Oleh :
NAMA : DODY PUTRA WIJAYA
NIM : 125030100111173
JURUSAN : ADMINISTRASI PUBLIK
KELAS :H
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagai sistem filsafat di indonesia, tentu saja Pancasila memegang peranan yang sangat
penting bagi paradigma dan arah hidup bangsa indonesia baik sebagai pedoman dalam
memperjuangkan kemerdekaan, juga sebagai alat pemersatu dalam kehidupan berbangsa, serta
sebagai pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari. Pancasila lahir 1 Juni
1945, ditetapkan pada 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Bunyi dan ucapan
Pancasila yang benar berdasarkan ketentuan adalah Satu, Ketuhanan Yang Maha Esa. Dua,
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Tiga, Persatuan Indonesia. Empat, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Lima, Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila sebagai filsafat negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga
negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan nilai nilai yang
terkandung di dalam nya, bukan hanya sebagai nilai tertulis atau nilai simbolik semata,
melainkan di jadikan sebagai acuan untuk menjalankan proses kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu ialah, Mr.
Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Dapat dikemukakan mengapa
Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu
pertama ialah karena secara intrinsik dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang
menantang Pancasila berarti dia menentang toleransi.
Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh
warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang
telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk
kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap meyakini
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan
dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
III PEMBAHASAN
3.1PENGERTIAN FILSAFAT
Oleh founding-fathers, Pancasila digali dari nilai-nilai sosio-budaya bangsa Indonesia dan
diperkaya oleh nilai-nilai dan masukan pengalaman bangsa-bangsa lain. Pancasila
adalah weltanschauung (way of life) bangsa Indonesia. Uniknya, nilai-nilai Pancasila yang
bertumbuh kembang sebagai kepribadian bangsa itu merupakan filsafat sosial yang wajar
(natural social philosophy). Nilai-nilai itu bukan hasil pemikiran tunggal atau suatu ajaran dari
siapa pun.
Lazim dipahami setelah menjadi konsensus nasional dan ditetapkan sebagai dasar negara
(filsafat negara) Republik Indonesia, Pancasila adalah pedoman sekaligus cita-cita bersama
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Secara formal, yuridis-konstitusional,
kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara bersifat imperatif. Namun, kita juga
menyadari bahwa pengamalannya dalam keseharian hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara masih akan selalu menghadapi berbagai ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.
Demikian pula tentang pelestarian dan pewarisannya kepada generasi penerus.
Dalam era kesemrawutan global sekarang, ideologi asing mudah dalam aneka bentuknya
dan menjadi pesaing Pancasila. Hedonisme (aliran yang mengutamakan kenikmatan hidup) dan
berbagai isme penyerta, misalnya, semakin terasa menjadi pesaing yang membahayakan
potensialitas Pancasila sebagai kepribadian bangsa. Nilai intrinsik Pancasila pun masih sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor kondisional. Padahal, gugatan terhadap Pancasila sebagai dasar
negara dengan sendirinya akan menjadi gugatan terhadap esensi dan eksistensi kita sebagai
manusia dan warga bangsa dan negara Indonesia.
Untuk menghadapi kedua ekstrim (memandang nilai-nilai Pancasila terlalu sulit
dilaksanakan oleh segenap bangsa Indonesia di satu pihak dan di pihak lain memandang nilai-
nilai Pancasila kurang efektif untuk memperjuangkan pencapaian masyarakat adil dan makmur
yang diidamkan seluruh bangsa Indonesia) diperlukan usaha bersama yang tak kenal lelah guna
menghayati Pancasila sebagai warisan budaya bangsa yang bernilai luhur, suatu sistem filsafat
yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama, bersifat normatif dan ideal, sehingga
pengamalannya merupakan tuntutan batin dan nalar setiap manusia Indonesia.
Tapi, benarkah Pancasila adalah suatu sistem filsafat? Berikut akan diuraikan secara singkat
aspek ontologis, epistemologis dan aksiologis Pancasila (disariolahulang dari Pancasila sebagai
Sistem Filsafat oleh M. Noor Syam dalam “Dialog Manusia, Falsafah, Budaya dan
Pembangunan” – YP2LM Malang:1980
Aspek Ontologis
Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang
ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika. Masalah ontologis
antara lain: Apakah hakikat sesuatu itu? Apakah realitas yang tampak ini merupakan suatu
realitas sebagai wujudnya, yaitu benda? Apakah ada suatu rahasia di balik realitas itu,
sebagaimana yang tampak pada makhluk hidup? dan seterusnya. Bidang ontologi menyelidiki
tentang makna yang ada (eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alam semesta (kosmologi),
metafisika. Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya
untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila. Pancasila yang terdiri atas lima sila,
setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri sendiri,malainkan memiliki satu kesatuan dasar
ontologis.
Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia. Hal tersebut dapat
dijelaskan bahwa yang berketuhan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab,
yang bersatu, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial, yang pada hakikatnya adalah
manusia. Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis
memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan
rohani. Sifat kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta sebagai
makhluk pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila pertama
mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya (Notonagoro, 1975: 53).
Ontologi ialah penyelidikan hakikat ada (esensi) dan keberadaan (eksistensi) segala
sesuatu: alam semesta, fisik, psikis, spiritual, metafisik, termasuk kehidupan sesudah mati, dan
Tuhan. Ontologi Pancasila mengandung azas dan nilai antara lain:
Tuhan yang mahaesa adalah sumber eksistensi kesemestaan. Ontologi ketuhanan bersifat
religius, supranatural, transendental dan suprarasional;
Ada – kesemestaan, alam semesta (makrokosmos) sebagai ada tak terbatas, dengan
wujud dan hukum alam, sumber daya alam yang merupakan prwahana dan sumber kehidupan
semua makhluk: bumi, matahari, zat asam, air, tanah subur, pertambangan, dan sebagainya;
Eksistensi subyek/ pribadi manusia: individual, suku, nasional, umat manusia (universal).
Manusia adalah subyek unik dan mandiri baik personal maupun nasional, merdeka dan berdaulat.
Subyek pribadi mengemban identitas unik: menghayati hak dan kewajiban dalam kebersamaan
dan kesemestaan (sosial-horisontal dengan alam dan sesama manusia), sekaligus secara sosial-
vertikal universal dengan Tuhan. Pribadi manusia bersifat utuh dan unik dengan potensi jasmani-
rohani, karya dan kebajikan sebagai pengemban amanat keagamaan;
Eksistensi tata budaya, sebagai perwujudan martabat dan kepribadian manusia yang
unggul. Baik kebudayaan nasional maupun universal adalah perwujudan martabat dan
kepribadian manusia: sistem nilai, sistem kelembagaan hidup seperti keluarga, masyarakat,
organisasi, negara. Eksistensi kultural dan peradaban perwujudan teleologis manusia: hidup
dengan motivasi dan cita-cita sehingga kreatif, produktif, etis, berkebajikan;
Eksistensi bangsa-negara yang berwujud sistem nasional, sistem kenegaraan yang
merdeka dan berdaulat, yang menampilkan martabat, kepribadian dan kewibawaan nasional.
Sistem kenegaraan yang merdeka dan berdaulat merupakan puncak prestasi perjuangan bangsa,
pusat kesetiaan, dan kebanggaan nasional.
Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada tiga tingkatan nilai, yaitu nilai dasar,
nilai instrumental, dan nilai praktis.
1.Nilai dasar adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang bersifat mutlak, sebagai
sesuatu yang benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah
nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan.
2.Nilai instrumental adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan norma hukum yang
selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga negara.
3.Nilai praktis adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. Nilai ini
merupakan batu ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam
masyarakat.
Nilai-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral merupakan nilai
dasar yang mendasari nilai intrumental dan selanjutnya mendasari semua aktivitas kehidupan
masyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila
(subscriber of value Pancasila), yaitu bangsa yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang
berpersatuan, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial. Pengakuan, penerimaan dan
penghargaan atas nilai-nilai Pancasila itu nampak dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan
bangsa Indonesia sehingga mencerminkan sifat khas sebagai Manusia Indonesia.
III.PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Objek materi filsafat adalah mempelajari segala hakikat sesuatu baik materal konkrit
(manusia,binatang,alam dll) dan abstak (nilai,ide,moral dan pandangan hidup)
Pancasila adalah lima sila yang merupakan satu kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur yang
bersumber dari nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia yang sangat majemuk dan beragam
dalam artian Bhineka Tunggal Eka. Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan yang
saling berhubungan untuk satu tujuan tertentu,dan saling berkualifikasi yang tidak terpisahkan
satu dengan yang lainnya.
Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang merupakan kenyataan
objektif yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Pancasila memberi petunjuk mencapai
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa membedakan suku atau ras. Jadi Pancasila
pada dasarnya satu bagian/unit-unit yang saling berkaitan satu sama
lain,dan memiliki fungsi serta tugas masing-masing.
3.2 Saran
Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran kepada pembaca agar ikut
peduli dalam mengetahui sejauh mana kita mempelajari tentang filsafat, filsafat pancasila, dan
pancasila sebagai sistem filsafat. Semoga dengan makalah ini para pembaca dapat menambah
cakrawala ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA