Anda di halaman 1dari 4

Nama: Ryan Arya Aditya

NIM: 195010100111153
Absen: 8
Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara Nomor
132/PHP.BUP-XIX/2021
Amar Putusan Mahkamah Konstitusi merupakan hal-hal apa saja yang diputuskan secara final dan
mengikat oleh Mahkamah Konstitusi di dalam persidangan. Mengenai putusan itu sendiri diatur di
dalam Pasal 77 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi yang menyatakan
sebagai berikut:

1) Dalam hal Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa pemohon dan/atau permohonannya tidak
memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74, amar putusan menyatakan
permohonan tidak dapat diterima.
2) Dalam hal Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa permohonan beralasan, amar putusan
menyatakan permohonan dikabulkan.
3) Dalam hal permohonan dikabulkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Mahkamah Konstitusi
menyatakan membatalkan hasil penghitungan suara yang diumumkan oleh Komisi Pemilihan
Umum dan menetapkan hasil penghitungan suara yang benar.
4) Dalam hal permohonan tidak beralasan, amar putusan menyatakan permohonan ditolak.

Sedangkan untuk perkara perselisihan hasil pemilihan Bupati sendiri, amar putusan diatur di dalam Pasal
44 Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Pedoman Beracara dalam Perkara
Hasil Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota. Yang memiliki isi sebagai berikut:

Amar Putusan Mahkamah menyatakan:

1) Permohonan tidak dapat diterima apabila Pemohon dan/atau permohonan tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, dan
Pasal 8.
2) Permohonan ditolak apabila Permohonan terbukti tidak beralasan menurut hukum; atau
3) Permohonan dikabulkan apabila Permohonan terbukti beralasan menurut hukum dan
selanjutnya Mahkamah menyatakan membatalkan hasil perhitungan suara oleh Termohon,
serta menetapkan hasil penghitungan suara yang benar.

Dalam putusan dengan Nomor Perkara 132/PHP.BUP-XIX/2021, yang menjadi amar putusan adalah
‘mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya’ yang berarti sesuai dengan Pasal 77 ayat (3) UU
Nomor 24 Tahun 2003 dan Pasal 44 ayat (3) PMK Nomor 1 Tahun 2016. Dalam hal permohonan
dikabulkan, maka Mahkamah Konstitusi juga membatalkan hasil penghitungan suara yang diumumkan
oleh KPU dan menetapkan hasil penghitungan suara yang benar. Hal ini dinyatakan dalam amar putusan
perkara sebagai berikut:

“Menyatakan batal berlakunya Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Boven Digoel Nomor
1/PL.02.06-Kpt/9116/KPU-Kab/I/2021 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara
Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Boven Digoel Tahun 2020, bertanggal 3 Januari 2021.”
“Memerintahkan kepada Komisi Pemilihan Umum Provinsi Papua selaku Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten Boven Digoel untuk melakukan pemungutan suara ulang Bupati dan Wakil Bupati Boven
Digoel tanpa mengikutsertakan Pasangan Calon Yusak Yaluwo, S.H., M.Si., dan Yakob Weremba, S.PAK
dalam jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari kerja sejak putusan ini diucapkan. Untuk
selanjutnya hasil pemungutan suara ulang tersebut ditetapkan oleh Termohon dan diumumkan
sebagaimana ketentuan peraturan perundang-undangan, tanpa harus melaporkan kepada Mahkamah.”

Kasus bermula saat Yusak Yaluwo, S.H., M.Si, mendaftarkan diri menjadi bakal calon Bupati Boven Digoel
Tahun 2020. Ternyata diketahui dari Putusan Mahkamah Agung RI No. 704 K/Pid.Sus/2011 tanggal 10
Mei 2011 jo. putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi Jakarta No.
14/PID/TPK/2010/PT.DKI tanggal 19 Januari 2011 yang memperbaiki putusan Tindak Pidana Korupsi
pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 15/PID.B/TPK/2010/ PN.JKT.PST. tanggal 02 November 2010.
Yusak Yaluwo, S.H., M.Si. terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi
sebagai perbuatan berbarengan dan dijatuhi dengan pidana penjara selama 4 tahun 6 bulan dan pidana
denda sebesar Rp. 200.000.000 dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti
dengan pidana kurungan selama 6 bulan. Dan memidana Yusak Yaluwo, S.H., M.Si untuk membayar
uang penggati sebesar Rp. 45.772.287.123.- (empat puluh lima miliar tujuh ratus tujuh puluh dua juta
dua ratus delapan puluh tujuh ribu seratus dua puluh tiga rupiah) dengan ketentuan jika Terpidana tidak
membayar uang pengganti dalam waktu 1 bulan sejak putusan Pengadilan berkekuatan hukum tetap,
maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut, dan
dalam hal Terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti,
maka Terpidana dijatuhi pidana penjara selama 2 tahun.

Surat Keterangan dari Lapas Sukamiskin Nomor W11.PAS.PAS.1-PK.01.01.02.0419, yang ditandatangani


Kalapas Abdul Karim, menerangkan bahwa Yusak Yaluwo,SH.M.Si mendapat pidana 4 tahun 6 bulan;
Denda 200.000.000.- Subsider 6 bulan (sudah dibayar); Uang Penggati Rp. 45.772.287.123.- (tidak
dibayar). Bahwa dengan belum dibayarnya uang pengganti, maka Yusak Yaluwo, S.H., M.Si wajib
menjalani lagi Pidana Penjara selama 2 (dua) tahun, sehingga hukuman penjara yang wajib dijalani
adalah selama 6 tahun 6 bulan.

Sehingga menurut Pemohon, hukuman pidana penjara Yusak Yaluwo, S.H., M.Si berakhir pada tahun
2017 dan baru bisa mendaftar menjadi bakal calon Bupati pada tahun 2022. Akan tetapi, Yusak Yaluwo,
S.H., M.Si mendapat pembebasan bersyarat pada tanggal 7 Agustus 2014 dan mendapat masa
percobaan yang berakhir pada tanggal 26 Mei 2017. Yang menurut Termohon sejak tahun 2014 Yusak
Yaluwo, S.H., M.Si tidak lagi menyandang status terpidana.

Dalam hal ini, frasa “selesai menjalani pidana penjara” yang dimaksud pada Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 56/PUU-XVII/2019 adalah seorang terpidana yang telah menjalani pidananya sesuai
dengan amar putusan pengadilan. Dengan kata lain, bagi seorang terpidana yang menjalani masa pidana
baik di dalam lembaga pemasyarakatan maupun dengan pembebasan bersyarat (di luar lembaga
pemasyarakatan) hal tersebut pada prinsipnya hanyalah berkaitan dengan teknis atau tata cara
menjalani pidananya. Dengan demikian, bagi narapidana yang diberikan pembebasan bersyarat
walaupun tidak lagi berada dalam lembaga pemasyarakatan, status hukum yang bersangkutan meskipun
tidak lagi narapidana namun terhadap yang bersangkutan masih berstatus sebagai terpidana. Sama
halnya dengan terpidana yang dipidana dengan pidana percobaan, meskipun secara riil yang
bersangkutan tidak menjalani pidana di dalam lembaga pemasyarakatan, akan tetapi statusnya tetap
terpidana hingga masa percobaan tersebut habis sebagaimana amar putusan hakim.

Terhadap kasus Yusak Yaluwo, S.H., M.Si, ternyata belum melewati masa jeda 5 tahun pada waktu
mendaftarkan diri sebagai bakal calon Bupati Boven Digoel Tahun 2020 karena masa jeda 5 tahun baru
berakhir setelah tanggal 26 Januari 2022. Dengan demikian, proses pendaftaran pasangan calon yang
telah dilaksanakan pada tanggal 4 sampai dengan 6 September 2020 yang telah menetapkan Pihak
Terkait sebagai pasangan calon peserta pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Boven Digoel Tahun 2020
Nomor Urut 4 adalah tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf g UU 10/2016 yang
pelaksanaannya diatur dalam ketentuan Pasal 4 ayat (1) huruf f dan ayat (2a) PKPU 1/2020. Selanjutnya
terhadap Pasal 7 ayat (2) huruf g UU 10/2016 telah diputus oleh Mahkamah dalam Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 56/PUU-XVII/2019, bertanggal 11 Desember 2019, karena calon Bupati Nomor Urut 4
(Yusak Yaluwo, S.H., M.Si) tidak memenuhi syarat pencalonan dan oleh karenanya terhadap yang
bersangkutan harus didiskualifikasi dari pencalonan sebagai Peserta Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Boven Digoel Tahun 2020.

Adapun bagi calon Wakil Bupati Nomor Urut 4 (Yakob Weremba, S.PAK) sekalipun memenuhi syarat
sebagai calon wakil bupati namun dikarenakan penetapan dalam Keputusan KPU Boven Digoel Nomor
34/PL.02.3-Kpt/9116/KPU-Kab/XII/2020 yang ditetapkan adalah Pasangan Calon Yusak Yaluwo, S.H.,
M.Si., dan Yakob Weremba, S.PAK., maka dengan sendirinya pencalonan wakil bupati menjadi gugur
sebagai Pasangan Calon Peserta Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Boven Digoel Tahun
2020.

Karena yang menjadi amar putusan adalah ‘mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya’
yang berarti sesuai dengan Pasal 77 ayat (3) UU Nomor 24 Tahun 2003 dan Pasal 44 ayat (3) PMK Nomor
1 Tahun 2016. Maka, Pasangan Calon Yusak Yaluwo, S.H., M.Si., dan Yakob Weremba, S.PAK.,
pencalonannya menjadi gugur sebagai Pasangan Calon Peserta Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
Kabupaten Boven Digoel Tahun 2020. Hal ini dinyatakan dalam amar putusan perkara sebagai berikut:

“Menyatakan diskualifikasi Pasangan Calon Nomor Urut 4 atas nama Yusak Yaluwo, S.H., M.Si., dan
Yakob Weremba, S.PAK yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Boven Digoel
Nomor 19/PL.02.3-Kpt/9116/KPU-Kab/IX/2020 tentang Penetapan Pasangan Calon Peserta Pemilihan
Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Boven Digoel Tahun 2020, bertanggal 23 September 2020 dan
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Boven Digoel Nomor 34/PL.02.3-Kpt/9116/KPU-
Kab/XII/2020 tentang Penetapan Pasangan Calon Yusak Yaluwo, S.H., M.Si., dan Yakob Weremba, S.PAK
Sebagai Peserta Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Boven Digoel Tahun 2020, bertanggal 11
Desember 2020.”

Mengenai putusan MK dalam Perkara Nomor 132/PHP.BUP-XIX/2021, Pemohon mengajukan beberapa


gugatan mengenai masalah yang timbul dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Boven
Digoel Tahun 2020. Menganalisis mengenai Putusan Mahkamah Konstitusi yang mengabulkan seluruh
permohonan Pemohon yaitu Pembatalan Keputusan KPU Kabupaten Boven Digoel Nomor 1/PL.02.06-
Kpt/9116/KPUKab/I/2021 tentang Penetapan Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Bupati
dan Wakil Bupati Kabupaten Boven Digoel Tahun 2020, bertanggal 3 Januari 2021, yang diumumkan
pada hari Minggu, Tanggal 3 Januari 2021, pukul 18.51 WIT. Keputusan Mahkamah Konstitusi sudah
tepat dalam putusan ini karena sebagaimana telah ditunjukkan alasan-alasan Pemohon bahwa Yusak
Yaluwo, S.H., M.Si., pada tahun 2020 belum bisa mendaftar sebagai Calon Bupati karena belum
berakhirnya masa jeda 5 tahun bagi mantan narapidana. Dan telah terjadi pelanggaran dalam
penetapan persyaratan pencalonan Pasangan Calon Yusak Yaluwo, S.H., M.Si., dan Yakob Weremba,
S.PAK dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Boven Digoel Nomor 19/PL.02.3-
Kpt/9116/KPU-Kab/IX/2020 tentang Penetapan Pasangan Calon Peserta Pemilihan Bupati dan Wakil
Bupati Kabupaten Boven Digoel Tahun 2020, bertanggal 23 September 2020 dan Keputusan Komisi
Pemilihan Umum Kabupaten Boven Digoel Nomor 34/PL.02.3-Kpt/9116/KPU-Kab/XII/2020 tentang
Penetapan Pasangan Calon Saudara Yusak Yaluwo, S.H., M.Si dan Saudara Yakob Weremba, S.PAK
Sebagai Peserta Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Boven Digoel Tahun 2020, bertanggal 11
Desember 2020. Dan karenanya Putusan Mahkamah Konstitusi mengenai pelanggaran tersebut adalah
benar. Oleh karena itu, Putusan Mahkamah Konstitusi dalam perkara ini adalah tepat.

Anda mungkin juga menyukai