukan oleh
individu atau kelompok, termasuk dalam membangun kerja sama, konflik, diferensiasi,
integrasi, pengembangan, dan pengeroposan hubungan sosial.

Menurut Arti Luas :

Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang-perorangan dan
kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk
hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang
menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yan telah ada. Dengan kata lain, proses sosial
diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi,
ekonomi dan hukum, dan seterusnya. Bentuk umum proses sosial adalah interkasi sosial
(yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi sosial merupakan syarat
terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.

Proses Sosial adalah setiap proses sosial yang berlangsung dalam suatu jangka waktu,
sedemikian rupa hingga menunjukkan pola-pola pengulangan hubungan prilaku dalam
kehidupan masyarakat. Secara garis besar, proses sosial bisa dibedakan ke dalam dua jenis,
yaitu proses sosial yang asosiatif, dan proses sosial yang disosiatif.

3. Bedakan antara proses social asosiatif dan dissosiatif

Proses asosiatif terdiri dari kerjasama, akomodasi, asimilasi, sedangkan

Proses disosiatif terdiri dari persaingan dan kontravensi/konflik (Soekanto, 1999:77-78;


Susanto, 1987:53).

4. Bedakan antara sosialisasi dari sudut pandang masyarakat dan individu

Dalam buku Dasar-Dasar Sosialisasi (2004) karya Sutaryo, sosialisasi merupakan suatu
proses bagaimana memperkenalkan sistem pada seseorang. Serta bagaimana orang tersebut
menentukan tanggapan serta reaksinya. Sosialisasi ditentukan oleh lingkungan sosial,
ekonomi dan kebudayaan di mana individu tersebut berada.
Sudut pandang individu Sosialisasi berfungsi sebagai sarana pengenalan, pengakuan, dan
penyesuaian diri terhadap nilai-nilai, norma, dan struktur sosial. Dengan hal tersebut, seorang
individu bisa menjadi masyarakat yang baik. Di mana masyarakat baik adalah warga yang
memenuhi harapan umum warga masyarakat lainnya.

Sudut Pandang masyarakat Sosialisasi berfungsi sebagai sarana pelestarian,


penyebarluasan, dan pewarisan nilai-nilai serta norma sosial. Nilai dan norma terpelihara dari
generasi ke generasi dalam masyarakat tersebut.

Sumber Referensi :

BMK PSOS4205 Sosiologi Indonesia

http://sibetpasaman.blogspot.com/2012/10/batasan-sosiologi-menurut-para-ahli.html

https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/01/140000269/sosialisasi-pengertian-proses-
fungsi-dan-tujuannya.

Anda mungkin juga menyukai