Anda di halaman 1dari 5

Konflik dan Integrasi Sosial

Mar 31

2 Votes

KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL


Pengertian Konflik Sosial
Pengertian konflik yang paling sederhana ditinjau dari segi asal kata, yaitu berasal dari kata configereyang
berarti saling memukul. Berikut ini definisi konflik menurut para sosiolog.
Soerjono Seokanto
Menurut Soerjono Soekanto, konflik adalah suatu proses sosial ketika orang perorangan atau kelompok manusia
berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman.

Robert M.Z Lawang


Konflik adalah perjuangan memperoleh hal-hal yang langka seperti harta, status dan otoritas.

Ralf Dahrendorf
Konflik merupakan suatu keadaan pertentangan karena adanya ketidakharmonisan hubungan sosial di antara
anggota kelompok atau antara kelompok dalam suatu masyarakat.

Lewis A. Coser
Konflik adalah sebuah perjuangan mengenai nilai atau tuntutan atas status, kekuasaan, dan sumber daya yang
bersifat langka dengan maksud menetralkan mencederai, atau melenyapkan lawan.

Secara sosiologis dapat diartkan bahwa konflik adalah suatu proses sosial diantara dua orang atau lebih (atau
juga kelompok) yang berusaha menyingkirkan pihak lawan dengan jalan menghancurkan atau membuatnya
tidak berdaya.

Jenis-Jenis Konflik
Konflik yang terjadi di masyarakat terdiri dari beberapa jenis, bergantung faktor yang menyebabkan, wujud,
ruang lingkup, dan sifat-sifatnya yaitu sebagai berikut.

1. Konflik Pribadi
Konflik pribadi adalah pertentangan yang terjadi antara orang perorang karena masalah pribadi. Konflik pribadi
dapat terjadi karena perbedaan pendirian dan keyakinan, serta perbedaan kebudayaan. Konflik pribadi tidak
jarang terjadi antara dua orang sejak mulai berkenalan karena sudah saling tidak menyukai. Akan tetapi, yang
sering terjadi adalah konflik antara dua pribadi yang sudah saling mengenal dan terjadi konflik karena
perbedaan yang tidak bisa disatukan di antara pribadi-pribadi tersebut.
2. Konflik Rasial
Konflik rasial adalah pertentangan kelompok ras yang berbeda karena kepentingan dan kebudayaan yang saling
bertabrakan. Konflik rasial juga makin dipicu dengan kenyataan bahwa salah satu ras merupakan golongan
minoritas. Konflik rasial pernah terjadi di Amerika Serikat dan Afrika Selatan, yaitu antara orang-orang kulit
dengan kulit hitam.

3. Konflik Politik
Konflik politik menyangkut golongan-golongan dalam masyarakat maupun di antara negara-negara yang
berdaulat. Konflik politik itu, contohnya konflik antara Indonesia dan Malaysia pada tahun 1963.

4. Konflik Antarkelas Sosial


Konflik antarkelas sosial pada umumnya disebabkan oleh perbedaan kepentingan antara kelas sosial yang
berbeda. Misalnya antara buruh dan majikan. Buruh menginginkan kenaikan gaji sementara majikan
menginginkan untuk mengurangi biaya produksi dengan menekan biaya upah.

5. Konflik Internasional
Konflik internasional biasanya berawal dari adanya pertentangan antara dua negara karena kepentingan yang
berbeda. Pertentangan ini akan berkembang menjadi konflik internasional apabila negara-negara lain terlibat
atau melibatkan diri.

Konflik internasional, yaitu pertentangan yang melibatkan beberapa kelompok negara (blok) karena perbedaan
kepentingan. Misalnya, pertikaian antara Irak dan Iran dalam Perang Teluk yang melibatkan negara Amerika
Serikat dan sekutunya serta negara-negara Arab.

6. Konflik vertikal dan horizontal


Konflik vertikal yaitu pertentangan antara individu atau kelompok masyarakat dan para pemimpin masyarakat.
Contoh konflik antara warga suatu desa dengan pemimpin di desa tersebut (Kepala Desa).

Konflik horizontal adalah pertentangan antaranggota masyarakat, baik secara individual maupun kelompok yang
mempunyai kedudukan sederajat atau satu level. Konflik horizontal dapat terjadi di tataran para elite politik.
Contoh konflik horizontal yang terjadi di kalangan masyarakat bawah adalah tawuran antar warga miskin di
Jakarta. Sedangkan contoh konflik horizontal di kalangan elite politik adalah konflik antara para petinggi partai
Demokrat.

7. Konflik terbuka dan konflik tertutup


Konflik terbuka yaitu perbedaan kepentingan antara dua individu atau kelompok masyarakat yang dapat
disaksikan secara langsung dan saling berhadapan dalam bentuk sikap atau tindakan-tindakan fisik.

Konflik tertutup yaitu perbedaan kepentingan yang terwujud dalam perbuatan yang menimbulkan sabotase,
keresahan dan sebagainya.

8. Konflik Destruktif Dan Konflik Konstruktif


Konflik destruktif menimbulkan kerugian bagi individu, kelompok maupun organisasi-organisasi yang terlibat
di dalamnya. Konflik demikian terjadi misalnya, dua orang yang bertetangga tidak dapat rukun karena di antara
mereka terjangkit perasaan tidak senang atau apabila anggota sebuah organisasi tidak dapat mencapai
penyesuaian paham tentang tujuan pokok organisasi.
Kerugian akibat konflik destruktif adalah sebagai berikut.

1. Perasaan cemas atau tegang (stres), atau tertekan.


2. Komunikasi yang menyusut.
3. Persaingan tidak sehat.
4. Perhatian yang semakin berkurang terhadap tujuan bersama.
5. Ledakan konflik hebat sampai muncul tindakan ancaman atau kekerasan.
Konflik konstruktif menimbulkan keuntungan-keuntungan bagi individu maupun kelompok, antara lain sebagai
berikut.

1. Meningkatkan inisiatif dan kreativitas individu atau kelompok, mereka akan berusaha bekerja dengan
cara-cara baru yang lebih baik.
2. Intensitas usaha semakin meningkat, perasaan apatis teratasi, individu atau kelompok yang terlibat akan
bekerja lebih keras lagi.
3. Ikatan atau kohesi semakin kuat, konflik dapat memperkuat identitas kelompok dan komitmen untuk
mencapa tujuan bersama kelompok.
4. Surutnya ketegangan pribadi.
Sebab-Sebab Konfik dalam Masyarakat
Dari berbagai bentuk konflik yang ada dalam masyarakat, unsur perasaan memegang peranan penting dalam
mempertajam perbedaan yang ada sehingga setiap pihak berusaha saling mengalahkan. Konflik yang terjadi
dalam berbagai bentuk bisa berubah menjadi kekerasan apabila konflik sudah mencapai taraf menciderai,
menyebabkan hilangnya nyawa, dan menimbulkan kerusakan fisik atau barang orang lain.

Berikut ini merupakan sebab-sebab munculnya konflik dalam masyarakat.


1. Perbedaan pendirian dan perasaan antar individu.
2. Perubahan sosial yang terlalu cepat dalam masyarakat sehingga terjadi disorganisasi dan perbedaan
pendirian mengenai reorganisasi dari sistem nilai baru.
3. Perbedaan kebudayaan yang mempengaruhi pola pemikiran dan tingkah laku.
4. Bentrokan antarkepentingan baik perseorangan maupun kelompok, misalnya kepentingan ekonomi, sosial,
politik, ketertiban, dan keamanan.
5. Permasalahan dibidang ekonomi.
6. Lemahnya kepemimpinan pada berbagai tingkatan (weak leadership).
7. Ketidakadilan yang dirasakan oleh sebagian atau seluruh kelompok masyarakat.
8. Rendahnya tingkat penegakan hukum (lack of legal mechanism)
Dampak Terjadinya Konflik
Konflik yang terjadi dapat mengakibatkan dampak positif dan negatif. Konflik akan memberikan dampak positif
sepanjang konflik tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan sosial di dalam struktur tertentu. Akan tetapi,
apabila konflik berlawanan dengan pola-pola hubungan hubungan sosial di dalam struktur sosial tertentu,
konflik-konflik tersebut bersifat negatif.

Gejala-gejala sosial yang timbul akibat konflik, antara lain sebagai berikut.

1. Bertambahnya solidaritas ingroup.


2. Goyah atau retaknya persatuan kelompok.
3. Perubahan kepribadian individu.
4. Akomodasi, dominasi dan takluknya salah satu pihak.
5. Rusaknya tatanan kehidupan masyarakat.
6. Krisis sosial.
Pengendalian Konflik (Akomodasi)
Akomodasi merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan pertentangan, baik dengan cara menghargai
kepribadian yang berkonflik atau bisa juga dengan cara paksaan atau tekanan. Bentuk-bentuk akomodasi antara
lain sebagai berikut:

1. Koersi merupakan akomodasi yang terjadi melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu terhadap pihak lain
yang lebih lemah.
2. Kompromi merupakan bentuk akomodasi ketika pihak-pihak yang terlibat perselisihan saling mengurangi
tuntutan agar tercapai suatu penyelesaian
3. Arbitrasi merupakan bentuk akomodasi apabila pihak-pihak yang berselsisih tidak sanggup mencapai
kompromi sendiri sehingga mengundang pihak ketiga yang berhak memberikan keputusan.
4. Mediasi merupakan bentuk akomodasi yang hampir sama dengan arbitrasi. Namun pihak ketiga yang
diundang tidak berhak memberikan keputusan.
5. Konsiliasi merupakan bentuk akomodasi dengan mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak
yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
6. Toleransi merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang resmi
7. Stalemate merupakan bentuk akomodasi ketika kelompok-kelompok yang terlibat pertentangan
mempunyai kekuatan seimbang, sehingga pertentangan antara keduanya akan berhenti dengan sendirinya.
8. Ajudikasi merupakan penyelesaian masalah atau sengketa melalui jalur hukum.

Integrasi Sosial
Integrasi sosial adalah proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang berbeda dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut pandangan para penganut fungsionalisme struktural, sistem sosial senantiasa terintegrasi atas dua
landasan berikut:

1. Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan) di antara sebagian
besar anggota masyarakat.
2. Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai
kesatuan sosial (cross cutting affiliations).
Menurut William F. Ogburn dan Mayer Nimkoff, syarat berhasilnya suatu integrasi sosial adalah:
1. Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-kebutuhan satu
dengan lainnya
2. Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma dan nilai.
3. Norma-norma dan nilai sosial itu berlaku cukup lama dan dijalankan secara konsisten.
Para ilmuwan mengidentifikasi bentuk-bentuk ideal suatu integrasi sosial yaitu:

Asimilasi
Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang
berbeda-beda saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama sehingga kebudayaan-kebudayaan
golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing
berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan campuran. Suatu asimilasi akan mudah terjadi apabila
didorong oleh faktor-faktor sebagai berikut.

1. Toleransi antara kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan sendiri yang akan tercapai melalui suatu
proses yang disebut akomodasi.
2. Tiap-tiap indvidu dan kelompok memiliki kesempatan yang sama dalam ekonomi, terutama dalam
memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa.
3. Diperlukan sikap saling menghargai terhadap kebudayaan lain.
4. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dengan memberikan kesempatan pada golongan minoritas
untuk memperoleh pendidikan, penggunaan fasilitas umum, dan partisipasi politik.
5. Perkawinan campuran akan menyatukan dan mengurangi perbedaan-perbedaan antara warga dari suatu
golongan dengan golongan lain.
Sedangkan faktor-faktor yang menjadi penghalang bagi terlaksananya proses asimilasi adalah sebagai berikut.

1. Kurang pengetahuan mengenai kebudayaan yang diahadapi


2. Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain
3. Perasaan superioritas dari individua dari satu kebudayaan terhadap yang lain
Akulturasi
Akulturasi adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu
dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur
kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

Jadi, akulturasi merupakan proses perubahan yang ditandai dengan terjadinya penyatuan dua kebudayaan yang
berbeda. Penyatuan ini tidak menghilangkan ciri khas dari masing-masing kebudayaan. Misalnya, kebudayaan
Hindu memasuki kebudayaan Bali dan berkembang menjadi kebudayaan Hindu-Bali. Dalam proses ini,
kebudayaan Bali tidak hilang atau tetap bertahan walaupun dimasuki unsur kebudayaan Hindu.

Anda mungkin juga menyukai