Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terdapat tiga fungsi kekuasaan yang dikenal secara klasik


dalam teori hukum maupun politik, yaitu fungsi legislatif, eksekutif, dan
yudikatif. Baron de Montesquieu mengidealkan ketiga fungsi
kekuasaan negara itu dilembagakan masing-masing dalam tiga organ
negara. Satu organ hanya boleh menjalankan satu fungsi (functie),
dan tidak boleh saling mencampuri urusan masing-masing dalam arti
yang mutlak (sparation of power). Artinya jika tidak demikian, nama
kebebasan akan terancam.1

Konsepsi yang kemudian disebut dengan trias politica tersebut,


dewasa ini sudah tidak relevan lagi, mengingat tidak mungkin lagi
mempertahankan bahwa ketiga organisasi tersebut hanya berurusan
secara eksklusif dengan salah satu dari ketiga fungsi kekuasaan
tersebut. Hal ini dapat dilihat bahwa hubungan antar cabang
kekuasaan (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) itu tidak mungkin tidak
saling bersentuhan, dan bahkan ketiganya bersifat sederajat dan
saling mengendalikan satu sama lain sesuai dengan prinsip checks
and balances. Di sisi lain, perkembangan masyarakat, baik secara
ekonomi, politik, dan sosial budaya, serta pengaruh globalisme dan
lokalisme, menghendaki struktur organisasi negara lebih responsif

1Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsulidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,


Konstitusi Press, Jakarta, 2006.
2

terhadap tuntutan mereka serta lebih efektif dan efisien dalam


melakukan pelayanan publik dan mencapai tujuan penyelenggaraan
pemerintahan. Perkembangan tersebut berpengaruh terhadap struktur
organisasi negara, termasuk bentuk-bentuk dan fungsi-fungsi lembaga
negara. Kemudian bermunculan lembaga-lembaga negara sebagai
bentuk eksperimentasi kelembagaan (institutional experimentation)
yang dapat berupa dewan (council), komisi (commission), komite
(committee), badan (board), atau otorita (authority).

Eksperimentasi kelembagaan (institutional experimentation),


juga dilakukan oleh bangsa Indonesia terutama pada masa transisi
demokrasi setelah runtuhnya kekuasaan Orde Baru seiring
berhentinya Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998. Pasca peristiwa itu,
dilakukan berbagai agenda reformasi yang salah satunya adalah
perubahan (amandemen) UUD 1945 selama empat tahun sejak 1999
sampai dengan 2002. Dalam perubahan konstitusi inilah terjadi
pembentukan dan pembaharuan lembaga-lembaga negara.

Pasca perubahan UUD 1945 yang terjadi di Indonesia, telah


mengubah banyak hal pada sistem ketatanegaraan. Salah satu sistem
ketatanegaraan Indonesia yang berubah pasca perubahan UUD 1945
adalah mengenai format lembaga Negara. Sebelum perubahan UUD
1945, format Lembaga Negara Indonesia adalah dengan
menggunakan sistem lembaga tertinggi Negara yang memegang
kedaulatan tertinggi, yang kemudian lembaga tertinggi Negara
membagi kekuasaannya kepada lembaga-lembaga dibawahnya. Akan
tetapi, setelah amandemen UUD 1945 konsepsi lembaga tertinggi
3

Negara dikembalikan kepada rakyat, yang dilakukan berdasarkan


UUD 1945.2

Lembaga negara merupakan komponen yang begitu penting


dalam suatu Negara, sehingga dapat dikatakan bahwa lembaga
negara merupakan sebuah keniscayaan. Hal ini dikarenakan lembaga
negara merupakan organ yang mengisi dan menjalankan negara.
Tanpa adanya lembaga negara maka Negara tidak akan berfungsi.
Ketiadaan lembaga negara dalam struktur suatu Negara akan
menyebabkan tidak efektifnya keberadaan suatu Negara, bahkan
besar kemungkinan akan mengakibatkan goyah dan runtuhnya suatu
negara.3

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian lembaga Negara?
2. Apa saja istilah-istilah yang terdapat dalam Lembaga-lembaga
Negara di Indonesia?
3. Apa saja jenis dan macam lembaga Negara yang hadir di
Indonesia saat ini?

C. Tujuan
Tujuan penulisan atau pembuatan makalah ini, yaitu untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan, menambah wawasan bagi
mahasiswa mengenai Lembaga-lembaga Negara di Indonesia, agar
Mahasiswa dapat memahami bagaimana konsep lembaga negara di
Indonesia, dan dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

2Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945.


3Patrialis Akbar, Lembaga-Lembaga Negara Menurut Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1954, Sinar Grafika, Jakarta, 2013.
4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Istilah
1. Jabatan-jabatan Kenegaraan
Secara etimologi, kata jabatan berasal dari kata dasar “jabat"
yang ditambah imbuhan –an, yang berdasarkan Kamus Besar
Bahasa Indonesia diartikan sebagai “pekerjaan (tugas) dalam
pemerintahan atau organisasi yang berkenaan dengan pangkat
dan kedudukan”.
Menurut Logemann dalam bukunya yang diterjemahkan oleh
Makkatutu dan Pangkerego, jabatan adalah:
“.....Lingkungan kerja awet dan digaris-batasi, dan yang disediakan
untuk ditempati oleh pemangku jabatan yang ditunjuk dan
disediakan untuk diwakili oleh mereka sebagai pribadi. Dalam sifat
pembentukan hal ini harus dinyatakan dengan jelas.”
Dari pengertian di atas, Logemann menghendaki suatu
kepastian dan kontinuitas pada suatu jabatan agar organisasi
dapat berfungsi dengan baik. Jabatan dijalankan oleh pribadi
sebagai wakil dalam kedudukan demikian dan berbuat atas nama
jabatan, yang disebut pemangku jabatan. Apakah pemangku
jabatan berwenang mewakilkan jabatan kepada orang lain?
Logemann menjawabnya bahwa:
5

“dalam hal ini perlu ditempatkan figura-subsitu (pengganti) yang


diangkat untuk mewakili jabatan itu dengan sepenuhnya di bawah
pimpinan pemangku jabatan”. 4
Inilah yang menurut Logemann disebut dengan pemangku
jamak. Karena ada pertalian antar jabat-jabatan seperti itu, tampak
sebagai suatu kelompok sebagai satu kesatuan.
Jika menelik kembali kepada pendapat dari Logemann, ia
menuturkan bahwa di dalam mempelajari ilmu yang berkaitan
dengan ketatanegaraan hal-hal yang dipelajari mengenai jabatan
dibagi menjadi beberapa, yaitu:
a) Jabatan-jabatan apa yang ada dalam susunan suatu Negara
b) Siapa yang mengadakan jabatan itu
c) Cara bagaimana jabatan-jabatan itu ditempati oleh pejabat
d) Fungsi atau lapangan kerja jabatan-jabatan itu
e) Kekuasaan hukum jabatan-jabatan itu
f) Hubungan antara masing-masing jabatan itu
g) Dalam batas-batas mana alat-alat kenegaraan dapat
melaksanakan tugasnya.5
2. Badan-badan Kenegaraan
Menurut Natabaya, penyusunan UUD 1945 sebelum
perubahan, cenderung konsisten menggunakan istilah badan
negara, bukan lembaga negara atau organ negara.
3. Alat Perlengkapan Negara
Dalam kamus Hukum Belanda-Indonesia, kata staatsorgaan itu
diterjemahkan sebagai alat perlengkapan negara.6 Dalam Kamus
4 Sudut Hukum, Pengertian Jabatan, Diunduh melalui
<https://www.suduthukum.com/2017/06/pengertian-jabatan.html>, Diakses pada tanggal 27
Januari 2019, pukul 16.46 WIB.
5 <http://bayo.co.id/ebook/pdf/hukum_tata_negara.pdf> diakses tanggal 27 Januari 2019,

pukul 18.08 WIB


6

hukum Fockema Andreae yang diterjemahkan oleh Saleh


Adiwinata dkk, kata organ juga diartikan sebagai perlengkapan.
4. Lembaga-lembaga Negara
Lembaga negara secara terminologis memiliki keberagaman
istilah. Misalnya istilah organ negara, badan negara, dan alat
perlengkapan negara, namun istilah-istilah tersebut memiliki makna
yang sama. Dalam kepustakaan Inggris, lembaga negara disebut
dengan istilah political institution, sedangkan dalam terminologi
bahasa Belanda disebut staat organen.
Istilah "lembaga-lembaga negara" tidak dijumpai dalam UUD
1945. Konstitusi RIS 1949 secara eksplisit menyebut Presiden,
menteri-menteri, Senat, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Mahkamah Agung (MA), dan Dewan Pengawas Keuangan sebagai
"alat-alat perlengkapan negara RIS“ (Konstitusi RIS 1949 Bab III).
UUDS 1950 juga menegaskan bahwa "alat-alat perlengkapan
negara" mencakup Presiden dan Wakil Presiden (Wapres),
menteri-menteri, DPR, MA, dan Dewan Pengawas Keuangan
(UUDS 1950 Pasal 4). UUD 1945 pra-amandemen adalah
"penyelenggara pemerintah negara" (Presiden), "penyelenggara
negara" (MPR) atau "badan" (MPR dan DPA) (vide penjelasan
UUD 1945 pra amandemen), sedangkan di dalam teks UUD 1945
digunakan istilah "badan negara” (Pasal II Aturan Peralihan).
Istilah "lembaga-lembaga negara" dikukuhkan penggunaannya
dalam Ketetapan No. XX/MPRS/ 1966 (lihat TAP MPR No.
VI/MPR/1976 dan TAP MPR No. III/MPR/ 1978). Lembaga-
lembaga negara yang dimaksud adalah Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Badan

6Marjanne Termorshuizen, Kamus Hukum Belanda-Indonesia Cetakan 2, Djambatan,


Jakarta, 2002), hlm. 390.
7

Pemeriksa Keuangan (BPK), Presiden, Dewan Pertimbangan


Agung (DPA), dan Mahkamah Agung (MA).
Istilah lembaga negara atau organ negara dapat dibedakan dari
perkataan organ atau lembaga swasta, lembaga masyarakat, atau
yang biasa disebut Ornop atau Organisasi Non-pemerintahan yang
dalam bahasa Inggris disebut Non-Government Organization atau
Non-Governmental Organization (NGO’s). Lembaga Negara itu
dapat berada dalam ranah legislatif, eksekutif, yudikatif, ataupun
yang bersifat campuran.7 Konsepsi tentang lembaga negara ini
dalam bahasa Belanda biasa disebut staatsorgaan. Dalam bahasa
Indonesia hal itu identik dengan lembaga negara, badan negara,
atau disebut dengan organ negara. Dalam KBBI, kata “lembaga”
diartikan sebagai:
a) Asal mula atau bakal (yang akan menjadi sesuatu)
b) Bentuk asli (rupa, wujud)
c) Acuan, ikatan
d) Badan atau organisasi yang bertujuan melakukan penyelidikan
keilmuan atau melakukan suatu usaha
e) Pola perilaku yang mapan yang terdiri atas interaksi sosial yang
berstruktur.8
Lembaga negara yang terkadang juga disebut dengan istilah
lembaga pemerintahan, lembaga pemerintahan non-departemen,
atau lembaga negara saja, ada yang dibentuk berdasarkan atau
karena diberi kekuasaan oleh Undang-Undang Dasar, ada pula
yang dibentuk dan mendapatkan kekuasaannya dari Undang-

7 Jimly Asshiddiqie, Perkembangan & Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Amandemen,


Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 27.
8 Jimly Asshiddiqie, Menjaga Denyut Nadi Konstitusi: Refleksi Satu Tahun Mahkamah

Konstitusi, Konstitusi Press, Jakarta, 2004, hlm. 60-61.


8

Undang, dan bahkan ada pula yang hanya dibentuk berdasarkan


Keputusan Presiden.
5. Lembaga Tertinggi dan Lembaga Tinggi
Dari segi hirarkinya, ke-34 lembaga yang keberadaannya dalam
UUD 1945 itu dapat dibedakan ke dalam tiga lapis. Organ lapis
pertama dapat disebut sebagai “lembaga tinggi negara”, organ
lapis kedua disebut sebagai “lembaga negara” saja, sedangkan
organ lapis ketiga merupakan “lembaga daerah”. Di antara
lembaga-lembaga tersebut ada yang dapat dikategorikan sebagai
organ utama atau primer (primary constitutional organs), dan ada
pula yang merupakan organ pendukung atau penunjang (auxiliary
state organs).
Keseluruhan lembaga-lembaga negara tersebut merupakan
bagian-bagian dari negara sebagai suatu organisasi.
Konsekuensinya, masing-masing menjalankan fungsi tertentu dan
saling berhubungan sehingga memerlukan pengaturan dan
pemahaman yang tepat untuk benar-benar berjalan sebagai suatu
sistem.
Sebelum amandemen, UUD 1945 merupakan hukum tertinggi
kemudian kedaulatan rakyat diberikan seluruhnya kepada MPR
(Lembaga Tertinggi). MPR mendistribusikan kekuasaannya kepada
lima Lembaga Tinggi yang sejajar kedudukannya, yaitu DPR
(Dewan Perwakilan Rakyat), Presiden, BPK (Badan Pemeriksa
Keuangan), DPA (Dewan Pertimbangan Agung), dan MA
(Mahkamah Agung).9 Dalam susunan ketatanegaraan RI pada
waktu itu, yang berperan sebagai lembaga legislatif adalah MPR

9Jimly Assiddiqie, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD,
FH UII Press, Yogyakarta, 2004, hlm. 35-36.
9

dan DPR, Presiden sebagai lembaga eksekutif, DPA dan MA


sebagai lembaga yudisial.
Sesudah amandemen, UUD 1945 merupakan hukum tertinggi
dimana kedaulatan berada di tangan rakyat dan dijalankan
sepenuhnya menurut UUD. UUD memberikan pembagian
kekuasaan kepada delapan lembaga negara dengan kedudukan
yang sama dan sejajar, yaitu MPR (Majelis Permusyawaratan
Rakyat), DPD (Dewan Perwakilan Daerah), DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat), Presiden dan Wakil Presiden, BPK (Badan
Pemeriksa Keuangan), MK (Mahkamah Konstitusi), MA
(Mahkamah Agung), dan KY (Komisi Yudisial). Keberadaan DPA
dihapuskan pada amandemen UUD 1945 yang ke-4.

B. Pengertian Lembaga Negara


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 1997), kata
“lembaga” diartikan sebagai:
1) Asal mula atau bakal (yang akan menjadi ses-uatu)
2) Bentuk asli (rupa, wujud)
3) Acuan, ikatan
4) Badan atau organisasi yang bertujuan melakukan penyelidikan
keilmuan atau melakukan suatu usaha
5) Pola perilaku yang mapan yang terdiri atas interaksi sosial yang
berstruktur. 10
Lembaga negara terkadang juga disebut dengan istilah
lembaga pemerintahan, lembaga pemerintahan non-departemen, atau
lembaga negara saja, ada yang dibentuk berdasarkan atau karena

10Kamus Besar Bahasa Indonesia, dalam Jimly Asshiddiqie , Menjaga Denyut Nadi
Konstitusi: Refleksi Satu Tahun Mahkamah Konstitusi, Konstitusi Press, Jakarta, 2004, hlm.
60-61.
10

diberi kekuasaan oleh Undang-Undang Dasar, ada pula yang dibentuk


dan mendapatkan kekuasaannya dari Undang-Undang, dan bahkan
ada pula yang hanya dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden.11

1. Menurut Hans Kelsen


Kita melihat lembaga atau organ negara dari pandangan Hans
Kelsen mengenai the concept of the State Organ dalam bukunya
General Theory of Law and State adalah siapa yang menjalankan
suatu fungsi yang ditentukan oleh suatu tata hukum (legal order)
adalah suatu organ. Lebih luas lagi, setiap jabatan yang ditentukan
oleh hukum dapat pula disebut organ, asalkan fungsinya bersifat
menciptakan norma dan/atau bersifat menjalankan norma.
Menurut Kelsen, organ negara dibagi dalam arti luas dan
sempit. Dalam pengertian yang luas organ negara itu identik
dengan individu yang menjalankan fungsi atau jabatan tertentu
dalam konteks kegiatan bernegara. Inilah yang disebut sebagai
jabatan publik atau jabatan umum.
Dalam arti sempit, yaitu pengertian organ dalam arti materiil.
Individu dikatakan organ negara hanya apabila secara pribadi
memiliki kedudukan hukum tertentu. Suatu transaksi hukum
perdata, misalnya, kontrak, adalah merupakan tindakan atau
perbuatan yang menciptakan hukum seperti halnya suatu putusan
pengadilan.
2. Menurut Montesquieu
Ia berpendapat bahwa “Di setiap negara, selalu terdapat tiga
cabang kekuasaan yang diorganisasikan ke dalam struktur
pemerintahan (kekuasaan legislatif) dan kekuasaan eksekutif yang

11Jimmie Ashidiqqie, Perkembangan dan Konsulidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,


Konstitusi Press, Jakarta, 2006, hlm. 37.
11

berhubungan dengan pembentukan hukum atau undang-undang


negara, dan cabang kekuasaan eksekutif yang berhubungan
dengan penerapan hukum sipil.”12
3. Menurut Patrialis Akbar
Pengertian lembaga negara menurut Patrialis Akbar adalah
sebagai berikut:
a) "Lembaga Negara" (huruf kapital pada L dan N) harus
dibedakan dengan "lembaga negara" (huruf kecil pada I dan n)
karena kedua penyebutan itu memiliki status dan konsekuensi
yang berbeda.
b) Penyebutan "lembaga negara" (dengan huruf kecil) ditujukan
untuk lembaga-lembaga yang dibiayai negara, yaitu melalui
APBN, dan lembaga tersebut merupakan lembaga yang
independen dan bebas dari kekuasaan manapun. Contoh: Bank
Sentral.
c) Penyebutan “Lembaga Negara” dengan (L kapital dan N kapital)
ditujukan untuk lembaga-lembaga yang bersangkutan dengan
persoalan konsitusionalitas.
Dilihat dari fungsinya maka lembaga negara itu terbagi menjadi
tiga lapis, yakni:13
1) Lapis pertama disebut sebagai“Lembaga Tinggi Negara”
2) Lapis kedua disebut sebagai“Lembaga Negara”
3) Lapis ketiga disebut sebagai “Lembaga Daerah”.
Pada lapis pertama, lembaga negara ini bersifat primer yang
pembentukannya mendapat kewenangan dari UUD. Lembaga
Negara yang dimaksud adalah adalah Presiden dan Wakil

12 Jimly Asshiddiqie, Menjaga Denyut Nadi Konstitusi: Refleksi Satu Tahun Mahkamah
Konstitusi, Konstitusi Press, Jakarta, 2004, hlm. 60-61.
13 Jimly Assidiqie, Perkembangan Dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,

Sekretariat Jendral Kepanitraan Mahkamah Konstitusi, Jakarta, 2006 hlm.106-113.


12

Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan


Daerah (DPD), Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR),
Mahkamah Konstitusi (MK), Mahkamah Agung (MA), dan Badan
Pemeriksaan Keuangan (BPK).
Pada lapis kedua, di lapis keduanya ini disebut sebagai
lembaga negara yang mendapatkan kewenangan secara eksplisit
dari UUD. Artinya di dalam konstitusi lembaga lapis dua ini tidak
terlalu banyak ditulis di konstitusi, seperti Tentara Nasional
Indonesia (TNI), yang hanya dicatat dalam Pasal 30 UUD, itupun
masuk dalam Bab Pertahanan Negara dan Keamanan Negara.
Selain itu di lapis kedua ini juga ada lembaga negara yang
kewenangannya berasal dari UU.
4. Menurut UUD 1945
Dalam naskah UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
organ-organ yang dimaksud, ada yang disebut secara eksplisit
namanya, dan ada pula yang disebutkan eksplisit hanya fungsinya.
Ada pula lembaga atau organ negara yang disebut baik namanya
maupun fungsinya atau kewenangannya akan diatur dengan
peraturan yang lebih rendah.14
Di dalam UUD 1945 memang mengenai apa itu lembaga
negara tidak dijelaskan secara eksplisit, namun UUD 1945
merupakan wadah pertama dari lembaga negara yang tercantum
dan disebutkan didalamnya. Karena Undang Undang dasar itulah
yang menjadi dasar dan rujukan utama dalam menjalankan
kedaulatan rakyat. Aturan dalam UUD 1945 mengatur dan
membagi kedaulatan rakyat melalui berbagai lembaga negara yang
melaksanakan bagian-bagian dari kedaulatan rakyat menurut

14 Ni‟matul Huda, Lembaga negara...Op.Cit.,hlm. 89


13

wewenang, tugas, dan fungsinya. Kedudukan setiap lembaga


negara bergantung pada wewenang, tugas, dan fungsi yang
diberikan UUD 1945. Di dalam UUD 1945 itu sendiri sejatinya
memuat mengenai fungsi dan kegunaan dari setidaknya 28
lembaga negara, namun tidak semuanya ditentukan dengan jelas,
keberadaannya dan kewenangannya dalam UUD 1945. Yang
keberadaannya dan kewenangannya jelas ditentukan oleh UUD
hanya 23 organ atau 24 subjek jabatan, sementara itu 4 lainnya
tidak diatur dengan tegas dalam UUD 1945. Empat organ lainnya
adalah Bank Sentral, duta, konsul, dan badan-badan lain yang
berkaitan dengan kekuasaan kehakiman.15
5. Menurut Putusan Mahkamah Konstitusi
Definisi lembaga negara terdapat dalam Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 005/PUU-I/2003 atas pengujian Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang diucapkan pada
tanggal 28 Juli 2004, yang menyatakan bahwa:
“Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia istilah lembaga negara
tidak selalu dimaksudkan sebagai lembaga nefara yang
dimaksudkan dalam UUD yang keberadaanya atas dasar perintah
konstitusi, tetapi juga ada lembaga negara yang dibentuk atas
dasar perintah undang-undang dan bahkan ada lembaga negara
yang dibentuk atas dasar Keputusan Presiden.”
Maka inti dari definisi menurut Putusan MK ini menyatakan
bahwa lembaga negara adalah lembaga yang tidak hanya dibentuk
berdasar UUD 1945, tetapi juga lembaga yang dibentuk berdasar
peraturan undang-undang dan bertujuan untuk menyelenggarakan

15<https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/2086/05.2%20bab%202.pdf?sequenc

e=7&isAllowed=> diakses pada 27 Januari 2018 pukul 19.46 WIB.


14

tugas dan fungsi pemerintahan serta bukanlah lembaga


masyarakat.16

C. Hakikat Keberadaan Lembaga Negara


Sejatinya jika menelik pada hakikat dari lembaga negara itu
sendiri, terbagi menjadi dua bagian, yaitu yang pertama hakikat
lembaga negara sebagai lembaga negara utama dan lembaga negara
penunjang. Kedua hal tersebut sejatinya saling berhubungan di dalam
hakikat lembaga negara tersebut, hubungan kedua lembaga negara
penunjang dan lembaga negara utama, merupakan hubungan
kesederajatan dan saling mengawasi dalam konteks sistem checks
and balances.17
Hakikat keberadaan lembaga negara penunjang adalah sebagai
pembantu dan bukan menjadi bagian dari lembaga negara utama yang
pembentukannya dilakukan jika terjadi situasi khusus dan tidak
mampu segera diatasi oleh lembaga permanen yang telah ada, dalam
kapasitas yang mandiri dan inheren dalam sistem ketatanegaraan.
Indikator urgensi pembentukan lembaga negara penunjang dan
hubungannya dengan lembaga negara utama, yaitu keadaan
memaksa atau krisis, batasan waktu, dasar hukumnya, dibentuk
Pemerintah & DPR, standar sistem evaluasi yang aktif, pola hubungan
yang jelas dengan lembaga negara utama.
Lembaga negara adalah lembaga-lembaga pemerintah atau
“Organisasi Peradaban” di mana lembaga-lembaga yang diciptakan
oleh negara, dari negara, dan keadaan di mana negara bertujuan
16Isharyanto, Hukum Kelembagaan Negara, Deepublish, Yogyakarta, 2016, hlm. 5-6.
17<http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2012/08/disertasi_herry_keberadaan_dan_hubungan_lembaga_negara_pen
unjang_dengan_lembaga_negara_utama.pdf> diakses pada 27 Januari 2018 pukul 15.43
WIB.
15

untuk membangun sendiri. Lembaga negara dibagi menjadi beberapa


jenis dan masing-masing memiliki tugas, antara lain:
1) Fungsi Lembaga Negara secara umum adalah untuk membantu
menjalankan roda pemerintahan negara dan menjadi badan
penghubung antara negara dan rakyatnya.
2) Lembaga Negara adalah lembaga pemerintah dimana lembaga
tersebut dibuat oleh negara, dari negara, dan untuk negara yang
bertujuan untuk membangun negara itu sendiri.
3) Tugas Lembaga Negara:
a) Menciptakan suatu lingkungan yang kondusif, aman, dan
harmonis.
b) Menjadi bahan penghubung antara negara dan rakyatnya
c) Menjadi sumber inspirator dan aspirator rakyat
d) Memberantas tindak pidana korupsi, kolusi, maupun
nepotisme
e) Membantu menjalankan roda pemerintahan negara.

D. Jenis-jenis dan Macam-macam Lembaga Negara


Saat membicarakan organisasi negara, ada dua unsur pokok
yang saling berkaitan, yaitu organ dan functie. Organ adalah bentuk
atau wadahnya, sedangkan functie adalah isinya. Dalam naskah
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
organ-organ yang dimaksud, ada yang disebut secara eksplisit
namanya, dan ada pula yang disebutkan eksplisit hanya fungsinya.
Lembaga Negara menurut UUD 1945 jika dikaitkan dengan hal
tersebut, maka dapat terdapat tidak kurang dari 34 organ yang disebut
keberadaannya dalam UUD 1945, yaitu:
1) MPR
16

2) Presiden
3) Wakil Presiden
4) Menteri dan Kementerian Negara
5) Menteri Luar Negeri
6) Menteri Dalam Negeri
7) Menteri Pertahanan
8) Dewan Pertimbangan Presiden
9) Duta
10) Konsul
11) Pemerintahan Daerah Provinsi
12) Gubemur Kepala Pemerintah Daerah
13) DPRD
14) Pemerintahan Daerah Kabupaten
15) Bupati Kepala Pemerintah Daerah Kabupaten
16) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
17) Pemerintahan Daerah Kota
18) Walikota Kepala Pemerintah Daerah Kota
19) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
20) Satuan Pemerintahan Daerah yang bersifat khusus
21) DPR
22) DPD
23) Komisi Penyelenggaran Pemilu
24) Bank sentral
25) BPK
26) Mahkamah Agung
27) Mahkamah Konstitusi
28) Komisi Yudisial
29) Tentara Nasional Indonesia (TNI)
17

30) TNI Angkatan Darat (TNI AD)


31) TNI Angkatan Laut (TNI AL)
32) TNI Angkatan Udara (TNI AU)
33) POLRI
34) Badan-badan lain yang fungsinya terkait dengan kehakiman seperti
kejaksaan. Artinya, selain Kejaksaan Agung, masih ada lagi
lembaga lain yang fungsinya juga berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman, yaitu yang menjalankan fungsi penyelidikan,
penyidikan, dan/atau penuntutan seperti Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia (Komnasham), Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (KPK).18
Hirarki lembaga negara dapat dibedakan ke dalam tiga lapis,
yaitu lapis pertama disebut lembaga tinggi negara, lapis kedua disebut
lembaga negara saja, dan lapis ketiga disebut lembaga daerah.
Lembaga negara lapis pertama, yang selanjutnya disebut
“Lembaga Tinggi Negara” adalah lembaga negara yang dibentuk
berdasarkan konstitusi (UUD), yang meliputi Presiden dan Wakil
Presiden, DPR, DPD, MPR, MK, MA, dan BPK. Adapun kewenangan
lembaga tinggi negara tersebut, diatur dalam UUD dan dirinci lagi
dalam UU, meskipun pengangkatan para anggotanya ditetapkan
dengan Keputusan Presiden sebagai pejabat administrasi negara yang
tertinggi.
Lembaga negara lapis kedua, yang selanjutnya disebut
lembaga negara ada yang mendapat kewenangan dari UUD dan ada
pula yang mendapat kewenangan dari UU. Lembaga yang mendapat
18Jimly Asshiddiqie, Perkembangan Ketatanegaraan Pasca Perubahan UUD 1945 dan
Tantangan Pembaharuan Pendidikan Hukum Indonesia, Makalah disampaikan dalam
Seminar Nasional “Perkembangan Ketatanegaraan Pasca Perubahan UUD dan Lokakarya
Pembaharuan Kurikulum Pendidikan Tinggi Hukum Indonesia”, diselenggarakan oleh
Asosiasi Pengajar HTN dan HAN, Di Jakarta, 7 September 2004,
hlm. 99-103.
18

kewenangan dari UUD, misalnya Komisi Yudisial, Tentara Nasional


Indonesia, dan Kepolisian Negara. Sedangkan lembaga yang sumber
kewenangannya UU, misalnya Komnas HAM, Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU) dan sebagainya.
Lembaga negara seperti Komisi Yudisial, TNI dan Kepolisian
Negara meskipun kewenangannya langsung diberikan UUD 1945,
lembaga tersebut tidak tepat disebut sebagai lembaga tinggi negara.
Hal ini dikarenakan:
1) Fungsinya hanya bersifat supporting atau auxiliary terhadap fungsi
utama, seperti Komisi Yudisial (KY) yang menunjang terhadap
fungsi kekuasaan kehakiman.
2) Pemberian kewenangan konstitusional ekplisit hanya dimaksudkan
untuk menegaskan kedudukan konstitusionalnya yang independen,
meskipun tetap berada dalam ranah atau domain urusan
pemerintahan, seperti TNI dan Kepolisian Negara.
3) Penentuan kewenangan pokoknya dalam UUD 1945 hanya bersifat
by implication, bukan dirumuskan secara tegas (strict sence),
seperti kewenangan penyelenggara Pemilihan Imum yang
dikaitkan dengan Komisi Pemilihan Umum. Bahkan, namanya tidak
disebut secara tegas dalam UUD 1945.
4) Karena keberadaan kelembagaannya atau kewenangannya tidak
tegas ditentukan dalam UUD 1945, melainkan hanya disebut akan
diatur atau ditentukan dengan undang-undang, seperti keberadaan
Bank Sentral. Tetapi, dalam UUD 1945 ditentukan bahwa
kewenangan bank sentral harus bersifat independen. Maksudnya
by implication kewenangan Bank Sentral itu diatur juga dalam UUD
19

1945, meskipun bukan substansinya, melainkan hanya kualitas


atau sifatnya.
Lembaga negara lapis ketiga adalah lembaga-lembaga yang
sumber kewenangannya murni dari presiden sebagai kepala
pemerintahan, sehingga pembentukannya sepenuhnya bersumber dari
beleid Presiden (presidential policy). Artinya, pembentukan,
perubahan, ataupun pembubarannya tergantung kepada kebijakan
presiden semata. Pengaturan mengenai organisasi lembaga negara
yang bersangkutan juga cukup dituangkan dalam Peraturan Presiden
yang bersifat regeling dan pengangkatan anggotanya dilakukan
dengan Keputusan Presiden yang bersifat beschikking. Lembaga itu
misalnya Komisi Hukum Nasional dan Ombudsman Nasional.

E. Hubungan Lembaga Negara (HTLN) dengan HTN dan HAN


20

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
terdahulu, lembaga negara atau organ negara (PPT BU HERRY).
Dalam lembaga negara terdapat istilah-istilah seperti jabatan-jabatan
kenegaraan, badan-badan kenegaraan, alat perlengkapan negara,
lembaga-lembaga negara, lembaga tertinggi dan lembaga tinggi.
Terdapat jenis-jenis dan macam-macam lembaga yang berada di
Indonesia yang dibagi menjadi tiga lapisan, yakni lapis pertama yang
disebut sebagai Lembaga Tinggi Negara, lapis kedua yang disebut
sebagai Lembaga Negara, dan lapis ketiga disebut sebagai Lembaga
Daerah. Di dalam realisasinya juga dapat diketahui bahwa
pembentukan lembaga negara dilatar belakangi oleh beragam alasan,
Seiring dengan perubahan kedudukan dan hubungan lembaga-
lembaga negara dan banyaknya lembaga baru yang dibentuk,
pemaknaan terhadap lembaga negara juga mengalami perubahan.
Hasil amandemen UUD 1945 tidak memiliki tolak ukur yang jelas untuk
menempatkan keberadaan lembaga-lembaga negara di dalam UUD
maupun di luar UUD. Sehingga menimbulkan berbagai macam
penafsiran dari macam lembaga negara itu sendiri.
21

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Dasar 1945

Isharyanto, 2016, Hukum Kelembagaan Negara, Yogyakarta, Deepublish.

Jimly Asshiddiqie, 2006, Perkembangan dan Konsulidasi Lembaga Negara


Pasca Reformasi, Jakarta, Konstitusi Press.

Jimly Asshiddiqie, 2004, Menjaga Denyut Nadi Konstitusi: Refleksi Satu


Tahun Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Konstitusi Press.

Jimly Assiddiqie, 2004, Format kelembagaan negara dan pergeseran


kekuasaan dalam UUD 1945, Yogyakarta, FH UII Press.

Jimly Asshiddiqie, 2004, Perkembangan Ketatanegaraan Pasca Perubahan


UUD 1945 dan Tantangan Pembaharuan Pendidikan Hukum Indonesia,
Jakarta, Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional “Perkembangan
Ketatanegaraan Pasca Perubahan UUD dan Lokakarya Pembaharuan
Kurikulum Pendidikan Tinggi Hukum Indonesia”, diselenggarakan oleh
Asosiasi Pengajar HTN dan HAN.

Marjanne Termorshuizen, 2002, Kamus Hukum Belanda-Indonesia cet-2,


Jakarta, Djambatan.

Ni'matul Huda, 2007, Lembaga negara dalam masa transisi demokrasi,


Yogyakarta, UII Press.

Patrialis Akbar, 2013, Lembaga-Lembaga Negara Menurut Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1954, Jakarta, Sinar Grafika.
22

<http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2012/08/disertasi_herry_keberadaan_dan_hubungan_lemba
ga_negara_penunjang_dengan_lembaga_negara_utama.pdf> diakses pada
27 Januari 2018 pukul 15.43 WIB.

<https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/2086/05.2%20bab%202
.pdf?sequence=7&isAllowed=> diakses pada 27 Januari 2018 pukul 19.46
WIB.

<https://www.suduthukum.com/2017/06/pengertian-jabatan.html>, diakses
tanggal 27 Januari 2019, pukul 16.46 WIB.

<http://bayo.co.id/ebook/pdf/hukum_tata_negara.pdf> diakses tanggal 27


Januari 2019, pukul 18.08 WIB.

<https://media.neliti.com/media/publications/4668-ID-pergeseran-kekuasaan
lembaga-negara-pasca-amandemen-uud-1945.pdf> diakses tanggal 27
Januari 2019, pukul 17.11 WIB.

Anda mungkin juga menyukai