1
Elly M. dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori,
Aplikasi, dan Pemecahannya. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011). hlm.345.
2
Irving M. Zeitlin. Memahami Kembali Sosiologi. (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,1998). hlm. 156
3
Soerjono Soekanto dan Bagong Suyanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 1993). hlm. 99
Pandangan masyarakat terhadap suatu konflik seringkali berkonotasi kearahyang
negatif. Karena pada umumnya masyarakat meyakini bahwa dengan terjadinya konflik
menyebabkan ketidakteraturan sosial dan perpecahan. Tanpa disadari konflik memiliki
nilai yang positif. Konflik menjadi potensi untuk menyebabkan perubahan sosial.
Perubahan-perubahan tersebut umumnya bermula dari adanya kebijakan atau
kesepakatan baru yang mampu menguntungkan semua pihak yang mengalami konflik.
Terjadinya konflik bukan hanya sekedar di ranah politik. Lebih dari itu konflik
dapat terjadi pada ranah sosial keagamaan, konflik identitas, batasan wilayah
administrasi hingga permasalahan ekonomi. Dengan terjadinya konflik dewasa ini
menyebabkan euforia. Masyarakat sudah tidak tabu lagi terhadap konflik yang
dianggapnya suatu hal biasa. Lebih dari itu, konflik merupakan lambang kemerdekaan.
Konflik dianggap sebagai suatu langkah solusi untuk memecahkan permasalahan sosial
di masyarakat yang sulit terkontrol.
A. Pengertian Konflik
Ada sejumlah faktor yang bisa menyebabkan terjadinya konflik sosial dalam
kehidupan masyarakat.
Berikut faktor-faktor penyebabnya:
1. Perbedaan antar perorangan, Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud), perbedaan tersebut dapat berupa perbedaan perasaan,
pendirian, atau pendapat.
2. Perbedaan kebudayaan, Setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda,
seperti perilaku atau tata sikap. Konflik bisa terjadi karena kelainan tata sikap dan
perilaku sosialnya. Jika tidak ada titik temu atau kesepakatan akan konflik akan meluas.
Perbedaan kebudayaan identik dengan daerah yang berbeda. Tidak menutup
kemungkinan mereka yang berasal dari daerah yang sama memiliki kebudayaan yang
berbeda karena kebudayaan lingkungan keluarga yang membesarkannya tidaklah sama.
Adanya perbedaan latar belakang kebudayaan bisa membentuk pribadi-pribadi yang
berbeda. Pemikiran dan pendirian yang berbeda akhirnya akan menghasilkan perbedaan
individu yang dapat memicu konflik bahkan kekerasaan sosial.
3. Perbedaan kepentingan, Adanya perbedaan kepentingan bisa menjadi munculnya
konflik sosial. Karena kepentingan itu sifatnya esensial bagi kelangsungan hidup itu
sendiri. Ketika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka akan merasakan
kepuasan. Sebaliknya ketika mengalami kegagalan dalam memenuhi kepentingannya
maka akan menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun lingkungannya.
4. Perubahan sosial, yang terlalu cepat Konflik sosial bisa terjadi dampak dari revolusi
atau perubahan sosial yang terlalu cepat di masyarakat. Konflik adalah salah satu
penyebab perubahan sosial yang cepat di atas. Bila kasus revolusi dijadikan acuan,
konflik adalah faktor penggerak revolusi.
a) Konflik pribadi, yaitu konflik yang terjadi di antara orang perorangan. Konflik politik,
yaitu konflik yang terjadi akibat kepentingan yang berbeda antara seseorang atau
kelompok.
b) Konflik rasial, yaitu konflik yang terjadi di antara kelompok ras yang berbeda karena
adanya kepentingan dan kebudayaan yang saling bertabrakan.
c) Konflik antarkelas sosial, yaitu konflik yang muncul karena adanya perbedaan-
perbedaan kepentingan di antara kelas-kelas yang ada di masyarakat.
d) Konflik yang bersifat internasional, yaitu konflik yang melibatkan beberapa kelompok
negara (blok) karena perbedaan kepentingan masing-masing.
➢ Contoh konflik sebagai penyebab perubahan sosial
1. Konflik atau pertentangan pribadi, yaitu konflik yang terjadi antara dua individu atau
lebih karena perbedaan pandangan dan sebagainya.
2. Konflik atau pertentangan rasial, yaitu konflik yang timbul akibat perbedaan-perbedaan
ras.
3. Konflik atau pertentangan antara kelas-kelas sosial, yaitu konflik yang terjadi
disebabkan adanya perbedaan kepentingan antar kelas sosial.
4. Konflik atau pertentangan politik, yaitu konflik yang terjadi akibat adanya kepentingan
atau tujuan politis seseorang atau kelompok.
5. Konflik atau pertentangan yang bersifat internasional, yaitu konflik yang terjadi karena
perbedaan kepentingan yang kemudian berpengaruh pada kedaulatan negara.
Ralf Dahrendorf mengatakan bahwa konflik dapat dibedakan atas empat macam, yaitu
sebagai berikut :
1. Konflik antara atau yang terjadi dalam peranan sosial, atau biasa disebut dengan konflik
peran. Konflik peran adalah suatu keadaan di mana individu menghadapi
harapanharapan yang berlawanan dari bermacam-macam peranan yang dimilikinya.
2. Konflik antara kelompok-kelompok sosial.
3. Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisir dan tidak terorganisir.
4. Konflik antara satuan nasional, seperti antar partai politik, antar negara, atau organisasi
internasional.
D. Tahapan-Tahapan Konflik
Dikutip dri artikel elearning.menlhk.go.id Konflik berubah setiap saat, melalui berbagai
aktivitas, intensitas, ketegangan dan kekerasan yang berbeda. Tahap-tahap ini penting
diketahui untuk membantu menganalisis berbagai dinamika dan kejadian yang berkaitan
dengan masing-masing tahap konflik. Ada 5 Tahapan Konflik :
➢ Pra-konflik. Ini merupakan periode di mana terdapat ketidaksesuaian sasaran antara dua
pihak atau lebih, sehingga timbul konflik. Mungkin terdapat ketegangan hubungan di
antara beberapa pihak dan/atau keinginan untuk menghindari kontak satu sama lain
pada tahap ini.
➢ Konfrontasi. Pada tahap ini, konflik menjadi semakin terbuka. Jika hanya satu pihak
yang merasa ada masalah, mungkin para pendukungnya mulai melakukan aksi
demonstrasi atau perilaku konfrontatif lainnya.
➢ Krisis. Tahap ini merupakan puncak konflik, ketegangan dan/atau kekerasan terjadi
paling hebat. Komunikasi normal di antara kedua pihak kemungkinan putus.
Pernyataan umum cenderung menuduh atau menentang pihak lain.
➢ Akibat. Suatu krisis akan menimbulkan akibat. Satu pihak ingin menaklukan pihak lain,
satu pihak mungkin menyerah atau menyerah atas desakan pihak lain. Kedua pihak
mungkin setuju bernegosiasi, dengan atau tanpa bantuan perantara. Apapun
keadaaannya, tingkat ketegangan konfrontasi dan kekerasan pada tahap ini agak
menurun, dengan kemungkinan adanya penyelesaian.
➢ Pasca-konflik. Situasi diselesaikan dengan cara mengakhiri berbagai konfrontasi
kekerasan, ketegangan berkurang dan hubungan mengarah normal di antara kedua
pihak. Namun, jika isu-isu dan masalah-masalah yang timbul karena sasaran yang
saling bertentangan tidak diatasi dengan baik tahap ini sering kembali menjadi situasi
prakonflik.
E. Penyelesaian Konflik
Daftar Pustaka
Elly M. dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi,
dan Pemecahannya. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011). hlm.345.
Irving M. Zeitlin. Memahami Kembali Sosiologi. (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,1998). hlm. 156
Soerjono Soekanto dan Bagong Suyanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 1993). hlm. 99
artikel elearning.menlhk.go.id