A. Pengertian
Kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain itu oleh Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) yang dewasa ini berlaku telah disebut sebagai suatu pembunuhan.
Pembunuhan secara terminologi adalah perkara membunuh, perbuatan membunuh.
Sedangkan dalam istilah KUHP pembunuhan adalah kesengajaan menghilangkan
nyawa orang lain.[1]
Tindak pidana pembunuhan atau kejahatan terhadap nyawa (misdrijven tegen het
leven) adalah berupa penyerangan terhadap nyawa orang lain. Untuk
menghilangkannya nyawa orang lain itu seorang pelaku harus melakukan sesuatu atau
suatu rangkaian tindakan yang berakibat meninggalnya orang lain.
Dari definisi tersebut, maka tindak pidana pembunuhan dianggap sebagai delik material
bila delik tersebut selesai dilakukan oleh pelakunya dengan timbulnya akibat yang
dilarang atau yang tidak dikehendaki oleh Undang-undang.
Klasifikasi Delik Pembunuhan Menurut Hukum Pidana Positif adalah bentuk kesalahan,
tindak pidana menghilangkan nyawa orang lain ini dapat berupa sengaja (dolus) dan
tidak sengaja (alpa). Kesengajaan (dolus) adalah suatu perbuatan yang dapat terjadi
dengan direncanakanterlebih dahulu atau tidak direncanakan. Tetapi yang
penting dari suatu peristiwa itu adalah adanya ”niat” yang diwujudkan melalui
perbuatan yang dilakukan sampai selesai.
Kejahatan terhadap nyawa dalam KUHP dapat dibedakan atau dikelompokkan atas
2 dasar, yaitu:
Atas dasar unsur kesalahan ada 2 (dua) kelompok kejahatan terhadap nyawa, yaitu :
Sedangkan atas dasar objeknya, maka kejahatan terhadap nyawa dengan sengaja
dibedakan dalam 3 (tiga) macam, yaitu:
a) Kejahatan terhadap nyawa orang pada umunya, dimuat dalam Pasal : 338, 339,
340, 344, 345.
b) Kejahatan terhadap nyawa bayi pada saat atau tidak lama setelah dilahirkan, dimuat
dalam Pasal: 341, 342, dan 343
c) Kejahatan terhadap nyawa bayi yang masih ada dalam kandungan ibu (janin),
dimuat dalam Pasal: 346, 377, 348, dan 349.
Dalam Makalah Ini yang akan di bahas hanyalah Kejahatan terhadap nyawa orang
pada umunya yang dilakukan dengan sengaja (dolus misdrijven), sebagaimana yang
dimuat dalam Pasal 338, 339, 340 KUHP.
Tindak pidana yang diatur dalam Pasal 338 KUHP merupakan tindak pidana dalam
bentuk pokok (Doodslag In Zijn Grondvorm), yaitu delik yang telah dirumuskan
secara lengkap dengan semua unsur-unsurnya.
a. unsur obyektif yaitu perbuatan yang menghilangkan nyawa dan obyeknya berupa
nyawa orang lain.
Berkenaan dengan “nyawa orang lain” maksudnya adalah nyawa orang lain dari si
pembunuh. Terhadap siapa pembunuhan itu dilakukan tidak menjadi soal, meskipun
pembunuhan itu dilakukan terhadap bapak / ibu sendiri, termasuk juga pembunuhan
yang dimaksud dalam Pasal 338 KUHP.
“Dengan sengaja” (Doodslag) artinya bahwa perbuatan itu harus disengaja dan
kesengajaan itu harus timbul seketika itu juga, karena sengaja (opzet/dolus) yang
dimaksud dalam Pasal 338 adalah perbuatan sengaja yang telah terbentuk tanpa
direncanakan terlebih dahulu, sedangkan yang dimaksud sengaja dalam Pasal 340
adalah suatu perbuatan yang disengaja untuk menghilangkan nyawa orang lain yang
terbentuk dengan direncanakan terlebih dahulu (Met voorbedachte rade).[3]
Perbuatan menghilangkan nyawa orang lain harus memenuhi syarat antara lain
adanya suatu perbuatan, adanya suatu kematian, dan adanya hubungan sebab dan
akibat (causal verband) antara perbuatan dan akibat kematian (orang lain).[4]
Oleh karena apabila terdapat tenggang waktu yang cukup lama sejak timbulnya atau
terbentuknya kehendak untuk membunuh dengan pelaksanaannya, dimana dalam
tenggang waktu yang cukup lama itu petindak dapat memikirkan tentang berbagai
hal, misalnya memikirkan apakah kehendaknya itu akan diwujudkan dalam
pelaksanaan ataukah tidak, dengan cara apa kehendak itu akan diwujudkan dan
sebagainya, maka pembunuhan itu telah masuk ke dalam pembunuhan berencana
(psl 340), dan bukan lagi pembunuhan biasa.
2. Pembunuhan yang diikuti, disertai atau diahului oleh tindak pidana lain /
Pembunuhan Dengan Pemberatan (Gequalificeerde Doodslag).
“Pembunuhan yang diikuti , disertai atua didahului oleh suatu tindak pidana lain,
yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pelaksanannya, atau untuk menghindarkan diri sendiri maupun peserta lainnya dari
pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan benda
yang diperolehnya secara melawan hukum, dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau sementara waktu, paling lama 20 tahun”.
Perbedaan dengan pembunuhan Pasal 338 KUHP ialah : “diikuti, disertai, atau
didahului oleh kejahatan”. Kata “diikuti” (gevold) dimaksudkan diikuti kejahatan lain.
Pembunuhan itu dimaksudkan untuk mempersiapkan dilakukannya kejahatan lain.[6]
Misalnya : Seorang yang sakit hati ingin melakukan pembunuhan terhadap Bupati;
tetapi karena Bupati dikawal oleh seorang bodyguard / pengawal, maka orang yang
sakit hati tadi lebih dahulu menembak pengawalnya, baru kemudian membunuh
Bupati.
3. Pembunuhan itu dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan tindak pidana lain,
untuk mempermudah tindak pidana lain, dalam hal tertangkap tangan ditujukan
untuk menghindarkan diri sendiri maupun perserta lain dari pidana atau untuk
memastikan penguasaan benda yang diperolehnya secara melawan hukum (dari
tindak pidana lain itu)
Sedangkan rincian dari unsur Subyektif dan Obyektif dari tindak pidana ini adalah
sebagai berikut : [8]
1. Unsur subyektif :
a. dengan sengaja
b. dengan maksud
Unsur “dengan maksud” harus diartikan sebagai maksud pribadi dari pelaku; yakni
maksud untuk mencapai salah satu tujuan itu (unsur obyektif), dan untuk dapat
dipidanakannya pelaku, seperti dirumuskan dalam Pasal 339 KUHP, maksud pribadi
itu tidak perlu telah terwujud / selesai, tetapi unsur ini harus didakwakan oleh
Penuntut Umum dan harus dibuktikan di depan sidang pengadilan
2. Unsur obyektif :
unsur “tindak pidana” dalam rumusan Pasal 339 KUHP, maka termasuk pula dalam
pengertiannya yaitu semua jenis tindak pidana yang (oleh UU) telah ditetapkan
sebagai pelanggaran-pelanggaran dan bukan semata-mata jenis-jenis tindak pidana
yang diklasifikasikan dalam kejahatan-kejahatan.
d. untuk menjamin tidak dapat dipidananya diri sendiri atau lainnya (peserta) dalam
tindak pidana yang bersangkutan.
yang dimaksud dengan “lain-lain (peserta)” adalah mereka yang disebutkan dalam
Pasal 55 dan 56 KUHP, yakni mereka yang melakukan (pleger), yang menyuruh
melakukan (doenpleger), yang menggerakkan / membujuk mereka untuk melakukan
tindak pidana yang bersangkutan (uitlokker), dan mereka yang membantu / turut
serta melaksanakan tindak pidana tersebut (medepleger).
e. untuk dapat menjamin tetap dapat dikuasainya benda yang telah diperoleh secara
melawan hukum, saat pelaku kejahatan tersebut kepergok pada waktu
melaksanakan tindak pidana.
Pembunuhan berencana adalah suatu pembunuhan biasa seperti pasal 338 KUHP,
akan tetapi dilakukan dengan direncanakan terdahulu. Direncanakan lebih dahulu
(voorbedachte rade) sama dengan antara timbul maksud untuk membunuh dengan
pelaksanaannya itu masih ada tempo bagi si pembuat untuk dengan tenang
memikirkan misalnya dengan cara bagaimanakah pembunuhan itu akan dilakukan.
Perbedaan lain terletak dalam apa yang terjadi didalam diri sipelaku sebelum
pelaksanaan menghilangkan jiwa seseorang (kondisi pelaku). Untuk pembunuhan
direncanakan terlebih dulu diperlukan berfikir secara tenang bagi pelaku. Didalam
pembunuhan biasa, pengambilan putusan untuk menghilangkan jiwa seseorang dan
pelaksanaannya merupakan suatu kesatuan, sedangkan pada pembunuhan
direncanakan terlebih dulu kedua hal itu terpisah oleh suatu jangka waktu yang
diperlukan guna berfikir secara tenang tentang pelaksanaannya, juga waktu untuk
memberi kesempatan guna membatalkan pelaksanaannya. Direncanakan terlebih
dulu memang terjadi pada seseorang dalam suatu keadaan dimana mengambil
putusan untuk menghilangkan jiwa seseorang ditimbulkan oleh hawa nafsunya dan
di bawah pengaruh hawa nafsu itu juga dipersiapkan pelaksanaannya.[9]
Mengenai unsur dengan rencana terlebih dahulu, pada dasarnya mengandung tiga
unsur / syarat :
b. Ada tersedia waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak sampai dengan
pelaksanaan kehendak.
a. Unsur Objektif :
b. Unsur Subjektif :
1) Dengan sengaja
Pembunuhan berencana terdiri dari pembunuhan dalam arti Pasal 338 KUHP
ditambah dengan adanya unsur rencana terlebih dahulu. Pasal 340 KUHP
dirumuskan dengan cara mengulang kembali seluruh unsur dalam Pasal 338,
kemudian ditambah dengan suatu unsur lagi yakni dengan rencana terlebih dahulu.
Oleh karena dalam Pasal 340 mengulang lagi seluruh unsur-unsur Pasal 338, maka
pembunuhan berencana dapat dianggap sebagai pembunuhan yang berdiri sendiri.
Unsur dengan rencana terlebih dahulu, pada dasarnya mengandung 3 syarat atau
unsur :
a. Memutuskan kehendak dalam suasana tenang
b. Ada tersedia waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak sampai dengan
pelaksanaan kehendak.
Adanya pendapat yang mengatakan bahwa unsur dengan rencana terlebih dahulu
adalah bukan bentuk kesengajaan tetapi berupa cara membentuk kesengajaan /
opzet yang mana mempunyai 3 syarat yaitu :
b. Dan setelah orang merencanakan (opzetnya) itu terlebih dahulu, maka yang penting
adalah cara “Opzet” itu dibentuk yaitu harus dalam keadaan yang tenang.
Memperhatikan pengertian dan syarat dari unsur yang direncanakan terlebih dahulu
di atas, tampak proses terbentuknya direncanakan terlebih dahulu (berencana)
memang lain dengan terbentuknya kesengajaan (kehendak).
Tindak pidana yang diatur dalam Pasal 338 KUHP merupakan tindak pidana dalam
bentuk yang pokok, yaitu delik yang telah dirumuskan secara lengkap dengan
semua unsur-unsurnya. Adapun rumusan dalam Pasal 338 KUHP adalah sebagai
berikut :
Berkenaan dengan “nyawa orang lain” maksudnya adalah nyawa orang lain dari si
pembunuh. Terhadap siapa pembunuhan itu dilakukan tidak menjadi masalah,
meskipun pembunuhan itu dilakukan terhadap bapak / ibu sendiri, termasuk juga
pembunuhan yang dimaksud dalam Pasal 338 KUHP.
Dari pernyataan ini, maka undang-undang pidana kita tidak mengenal ketentuan
yang menyatakan bahwa seorang pembunuh akan dikenai sanksi yang lebih berat
karena telah membunuh dengan sengaja orang yang mempunyai kedudukan
tertentu atau mempunyai hubungan khusus dengan pelaku.[12]
Berkenaan dengan unsur nyawa orang lain juga, melenyapkan nyawa sendiri tidak
termasuk perbuatan yang dapat dihukum, karena orang yang bunuh diri dianggap
orang yang sakit ingatan dan ia tidak dapat dipertanggung jawabkan.[13]
“Pembunuhan yang diikuti, disertai, atau didahului oleh kejahatan dan yang
dilakukan dengan maksud untuk memudahkan perbuatan itu, jika tertangkap tangan,
untuk melepaskan diri sendiri atau pesertanya daripada hukuman, atau supaya
barang yang didapatkannya dengan melawan hukum tetap ada dalam tangannya,
dihukum dengan hukuman penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-
lamanya dua puluh tahun.”[14]
Unsur subyektif “dengan maksud” harus diartikan sebagai maksud pribadi dari
pelaku; yakni maksud untuk mencapai salah satu tujuan itu (unsur obyektif), dan
untuk dapat dipidanakannya pelaku, seperti dirumuskan dalam Pasal 339 KUHP,
maksud pribadi itu tidak perlu telah terwujud / selesai, tetapi unsur ini harus
didakwakan oleh Penuntut Umum dan harus dibuktikan di depan sidang pengadilan.
Sedang unsur obyektif terkait, “tindak pidana” dalam rumusan Pasal 339 KUHP,
maka termasuk pula dalam pengertiannya yaitu semua jenis tindak pidana yang
(oleh UU) telah ditetapkan sebagai pelanggaran-pelanggaran dan bukan semata-
mata jenis-jenis tindak pidana yang diklasifikasikan dalam kejahatan-kejahatan.
Sedang yang dimaksud dengan “lain-lain peserta” adalah mereka yang disebutkan
dalam Pasal 55 dan 56 KUHP, yakni mereka yang melakukan (pleger), yang
menyuruh melakukan (doenpleger), yang menggerakkan / membujuk mereka untuk
melakukan tindak pidana yang bersangkutan (uitlokker), dan mereka yang
membantu/turut serta melaksanakan tindak pidana tersebut (medepleger).
Jika unsur-unsur subyektif atau obyektif yang menyebabkan pembunuhan itu terbukti
di Pengadilan, maka hal itu memberatkan tindak pidana itu, sehingga ancaman
hukumannya pun lebih berat dari pembunuhan biasa, yaitu dengan hukuman
seumur hidup atau selama-lamanya dua puluh tahun. Dan jika unsur-unsur tersebut
tidak dapat dibuktikan, maka dapat memperingan atau bahkan menghilangkan
hukuman.
Ancaman pidana pada pembunuhan berencana ini lebih berat dari pada
pembunuhan yang ada pada Pasal 338 dan 339 KUHP bahkan merupakan
pembunuhan dengan ancaman pidana paling berat, yaitu pidana mati, di mana
sanksi pidana mati ini tidak tertera pada kejahatan terhadap nyawa lainnya, yang
menjadi dasar beratnya hukuman ini adalah adanya perencanaan terlebih dahulu.
Selain diancam dengan pidana mati, pelaku tindak pidana pembunuhan berencana
juga dapat dipidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama
dua puluh tahun.