Anda di halaman 1dari 8

Nama: Mochamad Bahri Alfiansyah

Kelas: A ppapk

Nim: A1012221160

Matkul: hukum adat

Perihal: UAS

Tanggal : 31 mei 2023

1, analisis persekutuan hukum

Pembahasan tentang tata susunan rakyat Indonesia merupakan bagian yang sangat penting dalam
hukum adat, karena “Untuk mengetahui hukum, adalah terutama perlu diselidiki pada waktu apapun
dan di daerah manapun juga, sifat dan susunan badan-badan persekutuan hukum, di mana orang-orang
yang dikuasai oleh hukum itu hidup sehari-hari.

Bilamana hukum adat itu hingga kini masih mampu terus hidup, meskipun selama berpuluh-puluh tahun
mendapat rintangan serta ancaman pada zaman Kolonial sebelum tahun 1928, maka semuanya itu
disebabkan oleh kekuatan mempertahankan serta kekuatan hidup dari badan-badan persekutuan
hukum itu sendiri…….. “Oleh karenanya, maka tiap uraian tentang hukum adat dari sesuatu lingkungan
hukum (reehts kring) susunan badan-badan persekutuan hukum yang bersangkutan perlu dikemukakan.

Di seluruh Kepulauan Indonesia pada lingkungan rakyat banyak, terdapat pergaulan


hidup di dalam golongan-golongan yang bertingkah laku sebagai kesatuan terhadap dunia lahir dan
batin. Golongan-golongan itu mempunyai tata susunan yang kekal dan tetap dan orang-orang dalam
golongan itu masing-masing menjalani kehidupannya dalam golongan sebagai hal yang sewajarnya.
Tidak ada seorangpun dari mereka yang mempunyai pikiran atau kemampuan membubarkan golongan
itu.

Golongan ini terdiri gerombolan yang bertalian satu sama lain, terhadap alam yang tak
kelihatan mata, terhadap dunia luar dan terhadap alam kebendaan, maka mereka bertingkah laku
sedemikian rupa, sehingga untuk mendapatkan gambaran yang sejelas-jelasnya, gerombolan tadi dapat
disebut masyarakat hukum (rechts gemeenschappen).

Dalam pergaulan hukum, maka mereka merasa menjadi anggota dari pada ikatan itu, bersikap dan
bertindak sebagai satu kesatuan yang kokoh dan teratur. Jadi persekutuan hukum adalah kesatuan-
kesatuan atau: “Gerombolan yang teratur, bersifat tetap dengan mempunyai kekuasaan sendiri, serta
kekayaan sendiri berupa benda yang kelihatan dan yang tidak kelihatan mata

Contoh : Famili di Minangkabau. Ini dapat disebut sebagai persekutuan hukum, sebab memiliki ketiga
persyaratan tadi yaitu :
1. Tata susunan yang tetap, yaitu terdiri atas beberapa bagian yang disebut rumah yang disebut
jurai. Selanjutnya jurai ini terdiri atas beberapa nenek dengan anak-anaknya laki-laki dan
perempuan
2. Pengurus sendiri, yaitu yang diketahui oleh seorang penghulu andiko, sedangkan jurei dikepalai
oleh seorang tungganai, atau mamak kepala waris.
3. Harta pusaka sendiri, yang di urus oleh penghulu andio. Di samping itu, family bertindak sebagai
kesatuan terhadap famili lain, terhadap orang asing serta terhadap pemerintah atasan.

STRUKTUR PERSEKUTUAN HUKUM

Dari hasil penelitian para ahli, maka sekarang telah dapat menemukan gambaran yang
jelas mengenai paham asli pribumi tentang kesatuan masyarakat itu. Untuk memperoleh gambaran yang
jelas tentang kesatuan masyarakat atau struktur persekutuan-persekutuan hukum yang terdapat di
seluruh kepulauan Indonesia, maka pertama-tama haruslah mengerti dan memahami lebih dahulu
faktor-faktor yang mempengaruhi sampai terbentuknya persekutuan-persekutuan hukum tersebut.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya persekutuan-persekutuan hukum tersebut


sebagai berikut :

 Faktor Territorial : yaitu faktor terikat pada suatu daerah tertentu.


 Faktor Genelogis : yaitu faktor yang melandaskan kepada pertalian daerah, pertalian satu
keturunan.

ad.1. Faktor Territorial

Masyarakat/ persekutuan hukum yang timbul dari faktor territorial ini terjadi apabila
keanggotaan seseorang tergantung dari pada tempat tinggal di dalam lingkungan daerah persekutuan
itu.

Anggota dari persekutuan ini dapat saja pergi sementara waktu meninggalkan tempat
tinggalknya tanpa kehilangan keanggotaanya dalam golongan itu. Sedang orang luar lingkungan yang
ingin masuk menjadi anggota persekutuan dapat diterima menurut hukum adat, sepanjang dapat
memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Untuk mereka yang sejak dahulu kala, sejak nenek moyangnya
berdiam dalam daerah persekutuan, biasanya memiliki kedudukan yang penting dalam persekutuan
tersebut.

Persekutuan territorial ini dapat dibedakan atas :

1. Persekutuan Desa
Terbentuk bilamana segolongan orang terikat satu tempat kediaman; (termasuk di
dalamnya dukuh-dukuh yang terpencil tapi tidak berdiri sendiri) dan di mana para pejabat
pemerintahan desa semuanya bertampat tinggal di dalam pusat kediaman itu.
2. Persekutuan Daerah
Bila dalam daerah tertentu beberapa desa yang masing-masingnya mempunyai tata
susunan dan pengurus sendiri-sendiri yang sejenis, berdiri sendiri-sendiri, namun semuanya
merupakan bagian bawahan dari daerah. Dimana daerah memiliki harta benda, menguasai
hutan dan rimba yang ada.
Contoh : Kuria di Angkola dan Mandaling di Tapanuli, Marga di Sumatera Selatan dengan
susunan di dalamnya.
3. Perserikatan
Terbentuk bila beberapa persekutuan kampung yang berdekatan letaknya sepakat
memelihara kepentingan-kepentingan bersama, misalnya ; mengadakan pengairan bersama
yang di urus oleh suatu badan pengurus bersama, dimana wewenang mengurus kerja sama
itu tidak lebih tinggi dari pengurus desa masing-masing dimana kekuasaan tertinggi
terhadap tanah-tanah di dalam desa/kampung itu tetap ada pengurus desa/kampung yang
bersangkutan.
Contoh : Perserikatan huta-huta di suku Batak.
ada 2. Faktor Geneologis
Persekutuan ini timbul bila seseorang menjadi anggota persekutuan, karena pertalian
keturunan yang sama.
Dalam hal ini ada 3 (tiga) dasar pertalian keturunan yaitu :
1. Pertalian darah menurut garis bapak (patrilinial) seperti pada suku : Nias, Batak, Sumba
dsb.
2. Pertalian darah menurut garis ibu (matrilinial) seperti di Minangkabau.
3. Pertalian darah menurut garis Ibu dan Bapak (parental) seperti suku Jawa, Sunda, Aceh,
Dayak
Disamping itu yang tersebut di atas, masih ada pula bentuk lain yang berdasarkan kedua
faktor : Genealogis dan sekaligus Territorial.
Untuk menjadi anggota persekutuan yang demikian ini, wajib dipenuhi dua syarat sekaligus
yaitu :
1. Harus masuk dalam satu kesatuan genealogis, dan
2. Harus terbina di dalam daerah persekutuan yang bersangkutan.
Contoh : Uma di Mentawai, Euri di Nias, Marag di Palembang, Negorij di Maluku
Persekutuan hukum yang bersifat geneologis territorial ini dapat dibedakan ke
dalam 5 jenis sebagai berikut :
1. Adanya suatu daerah atau kampung yang hanya dihuni oleh suatu golongan (Clan).
Kampung yang berdekatan juga didiami hanya satu Clan (golongan) saja.
Contoh : di pedalaman Pulau Enggono, Buru, Seram dan Flores
2. Dalam satu daerah tertentu semula di diamai oleh satu warga tertentu, yang kemudian
dalam kuta-kuta dalam warga itu ada warga lain yang masuk menjadi anggotanya.
Warga semula disebut warga asal atau warga raja. Sedangkan warga masuk disebut
warga rakyat, yang mempunyai kedudukan kurang dari warga raja itu.
Contoh : di Tapanuli
3. Adanya satu Clan yang berkuasa disuatu daerah, kemudian kekuasaan Clan itu
digantiakn oleh Clan yang masuk ke daerah itu yang berhasil merebut kekuasaan.
Dengan adanya perdamaian kedua Clan itu, terbentuklah suatu kesatuan dalam
persekutuan dimana Clan yang datang kemudian yang memegang kekuasaan
pemerintahan, sedang Clan asli tetap menguasai tanah di daerah itu sebagai wali tanah.
Contoh : di Sumbawa Tengah dan Timur.
4. Di beberapa negeri di Minangkabau
Adanya golongan yang berkedudukan sama dan merupakan suatu badan persekutuan
negeri yang terdiri dari daerah golongan tiap-tiap daerah suku.
5. Di daerah Rejang (Bengkulu)
Adanya daerah bersama dari persekutuan beberapa Clan yang masing-masing Clan tidak
bertalian satu sama lainnya
Sedangkan oleh Van Vollen Hoven, menunjukkan bahwa persekutuan hukum di
Indonesia, dapat dibagi atas 4 (empat) bagian, ditinjau dari strukturnya. Pembagian
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Persekutuan hukum yang berupa kesatuan genealogis.
Contoh : Uma pada suku Dayak, Fukun di Pulau Timor dan sebagainya.
2. Persekutuan hukum yang berupa kesatuan Territorial dengan di dalamnya terdapat
kesatuan-kesatuan genealogis, misalnya ; Nagari di Minangkabau.
3. Persekutuan hukum yang berupa kesatuan Territorial tanpa kesatuan genealigis di
dalamnya.
Contoh : Marga dengan dusun-dusunnya di Sumatera Selatan.
4. Persekutuan hukum yang berupa kesatuan territorial dengan di dalamnya terdapat
persekutuan-persekutuan/badan-badan hukum yang sengaja di dirikan oleh
warganya.
Contoh : Subak di Bali
Cara orang dari luar masuk ke dalam badan persekutuan hukum sebagai anggotanya,
biasanya dilakukan yaitu dengan :
A. Masuk sebagai hamba, budak.
B. Karena pertalian perkawinan
C. Dengan jalan pengambilan anak, sehingga orang yang semula bukan family, dapat
menjadi family dan masuk sebagai anggota golongan

2. HUKUM TANAH

Hidup manusia tidak mungkin lepas dari tanah Tanah adalah suatu tempat di mana manusia menjalani
kehidupan tempat tinggal serta memperoleh sumber untuk melanjutkan

kehidupannya bahkan sampai manusia meninggal dunia tetap memerlukan tanah sebagai tempat
peristirahatan terakhir. Oleh karena itu manusia mempunyai kebutuhan terhadap tanah.

Karena banyaknya jumlah manusia yang membutuhkan tanah perlu adanya kaidah-kaidah yang
mengatur penggunaan tanah Kedudukan hukum tanah dalam hukum adat adalah sangat penting

karena sifatnya dan fakta.


Hukum Tanalı: Keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang hangkit dari pergaulan hidup antar manusia yang

berkenaan dengan pemanfaatan tanah.

Hak-hak atas tanah:

1. Hak persekutuan atas tanah.

 Hak Purba (Djojodiguno)


 Hak Pertuanan (Supomo)
 Hak Ulayat (UUPA)

Hak Persekutuan atas tanah

Prof C. Van Vollenhoven memberikan istilah "Beschikkingrecht' untuk hak persekutuan diterjemahkan
dengan hak Ulayat/Pertuanan, sedang tanah yang berupa wilayahnya dinamakan "Beschikkingring"
(diterjemahkan menjadi "lingkungan ulayat").

Terhadap Lingkungan Ulayat, tiap-tiap wilayah Indonesia mempunyai istilah yang berbeda-beda

Misalnya:

Di Ambon disebut "Patuanan"

Di Kalimantan disebut "Panyepeto"

Di Jawa disebut “Wewengkon"

Di Bali disebut "Prambumian Pajar

Di Bolaang Mongodow disebut Tatabuan"

Di Angkola disebut "Torluk"

Di Sulawesi Selatan disebut "Limpo"

Di Baru disebut "nuru "

Di Lombok disebut "Paer"

Di Minangkabau disebut "Ulayat"

Di Batak disebut "golat"

Hak Ulayat hanya ada pada persekutuan hukum teritorial dan, persekutuan hukum genealogis teritorial

Objek hak Ulayat:


1.Tanah

2. Udara

3. Tumbuh-tumbuhan secara liar

4. Binatang liar

Beschikkingrecht atau hak ulayat berupa

Hak dan kewajiban dari persekutuan hukum sebagai suatu keseluruhan atas suatu wilayah tertentu
yakni wilayah di mana mereka hidup.

Buku Van Vollenhoven yang berjudul “Miskenningen in het Adatrecht" dan "De Indonesier en zijn
qrond" dapat disimpulkan adanya 6 ciri-ciri dari hak ulayat antara lain:

1. Persekutuan dan anggotanya berhak untuk memanfaatkan tanah memungut hasil dari segala sesuatu
yang ada di dalam tanah dan yang tumbuh dan yang hidup di atas tanah ulayat

2. Hak individu diikuti oleh hak persekutuan

Menurut Ter Haar, mengenai hubungan antara hak persekutuan dan hak perseorangan disebut Teori
Bola adalah bersifat timbal balik yang berarti semakin kuat hak perseorangan atas sebidang tanah
semakin lemah hak persekutuan atas tanah itu dan sebaliknya semakin lemah hak perseorangan atas
sebidang tanah maka semakin kuat hak persekutuan atas tanah itu"

3. Pimpinan persekutuan dapat menentukan untuk menyatakan dan menggunakan bidang-bidang tanah
tertentu yang ditetapkan untuk kepentingan umum.Dan terhadap tanah ini tidak diperkenankan
diberikan hak perseorangan.

4. Orang asing yang mau menarik hasil dari tanah-tanah ulayat harus terlebih dahulu minta izin dari
Kepala Persekutuan dan harus membayar uang pengakuan, dan setelah panen harus membayar sewa.

5 Persekutuan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi di atas lingkungan ulayat

6 Larangan mengasingkan tanah, yang termasuk tanah ulayat

artinya:

Baik persekutuan maupun anggota-anggota tidak diperkenankan memutuskan secara mutlak sebidang
tanah ulayat sehingga persekutuan sama selali hilang wewenang atas tanah tersebut

3. Jenis Hak Ulayat terdiri dari:

1 Hak Ulayat berlapis satu > "Persekutuan Desa"

2 Hak Ulayat berlapis dua > "Persekutuan Daerah"


Hak Ulayat Berlaku:

A. ke dalam B. Ke luar

9.4.1. Ke dalam

 Hak Ulayat menjamin kehidupan daripada anggota-anggotanya yang ada dalam lingkungan
ulayat tersebut. Karena itu tiap-tiap anggotanya berhak untuk mengambil hasil dari tanah dan
binatang serta tumbuhan yang ada di atas ulayat tersebut.
 Hubungan antara kepentingan perseorangan dan kepentingan persekutuan adalah timbal balik
dan mempunyai daya kekuatan yang sama artinya Hak perorangan mempertahankan diri
terhadap hak persekutuan adalah sama kuatnya dengan hak persekutuan memepertahankan
diri terhadap hak perseorangan.

Contoh:

 Tapanuli Selatan, ada kemungkinan tanah perseorangan itu dicabut haknya karena orang yang
mengelolanya adalah Orang-orang penumpang. Tanah ini dibagikan pada orang- orang miskin
dengan hak pakai.
 Tanah tersebut disebut "Salipi na tartar"

Anggota Persekutuan Untuk Menggunakan Haknya Atas Tanah, misalnya:

1. Hak untuk berburu


2. Hak untuk mengambil hasil hutan.
3. Hak atas sebidang tanah / siang harus terlebih dahulu memberi tanda dan orang lain tidak boleh
lagi memberi tanda atas tanah tersebut disebut hak terdepan tse tanah.

Hak Ulayat dapat berlaku untuk kepentingan persekutuan adalah untuk

 perkuburan
 sawah-sawah desa
 Tanah Bengkok Tanah bengkok di Batak disebut "Sabana Bolak Di Sulawesi Selatan disebut
"Galung Arajang" Di Ambon disebut "Dusun Dati Raja Di Bali disebut "Bukti"

Berlakunya Hak Ulayat di bawah pengawasan Kepala Adat

Ke luar

Hak Ulayat dapat berlaku terhadap orang-orang luar yang bukan anggota aliansi yang terlebih dahulu
harus mendapat izin dari kepala aliansi.

Misalnya

 Di Aceh harus membayar "Uang Pemasukan"


 Di Jawa harus membayar "mest"
 Orang luar
1.1.1.Hanya memiliki hak menikmati dalam
1.1.2.satu kali panen
1.1.3.Tidak boleh menjadi ahli waris
1.1.4.Tidak boleh membeli tanah

DI Angkola; orang luar diperbolehkan untuk membuka dusun di dalam lingkungan ulayat di bawah
pimpinan seorang raja.

 Dusun disebut "huta na ro"


 Rajanya disebut "Raja Sibuan Matang"
 Setelah mengambil panen, maka sebagai pengakuan dari mereka bahwa mereka adalah orang
penumpang, maka mereka harus membayar uang sewa kepada persekutuan.
 Dan bisa jadi terjadi perkawinan antara orang- orang pendatang dengan anggota persekutuan
maka dalam keadaan demikian ini mungkin orang pendatang mendapat hadiah perkawinan,
maka kedudukan orang pendatang atas tanah itu menjadi lebih kuat yaitu yang dulunya hanya
hak menikmati menjadi hak milik karena perkawinan.

Anda mungkin juga menyukai