Bab 13
Asas- Asas Hukum Adat
Disusun oleh :
KARTIKA CHANDRA KIRANA
1900874201208
A. PENGERTIAN
Hukum adat adalah keseluruhan aturan tingkah laku positif yang di satu pihak mempunyai
sanksi dan di pihak lain dalam keadaan tidak dikodifikasikan. Dengan kata lain, Hukum adat
adalah adat kebiasaan yang mempunyai akibat hukum.
Istilah hukum adat adalah terjemahan dari adatrecht yang pertama kali di perkenalkan oleh
Prof. Dr. C. Snouck Hurgronje dalam bukunya De Atjehers pada tahun 1893. Kemudian
digunakan oleh Prof. Corneli van Vollenhoven yang dikenal sebagai penemu Hukum Adat
dengan sebutan bapak hukum adat dan penulis buku Het Adatrecht van Nederlands Indie
1. Aceh (menurut Vollenhoven termasuk Aceh Besar, Pantai Barat Aceh, Singkel, Simeulue).
2. Gayo, Alas, dan Batak dimana Vollenhoven memasukkan wilayah :
b. Tanah Alas.
Tapanuli Utara.
Pakpak-Batak (Barus).
Karo-Batak.
Simalungun-Batak.
Tapanuli Selatan.
Angkola.
Mandailing (Sayurmatinggi).
3. Daerah Minangkabau (Padang, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, Daerah Kampar,
Kerinci).
4. Sumatera Selatan.
Bengkulu (Rejang).
Enggano.
5. Daerah Melayu (Lingga Riau, Indragiri, Pantai Timur Sumatera Utara, orang-orang
Banjar).
6. Bangka dan Belitung.
10. Daerah/Tanah Toraja (Vollenhoven memasukan wilayah Sulawesi bagian Tengah, Toraja,
orang Toraja berbahasa Baree, Toraja Barat, Sigi, Kaili, Tawaili, Toraja Sadan, To Mori, To
Lainang, Kepulauan Banggai Indonesia).
11. Sulawesi Selatan (Orang Bugis, Bone, Laikang, Ponre, Mandar, Makasar, Selayar,
Muna).
13. Maluku-Ambon (Ambon, Banda, orang Uliaser, Saparua, Buru, Seram, dan juga
Vollenhoven memasukkan Kepulauan Kai, Kepulauan Aru, Kisar).
14. Irian.
15. Vollenhoven merinci Kepulauan Timor termasuk kelompok Timor, Timur, Bagian tengah
Timor, Mollo, Sumba, Bagian tengah Sumba, Sumba Timur, Kodi, Flores, Ngada, Roti, Savu
Bima.
16. Bali dan Lombok (Bali, Tangan Parigsingan, Kastala, Karangasem, Buleleng, Jembarana,
Lombok, Sumbawa).
17. Jawa Tengah dan Jawa Timur termasuk Madura (Jawa bagian tengah, Kedu, Purworejo,
Tulungagung, Jawa Timur, Surabaya, Madura).
a. Pertalian darah menurut garis keturunan Bapak (Patrilineal) , seperti : suku batak,
Nias, dan sumba.
c. Pertalian darah menurut garis keturunan Bapak dan ibu ( Parental), Seperti jawa,
Sunda, Aceh, dan Dayak. Disini untuk menentukan hak dan kewajiban seseorang maka
famili dari pihak bapak adalah sama artinya dengan famili bapak dan ibu.
2. Persekutuan hukum teritorial, yaitu faktor yang terikat pada suatu daerah tertentu dan
keanggotaan seseorang tergantung pada tempat tinggal di lingkungan daerah persekutuan
itu atau bukan.
a. persekutuan Desa
Apabila ada segokongan orang terikat pada suatu tempat kediaman, juga apabila
di dalam nya termasuk dukuh-dukuh yang terpencil yang tidak berdiri sendiri. Adapun para
pejabat pemerintah desa boleh dikatakan semuanya bertempat tinggal di dalam pusat
kediaman itu,
b. persekutuan Daerah
Kekuatan dan kekuasaan tertinggi terhadap tanah tanah di dalam daerah atau
kampung itu ada pada tangan pengurus desa atau kampung yang bersangkutan.
a. Suatu daerah atau kampung didiami hanya oleh satu bagian klan (golongan)
b. Dalam satu daerah tertentu semula didiami oleh satu marga, kemudian terdapat satu
atau beberapa marga lain yang masuk menjadi warga badan persekutuan hutan daerah itu.
Misalnya : Daerah Tapanuli
c. Dua klan yang saling bergabung disebabkan oleh semula di taklukan oleh klan yang
datang kemudia. Misal nya : Sumba tengah dan Sumba timur.
d. Dalam satu daerah semua golongan berkedudukan sama dan merupakan badan
persekutuan teritorial ( Nagari). Misal nya : beberapa nagari di minangkabau, dan Marga di
Bengkulu.
e. Satu nagari berdiam beberapa klan yang tidak bertalian famili. Misalnya : nagari di
minangkabau dan daerah Rejang ( bengkulu).
dalam sistem perkawinan adat dikenal tiga sistem, yaitu sebagai berikut.
1. Sistem endogami.
Dalam sistem ini, hanya orang diperbolehkan kawin dengan seseorang dari suku
keluarganya sendiri. Menurut van vollenhoven sistem ini terdapat di Toraja namun semakin
jarang untuk di temui.
2. Sistem Eksogami.
Dalam sistem ini, orang diharuskan kawin dengan orang di luar suku keluarganya.
Misalnya : Daerah Gayo, Alas, Tapanuli, Sumatra selatan, Minangkabau, Buru, dan Seram.
3. Sistem Eleutherogami.
Sistem ini tidak mengenal larangan atau keharusan seperti halnya dalam sistem
Endogami dan Eksogami. Larangan yang ada biasanya menyangkut Masalah Nasab
( keturunan dekat) dan musyawarah (pariparan) . misalnya : Aceh, sumatra timur bangka
belitung, kalimantan, Minahasa, ternate, Sulawesi selatan, papua, timor, bali, lombok, dan
seluruh jawa dan madura.
Cirinya adalah harta peninggalan itu di waris oleh su kumpulan ahli waris yang bersama
sama merupakan semacam badan hukum untuk harta tersebut.
Cirinya adalah harta peninggalan diwariskan keseluruhan nya (sebagian besar sejumlah
harta pokok dari satu keluarga.)
dalam hukum tanah, perjanjian jual beli dapat mengandung tiga maksud, yaitu sebagai
berikut :
a. Menyerahkan tanah untu menerima pembayaran tunai sejumlah uang sedemikian rupa,
sehingga orang yang menyerahkan tetap ada hak atas kembalinya tanah itu kepada nya
dengan jalan membayar kembali sejumlah uang yang sama. Di minangkabau disebut
menggadai, di jawa disebut adil sendi, di Sunda ngajak akad.
b. Menyerahkan tanah untuk menerima tunai pembayaran uang tanpa hak menebusnya
jadi untuk selama-lamanya. Di jawa disebut adil Plas, runtuh dan, pati bogor di kalimantan
disebut menjual jaja.
c. Menyerahkan tanah untuk menerima tunai pembayaran dengan janji bahwa tanah akan
kembali kepada pemiliknya.