Anda di halaman 1dari 4

BAB III

TATA SUSUNAN MASYARAKATDI INDONESIA


1. Persekutuan hukum (RECHTS GEMEENSCHAP)
Menurut Prof. Dr. R. SOEPOMO, SH., (1993:45) dijelaskan bahwa VAN
VOLLENHOVEN di dalam orasinya tanggal 2 oktober 1901 mengatakan:
"Bahwa untuk mengetahui hukum, maka yang terutama perlu di selidiki adalah
waktu dan bila mana serta di daerah mana sifat dan susunan badan-badan persekutun
hukum dimana orang-orang yang dikuasai oleh hukum itu hidup sehari-hari".
Kemudian menurut SOEPOMO sendiri dikemukakan bahwa:
"penguraian tentang badan-badan persekutuan itu harus tidak didasarkan atas
sesuatu yang dogmatik, melainkan harus berdasarkan atas kehidupan yang nyata dari
masyarakat yang bersangkutan".
Dari apa yang dikemukakan oleh VAN VOLLEHOVEN dan SOEPOMO
kelihatanlah bahwa masyarakat yang mengembangkan ciri khas hukum adat itu adalah
"persekutuan hukum adat" (Adatrechts Gemeenschapen).
Sampai saat ini eksistensi hukum adat masih hidup, bahkan terus maju dan
berkembang menuju kepada kehidupannya sendiri walaupun sejak berpuluh-puluh
tahun yang lalu mendpatkan ancaman, rintangan dan tantangan terutama pada waktu
zaman kolonial sebelum tahun 1928. Hal ini ini menunjukkkan bahwa hukum adat
tersebut sangat kuat dan berurat berakar untuk mempertahankan badan-badan
persekutuan hukum yang ada di indonesia. Oleh karena itu di dalam mempelajari
hukum adat dari suatu lingkungan hukum atau lingkungan hukum adat
( Adatrechtskringen) susunan badan persekutuan hukum atau masyarakat hukum
yang bersangkutan perlu dikaji terlebih dahulu.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa sebagaimana yang ditegaskan di
atas inti dari PERSEKUTUAN HUKUM adalah:
A. Kesatuan manusia yang teratur
B. Menetap di daerah tertentu
C. Mempunyai penguasa-penguasa, dan
D. Mempunyai kekayaan yang berujud atau pun tidak berujud dimana para
anggota kesatuan masing-masing mengalami kehidupan dalam masyarakat
sebagai hak yang wajar menurut kodrat alam dan tidak seorang pun diantara
mereka para anggota itu mempunyai pikiran atau kecenderungan untuk
membubarkan ikatan yang telah tumbuh itu akan meninggalkannya dalam arti
melepaskan diri dari ikatan itu untuk selama-lamanya.
Contoh PERSEKUTUAN HUKUM (MASYARAKAT HUKUM)
A. FAMMILIE di Minangkabau
Sebagai persekutuan hukum, mengingat memiliki:
1. Tata susunan yangt tetap.
2. Pengurus sendiri
3. Harta pusaka sendiri
Di samping itu FAMMILIE bertindak sebagai kesatuan terhadap fammilie lain,
terhadap orang asing, serta terhadap pemerintahan atasan.
B. Desa di jawa
Sebagai persekutuan hukum, disebabkan memiliki:
1. Tata susunan yang tetap
2. Pengurus sendiri
3. Harta kekayaan sendiri
Di samping itu mempunyai pula wilayah sendiri serta bertindak sebagai kesatuan
terhadap dunia luar dan tidak mungkin Desa itu di bubarkan.

2. Struktur PERSEKUTUAN HUKUM


Pemahaman struktur persekutuan hukum atau masyarakat hukum yang terdapat
di seluruh kepulauan Nusantara pada dasarnya secara teoritis dapat kita bedakan
dengan adanya dua faktor utama. Yang menjadi dasar ikatan yang mengikat anggota-
anggota persekutuan yaitu:
A. FAKTOR GENEALOGIS (KETURUNAN)
B. FAKTOR TERRITORIAL (WILAYAH)
Tiga type pokok utama persekutuan hukum atau masyarakat hukum diwilayah
nusantara ini, yaitu:
A. Persekutuan hukum GENEALOGIS
Persekutuan Hukum atau masyarakat hukum genealogis minitik beratkan pada
faktor keturunan atau pertalian darah.
Sedangkan untuk faktor GENEALOGIS ini dapat dibedakan menjadi:
• Masyarakat UNILATERAL.
Adalah masyarakat di mana anggota-anggotanya menarik garis
keturunan hanya dari salah satu pihak saja, baik dari pihak laki-laki saja
(Ayah) ataupun dari pihak wanita saja (ibu).

Ciri -ciri masyarakat UNILATERAL


A. Menarik garis keturanan hanya dari satu pihak saja
B. Masyarakatnya terbagi-bagi dalam kelompok-kelompok yang disebut
Clan dan sub Clan.
C. Sistem perkawinan yang dilaksanakan adalah sistem EXOGAMIE.
D. Tiap kelompok atau Clan mempunyai harta pusaka yang tidak boleh
dibagi-bagi.

Macam-macam masyarakat hukum UNILATERAL


Masyarakat Hukum UNILATERAL dapat dibedakan atas 2 (dua)
macam dan 1 (satu) bentuk khusus sebagai berikut.
A. Masyarakat MATRILINEAL
B. Masyarakat PATRILINEAL
C. Masyarakat DUBBEL UNILATER
• Masyarakat BILATERAL
Adalah masyarakat dimana anggota-anggota persekutuan menarik garis
keturunan baik melalui Ayah maupun melalui Ibu.
Jadi garis keturunan ditarik melalui Orang Tua (Parental). Masyarakat hukum yang
tersusun secara PARENTAL bentuk perkawinannya bebas, artinya tidak terikat pada
keharusan EXOGAMIE maupun ENDOGAMIE.
• Masyarakat BILATERAL (PARENTAL) terdiri dari :
A. Masyarakat yang bersendikan pada kesatuan rumah tangga (GEZINS). Titik beratnya
terletak pada rumah tangga.
B. Masyarakat bilateral yang bersendikan pada rumpun-rumpun (TRIBLE). Titik berat
dari masyarakat pada rumpun.

• Masyarakat ALTERNEREND (berganti-ganti)


Adalah masyarakat di mana garis keturunan seorang ditarik berganti-ganti sesuai
dengan bentuk parkawinan yang dilaksanakan oleh orang tuanya. Berarti bila perkawinan
yang dilakukan oleh orang tuanya dilakukan menurut HUKUM KEIBUAN atau disebut
KAWIN SEMENDO, maka anak-anak yang lahir dari perkawinan ini menarik garis
keturunan dari ibu.
Bila perkawinan dilakukan oleh salah seorang anak menurut HUKUM KEBAPAAN
atau juga disebut Kawin jujur, maka anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan itu menarik
garis keturunan dari pihak Ayah.
Kalau perkawinan yang dilakukan dengan maksud supaya anak-anak yang lahir dari
perkawinan itu menarik garis keturunan dari kedua belah pihak, perkawinan tersebut
dinamakan Kawin semendo Rajo-rajo, maka anak-anak yang lahir menarik garis keturunan
baik dari AYAH maupun dari IBU.
3. Persekutuan HUKUM TERRITORIAL
Persekutuan-persekutuan hukum teritorial adalah dimana para warganya
merasa terikat satu sama lainnya karena merasa dilahirkan dan menjalani kehidupan
ditempat atau wilayah (Grond Gebied) yang sama.
Faktor wilayah (territorialle factors) sangatlah penting sehingga persekutuan-
persekutuan hukum territorial dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam. Antara lain:
1. Persekutuan DESA (Drops Gemeenschap)
Apabila segolongan orang terikat pada suatu tempat kediaman, yang
juga apabila didalamnya terdiri dari tempat kediaman kecil yang
meliputi perkampungan sehingga semuanya bertempat tinggal di dalam
pusat kediaman itu.
2. Persekutuan DAERAH (STREK GEMENSCHAP)
Apabila didalam suatu daerah tertentu merupakan kesatuan beberapa
tempat kediaman yang masing-masing mempunyai pimpinan sejenis,
sendiri-sendiri dan sederajat (DESA).
3. Perserikatan DESA-DESA ( DORPENBOND) (beberapa kampung)
Gabungan dari beberapa persekutuan Desa dimana mereka mengadakan
pemufakatan untuk melakukan kerja sama.
• Persekutuan Hukum GENEALOGIS-TERRITORIAL
Persekutuan Hukum adalah persekutuan-persekutuan hukum di mana
faktor Genealogis dan Territorial merupakan faktor yang penting.
Untuk menjadi anggota persekutuan yang demikian wajib dipenuhi dua
syarat. Sekaligus harus masuk dalam kesatuan Genealogis dan berdiam
didalam daerah persekutuan yang bersangkutan.

Persekutuan yang bersifat genealogis territorial dapat dibedakan dalam


5 (lima) jenis yaitu :
• Suatu daerah atau kampungd di diami hanya oleh satu bagian (Clan) saja.
• DI TAPANULI terdapat susunan masyarakat
• Marga yang semula mendiami daerah itu serta yang mendirikan HUTA-
HUTA di daerah itu disebut MARGA ASAL.
• Di sini terdapat satu Clan yang mula-mula mendiami suatu daerah tertentu
dan berkuasa didaerah itu. Akan tetapi kekuasaan itu kemudian berpindah
kekuasaan dari Clan yang asli.
• Di dalam suatu daerah NAGARI golongan yang berkuasa dan golongan
yang menumpang TIDAK ADA PERBEDAAN.

TUGAS HUKUM ADAT KELOMPOT II


NAMA :
• MOH IHSAN
• 19.611.100058
• IKBAL AHDANUGRAHA
• 19.611.100035
• FENI AFTIKA
• 19.611.100011
• GALUH RATNA B
• 19.611.100078
• DHIMAS PANDU E PUTRA P
• 19.611.100038
• EKO TRI CAHYONO
• 19.611.100092

Anda mungkin juga menyukai