Anda di halaman 1dari 12

Modul Hukum Agraria Program Studi Hukum

PERTEMUAN 1

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP

HUKUM AGRARIA

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian agraria dan Ruang
Lingkup Hukum Agraria, Anda harus mampu:
1. Menjelaskan mengenai pengertian dari agraria dari para ahli.
2. Membedakan pengertian Agraria dalam arti sempit dan dalam arti luas,
3. Menjelaskan ruang lingkup dari hukum agraria.

B. URAIAN MATERI

Tujuan Pembelajaran 1.1:

PENGERTIAN AGRARIA

1. Pengertian Agraria
Istilah agraria berasal dari kata akker (bahasa Belanda), agros (bahasa
Yunani) yang berarti tanah pertanian, agger ( bahasa Latin) yang berarti
tanah atau sebidang tanah, agrarian (bahasa Latin) yang berarti tanah untuk
pertanian. 1 Dalam Black’s Law Dictionary disebutkan bahwa arti agrarian
adalah relating to land, or to a divingson or distribution of land, as an
agrarian laws.2 Menurut Andi Hamzah agraria adalah masalah tanah dan
semua yang ada di dalam dan di atasnya.3 Kemudian menurut R. Subekti R.
Tjitrosoedibyo, agraria adalah urusan tanah dan segala apa yang ada di

1
Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komperehensif, Surabaya, Kencana Prenada
Media Grup, 2012, hlm.1
2
Henry Campbell Black, Black Law Dictionary, West Publishing Co., USA, 1991, hlm.
43, dikutip dalam Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komperehensif, Surabaya, Kencana
Prenada Media Grup
3
Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghaia Indonesia, Jakarta 1986, hlm.32

S1 Hukum Universitas Pamulang 1


Modul Hukum Agraria Program Studi Hukum

dalam dan di atasnya.4 Apa yang ada di dalam tanah misalnya batu, kerikil,
tambang, sedangkan yang ada di atas tanah dapat berupa tanaman dan
banguna, baik bangunan sementara atau permanen.
Tanah merupakan hak yang unik dan terbatas oleh karena itu sangat
berharga, barang siapa menguasi tanah tersebut, berarti menguasai juga
potensi sebagai modal yang menguntungkan. Tanah disebut unik karena
bersifat tetap dan hampir tidak dapat dihancurkan serta memiliki nilai
pendapatan dan pemghasilan, karena tanah bukanlah sekedar gumpalan
tanah, tambang, mineral di bawahnya dan bangunan-bangunan yang berdiri
di permukaannya, tanah juga memiliki nilai yang strategis bagi kehidupan
masyarakat luas. Oleh karena itu tanah memiliki nilai yang sangat penting
bagi kehidupan manusia, pentingnya tanah bagi kehidupan manusia ialah
karena kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan sama sekali dengan tanah.
Manusia hidup di atas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan cara
mendayagunakan tanah.5
Kebutuhan tanah yang bersifat pokok adalah tanah mempunyai
kedudukan yang tinggi bagi kehidupan manusia, sebagai tempat ia
dilahirkan, dibesarkan, membangun kehidupannya sebagai tempat tinggal,
sebagai sumber nafkah, dan juga kalau sudah meninggal kemudian.
Hubungan yang bersifat ekonomi tersebut ditunjukkan dalam semboyan
orang jawa yang mengatakan “sedhunuk bathuk senyarii bumi” (satu
jengkal tanah pun akan diperjuangkan meski mengorbankan nyawa).6
Menurut J.B.A.F Polak, hubungan manusia dengan tanah sepanjang
sejarah terjadi dalam 3 (tiga) tahap berikut:
1. Tahap pertama, yaitu tahap dimana manusia memperoleh kehidupannya
dengan cara memburu binatang, mencari buah-buahan hasil hutan,
mencari ikan di sungai atau di danau. Mereka hidup tergantung dari
persediaan hutan, mereka hidup mengembara dari tempat yang satu ke
tempat yang lain.
2. Tahap kedua, yaitu pada tahap ini manusia sudah mulai mengenal cara
bercocok tanam. Manusia mulai menetap di suatu tempat tertentu selama

4
Subekti dan R. Tjitrosoedibio, Kamus hukum, Pradya Paramita, Jakarta, 1983, hlm.12
5
Samun Ismaya, Hukum Administrasi Pertanahan, Graha Ilmu Yogyakarta, 2013, hlm.1
6
Rosnidar Sembiring, Hukum Pertanahan Adat, Rajawali Pers, Depok, 2017, hlm. 3

S1 Hukum Universitas Pamulang 2


Modul Hukum Agraria Program Studi Hukum

menunggu hasil tanaman. Ikatan terhadap tanahpun semakin erat oleh


karena cara beternak yang dikenal manusia dan bersamaan dengan
pengenalan cara bercocok tanam.
3. Tahap ketiga, yaitu tahap dimana manusia mulai menetap di tempat
tertentu dan tidak ada lagi perpindahan periodik. Manusia sudah mulai
terikat pada penggunaan ternak untuk membantu usaha-usaha pertanian.
Untuk kelangsungan hidupnya sudah mulai dari hasil pertanian dan
peternakan. Juga, pada tahap ini manusia mulai terjamin hidupnya
dengan mengandalkan hasil-hasil pertanian dan peternakan daripada
hidup mengembara. Mulai juga merasakan adanya surplus hasil-hasil
produksi, corak pertanian, mengelola sendiri, menunggu hasil pertanian
untuk jangka waktu yang lama, kemudian memungut hasilnya yang
kemudian mendorong ke arah pemilikan tanah (individual), meskipun
masih tunduk pada kehidupan persekutuan. Pada saat ini manusia mulai
menetap dan mengenal pertukangan, terdapat surplus hasil; pertanian dan
kerajinan pada kelompok hidup orang-orang yang telah menetap.
Keadaan ini mendorong lahirnya kelompok orang-orang yang mulai
mengkhususkan dirinya sebagai lembaga keamanan dan melindungi
masyarakat dari gangguan keamanan dari perampokan.7
Berdasarkan penggambaran J.B.A.F polak tersebut, dapat
dikemukakan bahwa hubungan manusia dengan tanah pada awalnya
adalah pendudukan sebagai dasar usaha untuk menjadi sumber
penghidupannya. Kemudian berkembang pengurusannya yang berkaitan
dengan pemanfaatannya, dan akhirnya berkembang kepada penguasaan
atas tanah. Dengan berkembangnya penduduk, kebutuhan tanahpun
semakin meningkat dan hal tersebut mengakibatkan semakin luas tanah
yang dikuasai. Keadaan tersebut melahirkan hak komunal dari seluruh
anggota kelompok. Dalam perkembangan berikutnya, karena kebutuhan
tanah terus meningkat sementara tanah terbatas, dan memunculkan
semakin kuatnya hak perorangan dibarengi semakin menipisnya hak
komunal. Individu dan haknya menjadi menyatu bagai benda tak
berwujud, yaitu “tanah haknya”.8
7
R. Soeprapto, Undang-Undang Agraria dalam Praktik, Mitra Sari, Jakarta, 1966, hlm. 36
8
Rosnidar Sembiring Op Cit, hlm. 5

S1 Hukum Universitas Pamulang 3


Modul Hukum Agraria Program Studi Hukum

Dalam Bahasa Indonesia, kata tanah digunakan dalam berbagai


pengertian, misalnya saja tanah dalam arti benda yang digunakan sebagai
bahan dasar pembuatan bangunan, tanah dalam pot tanaman, atau tanah
sebagai lahan pertanian, dan berbagai arti lainnya. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), yang dimaksud dengan tanah adalah:9

1. Permukaan bumi atau lapisan bumi yang atas sekali,


2. Keadaan bumi di suatu tempat,
3. Permukaan bumi yang diberi batas,
4. Bahan-bahan dari bumi, bumi sebagai bahan sesuatu (pasir, cadas,
napal, dan lain sebagainya).

Dalam wacana pertanian, tanah mempunyai makna dalam dimensi


luas yang diistilahkan sebagai lahan (land), dan makna lain adalah dalam
dimensi volume yang diistilahkan tetap sebagai tanah (soil). Lahan (land)
digunakan untuk penggunaan kata menyangkut bidang tanah, sedangkan
tanah (soil) bila menyangkut material dasar permukaan bumi. Di lain pihak
kata tanah dipahami dengan tidak membedakan tanah sebagai land atau soil.
Dalam konteks hukum, istilah tanah lebih banyak dipakai, meskipun istilah
lahan juga dijumpai dalam banyak peraturan perundang-undangan.10

Sedangkan menurut ketentuan Pasal 4 ayat (1) UUPA, pengertian


tanah dimaknai dalam arti yuridis yakni permukaan bumi. Pasal 4 ayat (1)
UUPA menegaskan sebagai berikut:
“Atas Dasar Hak Menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud
dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas tanah permukaan
bumi yang disebut tanah, dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-
orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta
badan-badan hukum.”

Dengan demikian maka yang dipunyai hak atas tanah itu adalah tanahnya,
dalam arti sebagian tertentu dari permukaan bumi.11 Pengertian agraria
dalam arti sempit hanyalah meliputi permukaan bumi yang disebut tanah

9
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang
Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaannya, Penerbit Djembatan, cetakan keduabelas 2008, Jakrta,
2002, hlm.19
10
Waskito, Hadi Arnowo, Pertanahan, Agraria, dan Tata Ruang, Kencana, Jakarta, 2017,
hlm. 3-4
11
Boedi Harsono, Op Cit, hlm.19

S1 Hukum Universitas Pamulang 4


Modul Hukum Agraria Program Studi Hukum

sedangkan pengertian agraria dalam arti luas meliputi bumi, air dan ruang
angkasa dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Pengertian Tanah yang dimaksud di sini bukan dalam pengertian fisik
melainkan tanah dalam pengertian yuridis yaitu hak, pengertian agraria
sebagaimana yang dimuat dalam Undang undnag pokok Agraria Nomor 5
Tahun 1960 (UUPA) adalah pengertian agraria dalam arti luas. Pengertian
agraria juga sering dikaitkan dengan corak kehidupan suatu masyarakat atau
bangsa misalnya Indonesia sebagai negara Agraris yaitu suatu bangsa yang
sebagian besar masyarakatnya hidup hidup dari bercocok tanam (bertani)
atau kehidupan masyarakatnya bertumpu pada sektor Pertanian. Agraris
sebagai kata sifat digunakan untuk membedakan cora kehdupan masyarakat
pedesaan yang bertumpu pada sektor pertanian dengan corak kehidupan
masyarakat perkotaan yang bertumpu pada sektor nonpertanian
(perdagangan, industri, birokrasi).

Tujuan Pembelajaran 1.2:

HUKUM AGRARIA DALAM ARTI SEMPIT DAN LUAS

2. Pengertian Hukum Agraria dalam arti sempit dan dalam arti luas.
A.P.Parlindungan menyatakan pengertian agraria memiliki ruang
lingkup yaitu dalam ruang lingkup sempit bisa berwujud hak-hak atas tanah
ataupun pertanian saja sedangkan dalam Ketentuan Undang-Undang Pokok
Agraria Nomor 5 Tahun 1960 (UUPA) tidak ada pasal-pasal yang
memberikan pengertian dari agraria namun meberikan ruang lingkup agraria
sebagaimana yang tercantum dalam konsideran, pasal-pasal dan
penjelasannya.12
Ketentuan dalam Pasal 1 dan Pasal 2 Undang-Undang Pokok
Agraria bahwa pengertian agraria dalam arti luas yaitu bumi, air, ruang

12
A.P.Parlindungan, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Mandar Maju,
Bandung, 1991, hlm.36-37

S1 Hukum Universitas Pamulang 5


Modul Hukum Agraria Program Studi Hukum

angkasa dan kekayaan alam yang terkandung di dalam.13 Menurut Sudikno


Mertokusumo hukum agraria adalah kaidah-kaidah hukum baik yang tertulis
maupun yang tidak terulis yang mengatur agraria.114 Bachsan Mustofa
menjabarkan kaidah hukum yang tertulis adalah Hukum Agraria dalam
bentuk hukum undang-undang dan peraturan-peraturan tertulis lainnya yang
dibuat oleh negara, sedangkan kaidah hukum yang tidak tertulis adalah
Hukum Agraria dalam bentuk Hukum Adat Agraria yang dibuat oleh
masyarakat adat setempat dan yang pertumbuhan, perkembangan, serta
berlakunya dipertahankan oleh masyarakat adat yang bersangkutan.115
Menurut soebekti dan R. Tjitrosoedibio, Hukum Agraria
(Agrarisch Recht) adalah keseluruhan dari ketentuan-ketentuan hukum, baik
Hukum Perdata maupun Hukum Tata Negara (Staatsrecht) maupun pula
Hukum Tata Negara (Administratifrecht) yang mengatur hubungan-
hubungan antara orang termasuk badan hukum dengan bumi, air, dan ruang
angkasa dalam seluruh wilayah negara dan mengatur pula wewenang-
wewenang yang bersumber pada hubungan-hubungan tersebut.16
Menurut H.M Arba, yang dimaksud dengan hukum agraria adalah
keseluruhan kaidah-kaidah hukum dan norma-norma hukum, baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur tentang agrraria dan
keagrariaannya (kepengurusannya). Kaidah-kaidah hukum dan norma-
norma hukum tersebut mengatur tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban
subjek hukum, hubungan-hubungan hukum, perbuatan-perbuatan hukum
yang berobjek agraria, akibat hukum serta sanksi hukum.
Boedi Harsono menyatakan Hukum Agraria bukan hanya
merupakan satu perangkat bidang hukum. Hukum Agraria merupakan satu
kelompok berbagai bidang hukum, yang masing-masing mengatur hak-hak
penguasaan atas sumber-sumber daya alam tertentu yang termasuk

13
Ibid
14
Soedikno Mertokusumo, Hukum dan Politik Agraria, Universitas Terbuka, Karunika,
Jakarta, 1998, hlm.1-2
15
Bachsan Mustofa, Hukum Agraria dalam Perspektif, Remadja Karya, Bandung, 1988,
hlm.11

16
Ibid

S1 Hukum Universitas Pamulang 6


Modul Hukum Agraria Program Studi Hukum

pengertian agraria. Kelompok berbagai bidang hukum tersebut terdiri


atas : 17
a. Hukum Tanah, yang mengatur hak-hak penguasaan atas tanah, dalam
arti permukaan bumi.
b. Hukum Air, yang mengatur hak-hak atas air.
c. Hukum Pertambangan, yang mengatur hak-hak penguasaan atas
Bahan-bahan galian yang dimaksudkan oleh undang-undang pokok
pertambangan.
d. Hukum Perikanan, mengatur hak-hak penguasaan atas kekayaan alam
yang terkandung didalam air.
e. Hukum Penguasaan Atas Tenaga dan Unsur-Unsur Dalam Ruang
Angkasa, mengatur hak-hak penguasaan atas tenaga dan unsur-unsur
dalam ruang angkasa yang dimaksudkan oleh Pasal 48 UUPA.
Menurut E. Utrecht yang dikutip oleh Boedi Harsono, Hukum
Agraria dalam arti yang sempit sama dengan Hukum Tanah. Hukum Agraria
dan Hukum Tanah menjadi bagian dari Hukum Tata Usaha Negara, yang
menguji perhubungan-perhubungan hukum istimewa yang diadakan akan
memungkinkan para pejabat yang bertugas mengurus soalsoal tentang
agraria, melakukan tugas mereka itu.18
Termasuk pula dalam kajian Hukum Agraria adalah Hukum
Kehutanan yang mengatur hak-hak penguasaan atas hutan (Hak Penguasaan
Hutan) dan hasil hutan (Hak Memungut Hasil Hutan). Hukum Agraria dari
segi objek kajiannya tidak hanya membahas tentang bumi dalam arti sempit
yaitu tanah, akan tetapi membahas juga tentang pengairan, pertambangan,
perikanan, kehutanan, serta penguasaan atas tenaga dan unsur-unsur dalam
ruang angkasa.19
Dengan demikian, yang dimaksud dengan hukum agraria adalah
keseluruhan kaidah hukum, norma hukum, baik yang tertulis maupun yang
tidak tertulis yang mengatur persoalan agraria. Sedangkan hukum tanah
adalah keseluruhan kaidah hukum,norma hukum, baik tertulis maupun tidak

17
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang
Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaannya, hlm.8
18
Ibid
19
ibid

S1 Hukum Universitas Pamulang 7


Modul Hukum Agraria Program Studi Hukum

tertulis yang mengatur tentang tanah. Jadi, pengertian hukum agraria lebih
luas dari pengertian hukum tanah, karenanya hukum tanah merupakan
bagian dari hukum agraria.20
Yang dimaksud dengan hukum tertulis dalam hal ini adalah hukum
tertulis dalam bentuk undnag-undang dan peraturan perundangan tertulis
lainnya yang dibuat oleh Pemerintah, sedangkan kaidah hukum yang tidak
tertulis adalah dalam bentuk hukum adat yang mengatur masalah
keagrariaan yang dibuat oleh masyarakat adat setempat yang pertumbuhan
dan perkembangannya, serta berlakunya dipertahankan oleh masyarakat adat
yang bersangkutan, misalnya hukum adat tentang tanah yang berkaitan
dengan tanah hak ulayat.21

Tujuan Pembelajaran 1.3:

RUANG LINGKUP HUKUM AGRARIA

3. Hukum Agraria dan ruang lingkupnya


Secara garis besar Hukum Agraria setelah berlakunya UUPA dibagi
menjadi dua bidang yaitu : 22
a) Hukum agraria Perdata (keperdataan) adalah keseluruhan dari ketentuan
hukum yang bersumber pada hak perseorangan dan badan hukum yang
memperbolehkan, mewajibkan, melarang diperlakukan perbuatan
hukum yang berhubungan dengan tanah.
Contoh jual beli, tkar menukar, hibah, hak atas tanah, sebagai jaminan
utang (hak tanggungan), pewarisan.
b) Hukum Agraria Administrasi (Administrasif) adalah keseluruhan dari
ketentuan hukum yang memberi wewenang kepada pejabat dalam
menjalankan praktik hukum negara dan mengambil tindakan dari

20
H.M Arba, Hukum Agraria Indonesia, Sinar Grafika, 2015, hlm. 6
21
Ibid
22
Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komprehenfis, Op Cit, hlm.7

S1 Hukum Universitas Pamulang 8


Modul Hukum Agraria Program Studi Hukum

masalah-masalah agraria yang timbul. Contoh Pendaftaran Tanah,


Pengadaan Tanah, Pencabutan Hak Atas Tanah.
Dilihat dari pokok bahasan objeknya Hukum Agraria Nasional
dibagi menjadi dua yaitu :23
1) Hukum Agraria dalam arti sempit, hanya membahas Hak penguasaan
atas tanah meliputi Hak Bangsa Indonesia atas tanah, Hak Menguasai
Negara atas tanah, Hak Ulayat, Hak Perseorangan atas tanah.
2) Hukum Agraria dalam arti luas, materi yang dibahas yaitu :
(1) Hukum Pertambangan dalam kaitannya dengan Hak Kuasa
Pertambangan
(2) Hukum Kehutanan dalam kaitannya dengan hak penguasaan Hutan
(3) Hukum Pengairan dalam kaitannya dengan Hak Guna Air
(4) Hukum Ruang Angkasa dalam kaitannya dengan Hak Ruang
Angkasa
(5) Hukum Lingkungan Hidup dalam kaitannya dengan tata guna
tanah, land reform.
Ketentuan dalam Pasal 5 dalam Undang-Undang Pokok Agraria
menyebutkan bahwa Hukum Agraria yang berlaku atas bumi, air dan
ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan
kepentingan kepentinan nasional dan negara, yang berdasarkan atas
persatuan bangsa dengan sosialisme Indonesia serta dengan
peraturanperatran yang tercantum dalam undang-undang ini dan dengan
peraturan perundang-undangan lainnya segala sesuatu dengan
mengindahkan unsurunsur yang bersandar pada hukum agraria. Sebelum
berlakunya UUPA, Hukum agraria di Hindia Belanda (Indonesia
sekarang) terdiri atas lima perangkat hukum yaitu :24
(a) Hukum Agraria Adat
(b) Hukum Agraria Barat
(c) Hukum Agraria Administratif
(d) Hukum Agraria Swapraja
(e) Hukum Agraria Antar Golongan

23
Ibid, hlm.9
24
Ibid

S1 Hukum Universitas Pamulang 9


Modul Hukum Agraria Program Studi Hukum

Kelima perangkat Hukum Agraria tersebut setelah negara


Indonesia medeka atas dasar Pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang
Dasar 1945 dinyatakan berlaku selama belum diadakan yang baru. Hanya
saja Hukum Agraria Administratif yang tertuang dalam Agraris Wet dan
Agraris Besluit diganti oleh pemerintah Republik Indonesia dengan
Hukum Agraria Adinistratf mengenai pemberian izin oleh pemerintah.
Hukum Agraria Adat yaitu keseluruhan dari kaidah-kaidah Hukum
Agraria yang bersumber pada hukum adat dan berlaku terhadap tanahtanah
yang dipunyai dengan hak-hak atas tanah yang diatur oleh hukum adat
yang selanjutnya sering disebut tanah adat atau tanah Indonesia. Hukum
Agraria Adat terdapat dalam Hukum adat tentang tanah dan air bersifat
interen yang memberikan peraturan bagi sebagian terbesar tanah di negara.
Hukum Agraria Adat diberlakukan bagi tanah-tanah yang tunduk pada
Hukum Adat, misalnya tanah (hak) ulayat, tanah milik perseorangan yang
tunduk pada hukum adat.
Hukum Agraria Barat yaitu keseluruhan dari kaidah-kaidah Hukum
Agraria yang bersumber pada Hukum Perdata Barat, Khususnya yang
bersumber pada Burgerlihjk Wetboek (BW), Hukum Agraria ini terdapat
dalam BW bersifat ekstern yang memberikan pengaturan bagi sebagaian
kecil tanah tetapi bernilai tinggi. Hukum Agraria ini diberlakukan atas
dasar konkordasi. Misalnya tanah Eigendom, Hak Opstal, Recht van
Gebruik.
Hukum Agraria Administratif yaitu keseluruhan dari peraturan-
peraturan atau putusan-putusan yang merupakan pelaksanaan dari politik
agraria pemerintahan di dalam kedudukannya sebagai badan penguasa.
Sumber Pokok dari Hukum Agraria ini adalah Agrarische Besluit Stb.
1870 Nomor 118 yang memberikan landasan hukum bagi pengasa dalam
melaksanakan politik pertanahan/agrarianya.
Hukum Agraria Swapraja yaitu keseluruhan dari kaidah hukum
agraria yang bersumber pada peraturan-peraturan tentang yanah di
daerahdaerah swapraja (Yogyakarta, Aceh) yang memberikan pengaturan
bagi tanah-tanah di wilayah daerah-daerah swapraja yanag bersangkutan.

S1 Hukum Universitas Pamulang 10


Modul Hukum Agraria Program Studi Hukum

Hukum Agraria Antar Golongan yaitu hukum yang digunakan


untuk menyelesaikan sengketa kasus agraria dalam hal tanah maka
timbulah Hukum Agraria Antargolongan yaitu kaidah-kaidah hukum yang
menentukan hukum manakah yang berlaku, hukum adat ataukah hukum
barat apabila dua oran yang masing-masing tunduk pada hukumnya
sendiri-sendiri bersengketa tanah. Hukum agraria ini memberikan
pengaturan atau pedoman dalam menyelesaikan masalah-masalah hukum
antar golongan yang mengenai tanah.

C. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan apa pengertian dari Agraria ?
2. Apa pengertian dari Agraria dalam arti sempit dan dalam arti luas ?
3. Uraikan Apakah Hukum Agraria dan ruang lingkupnya ?

C. DAFTAR PUSTAKA
Buku

A.P.Parlindungan, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria,


Maju, Bandung, 1991.

Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghaia Indonesia, Jakarta 1986.

Bachsan Mustofa, Hukum Agraria dalam perspektif, Remadja Karya,


Bandung, 1988.

Boedi Harsono,Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-


Undang Pokok Agraria isi dan Pelaksanaannya, Penerbit
Djembatan, Cetakan ke duabelas 2008, Jakarta, 2002

Henry Campbell Black, Black Law Dictionary, West Publishing Co., USA,
1991, hlm.43 dikutip dalam Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian
Komprehesif, Surabaya, Kencana Prenada Media Grup,2012.

Rosnidar Sembiring, Hukum Pertanahan Adat, Rajawali Press, Jakarta, 2017

Subekti dan R.Tjitrosoedibio, Kamus hukum, Pradya Paramita, Jakarta, 1983.

Soedikno Mertokusumo, Hukum dan Politik Agraria, Universitas Terbuka,


Karunika, Jakarta, 1988.

S1 Hukum Universitas Pamulang 11


Modul Hukum Agraria Program Studi Hukum

Urip Santoso, Hukum Agraria Kajian Komprehesif, Surabaya, Kencana


Prenada Media Grup, 2012.

Waskito, Hadi Arnowo, Pertanahan, Agraria, dan Tata Ruang, Jakarta,


Kencana, 2017

Peraturan Perundang-undangan :

Undang-Undang Dasar RI 1945

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok


Agraria.

S1 Hukum Universitas Pamulang 12

Anda mungkin juga menyukai