Anda di halaman 1dari 10

KEJAHATAN TERHADAP NYAWA

(PEMBUNUHAN) PSL 338, 339 DAN 340 KUHP

A. Pengertian

Kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain itu oleh Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) yang dewasa ini berlaku telah disebut sebagai suatu pembunuhan.
Pembunuhan secara terminologi adalah perkara membunuh, perbuatan membunuh.
Sedangkan dalam istilah KUHP pembunuhan adalah kesengajaan menghilangkan
nyawa orang lain.[1]

Tindak pidana pembunuhan atau kejahatan terhadap nyawa (misdrijven tegen het
leven) adalah berupa penyerangan terhadap nyawa orang lain. Untuk
menghilangkannya nyawa orang lain itu seorang pelaku harus melakukan sesuatu atau
suatu rangkaian tindakan yang berakibat meninggalnya orang lain.

Dari definisi tersebut, maka tindak pidana pembunuhan dianggap sebagai delik material
bila delik tersebut selesai dilakukan oleh pelakunya dengan timbulnya akibat yang
dilarang atau yang tidak dikehendaki oleh Undang-undang.

Klasifikasi Delik Pembunuhan Menurut Hukum Pidana Positif adalah bentuk kesalahan,
tindak pidana menghilangkan nyawa orang lain ini dapat berupa sengaja (dolus) dan
tidak sengaja (alpa). Kesengajaan (dolus) adalah suatu perbuatan yang dapat terjadi
dengan direncanakanterlebih dahulu atau tidak direncanakan. Tetapi yang
penting dari suatu peristiwa itu adalah adanya ”niat” yang diwujudkan melalui
perbuatan yang dilakukan sampai selesai.

B. Bentuk dan unsur dari tindakan kejahatan terhadap nyawa.

Kejahatan terhadap nyawa dalam KUHP dapat dibedakan atau dikelompokkan atas
2 dasar, yaitu:

1. Atas dasar unsur kesalahan

Atas dasar unsur kesalahan ada 2 (dua) kelompok kejahatan terhadap nyawa, yaitu :

a) Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan sengaja (dolus misdrijven)

b) Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan karena kelalaian (Culpose misdrijven)

2. Atas dasar objeknya (nyawa)

Sedangkan atas dasar objeknya, maka kejahatan terhadap nyawa dengan sengaja
dibedakan dalam 3 (tiga) macam, yaitu:

a) Kejahatan terhadap nyawa orang pada umunya, dimuat dalam Pasal : 338, 339,
340, 344, 345.

b) Kejahatan terhadap nyawa bayi pada saat atau tidak lama setelah dilahirkan, dimuat
dalam Pasal: 341, 342, dan 343

c) Kejahatan terhadap nyawa bayi yang masih ada dalam kandungan ibu (janin),
dimuat dalam Pasal: 346, 377, 348, dan 349.

Dalam Makalah Ini yang akan di bahas hanyalah Kejahatan terhadap nyawa orang
pada umunya yang dilakukan dengan sengaja (dolus misdrijven), sebagaimana yang
dimuat dalam Pasal 338, 339, 340 KUHP.

1. Pembunuhan biasa dalam bentuk pokok / doodslag (Pasal 338 KUHP).

Tindak pidana yang diatur dalam Pasal 338 KUHP merupakan tindak pidana dalam
bentuk pokok (Doodslag In Zijn Grondvorm), yaitu delik yang telah dirumuskan
secara lengkap dengan semua unsur-unsurnya.

Adapun rumusan Pasal 338 KUHP adalah:

“Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan,


dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”.
Unsur-unsur tersebut terdiri dari unsur obyektif dan subyektif ,

a. unsur obyektif yaitu perbuatan yang menghilangkan nyawa dan obyeknya berupa
nyawa orang lain.

Unsur obyektif yang pertama dari tindak pembunuhan, yaitu : “menghilangkan”,


unsur ini juga diliputi oleh kesengajaan; artinya pelaku harus menghendaki, dengan
sengaja, dilakukannya tindakan menghilangkan tersebut, dan ia pun harus
mengetahui, bahwa tindakannya itu bertujuan untuk menghilangkan nyawa orang
lain.[2]

Berkenaan dengan “nyawa orang lain” maksudnya adalah nyawa orang lain dari si
pembunuh. Terhadap siapa pembunuhan itu dilakukan tidak menjadi soal, meskipun
pembunuhan itu dilakukan terhadap bapak / ibu sendiri, termasuk juga pembunuhan
yang dimaksud dalam Pasal 338 KUHP.

b. unsur subyektif yaitu unsur dengan sengaja.

“Dengan sengaja” (Doodslag) artinya bahwa perbuatan itu harus disengaja dan
kesengajaan itu harus timbul seketika itu juga, karena sengaja (opzet/dolus) yang
dimaksud dalam Pasal 338 adalah perbuatan sengaja yang telah terbentuk tanpa
direncanakan terlebih dahulu, sedangkan yang dimaksud sengaja dalam Pasal 340
adalah suatu perbuatan yang disengaja untuk menghilangkan nyawa orang lain yang
terbentuk dengan direncanakan terlebih dahulu (Met voorbedachte rade).[3]

Perbuatan menghilangkan nyawa orang lain harus memenuhi syarat antara lain
adanya suatu perbuatan, adanya suatu kematian, dan adanya hubungan sebab dan
akibat (causal verband) antara perbuatan dan akibat kematian (orang lain).[4]

Antara unsur subyektif sengaja dengan wujud perbuatan menghilangkan terdapat


syarat yang harus dibuktikan, ialah pelaksanaan perbuatan menghilangkan nyawa
(orang lain) harus tidak lama setelah timbulnya kehendak (niat) untuk
menghilangkan nyawa orang lain itu.[5]

Oleh karena apabila terdapat tenggang waktu yang cukup lama sejak timbulnya atau
terbentuknya kehendak untuk membunuh dengan pelaksanaannya, dimana dalam
tenggang waktu yang cukup lama itu petindak dapat memikirkan tentang berbagai
hal, misalnya memikirkan apakah kehendaknya itu akan diwujudkan dalam
pelaksanaan ataukah tidak, dengan cara apa kehendak itu akan diwujudkan dan
sebagainya, maka pembunuhan itu telah masuk ke dalam pembunuhan berencana
(psl 340), dan bukan lagi pembunuhan biasa.

2. Pembunuhan yang diikuti, disertai atau diahului oleh tindak pidana lain /
Pembunuhan Dengan Pemberatan (Gequalificeerde Doodslag).

Sebagaimana rumusan dalam pasal 339 KUHP :

“Pembunuhan yang diikuti , disertai atua didahului oleh suatu tindak pidana lain,
yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah
pelaksanannya, atau untuk menghindarkan diri sendiri maupun peserta lainnya dari
pidana dalam hal tertangkap tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan benda
yang diperolehnya secara melawan hukum, dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau sementara waktu, paling lama 20 tahun”.

Perbedaan dengan pembunuhan Pasal 338 KUHP ialah : “diikuti, disertai, atau
didahului oleh kejahatan”. Kata “diikuti” (gevold) dimaksudkan diikuti kejahatan lain.
Pembunuhan itu dimaksudkan untuk mempersiapkan dilakukannya kejahatan lain.[6]

Misalnya : Seorang yang sakit hati ingin melakukan pembunuhan terhadap Bupati;
tetapi karena Bupati dikawal oleh seorang bodyguard / pengawal, maka orang yang
sakit hati tadi lebih dahulu menembak pengawalnya, baru kemudian membunuh
Bupati.

Kata “disertai” (vergezeld) dimaksudkan, disertai kejahatan lain; pembunuhan itu


dimaksudkan untuk mempermudah terlaksananya kejahatan lain itu. Misalnya :
Seorang pencuri ingin melakukan kejahatan dengan cara membongkar sebuah
bank. Karena bank tersebut ada penjaganya, maka pencuri tersebut lebih dahulu
membunuh penjaganya.

Kata “didahului” (voorafgegaan) dimaksudkan didahului kejahatan lainnya atau


menjamin agar pelaku kejahatan tetap dapat menguasai barang-barang yang
diperoleh dari kejahatan.

Misalnya : Seorang perampok melarikan barang yang dirampok. Untuk


menyelamatkan barang yang dirampok tersebut, maka perampok tersebut
menembak polisi yang mengejarnya.

Unsur-unsur dari tindak pidana dengan keadaan-keadaan yang memberatkan dalam


rumusan Pasal 339 KUHP itu adalah sebagai berikut :[7]
1. Semua unsur pembunuhan (obyektif dan subyektif) pasal 338

2. Yang diikuti, disertai atau didahului oleh tindak pidana lain ;

3. Pembunuhan itu dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan tindak pidana lain,
untuk mempermudah tindak pidana lain, dalam hal tertangkap tangan ditujukan
untuk menghindarkan diri sendiri maupun perserta lain dari pidana atau untuk
memastikan penguasaan benda yang diperolehnya secara melawan hukum (dari
tindak pidana lain itu)

Sedangkan rincian dari unsur Subyektif dan Obyektif dari tindak pidana ini adalah
sebagai berikut : [8]

1. Unsur subyektif :

a. dengan sengaja

b. dengan maksud

Unsur “dengan maksud” harus diartikan sebagai maksud pribadi dari pelaku; yakni
maksud untuk mencapai salah satu tujuan itu (unsur obyektif), dan untuk dapat
dipidanakannya pelaku, seperti dirumuskan dalam Pasal 339 KUHP, maksud pribadi
itu tidak perlu telah terwujud / selesai, tetapi unsur ini harus didakwakan oleh
Penuntut Umum dan harus dibuktikan di depan sidang pengadilan

2. Unsur obyektif :

a. menghilangkan nyawa orang lain

b. diikuti, disertai, dan didahului dengan tindak pidana lain.

unsur “tindak pidana” dalam rumusan Pasal 339 KUHP, maka termasuk pula dalam
pengertiannya yaitu semua jenis tindak pidana yang (oleh UU) telah ditetapkan
sebagai pelanggaran-pelanggaran dan bukan semata-mata jenis-jenis tindak pidana
yang diklasifikasikan dalam kejahatan-kejahatan.

c. untuk menyiapkan / memudahkan pelaksanaan dari tindak pidana yang akan,


sedang atau telah dilakukan

d. untuk menjamin tidak dapat dipidananya diri sendiri atau lainnya (peserta) dalam
tindak pidana yang bersangkutan.
yang dimaksud dengan “lain-lain (peserta)” adalah mereka yang disebutkan dalam
Pasal 55 dan 56 KUHP, yakni mereka yang melakukan (pleger), yang menyuruh
melakukan (doenpleger), yang menggerakkan / membujuk mereka untuk melakukan
tindak pidana yang bersangkutan (uitlokker), dan mereka yang membantu / turut
serta melaksanakan tindak pidana tersebut (medepleger).

e. untuk dapat menjamin tetap dapat dikuasainya benda yang telah diperoleh secara
melawan hukum, saat pelaku kejahatan tersebut kepergok pada waktu
melaksanakan tindak pidana.

3. Pembunuhan berencana (moord)

Pembunuhan berencana adalah suatu pembunuhan biasa seperti pasal 338 KUHP,
akan tetapi dilakukan dengan direncanakan terdahulu. Direncanakan lebih dahulu
(voorbedachte rade) sama dengan antara timbul maksud untuk membunuh dengan
pelaksanaannya itu masih ada tempo bagi si pembuat untuk dengan tenang
memikirkan misalnya dengan cara bagaimanakah pembunuhan itu akan dilakukan.

Perbedaan antara pembunuhan dan pembunuhan direncanakan yaitu kalau


pelaksanaan pembunuhan yang dimaksud pasal 338 itu dilakukan seketika pada
waktu timbul niat, sedang pembunuhan berencana pelaksanan itu ditangguhkan
setelah niat itu timbul, untuk mengatur rencana, cara bagaimana pembunuhan itu
akan dilaksanakan. Jarak waktu antara timbulnya niat untuk membunuh dan
pelaksanaan pembunuhan itu masih demikian luang, sehingga pelaku masih dapat
berfikir, apakah pembunuhan itu diteruskan atau dibatalkan, atau pula merencana
dengan cara bagaimana ia melakukan pembunuhan itu.

Perbedaan lain terletak dalam apa yang terjadi didalam diri sipelaku sebelum
pelaksanaan menghilangkan jiwa seseorang (kondisi pelaku). Untuk pembunuhan
direncanakan terlebih dulu diperlukan berfikir secara tenang bagi pelaku. Didalam
pembunuhan biasa, pengambilan putusan untuk menghilangkan jiwa seseorang dan
pelaksanaannya merupakan suatu kesatuan, sedangkan pada pembunuhan
direncanakan terlebih dulu kedua hal itu terpisah oleh suatu jangka waktu yang
diperlukan guna berfikir secara tenang tentang pelaksanaannya, juga waktu untuk
memberi kesempatan guna membatalkan pelaksanaannya. Direncanakan terlebih
dulu memang terjadi pada seseorang dalam suatu keadaan dimana mengambil
putusan untuk menghilangkan jiwa seseorang ditimbulkan oleh hawa nafsunya dan
di bawah pengaruh hawa nafsu itu juga dipersiapkan pelaksanaannya.[9]

Mengenai unsur dengan rencana terlebih dahulu, pada dasarnya mengandung tiga
unsur / syarat :

a. Memutuskan kehendak dalam suasana tenang.

b. Ada tersedia waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak sampai dengan
pelaksanaan kehendak.

c. Pelaksanaan kehendak (perbuatan) dalam suasana tenang.

Pembunuhan berencana merupakan pembunuhan yang paling berat ancaman


pidananya, rumusan yang diatur pada pasal 340 yaitu :

“Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana aterlebih dahulu


menghilangkan nyawa orang lain, dipidana karena pembunuhan dengan rencana,
dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu,
paling lama 20 tahun”.

Rumusan tersebut di atas, terdiri dari unsur-unsur :

a. Unsur Objektif :

1) Perbuatan menghilangkan nyawa

2) Objeknya yaitu nyawa orang lain

b. Unsur Subjektif :

1) Dengan sengaja

2) Dan dengan rencana terlebih dahulu.

Pembunuhan berencana terdiri dari pembunuhan dalam arti Pasal 338 KUHP
ditambah dengan adanya unsur rencana terlebih dahulu. Pasal 340 KUHP
dirumuskan dengan cara mengulang kembali seluruh unsur dalam Pasal 338,
kemudian ditambah dengan suatu unsur lagi yakni dengan rencana terlebih dahulu.
Oleh karena dalam Pasal 340 mengulang lagi seluruh unsur-unsur Pasal 338, maka
pembunuhan berencana dapat dianggap sebagai pembunuhan yang berdiri sendiri.

Unsur dengan rencana terlebih dahulu, pada dasarnya mengandung 3 syarat atau
unsur :
a. Memutuskan kehendak dalam suasana tenang

b. Ada tersedia waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak sampai dengan
pelaksanaan kehendak.

c. Pelaksanaan kehendak (perbuatan) dalam suasana tenang.

Adanya pendapat yang mengatakan bahwa unsur dengan rencana terlebih dahulu
adalah bukan bentuk kesengajaan tetapi berupa cara membentuk kesengajaan /
opzet yang mana mempunyai 3 syarat yaitu :

a. Opzet’nya itu dibentuk setelah direncanakan terlebih dahlu.

b. Dan setelah orang merencanakan (opzetnya) itu terlebih dahulu, maka yang penting
adalah cara “Opzet” itu dibentuk yaitu harus dalam keadaan yang tenang.

c. Dan pada umunya, merencanakan pelaksanaan “opzet” itu memerlukan jangka


waktu yang agak lama.

Memperhatikan pengertian dan syarat dari unsur yang direncanakan terlebih dahulu
di atas, tampak proses terbentuknya direncanakan terlebih dahulu (berencana)
memang lain dengan terbentuknya kesengajaan (kehendak).

C. Akibat hukum yang diberikan kepada pelaku kejahatan terhadap nyawa.

Dalam KUHP, ketentuan-ketentuan pidana tentang kejahatan yang ditujukan


terhadap nyawa orang lain diatur dalam buku II bab XIX, yang terdiri dari 13 Pasal,
yakni Pasal 338 sampai Pasal 350. Kejahatan terhadap nyawa orang lain terbagi
atas beberapa jenis, namun dalam makalah ini hanya yang dibahas terkait dengan
sanksi pidana / Akibat hukum yang diberikan terhadap tindak pidana pembunuhan
biasa (Psl 338), Pembunuhan dengan Pemberatan (Psl 339) dan Pembunuhan
Berencana (Psl 340).

1. Pembunuhan biasa (Psl 338 KUHP).

Tindak pidana yang diatur dalam Pasal 338 KUHP merupakan tindak pidana dalam
bentuk yang pokok, yaitu delik yang telah dirumuskan secara lengkap dengan
semua unsur-unsurnya. Adapun rumusan dalam Pasal 338 KUHP adalah sebagai
berikut :

“Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain, diancam, karena pembunuhan,


denganpidana penjara paling lama lima belas tahun”.[10]
Yang dapat digolongkan dengan pembunuhan ini misalnya : seorang suami yang
datang mendadak dirumahnya, mengetahui istrinya sedang berzina dengan orang
lain, kemudian membunuh istrinya dan orang yang melakukan zina dengan istrinya
tersebut. Dalam perkara ini, perbuatan itu harus dilakukan dengan sengaja dan
kesengajaan itu harus timbul seketika itu juga, karena sengaja (opzet/dolus) yang
dimaksud dalam Pasal 338 adalah perbuatan sengaja yang telah terbentuk tanpa
direncanakan terlebih dahulu.[11]

Unsur obyektif yang pertama dari tindak pembunuhan, yaitu : “menghilangkan”,


unsur ini juga diliputi oleh kesengajaan; artinya pelaku harus menghendaki, dengan
sengaja, dilakukannya tindakan menghilangkan tersebut, dan ia pun harus
mengetahui, bahwa tindakannya itu bertujuan untuk menghilangkan nyawa orang
lain.

Berkenaan dengan “nyawa orang lain” maksudnya adalah nyawa orang lain dari si
pembunuh. Terhadap siapa pembunuhan itu dilakukan tidak menjadi masalah,
meskipun pembunuhan itu dilakukan terhadap bapak / ibu sendiri, termasuk juga
pembunuhan yang dimaksud dalam Pasal 338 KUHP.

Dari pernyataan ini, maka undang-undang pidana kita tidak mengenal ketentuan
yang menyatakan bahwa seorang pembunuh akan dikenai sanksi yang lebih berat
karena telah membunuh dengan sengaja orang yang mempunyai kedudukan
tertentu atau mempunyai hubungan khusus dengan pelaku.[12]

Berkenaan dengan unsur nyawa orang lain juga, melenyapkan nyawa sendiri tidak
termasuk perbuatan yang dapat dihukum, karena orang yang bunuh diri dianggap
orang yang sakit ingatan dan ia tidak dapat dipertanggung jawabkan.[13]

2. Pembunuhan dengan pemberatan.

Sesuai dengan bunyi Pasal 339 KUHP yang berbunyi :

“Pembunuhan yang diikuti, disertai, atau didahului oleh kejahatan dan yang
dilakukan dengan maksud untuk memudahkan perbuatan itu, jika tertangkap tangan,
untuk melepaskan diri sendiri atau pesertanya daripada hukuman, atau supaya
barang yang didapatkannya dengan melawan hukum tetap ada dalam tangannya,
dihukum dengan hukuman penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-
lamanya dua puluh tahun.”[14]
Unsur subyektif “dengan maksud” harus diartikan sebagai maksud pribadi dari
pelaku; yakni maksud untuk mencapai salah satu tujuan itu (unsur obyektif), dan
untuk dapat dipidanakannya pelaku, seperti dirumuskan dalam Pasal 339 KUHP,
maksud pribadi itu tidak perlu telah terwujud / selesai, tetapi unsur ini harus
didakwakan oleh Penuntut Umum dan harus dibuktikan di depan sidang pengadilan.

Sedang unsur obyektif terkait, “tindak pidana” dalam rumusan Pasal 339 KUHP,
maka termasuk pula dalam pengertiannya yaitu semua jenis tindak pidana yang
(oleh UU) telah ditetapkan sebagai pelanggaran-pelanggaran dan bukan semata-
mata jenis-jenis tindak pidana yang diklasifikasikan dalam kejahatan-kejahatan.
Sedang yang dimaksud dengan “lain-lain peserta” adalah mereka yang disebutkan
dalam Pasal 55 dan 56 KUHP, yakni mereka yang melakukan (pleger), yang
menyuruh melakukan (doenpleger), yang menggerakkan / membujuk mereka untuk
melakukan tindak pidana yang bersangkutan (uitlokker), dan mereka yang
membantu/turut serta melaksanakan tindak pidana tersebut (medepleger).

Jika unsur-unsur subyektif atau obyektif yang menyebabkan pembunuhan itu terbukti
di Pengadilan, maka hal itu memberatkan tindak pidana itu, sehingga ancaman
hukumannya pun lebih berat dari pembunuhan biasa, yaitu dengan hukuman
seumur hidup atau selama-lamanya dua puluh tahun. Dan jika unsur-unsur tersebut
tidak dapat dibuktikan, maka dapat memperingan atau bahkan menghilangkan
hukuman.

3. Pembunuhan Berencana (Pasal 340 KUHP)

Ancaman pidana pada pembunuhan berencana ini lebih berat dari pada
pembunuhan yang ada pada Pasal 338 dan 339 KUHP bahkan merupakan
pembunuhan dengan ancaman pidana paling berat, yaitu pidana mati, di mana
sanksi pidana mati ini tidak tertera pada kejahatan terhadap nyawa lainnya, yang
menjadi dasar beratnya hukuman ini adalah adanya perencanaan terlebih dahulu.
Selain diancam dengan pidana mati, pelaku tindak pidana pembunuhan berencana
juga dapat dipidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama
dua puluh tahun.

Anda mungkin juga menyukai