Anda di halaman 1dari 9

MENANGANI KONFLIK PERUBAHAN

Oleh Ubaedillah 4.0.20.014


Ubai.efa@gmail.com
1. Pendahuluan

Konflik sosial seringkali terjadi di lingkungan masyarakat. Karena pada


dasarnya, masyarakat merupakan mahluk sosial yang beragam kepentingan dan harapan
dari setiap individunya. Karena keberagaman tersebut seringkali menjadi potensi
terjadinya konflik atau perselisihan.
Konflik bersifat inheren atau terjadinya konflik selalu ada dalam ruang dan
waktu. Hal tersebut dikarenakan konflik merupakan gejala sosial masyarakat.Penyebab
terjadinya konflik tak lepas dari adanya perbedaan atau bahkan persamaan kepentingan
sosial. Seringkali konflik terjadi apabila seseorang melakukan suatu tindakan sebagai
bentuk penolakan atau tidak setuju terhadap suatu tindakan yang dilakukan oleh yang
lainnya.
Konflik secara etimologis berasal dari bahasa Latin yaitu “con” yang artinya
persamaan dan “figere” yang diartikan benturan atau tabrakan1 Pada umumnya istilah
dari konflik sosial memuat serangkaian ciri atau fenomena pertentangan atau
perselisihan antar pribadi melalui dari konflik kelas hingga pada pertikaian dan
peperangan internasional.
Konflik sosial menurut Lewis A. Coser didefinisikan sebagai suatu bentuk
perjuangan terhadap sebuah nilai dan pengakuan terhadap status, kedudukan atau
kekuasaan dan sumber-sumber pertentangan dinetralisir.2 Konflik adalah sebuah proses
dari pencapaian tujuan dengan cara melemahkan pihak lawan, tanpa memperhatikan
norma-norma dan nilai-nilai yang ditetapkan.3
Manusia sebagai makhluk sosial dan seorang individu selalu membutuhkan
interaksi dengan yang lainnya. Dalam interaksi sosial itu sendiri selalu terdapat konflik
atau kerjasama diantara mereka. Maka, konflik dapat dikatakan sebagai bagian yang
wajar dalam kehidupan manusia.

1
Elly M. dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori,
Aplikasi, dan Pemecahannya. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011). hlm.345.
2
Irving M. Zeitlin. Memahami Kembali Sosiologi. (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,1998). hlm. 156
3
Soerjono Soekanto dan Bagong Suyanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 1993). hlm. 99
Pandangan masyarakat terhadap suatu konflik seringkali berkonotasi kearahyang
negatif. Karena pada umumnya masyarakat meyakini bahwa dengan terjadinya konflik
menyebabkan ketidakteraturan sosial dan perpecahan. Tanpa disadari konflik memiliki
nilai yang positif. Konflik menjadi potensi untuk menyebabkan perubahan sosial.
Perubahan-perubahan tersebut umumnya bermula dari adanya kebijakan atau
kesepakatan baru yang mampu menguntungkan semua pihak yang mengalami konflik.
Terjadinya konflik bukan hanya sekedar di ranah politik. Lebih dari itu konflik
dapat terjadi pada ranah sosial keagamaan, konflik identitas, batasan wilayah
administrasi hingga permasalahan ekonomi. Dengan terjadinya konflik dewasa ini
menyebabkan euforia. Masyarakat sudah tidak tabu lagi terhadap konflik yang
dianggapnya suatu hal biasa. Lebih dari itu, konflik merupakan lambang kemerdekaan.
Konflik dianggap sebagai suatu langkah solusi untuk memecahkan permasalahan sosial
di masyarakat yang sulit terkontrol.
A. Pengertian Konflik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konflik adalah percekcokan,


perselisihan, dan pertentangan. Konflik sosial adalah pertentangan antar anggota
masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam kehidupan. Konflik berasal dari kata kerja
latin "configere". Artinya saling memukul. Secara sosiologi, konflik diartikan sebagai
suatu proses sosial antara dua orang atau lebih. Di mana salah satu pihak berusaha yang
ingin menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya. Konflik sering kali
berubah menjadi kekerasan terutama ada upaya-upaya dengan pengelolaan konflik
tidak dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh pihak yang berkaitan.
Karena konflik selalu menjadi bagian hidup manusia yang bersosial dan
berpolitik serta menjadi pendorong dalam dinamika dan perubahan sosial politik.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia yang disusun Poerwadarminta (1976), konflik
berati pertentangan atau percekcokan. Pertentangan sendiri bisa muncul ke dalam
bentuk pertentangan ide maupun fisik antara dua belah pihak berseberangan.
B. Faktor penyebab terjadinya konflik

Ada sejumlah faktor yang bisa menyebabkan terjadinya konflik sosial dalam
kehidupan masyarakat.
Berikut faktor-faktor penyebabnya:
1. Perbedaan antar perorangan, Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud), perbedaan tersebut dapat berupa perbedaan perasaan,
pendirian, atau pendapat.
2. Perbedaan kebudayaan, Setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda,
seperti perilaku atau tata sikap. Konflik bisa terjadi karena kelainan tata sikap dan
perilaku sosialnya. Jika tidak ada titik temu atau kesepakatan akan konflik akan meluas.
Perbedaan kebudayaan identik dengan daerah yang berbeda. Tidak menutup
kemungkinan mereka yang berasal dari daerah yang sama memiliki kebudayaan yang
berbeda karena kebudayaan lingkungan keluarga yang membesarkannya tidaklah sama.
Adanya perbedaan latar belakang kebudayaan bisa membentuk pribadi-pribadi yang
berbeda. Pemikiran dan pendirian yang berbeda akhirnya akan menghasilkan perbedaan
individu yang dapat memicu konflik bahkan kekerasaan sosial.
3. Perbedaan kepentingan, Adanya perbedaan kepentingan bisa menjadi munculnya
konflik sosial. Karena kepentingan itu sifatnya esensial bagi kelangsungan hidup itu
sendiri. Ketika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka akan merasakan
kepuasan. Sebaliknya ketika mengalami kegagalan dalam memenuhi kepentingannya
maka akan menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun lingkungannya.
4. Perubahan sosial, yang terlalu cepat Konflik sosial bisa terjadi dampak dari revolusi
atau perubahan sosial yang terlalu cepat di masyarakat. Konflik adalah salah satu
penyebab perubahan sosial yang cepat di atas. Bila kasus revolusi dijadikan acuan,
konflik adalah faktor penggerak revolusi.

Sebuah revolusi biasanya diawali oleh rentetan atau gelombang aksi-aksi


demonstrasi yang dilakukan oleh sekelompok orang. Perubahan-perubahan yang terjadi
secara cepat dan mendadak akan membuat keguncangan di masyarakat. Bahkan bisa
terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap
mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada.
Dikutip dari artikel Kompas, Perubahan sosial merupakan perubahan yang
terjadi karena ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial dalam kehidupan
masyarakat. Salah satu penyebab perubahan sosial adalah konflik yang terjadi akibat
perbedaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konflik diartikan sebagai
percekcokan, perselisihan, dan pertentangan. Pertentangan atau konflik dapat terjadi
antara individu dan individu, antara kelompok dan kelompok, atau antara individu dan
kelompok. Konflik tersebut kemudian dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam
masyarakat. Perubahan sosial dan konflik adalah dua hal yang saling berkaitan. Ketika
dalam masyarakat terjadi perubahan sosial budaya yang cepat, hal ini dapat mengubah
nilai- nilai yang ada dalam masyarakat. Sebaliknya konflik yang terjadi dalam
masyarakat juga dapat memunculkan terjadinya perubahan sosial.
➢ Penyebab terjadinya konflik sosial

Beberapa penyebab terjadinya konflik sosial, yaitu:

1) Perbedaan kepentingan Perbedaan kepentingan yang ada memicu munculnya konflik


sosial. Hal ini karena kepentingan bersifat esensial bagi kelangsungan hidup.
2) Perbedaan antarperorangan Setiap manusia pastinya tidak pernah ada kesamaan yang
baku antara orang satu dengan yang lain.
3) Perbedaan kebiasaan dan perasaan umumnya dapat menimbulkan kebencian dan
amarah sebagai awal timbulnya konflik.
4) Perbedaan kebudayaan Dengan perbedaan latar belakang kebudayaan bisa membentuk
pribadi yang berbeda. Pemikiran dan pendirian yang berbeda akhirnya akan
menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik bahkan kekerasan sosial.
➢ Bentuk-bentuk konflik sosial

Ada pun bentuk-bentuk konflik sosial dalam masyarakat, antara lain:

a) Konflik pribadi, yaitu konflik yang terjadi di antara orang perorangan. Konflik politik,
yaitu konflik yang terjadi akibat kepentingan yang berbeda antara seseorang atau
kelompok.
b) Konflik rasial, yaitu konflik yang terjadi di antara kelompok ras yang berbeda karena
adanya kepentingan dan kebudayaan yang saling bertabrakan.
c) Konflik antarkelas sosial, yaitu konflik yang muncul karena adanya perbedaan-
perbedaan kepentingan di antara kelas-kelas yang ada di masyarakat.
d) Konflik yang bersifat internasional, yaitu konflik yang melibatkan beberapa kelompok
negara (blok) karena perbedaan kepentingan masing-masing.
➢ Contoh konflik sebagai penyebab perubahan sosial

Terdapat beberapa contoh konflik sebagai penyebab perubahan sosial, salah


satunya konflik Pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang sudah
berlangsung dari 1976-2005. Setelah terjadinya perdamaian antara GAM dan RI,
perubahan sosial budaya mulai terjadi. Berbagai macam pembangunan di Aceh terus
berlangsung. Pembangunan ekonomi di Aceh juga jadi mendapat perhatian lebih,
sehingga mereka sudah tidak lagi merasa diabaikan pemerintah.
C. Bentuk Bentuk Konflik

Menurut beberapa ahli, ada beberapa bentuk konflik.

Soerjono Soekanto membagi konflik sosial menjadi lima bentuk yaitu:

1. Konflik atau pertentangan pribadi, yaitu konflik yang terjadi antara dua individu atau
lebih karena perbedaan pandangan dan sebagainya.
2. Konflik atau pertentangan rasial, yaitu konflik yang timbul akibat perbedaan-perbedaan
ras.
3. Konflik atau pertentangan antara kelas-kelas sosial, yaitu konflik yang terjadi
disebabkan adanya perbedaan kepentingan antar kelas sosial.
4. Konflik atau pertentangan politik, yaitu konflik yang terjadi akibat adanya kepentingan
atau tujuan politis seseorang atau kelompok.
5. Konflik atau pertentangan yang bersifat internasional, yaitu konflik yang terjadi karena
perbedaan kepentingan yang kemudian berpengaruh pada kedaulatan negara.

Ralf Dahrendorf mengatakan bahwa konflik dapat dibedakan atas empat macam, yaitu
sebagai berikut :

1. Konflik antara atau yang terjadi dalam peranan sosial, atau biasa disebut dengan konflik
peran. Konflik peran adalah suatu keadaan di mana individu menghadapi
harapanharapan yang berlawanan dari bermacam-macam peranan yang dimilikinya.
2. Konflik antara kelompok-kelompok sosial.
3. Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisir dan tidak terorganisir.
4. Konflik antara satuan nasional, seperti antar partai politik, antar negara, atau organisasi
internasional.
D. Tahapan-Tahapan Konflik

Dikutip dri artikel elearning.menlhk.go.id Konflik berubah setiap saat, melalui berbagai
aktivitas, intensitas, ketegangan dan kekerasan yang berbeda. Tahap-tahap ini penting
diketahui untuk membantu menganalisis berbagai dinamika dan kejadian yang berkaitan
dengan masing-masing tahap konflik. Ada 5 Tahapan Konflik :

➢ Pra-konflik. Ini merupakan periode di mana terdapat ketidaksesuaian sasaran antara dua
pihak atau lebih, sehingga timbul konflik. Mungkin terdapat ketegangan hubungan di
antara beberapa pihak dan/atau keinginan untuk menghindari kontak satu sama lain
pada tahap ini.
➢ Konfrontasi. Pada tahap ini, konflik menjadi semakin terbuka. Jika hanya satu pihak
yang merasa ada masalah, mungkin para pendukungnya mulai melakukan aksi
demonstrasi atau perilaku konfrontatif lainnya.
➢ Krisis. Tahap ini merupakan puncak konflik, ketegangan dan/atau kekerasan terjadi
paling hebat. Komunikasi normal di antara kedua pihak kemungkinan putus.
Pernyataan umum cenderung menuduh atau menentang pihak lain.
➢ Akibat. Suatu krisis akan menimbulkan akibat. Satu pihak ingin menaklukan pihak lain,
satu pihak mungkin menyerah atau menyerah atas desakan pihak lain. Kedua pihak
mungkin setuju bernegosiasi, dengan atau tanpa bantuan perantara. Apapun
keadaaannya, tingkat ketegangan konfrontasi dan kekerasan pada tahap ini agak
menurun, dengan kemungkinan adanya penyelesaian.
➢ Pasca-konflik. Situasi diselesaikan dengan cara mengakhiri berbagai konfrontasi
kekerasan, ketegangan berkurang dan hubungan mengarah normal di antara kedua
pihak. Namun, jika isu-isu dan masalah-masalah yang timbul karena sasaran yang
saling bertentangan tidak diatasi dengan baik tahap ini sering kembali menjadi situasi
prakonflik.
E. Penyelesaian Konflik

Ada delapan prosedur umum dalam rangka penyelesaian konflik, yaitu:


Lumping it, Avoidance or exit, Coersion, Negotiation, Conciliation, Mediaton,
Arbitration, dan Adjudication.
1. Lumping it. Terkait dengan kegagalan salah satu pihak yang bersengketa untuk
menekankan tuntutannya. Dengan kata lain isu yang dilontarkan diabaikan (simply
ignored) dan hubungan dengan pihak lawan terus berjalan.
2. Avoidance or exit. Mengakhiri hubungan dengan meninggalkannya. Dasar
pertimbangannya adalah pada keterbatasan kekuatan yang dimiliki (powerlessness)
salah satu pihak ataupun alasan-alasan biaya sosial, ekonomi atau psikologis.
3. Coersion. Satu pihak yang bersengketa menerapkan keinginan atau kepentingannya
pada pihak yang lain.
4. Negotiation. Kedua belah pihak menyelesaikan konflik secara bersamasama (mutual
settlement) tanpa melibatkan pihak ketiga.
5. Concilliation. Mengajak (menyatukan) kedua belah pihak yang bersengketa untuk
bersama-sama melihat konflik dengan tujuan untuk menyelesaikan persengketaan.
6. Mediation. Pihak ketiga yang mengintervensi suatu pertikaian untuk membantu pihak-
pihak yang bersengketa mencapai kesepakatan.
7. Arbitration. Bilamana kedua belah pihak yang bersengketa menyetujui intervensi pihak
ketiga dan kedua belah pihak sudah harus menyetujui sebelumnya untuk menerima
setiap keputusan pihak ketiga.
8. Adjudication. Apabila terdapat intervensi pihak ketiga yang memiliki otoritas untuk
mengintervensi persengketaan dan membuat serta menerapkan keputusan yang diambil
baik yang diharapkan maupun tidak oleh kedua belah pihak yang bersengketa.
2. Penutup
A. Kesimpulan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI konflik adalah percekcokan,


perselisihan, dan pertentangan. Konflik sosial adalah pertentangan antar anggota
masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam kehidupan. Konflik berasal dari kata kerja
latin configere. Artinya saling memukul. Secara sosiologi, konflik diartikan sebagai
suatu proses sosial antara dua orang atau lebih. Di mana salah satu pihak berusaha yang
ingin menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya. Konflik sering kali
berubah menjadi kekerasan terutama ada upaya-upaya dengan pengelolaan konflik
tidak dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh pihak yang berkaitan. Karena konflik
selalu menjadi bagian hidup manusia yang bersosial dan berpolitik serta menjadi
pendorong dalam dinamika dan perubahan sosial politik. Dalam kamus umum bahasa
Indonesia yang disusun Poerwadarminta 1976, konflik berati pertentangan atau
percekcokan. Pertentangan sendiri bisa muncul ke dalam bentuk pertentangan ide
maupun fisik antara dua belah pihak berseberangan.
Faktor penyebab terjadinya konflik Ada sejumlah faktor yang bisa
menyebabkan terjadinya konflik sosial dalam kehidupan masyarakat. Berikut faktor-
faktor penyebabnya.
- Perbedaan antar perorangan, Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Kemendikbud, perbedaan tersebut dapat berupa perbedaan perasaan,
pendirian, atau pendapat.
- Perbedaan kebudayaan, Setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda,
seperti perilaku atau tata sikap. Konflik bisa terjadi karena kelainan tata sikap dan
perilaku sosialnya. Jika tidak ada titik temu atau kesepakatan akan konflik akan
meluas. Perbedaan kebudayaan identik dengan daerah yang berbeda. Tidak
menutup kemungkinan mereka yang berasal dari daerah yang sama memiliki
kebudayaan yang berbeda karena kebudayaan lingkungan keluarga yang
membesarkannya tidaklah sama. Adanya perbedaan latar belakang kebudayaan bisa
membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Pemikiran dan pendirian yang berbeda
akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik bahkan
kekerasaan sosial.
- Perbedaan kepentingan, Adanya perbedaan kepentingan bisa menjadi munculnya
konflik sosial. Karena kepentingan itu sifatnya esensial bagi kelangsungan hidup itu
sendiri. Ketika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka akan merasakan
kepuasan. Sebaliknya ketika mengalami kegagalan dalam memenuhi
kepentingannya maka akan menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun
lingkungannya.
- Perubahan sosial, yang terlalu cepat Konflik sosial bisa terjadi dampak dari revolusi
atau perubahan sosial yang terlalu cepat di masyarakat. Konflik adalah salah satu
penyebab perubahan sosial yang cepat di atas. Bila kasus revolusi dijadikan acuan,
konflik adalah faktor penggerak revolusi.
B. Saran
❖ Mengenali tahap-tahap konflik: Penting untuk memahami tahap-tahap konflik agar
dapat menganalisis dinamika dan kejadian yang berkaitan dengan masing-masing tahap
konflik. Dengan demikian, kita dapat menentukan pendekatan yang tepat dalam
menangani konflik.
❖ Menggunakan pendekatan manajemen konflik: Konflik yang dikelola dengan baik
dapat menumbuhkan kreativitas, inovasi dalam pemecahan masalah, dan
menumbuhkan perubahan positif bagi organisasi. Oleh karena itu, penting untuk
menggunakan pendekatan manajemen konflik yang tepat, seperti penghindaran,
kompromi, kolaborasi, persaingan, dan akomodasi.
❖ Menggunakan musyawarah: Musyawarah merupakan salah satu cara yang dianjurkan
dalam menyelesaikan konflik menurut Al-Qur'an. Dalam musyawarah, hasilnya akan
lebih maksimal dan mudah dijalankan karena merupakan hasil kesepakatan bersama.
❖ Meningkatkan komunikasi: Komunikasi yang baik dapat membantu mengurangi
ketegangan dan meningkatkan pemahaman antara pihak-pihak yang terlibat dalam
konflik. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan komunikasi yang efektif dan
terbuka.
❖ Menghindari tindakan yang merugikan: Dalam menangani konflik, penting untuk
menghindari tindakan yang merugikan pihak lain atau organisasi. Sebaliknya, kita
harus mencari solusi yang menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat.

Dalam menangani konflik perubahan, penting untuk mengenali tahap-tahap konflik,


menggunakan pendekatan manajemen konflik yang tepat, menggunakan musyawarah,
meningkatkan komunikasi, dan menghindari tindakan yang merugikan. Dengan demikian, kita
dapat mengatasi konflik dengan baik dan mencapai hasil yang positif.

Daftar Pustaka

Elly M. dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi,
dan Pemecahannya. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011). hlm.345.

Irving M. Zeitlin. Memahami Kembali Sosiologi. (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,1998). hlm. 156

Soerjono Soekanto dan Bagong Suyanto. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. (Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 1993). hlm. 99

Artikel Kompas Konflik sebagai penyebab perubahan sosial

artikel elearning.menlhk.go.id

Anda mungkin juga menyukai