Anda di halaman 1dari 3

NAMA : MARWATI

NIM : 191050203010
KELAS :A
PRODI/KEKHUSUSAN : P.IPS/ PEND.SOSIOLOGI

Summary Bab 2 Landasan Pengembangan Kurikulum

A. Hakikat Pengembangan Kurikulum


Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan
bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya. Namun demikian, persoalan
mengembangkan isi dan bahan pelajaran serta bagaimana cara belajar siswa bukanlah suatu proses yang
sederhana, sebab menentukan isi atau muatan kurikulum harus berangkat dari visi, misi, serta tujuan yang
ingin dicapai, sedangkan menentukan tujuan erat kaitannya dengan persoalan sistem nilai dan kebutuhan
masyarakat.
Orientasi pengembangan kurikulum menurut Seller menyangkut enam aspek,yaitu:
1. Tujuan pendidikan menyangkut arah kegiatan pendidikan.Artinya, hendak dibawa ke mana siswa yang
kita didik itu.
2. Pandangan tentang anak:apakah anak dianggap sebagai organism yang aktif atau pasif.
3. Pandangan tentang proses pembelajaran:apakah proses pembelajaran itu dianggap sebagai proses
transformasi ilmu pengetahuan atau mengubah perilaku anak.
4. Pandangan tentang lingkungan:apakah lingkungan belajar harus dikelola secara formal,atau secara
bebas yang dapat memungkinkan anak bebas belajar.
5. Konsepsi tentang peranan guru:apakah guru harus berperan sebagai instruktur yang bersifat otoriter,atau
guru dianggap sebagai fasilitator yang siap memberi bimbingan dan bantuan pada anak untuk belajar.
6. Evaluasi belajar:apakah mengukur keberhasilan ditentukan dengan tes atau nontes.

Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan isi pengembangan kurikulum,yaitu
rentangan kegiatan,dan tujuan kelembagaan yang berhubungan dengan misi dan visi sekolah.

1. Rentangan Kegiatan (Range of Activity)


Pengembangan isi kurikulum biasanya diawali dengan rancangan kebijakan kurikulum,rancangan
bidang studi,program pengajaran,unit pengajaran,dan rencana pembelajaran.
2. Tujuan Kelembagaan (Institusional Purpose)
Proses pengembangan kurikulum harus dimulai dengan asumsi-asumsi filosofis sebagai sistem
nilai(value system)atau pandangan hidup suatu bangsa. Berdasarkan asas filosofis itulah selanjutnya
ditentukan tentang hakikat pengetahuan, sosiokultural, hakikat anak didik, dan teori-teori belajar. Inilah
yang menjadi dasar dalam pengembangan kurikulum, dengan kata lain landasan pengembangan kurikulum
itu meliputi asas filosofis, asas psikologis, dan asas sosial budaya termasuk di dalamnya asas teknologis.
Manakala telah ditentukan landasan-landasan sebagai fondasi kurikulum, maka ditentukan komponen-
komponen kurikulum yang menyangkut tujuan baik tujuan umum maupun tujuan khusus, isi atau materi
pelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi. Jadi, pada dasarnya proses pengembangan kurikulum adalah
proses penyusunan keempat komponen tersebut yang dilandasi oleh asas-asas pengembangannya sebagai
fondasi.
Pengembangan landasan kurikulum terdiri atas tiga sumber yakni:
1) Studi tentang hakikat dan nilai ilmu pengetahuan(studies of the nature and value of knowledge) sebagai
aspek filosofis.
2) Studi tentang kehidupan(studies of life)sebagai aspek sosial-budaya.
3) Studi tentang siswa dan teori-teori belajar(studies of learners and learning theory)sebagai aspek
psikologi.
B. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum
Agar kurikulum dapat berfungsi sebagai pedoman, maka ada sejumlah prinsip dalam proses
pengembangannya. Di bawah ini akan diuraikan sejumlah prinsip yang dianggap penting.
1. Prinsip Relevansi
Kurikulum merupakan rel-nya pendidikan untuk membawa siswa agar dapat hidup sesuai dengan
nilai-nilai yang ada di masyarakat serta membekali siswa baik dalam bidang pengetahuan, sikap maupun
keterampilan sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pengalaman-pengalaman
belajar yang disusun dalam kurikulum harus relevan dengan kebutuhan masyarakat. Inilah yang disebut
dengan prinsip relevansi. Ada dua macam relevansi: 1) Relevansi internal adalah bahwa setiap kurikulum
harus memiliki keserasian antara komponen-komponennya, yaitu keserasian antara tujuan yang harus
dicapai, isi, materi atau pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, strategi atau metode yang digunakan
serta alat penilaian untuk melihat ketercapaian tujuan. 2) Relevansi eksternal berkaitan dengan keserasian
antara tujuan, isi, dan proses belajar siswa yang tercakup dalam kurikulum dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat. Ada tiga relevasi eksternal yaitu relevansi dengan lingkungan hidup siswa, relevansi dengan
perkembangan jaman, relevansi dengan tuntutan dunia kerja.
2. Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum harus bersifat lentur atau fleksibel. Artinya, kurikulum itu harus bisa dilaksanakan
sesuai dengan kondisi yang ada. Prinsip fleksibilitas memiliki dua sisi yaitu fleksibillitas bagi guru dan
siswa.
3. Prinsip Kontinuitas
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan kesinambungan
antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis program pendidikan, untuk menjaga agar prinsip
kontinuitas tetap berjalan, maka perlu ada kerja sama antara pengembang kurikulum pada setiap jenjang
pendidikan.
4. Prinsip Efektifitas
Prinsip efektifitas berkenaan dengan suatu rencana dalam suatu kurikulum dapat dilaksanakan dan
dapat dicapai dalam KBM. Efektifitas dapat berhubungan dengan kegiatan guru dan siswa dalam
melaksanakan kegiatan belajar.
5. Prinsip Efisiensi
Prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga, waktu, suara, dan biaya yang
dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Kurikulum dikatakan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi
apabila dengan sarana, biaya yang minimal dan waktu yang terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal.

C. Landasan Pengembangan Kurikulum


Ada tiga landasan pengembangan kuikulum, yakni landasan filosofis, psikologis, dan landasan
sosiologis-teknologis. Ketiga landasan tersebut diuraikan di bawah ini:
1. Landasan Filosofis dalam Pengembangan Kurikulum
Sebagai landasan fundamental filsafat mempunyai empat fungsi. 1) Menentukan arah dan tujuan
pendidikan. 2) Menentukan isi dan materi pelajaran. 3) Menentukan strategi dan cara mencapai tujuan.
4) Menentukan tolak ukur keberhasilan proses pendidikan.
a. Filsafat dan Tujuan Pendidikan
Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan tujuan pendidikan:
1) Autonomy, memberi individu dan kelompok kewaspadaan, pengetahuan, dan kemampuan maksimum
sehingga mereka dapat mengatur kehidupan pribadi dan kolektif mereka sejauh memungkinkan.
2) Equity, memungkinkan semua warga negara untuk berpartisipasi dalam kehidupan budaya dan ekonomi
dengan memberikan pendidikan dasar yang setara kepada mereka.
3) Survival, pendidikan bukan saja harus menjamin terjadinya pewarisan dan memperkaya budaya dari
generasi ke generasi, akan tetapi harus memberikan pemahaman saling ketergantungan antar manusia.
b. Filsafat sebagai Proses Berpikir
Kurikulum yang cenderung bersifat idealis akan berbeda dengan kurikulum yang berorientasi
kepada aliran realis, pragmatis dan ekstensialis, demikian juga sebaliknya. Namun demikian, untuk setiap
pengembang kurikulum tidak perlu fanatik dengan satu aliran saja. Bisa saja kurikulum yang dihasilkan
merupakan gabungan dari setiap aliran itu. Sebagai contoh, kurikulum yang bermuatan pendidikan moral
atau pendidikan agama, bisa saja berorientasi kepada aliran idealis, namun untuk kurikulum yang bermuatan
natural science cenderung ke arah aliran filsafat realisme.
2. Landasan Psikologi dalam Pengembangan Kurikulum
Kurikulum harus memperhatikan kondisi psikologi perkembangan dan psikologi belajar anak,
pemahaman tentang anak bagi seorang pengembang kurikulum sangatlah penting.
a. Psikologi Perkembangan Anak
Menurut Piaget, perkembangan intelektual (kognitif) setiap individu berlangsung dalam tahapan-
tahapan tertentu. Tahapan-tahapan perkembangan kognitif itu, menurut Piaget terdiri dari 4 fase, yaitu:
1) Sensorimotor yang berkembang dari mulai lahir sampai 2 tahun
2) Praoperasional mulai dari 2 sampai 7 tahun
3) Operasional konkret, berkembang dari 7 sampai 11 tahun
4) Operasional formal, yang dimulai dari 11 sampai dengan 14 tahun ke atas

b. Psikologi Belajar
Pengembangan kurikulum tidak akan terlepas dari teori belajar. Sebab, pada dasarnya kurikulum
disusun untuk membelajarkan siswa.
1) Aliran behavioristik
Menurut aliran behavioristik proses belajar sangat tergantung pada adanya rangsangan atau stimulus
yang muncul dari luar diri atau yang kita kenal dengan faktor lingkungan.
2) Aliran kognitif belajar
Aliran kognitif belajar adalah kegiatan mental yang ada dalam diri setiap individu. Kegiatan mental itu
memang tidak dapat dilihat secara nyata, akan tetapi menurut aliran ini, justru sesuatu yang ada dalam
diri itulah yang menggerakkan seseorang mencapai perubahan tingkah laku.

3. Landasan Sosiologis-Teknologis dalam Pengembangan Kurikulum


Sekolah bukan hanya berfungsi untuk mewariskan kebudayaan dan nilai-nilai suatu masyarakat,
akan tetapi juga sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik dalam kehidupan masyarakat. Oleh
karenanya, kurikulum bukan hanya berisi berbagai nilai suatu masyarakat akan tetapi bermuatan segala
sesuatu yang dibutuhkan masyarakatnya.
a. Kekuatan Sosial yang Dapat Mempengaruhi Kurikulum
Kekuatan kelompok yang dapat memberikan tekanan terhadap penyelenggaraan dan praktik
pendidikan termasuk di dalamnya tekanan-tekanan dalam proses pengembangan isi kurikulum sebagai alat
dan pedoman penyelenggaraan pendidikan. Kesulitan yang dihadapi oleh para pengembang kurikulum
adalah manakala setiap kelompok sosial itu memberikan masukan dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan
kepentingan kelompoknya, seperti misalnya tuntutan golongan agama, politik, militer, industri, dan lain
sebagainya. Oleh sebab itu, menyerap berbagai informasi yang dibutuhkan masyarakat merupakan salah satu
langkah penting dalam proses penyusunan suatu kurikulum.
b. Kemajuan IPTEK sebagai Bahan Pertimbangan Penyusunan Kurikulum
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hasil kemampuan berpikir manusia telah
membawa umat manusia pada masa yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Sekolah bukan hanya
bertugas menanamkan dan mewariskan ilmu pengetahuan, akan tetapi juga harus memberi keterampilan
tertentu serta menanamkan budi pekerti dan nilai-nilai. Hal penting yang harus diperhatikan terhadap
perubahan yang terjadi adalah perubahan pola hidup dan perubahan kehidupan sosial politik.

Anda mungkin juga menyukai