Anda di halaman 1dari 8

Resume buku pengantar hukum

Bab 13
Asas- Asas Hukum Adat

Disusun oleh :
KARTIKA CHANDRA KIRANA
1900874201208

UNIVERSITAS BATANGHARI JAMBI


TAHUN PENDIDIKAN 2019/2020
Resume Bab 13 : ASAS-ASAS HUKUM ADAT

A. PENGERTIAN

Hukum adat adalah keseluruhan aturan tingkah laku positif yang di satu pihak mempunyai
sanksi dan di pihak lain dalam keadaan tidak dikodifikasikan. Dengan kata lain, Hukum adat
adalah adat kebiasaan yang mempunyai akibat hukum.

Istilah hukum adat adalah terjemahan dari adatrecht yang pertama kali di perkenalkan oleh
Prof. Dr. C. Snouck Hurgronje dalam bukunya De Atjehers pada tahun 1893. Kemudian
digunakan oleh Prof. Corneli van Vollenhoven yang dikenal sebagai penemu Hukum Adat
dengan sebutan bapak hukum adat dan penulis buku Het Adatrecht van Nederlands Indie

Di dalam pengambilan keputusan, para pemberi keputusan berperan pada nilai-nilai


universal yang di pakai oleh para tetua adat, yaitu :

1. Asas gotong royong


2. Fungsi sosial manusia dan milik dalam masyarakat
3. Asas persetujuan sebagai dasar kekuasaan umum (musyawarah, dan
4. Asas perwakilan dan permusyawaratan.

B. PERSEKUTUAN HUKUM ADAT

persekutuan Hukum di berbagai daerah Kepulauan di indonesia mempunyai peraturan hukum


adat yang berbeda-beda. Di dalam buku Adatrecht, van vollenhoven membagi seluruh daerah
indonesia dalam 19 lingkaran hukum ada yaitu :

1. Aceh (menurut Vollenhoven termasuk Aceh Besar, Pantai Barat Aceh, Singkel, Simeulue).
2. Gayo, Alas, dan Batak dimana Vollenhoven memasukkan wilayah :

a. Tanah Gayo (Gayo Lueus).

b. Tanah Alas.

c. Tanah Batak (Tapanuli).

Tapanuli Utara.

Pakpak-Batak (Barus).

Karo-Batak.

Simalungun-Batak.

Toba-Batak (Samosir, Balige, Laguboti, Lumban Julu).

Tapanuli Selatan.

Padang Lawas (Tano Sepanjng).

Angkola.

Mandailing (Sayurmatinggi).

d. Nias (Nias Selatan).

3. Daerah Minangkabau (Padang, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, Daerah Kampar,
Kerinci).

4. Sumatera Selatan.

Bengkulu (Rejang).

Lampung (Abung, Peminggir, Pubian, Rebang, Gedongtataan, Tulangbawang).

Palembang (Anak-Lakitan, Jelma Daya, Kubu, Pasema, Semendo).

Enggano.

5. Daerah Melayu (Lingga Riau, Indragiri, Pantai Timur Sumatera Utara, orang-orang
Banjar).
6. Bangka dan Belitung.

7. Kalimantan (Pembagian Vollenhoven meliputi Dayak, Bagian Barat Kalimantan, Kapuas


Hulu, Kalimantan Tenggara, Mahakam Hulu, Pasi, Dayak Kenya, Dayak Klementen, Dayak
Landak dan Tayan, Dayak-Lawang, Lepo-Alim, Lepo-Timei, Long Glatt, Dayak-Maanyan-
Pantai, Dayak Maan Siung, Dayak-Ngaju, Dayak-Ot-Danum, Dayak-Penyabung Punan).

8. Minahasa (Manado Indonesia).

9. Gorontalo (Bolaang Mongondow, Boalemo).

10. Daerah/Tanah Toraja (Vollenhoven memasukan wilayah Sulawesi bagian Tengah, Toraja,
orang Toraja berbahasa Baree, Toraja Barat, Sigi, Kaili, Tawaili, Toraja Sadan, To Mori, To
Lainang, Kepulauan Banggai Indonesia).

11. Sulawesi Selatan (Orang Bugis, Bone, Laikang, Ponre, Mandar, Makasar, Selayar,
Muna).

12. Kepulauan Ternate (Ternate, Tidore, Halmahera, Tobelo, Pulau Sula).

13. Maluku-Ambon (Ambon, Banda, orang Uliaser, Saparua, Buru, Seram, dan juga
Vollenhoven memasukkan Kepulauan Kai, Kepulauan Aru, Kisar).

14. Irian.

15. Vollenhoven merinci Kepulauan Timor termasuk kelompok Timor, Timur, Bagian tengah
Timor, Mollo, Sumba, Bagian tengah Sumba, Sumba Timur, Kodi, Flores, Ngada, Roti, Savu
Bima.

16. Bali dan Lombok (Bali, Tangan Parigsingan, Kastala, Karangasem, Buleleng, Jembarana,
Lombok, Sumbawa).

17. Jawa Tengah dan Jawa Timur termasuk Madura (Jawa bagian tengah, Kedu, Purworejo,
Tulungagung, Jawa Timur, Surabaya, Madura).

18. Daerah Kerajaan (Solo-Yogyakarta).

19. Jawa Barat (Parahyangan, Tanah Sunda, Jakarta, Banten).

Menurut tata susunannya struktur persekutuan hukum di indonesia dapat di golongkan


menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :
1. Persekutuan Hukum genealogis, yaitu faktor yang melandaskan pada pertalian darah satu
keturunan, atau apabila keanggotaan seseorang anggota tergantung dari keturunan yang sama,
misalnya Daerah Toraja. Dalam hal ini, terdapat tiga macam dasar pertalian keturunan
( susunan hukum kekeluargaan) yaitu sebagai berikut.

a. Pertalian darah menurut garis keturunan Bapak (Patrilineal) , seperti : suku batak,
Nias, dan sumba.

b. Pertalian darah menurut garis keturunan ibu ( Matrilineal), seperti : Minangkabau

c. Pertalian darah menurut garis keturunan Bapak dan ibu ( Parental), Seperti jawa,
Sunda, Aceh, dan Dayak. Disini untuk menentukan hak dan kewajiban seseorang maka
famili dari pihak bapak adalah sama artinya dengan famili bapak dan ibu.

2. Persekutuan hukum teritorial, yaitu faktor yang terikat pada suatu daerah tertentu dan
keanggotaan seseorang tergantung pada tempat tinggal di lingkungan daerah persekutuan
itu atau bukan.

Ada tiga persekutuan Hukum teritorial, yaitu sebagai berikut :

a. persekutuan Desa

Apabila ada segokongan orang terikat pada suatu tempat kediaman, juga apabila
di dalam nya termasuk dukuh-dukuh yang terpencil yang tidak berdiri sendiri. Adapun para
pejabat pemerintah desa boleh dikatakan semuanya bertempat tinggal di dalam pusat
kediaman itu,

Contoh : Desa di jawa dan di Bali.

b. persekutuan Daerah

Apabila di dalam suatu daerah tertentu terletak beberapa desa yang


mempunyai tata susunan dan pengurus sendiri yang sejenis. Daerah memiliki harta benda
dan menguasai hutan dan rimba atau dikelilingi tanah yang di tanam dan tanah yang di
tinggal penduduk desa itu

Contoh. : Kuria di anggota dan Mandailing yang mempunyai hutan-hutan.


c perserikatan ( Beberapa kampung)

Kekuatan dan kekuasaan tertinggi terhadap tanah tanah di dalam daerah atau
kampung itu ada pada tangan pengurus desa atau kampung yang bersangkutan.

Contoh. : perserikatan huta-huta di suku batak.

3. persekutuan Hukum Genealogis-Teritorial, yaitu apabila keanggotaan persekutuan


didasarkan pada suatu kesatuan keturunan, sekaligus juga berdiam pada daerah yang
bersangkutan.

a. Suatu daerah atau kampung didiami hanya oleh satu bagian klan (golongan)

Misal nya : di perdalaman pulau-pulau Enggan, Buru, seram, dan flores.

b. Dalam satu daerah tertentu semula didiami oleh satu marga, kemudian terdapat satu
atau beberapa marga lain yang masuk menjadi warga badan persekutuan hutan daerah itu.
Misalnya : Daerah Tapanuli

c. Dua klan yang saling bergabung disebabkan oleh semula di taklukan oleh klan yang
datang kemudia. Misal nya : Sumba tengah dan Sumba timur.

d. Dalam satu daerah semua golongan berkedudukan sama dan merupakan badan
persekutuan teritorial ( Nagari). Misal nya : beberapa nagari di minangkabau, dan Marga di
Bengkulu.

e. Satu nagari berdiam beberapa klan yang tidak bertalian famili. Misalnya : nagari di
minangkabau dan daerah Rejang ( bengkulu).

C. HUKUM PERKAWINAN ADAT.

dalam sistem perkawinan adat dikenal tiga sistem, yaitu sebagai berikut.
1. Sistem endogami.

Dalam sistem ini, hanya orang diperbolehkan kawin dengan seseorang dari suku
keluarganya sendiri. Menurut van vollenhoven sistem ini terdapat di Toraja namun semakin
jarang untuk di temui.

2. Sistem Eksogami.

Dalam sistem ini, orang diharuskan kawin dengan orang di luar suku keluarganya.
Misalnya : Daerah Gayo, Alas, Tapanuli, Sumatra selatan, Minangkabau, Buru, dan Seram.

3. Sistem Eleutherogami.

Sistem ini tidak mengenal larangan atau keharusan seperti halnya dalam sistem
Endogami dan Eksogami. Larangan yang ada biasanya menyangkut Masalah Nasab
( keturunan dekat) dan musyawarah (pariparan) . misalnya : Aceh, sumatra timur bangka
belitung, kalimantan, Minahasa, ternate, Sulawesi selatan, papua, timor, bali, lombok, dan
seluruh jawa dan madura.

Di indonesia terdapat tiga susunan kekeluargaan :

a. Susunan kekeluargaan patrilineal

b. Susunan kekeluargaan matrilineal

c. Susunan kekeluargaan parental

D. HUKUM ADAT WARIS.

Di indonesia terdapat tiga sistem kewarisan adat, yaitu :

1. Sistem kewarisan Individual


Cirinya adalah harta peninggalan dapat dibagi-bagikan di antara para ahli waris.

2. Sistem kewarisan kolektif

Cirinya adalah harta peninggalan itu di waris oleh su kumpulan ahli waris yang bersama
sama merupakan semacam badan hukum untuk harta tersebut.

3. Sistem kewarisan mayorat.

Cirinya adalah harta peninggalan diwariskan keseluruhan nya (sebagian besar sejumlah
harta pokok dari satu keluarga.)

E. HUKUM TANAH ADAT.

dalam hukum tanah, perjanjian jual beli dapat mengandung tiga maksud, yaitu sebagai
berikut :

a. Menyerahkan tanah untu menerima pembayaran tunai sejumlah uang sedemikian rupa,
sehingga orang yang menyerahkan tetap ada hak atas kembalinya tanah itu kepada nya
dengan jalan membayar kembali sejumlah uang yang sama. Di minangkabau disebut
menggadai, di jawa disebut adil sendi, di Sunda ngajak akad.

b. Menyerahkan tanah untuk menerima tunai pembayaran uang tanpa hak menebusnya
jadi untuk selama-lamanya. Di jawa disebut adil Plas, runtuh dan, pati bogor di kalimantan
disebut menjual jaja.

c. Menyerahkan tanah untuk menerima tunai pembayaran dengan janji bahwa tanah akan
kembali kepada pemiliknya.

Anda mungkin juga menyukai