Anda di halaman 1dari 17

2.

1 Pengertian Konflik
Secara sosiologis, konflik dapat diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih
atau dapat juga kelompok yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan
atau membuatnya tidak berdaya. Untuk lebih jelasnya, kita simak beberapa definisi dari para ahli
sosiologi berikut ini.

1.Soerjono Soekanto

Mengatakan bahwa konflik merupakan suatu proses sosial di mana individu atau kelompok
berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan
ancaman dan atau kekerasan.

2.Lewis A. Coser

Berpendapat bahwa konflik adalah sebuah perjuangan mengenai nilai atau tuntutan atas status,
kekuasaan, bermaksud untuk menetralkan, mencederai, atau melenyapkan lawan.

3.Gillin dan Gillin

Melihat konflik sebagai bagian dari proses interaksi sosial manusia yang saling berlawanan.
Artinya, konflik adalah bagian dari proses sosial yang terjadi karena adanya perbedaanperbedaan
baik fisik, emosi, kebudayaan, dan perilaku. Atau dengan kata lain konflik adalah salah satu
proses interaksi sosial yang bersifat disosiatif.

4. De Moor

Dalam suatu sistem sosial dapat dikatakan terdapat konflik apabila para penghuni sistem
tersebut membiarkan dirinya dibimbing oleh tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang bertentangan
dan terjadi secara besar-besaran.

5.Robert M. Z. Lawang

Konflik merupakan sebuah perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai,
status, kekuasaan dan sebagainya. Tujuan dari mereka yang berkonflik itu tidak hanya untuk
memperoleh kemenangan, tetapi juga untuk menundukkan pesaingnya (lawannya).

2.2 Bentuk-Bentuk Konflik


Konflik merupakan gejala sosial yang seringkali muncul dalam kehidupan bermasyarakat. Di
dalam kehidupan masyarakat, terdapat beberapa bentuk konflik dilihat dari sudut pandang yang
berbeda-beda. Nah, sekarang kita akan belajar mengenai bentuk-bentuk konflik yang diilhami
dari pandangan para ahli sosiologi.
Soerjono Soekanto menyebutkan ada lima bentuk khusus konflik yang terjadi dalam
masyarakat. Kelima bentuk itu adalah konflik pribadi, konflik politik, konflik sosial, konflik
antarkelas sosial, dan konflik yang bersifat internasional.

·0 Konflik pribadi, yaitu konflik yang terjadi di antara orang perorangan karena masalah-
masalah pribadi atau perbedaan pandangan antarpribadi dalam menyikapi suatu hal.
Misalnya individu yang terlibat utang, atau masalah pembagian warisan dalam keluarga.

·1 Konflik politik, yaitu konflik yang terjadi akibat kepentingan atau tujuan politis yang
berbeda antara seseorang atau kelompok. Seperti perbedaan pandangan antarpartai
politik karena perbedaan ideologi, asas perjuangan, dan cita-cita politik masing-masing.
Misalnya bentrokan antarpartai politik pada saat kampanye.

·2 Konflik rasial, yaitu konflik yang terjadi di antara kelompok ras yang berbeda karena
adanya kepentingan dan kebudayaan yang saling bertabrakan. Misalnya konflik antara
orang-orang kulit hitam dengan kulit putih akibat diskriminasi ras (rasialisme) di Amerika
Serikat dan Afrika Selatan.

·3 Konflik antarkelas sosial, yaitu konflik yang muncul karena adanya perbedaan-
perbedaan kepentingan di antara kelaskelas yang ada di masyarakat. Misalnya konflik
antara buruh dengan pimpinan dalam sebuah perusahaan yang menuntut kenaikan
upah.

·4 Konflik yang bersifat internasional, yaitu konflik yang melibatkan beberapa kelompok
negara (blok) karena perbedaan kepentingan masing-masing. Misalnya konflik antara
negara Irak dan Amerika Serikat yang melibatkan beberapa negara besar.

Sementara itu, Ralf Dahrendorf mengatakan bahwa konflik dapat dibedakan atas empat macam,
yaitu sebagai berikut.

1.Konflik antara atau yang terjadi dalam peranan sosial, atau biasa disebut dengan konflik
peran. Konflik peran adalah suatu keadaan di mana individu menghadapi harapanharapan yang
berlawanan dari bermacam-macam peranan yang dimilikinya.

2.Konflik antara kelompok-kelompok sosial.

3.Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisir dan tidak terorganisir.

4.Konflik antara satuan nasional, seperti antarpartai politik, antarnegara, atau organisasi
internasional.

Sedangkan Lewis A. Coser membedakan konflik atas bentuk dan tempat terjadinya konflik.
2.3Macam Macam konflik:
A.Konflik Berdasarkan Bentuk,
Berdasarkan bentuknya, kita mengenal konflik realistis dan konflik nonrealistis.

1.Konflik realistis adalah konflik yang berasal dari kekecewaan individu atau kelompok
atas tuntutan-tuntutan maupun perkiraan-perkiraan keuntungan yang terjadi dalam hubungan-
hubungan sosial. Misalnya beberapa orang karyawan melakukan aksi mogok kerja karena tidak
sepakat dengan kebijakan yang telah dibuat oleh perusahaan.

2.Konflik nonrealistis adalah konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan saingan yang
bertentangan, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu
pihak. Misalnya penggunaan jasa ilmu gaib atau dukun dalam usaha untuk membalas dendam
atas perlakuan yang membuat seseorang turun pangkat pada suatu perusahaan.

B. Konflik Berdasarkan Tempat Terjadinya


Berdasarkan tempat terjadinya, kita mengenal konflik in-group dan konflik out-group.

1.Konflik in-group adalah konflik yang terjadi dalam kelompok atau masyarakat sendiri.
Misalnya pertentangan karena permasalahan di dalam masyarakat itu sendiri sampai
menimbulkan pertentangan dan permusuhan antaranggota dalam masyarakat itu.

2.Konflik out-group adalah konflik yang terjadi antara suatu kelompok atau masyarakat dengan
suatu kelompok atau masyarakat lain. Misalnya konflik yang terjadi antara masyarakat desa A
dengan masyarakat desa B. Masih ada lagi ahli sosiologi yang memberikan klasifikasi mengenai
bentuk-bentuk konflik yang terjadi dalam masyarakat, yaitu Ursula Lehr. Ursula Lehr membagi
konflik dari sudut pandang psikologi sosial. Menurutnya, apabila dilihat dari sudut pandang
psikologi sosial, maka konflik itu dapat dibedakan atas konflik dengan orang tua sendiri, konflik
dengan anak-anak sendiri, konflik dengan sanak saudara, konflik dengan orang lain, konflik
dengan suami atau istri, konflik di sekolah, konflik dalam pekerjaan, konflik dalam agama, dan
konflik pribadi.

C. konflik Berdasarkan Sifatnya


1.Konflik destruktif, merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak senang,
rasa benci, dan dendam dari seseorang ataupun kelompok terhadap pihak lain. Konflik ini dapat
mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda. Contoh : konflik Ambon, Poso, Kupang, dan
Sambas.

2.Konflik konstruktif, merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul karena
adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam menghadapi suatu permasalahan.
Konflik ini akan menghasilkan konsensus dari perbedaan pendapat tersebut. Contoh : perbedaan
pendapat dalam organisasi

D.Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik


1.Konflik vertikal,merupakan konflik antarkomponen masyarakat di dalam satu struktur yang
memiliki hierarki. Contoh : konflik antara atasan dan bawahan dalam satu kantor.

2.Konflik horizontal, merupakan konflik yang terjadi antara individu atau kelompok yang
memiliki kedudukan yang relatif sama. Contoh : konflik antarorganisasi massa.

3.Konflik diagonal, merupakan konflik yang terjadi karena ketidakadilan alokasi sumber daya
ke seluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan yang ekstrim. Contoh: Konflik Aceh.

E. Berdasarkan Sifat Pelaku yang Berkonflik


1. konflik terbuka, merupakan konflik yang diketahui oleh semua pihak. Contoh : konflik
Palestina-Israel.

2.konflik tertutup, merupakan konflik yang hanya diketahui oleh orang-orang atau kelompok
yang terlibat konflik.

F.Berdasarkan Konsentrasi Aktivitas Manusia di Masyarakat


1.konflik sosial, merupakan konflik yang terjadi akibat adanya perbedaan kepentingan sosial
dari pihak yang berkonflik.

2.konflik politik, merupakan konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan yang
berkaitan dengan kekuasaan.

3.konflik ekonomi, merupakan konflik akibat adanya perebutan sumber daya ekonomi dari
pihak yang berkonflik.

4.konflik budaya, merupakan konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan
budaya dari pihak yang berkonflik.

5.konflik ideologi, merupakan konflik akibat adanya perbedaan paham yang diyakini oleh
seseorang atau sekelompok orang.

G.Berdasarkan Cara Pengelolaannya


1.konflik interindividu,merupakan konflik yang paling erat kaitannya dengan emosi individu.
konflik dapat muncul dari dua penyebab, yaitu karena kelebihan beban atau karena
ketidaksesuaian seseorang dalam melaksakan peranan.

2.konflik antarindividu, merupakan konflik yang terjadi antarseseorang dengan satu orang atau
lebih, sifatnya kadang substantif, menyangkut perbedaan gagasan, pendapat, kepentingan, atau
bersifat emosional.

3.konflik antarkelompok, merupakan konfik yang banyak dijumpai dalam kehidupan manusia
sekarang ini karena manusia hidup dalam kelompok-kelompok sesuai dengan kodratnya sebagai
makhluk sosial.

2.4Dampak Dampak konflik

2.5Pengertian Kekerasan
Berikut ini kami paparlan pengertian kekerasan menurut para ahli.

1. Pengertian kekerasan menurut Thomas Hobbes

Menurut Thomas kekerasan merupakan suatu sifat alami yang ada pada diri manusia.

2. Pengertian kekerasan menurut Stuart dan Sundeen

Menurut stuart dan sundeen kekerasan atau perilaku kekerasan atau tindak kekerasan adalah
ungkapan perasaan permusuhan dan marah yang menjadikan hilangnya konrol diri di mana
individu dapat mempunyai perilaku menyerang atau melakukan bentuk tindakan yang bisa
membahayakan individu itu sendiri, orang lain, atau lingkungan sekitar.

3. Pengertian kekerasan menurut Kaplan dan Sundeen

Perilaku kekerasan menurut Kaplan dan Sunden yaitu suatu kondisi di mana seseorang
melakukan aktivitas atau tindakan yang bisa membuat bahaya secara fisik, baik kepada diri
sendiri, orang lain, ataupun lingkungan.

4. Pengertian kekerasan menurut J.J. Rousseau

Menurut JJ Rousseau kekerasan bukanlah merupakan sifat murni manusia.

5. Pengertian kekerasan menurut Colombijn

Kekerasan menurut Colombijn yaitu perilaku yang melibatkan kekuatan fisik dan ditujukan untuk
merusak, menyakiti, atau bahkan melenyapkan seseorang atau sesuatu.

6. Pengertian kekerasan menurut Black

Menurut Black, kekerasan yaitu penggunaan kekuatan atau kemampuan yang tidak adil dan tidak
bisa dibenarkan.

7. Pengertian kekerasan menurut James B. Rule

Menurut James B Rule, kekerasan adalah manifestasi naluri bersama atau gerakan naluri primitif
yang mampu membuat kondisi-kondisi tindakan massa.

8. Pengertian kekerasan menurut Soerjono Soekanto

Kekerasan atau violence menurut Soerjono Soekanto yaitu pemakaian unsuf fisik dengan jalan
paksaan terhadap benda atau orang. Sedangkan kekerasan sosial yaitu kekerasan yang dilakukan
terhadap barang atau orang karena barang dan orang tersebut termasuk ke dalam kategori sosial
tertentu.

9. Pengertian kekerasan menurut Abdul Munir Mulkan

Menurut Abdul Munir, kekerasan yaitu suatu tindakan fisik yang dijalankan oleh seseorang atau
sekelompok orang untuk merusak, melukai, bahkan menghancurkan orang lain atau harta benda
dan semua fasilitas kehidupan yang masih menjadi bagian dari dari orang lain tersebut.

10. Pengertian kekerasan menurut Kamus Sosiologi (2012:106)

Menurut kamus sosiologi, kekerasan yaitu suatu ekspresi yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok di mana secara fisik atupun verbal dapat memperlihatkan tindakan agresi dan
penyerangan kepada kebebasan atau martabat.

Menurut Soerjono Soekanto, kekerasan (violence) diartikan sebagai penggunaan kekuatan fisik
secara paksa terhadap orang atau benda. Sedangkan kekerasan sosial adalah kekerasan yang
dilakukan terhadap orang dan barang, oleh karena orang dan barang tersebut termasuk dalam
kategori sosial tertentu.

2.6 Jenis Jenis Kekerasan


Secara umum, ada beberapa jenis kekerasan, yaitu kekerasan terbuka (overt), kekerasan
tertutup (covert), kekerasan menyerang (agresif), kekerasan bertahan (defensive), terorisme,
balas dendam, dan pembunuhan. Berikut ini penjelasan dari berbagai jenis kekerasan secara
umum.

1. Kekerasan terbuka (overt)

Kekerasan terbuka adalah kekerasan yang dapat dilihat secara nyata, misalnya perkelahian
individu, perkelahian massal (tawuran), maupun pembunuhan dan pemerkosaan. Tindakan
kekerasan yang dilakukan secara terbuka atau terang-terangan akan mendatangkan konflik
horizontal yang serta merta manakala masyarakat mengetahui pelakunya. Pelaku akan
mendapatkan sanksi dari anggota masyarakat.
2. Kekerasan tertutup (covert)

Kekerasan tertutup adalah kekerasan yaang tidak terlihat secara langsung, misalnya perilaku
mengancam. Perilaku mengancam jauh lebih menonjol dari pada kekerasan terbuka. Dengan
mengancam, akan ada sedikit pihak yang dapat mengontrol pihak lain. Ancaman dianggap
sebagai bentuk kekerasan, merupakan unsur penting kekuatan kemampuan untuk bisa
mewujudkan keinginan seseorang sekalipun menghadapi keinginan yang berlawanan. Ancaman
menjadi efektif jika seseorang mendemonstrasikan untuk mewujudkan ancamannya. Para
teroros bisa melakukan tindakan ini, dan jika ancaman yang dilakukan tidak membuahkan hasil,
maka tindakan nyata dari ancaman akan dilakukan. Perilaku mengancam mengkomunikasikan
pada pihak lain suatu tujuan untuk memakai kekerasan terbuka bila diperlukan.

3. Kekerasan menyerang (agresif)

Kekerasan menyerang yang dilakukan tidak untuk perlindungan, tetapi untuk mendapatkan
sesuatu. Misalnya perampokan bersenjata, penjambretan, pembunuhan, dan penganiayaan.

4. Kekerasan bertahan (defensive)

Kekerasan yang dilakukan sebagai perlindungan diri, misalnya kepanikan yang terjadi dalam
sebuah gedung bioskop yang sedang terbakar. Walaupun tindakan ini wajar namun dianggap
kekerasan. Mereka saling berebut pintu darurat untuk mencari selamat agar bisa mencapai
keluar gedung. Merekapun saling menghalangi dan saling menyingkirkan “lawan”.

5. Terorisme

Kebanyakan tindakan ini dilakukan oleh banyak orang. Namun sebenarnya terorisme dapat
dilakukan oleh seorang individu. Pengertian terorisme adalah segala jenis kekerasan yang
terinspirasi secara politik dan dilakukan oleh sumber yang tidak resmi. Terorisme dimaksudkan
suatu kebijakan untuk menyerang dengan teror kepada mereka dengan menggunakan metode
intimidasi. Penggunaan ancaman aktual dipandang sebagai ancaman efektif bagi kekerasan yang
akan datang. Ancaman seseorang bukan omong kosong dan pengancam telah siap untuk
mewujudkan ancamannya.

6. Balas dendam (revenge)

Berbeda dengan terorisme, maka balas dendam merupakan tindakan yang bertalian dengan
kesalahan di masa lalu. Tindakan ini merupakan pembalasan dari tindakan individu lain
sebelumnya. Dalam suatu kejadian, balas denda, dapat menimbulkan teror.

7. Pembunuhan (Homicide)

Pembunuhan diartikan setiap pembunuhan orang lain oleh tindakan orang itu sendiri. Ada dua
jenis pembunuhan, yaitu pembunuhan legal dan pembunuhan kriminal.

a. Pembunuhan legal adalah pembunuhan yang secara hukum dibenarkan karena tindakan ini
dilakukan untuk pembelaan diri atau untuk mempertahankan harta milik.

b. Pembunuhan kriminal adalah pembunuhan yang dilarang oleh hukum. Pembunuhan kriminal
dibagi menjadi tiga jenis yaitu pembunuhan (murder), pembunuhan berencana (volentary
manslaughter), dan pembunuhan tidak terencana (involuntary manslaughter).

· Pembunuhan (murder)

Pembunuhan adalah pembunuhan seseorang secara ilegal dengan maksud buruk yang dipikirkan
sebelumnya

· Pembunuhan berencana

Pembunuhan berencana adalah pembunuhan yang menyebabkan kematian orang lain dengan
direncanakan sebelumnya yang di dalamnya ada sebuah skenario.

· Pembunuhan tidak terencana

Pembunuhan tidak terencana adalah pembunuhan yang mengakibatkan kematian orang lain
karena kelalaian dan tidak disebabkan serangan yang disengaja.

Beberapa tokoh di bawah ini mengemukakan jenis jenis kekerasan:

A. Jenis-Jenis kekerasan menurut Johann Galtung

Menurut Johann Galtung (1981), terdapat empat jenis kekerasan, yaitu: kekerasan langsung atau
direct violence, kekerasan tidak langsung atau indirect violence, kekerasan represif, dan
kekerasan alienatif.

1. Kekerasan langsung (direct violence),

Kekerasan langsung adalah suatu tindakan yang betujuan untuk menyerang fisik atau psikologis
seseorang dengan langsung, dalam hal ini kekerasan yang terjadi ada kontak secara langsung
antara pelaku yang bertanggung jawab dan korban dan berakibat bagi korban. Kekerasan
langsung meliputi kejahatan perang, pemusnahan etnis, pengusiran paksa terhadap masyarakat
tertentu, serta penganiayaan dan perkosaan. Kekerasan langsung dapat mengancam HAM, yaitu
khususnya pada hak untuk hidup.

2. Kekerasan tidak langsung (indirect violence)

Kekerasan tidak langsung yaitu suatu tindakan yang bisa membahayakan manusia, bahkan
kadang-kadang bisa sampai membunuh, akan tetapi tidak melibatkan hubungan yang langsung
antara korban dan pihak lain yang mempunyai tanggung jawab atas tindakan kekerasan tersebut.
Kekerasan tidak langsung terdiri dari kekerasan perantara (mediated violence) dan kekerasan
karena kelalaian (violence by ommision).
a. Kekerasan karena kelalaian mengakibatkan seseorang dalam bahaya dan tidak ada
orang yang dapat menolongnya. Jenis kekerasan ini terdiri dari kekerasan sosial (contohnya
distribusi sembako yang tidak merata) serta ’kekerasan bisu’ (contohnya kelaparan).

b. Kekerasan perantara yaitu hasil dari intervensi manusia yang sengaja terhadap
lingkungan alam dan sosial yang membawa pengaruh tidak langsung pada manusia yang lain.
Salah satu bentuk kekerasan perantara yaitu ecocide, misalnya mengganggu serta perusakan
lingkungan alam karena mengganggu kesehatan, mengakibatkan manusia menderita dan
sengsara, tindak penghancuran.

3. kekerasan represif

Kekerasan represif yaitu kekerasan yang dilakukan dengan mengekang atau membatasi
kebebasan hak-hak orang lain, yang terdiri dari pencabutan hak-hak yang siatnya dasar selain
hak untuk hidup serta hak untuk dilindungi dari bahaya kecelakaan. Kekerasan represif
berhubungan dengan tiga hak dasar, yaitu hak politik, hak sipil, serta hak sosial. Dalam hal ini,
kekerasan represif dilakukan dengan cara menekan pihak-pihak tertentu.

4. kekerasan alienatif

Kekerasan alienatif dalam hal ini menyebabkan seseorang diasingkan dengan lingkungannya.
Kekerasan alientatif mencakup pencabutan pada hak-hak individu yang lebih tinggi, contohnya
hak perkembangan budaya atau intelektual, emosional. Jenis kekerasan alienatif penting untuk
bisa menegaskan bahwa keberadaan manusia juga memerlukan pemenuhan berbagai kebutuhan
non-materi. Salah satu bentuk kekerasan alienatif adalah ethnocide, yaitu tindakan atau
kebijakan yang benar-benar mengubah keadaan material atau sosial menjadi di bawah satu
identitas kultural kelompok tertentu.

B. Jenis-Jenis kekerasan menurut Yayasan Sejiwa

Berbeda dengan Johann Galtung, yayasan Sejiwa dalam bukunya tentang Bullying (2008)
membagi jenis-jenis kekerasan ke dalam dua jenis, yaitu kekerasan fisik dan kekerasan non fisik.
Berikut ini penjelasannya.

1. Kekerasan fisik:

Kekerasan fisik yaitu jenis kekerasan yang dapat dilihat atau kasat mata. Maksudnya, siapapun
dapat melihatnya karena timbul benturan fisik antara pelaku dan korban kekerasan. Contohnya,
menimpuk, menampar, menjegal, menginjak kaki, memalak, meludahi, dan melempar dengan
barang.

2. Kekerasan non fisik:

Kekerasan non fisik yaitu jenis kekerasan yang tidak dapat dilihat atau kasat mata. Maksudnya,
kekerasan ini tidak bisa langsung diketahui siapa perilakunya jika kita tidak teliti dalam
memperhatikan, karena tidak ada benturan fisik antara pelaku dan korbannya.

Kekerasan non fisik ini dibagi menjadi dua jenis yaitu kekerasan verbal dan kekerasan
psikologis/psikis.

a. Kekerasan verbal adalah jenis kekerasan yang dilakukan melalui kata-kata yang
diucapkan. MIsalnya: memaki, membentak, menjuluki, menghina, memfitnah, meneriaki,
menuduh, menyebar gosip, mempermalukan di depan umum dengan lisan,menolak dengan
kata-kata kasar, dll.

b. Kekerasan psikologis/psikis adalah kekerasan yang dilakukan melalui bahasa tubuh


seseorang. Contohnya memandang penuh ancaman, memandang sinis, mendiamkan,
mempermalukan, memandang yang merendahkan, mengucilkan, memelototi dan mencibir

pada tindakan-tindakan, seperti mengekang, meniadakan atau mengurangi hak-hak


seseorang, mengintimidasi, memfitnah, dan perbuatan-perbuatan lainnya. Misalnya terror bom
yang dilakukan oleh para teroris untuk mengintimidasi pemerintah supaya lebih waspada akan
bahaya yang dilakukan oleh pihak asing terhadap negara kita. Sehubungan dengan tindak
kekerasan yang telah dilakukan oleh anggota masyarakat yang satu terhadap anggota masyarakat
yang lain, pada dasarnya di dalam diri manusia terdapat dua jenis agresi (upaya bertahan), yaitu
sebagai berikut.

A.Desakan untuk melawan yang telah terprogram secara filogenetik sewaktu


kepentingan hayatinya terancam. Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan hidup individu
yang bersifat adaptif biologis dan hanya muncul apabila ada niat jahat. Misalnya si A melakukan
pencurian karena adanya desakan kebutuhan ekonomi, seperti makan.

B.Agresi jahat melawan kekejaman, kekerasan, dan kedestruktifan ini merupakan ciri
manusia, di mana agresi tidak terprogram secara filogenetik dan tidak bersifat adaptif biologis,
tidak memiliki tujuan, serta muncul begitu saja karena dorongan nafsu belaka. Misalnya aksi
kerusuhan yang dilakukan oleh para suporter sepak bola. Kamu telah belajar mengenai konflik
dan kekerasan yang terjadi di masyarakat. Dapatkah kamu membedakan kedua hal tersebut?

2.7 Faktor Penyebab Kekerasan


Ada empat faktor yang menjadi penyebab timbulnya kekerasan di masyarakat Antara lain
:

1. Tidak terpenuhinya motivasi dan keinginan dari manusia

Suatu motivasi atau keinginan yang berasal dari diri manusia atau sekelompok orang yang tidak
terpenuhi sering kali ditindaklanjuti dengan tindakan kekerasan. Banyak kasus yang terjadi
dimana kekerasan terjadi karena adanya motivasi atau keinginan dari manusia yang tidak
terpenuhi, misalnya seorang anak remaja yang tidak mampu mendapatkan gadis yang
dicintainya, ia akan melakukan tidakan kekerasan untuk mendapatkan gadis itu.
2. Dialog dan kompromi yang menghasilkan jalan buntu

Sudah jelas jika ada suatu dialog atau kompromi yang tidak dapat terselesaikan akan
mengakibatkan tindakan kekerasan. Hal ini bisa kita lihat dalam rapat anggota DPR, dimana
kadang kala mereka melakukan tindakan kekerasan karena masing-masing pihak tidak ada yang
mau mengalah.

3. Agresifitas yang ada pada manusia

Manusia mempunyai sifat agresif yang dapat menjadi benih-benih tindakan kekerasan. Sifat
agresif disebabkan oleh adanya beberapa faktor, antara lain :

a. frustasi

b. merasa bingung

c. merasa dirugikan

d. menghadapi ancaman dari luar

e. merasa diperlakukan tidak adil

4. Perbedaan realitas potensial dengan potensial aktual manusia

Realisasi potensial adalah apa yang mungkin dieujudkan sesuai dengan tingkat pengetahuan,
wawasa, sumber daya, dan kemajuan yang dicapai manusia. Apabila realisasi potensial tersebut
disalahgunakan untuk tujuan tertentu atau dimanipulasi oleh sekelompok orang, maka akan
terjadi kekerasan.

2.8 Cara Pengendalian Konflik dan Kekerasan


Konflik merupakan gejala sosial yang senantiasa melekat dalam kehidupan setiap
masyarakat. Sebagai gejala sosial, konflik hanya akan hilang bersama hilangnya masyarakat itu
sendiri. Oleh karena itu, yang dapat kita lakukan adalah mengendalikan agar konflik tersebut
tidak berkembang menjadi kekerasan (violence).

Pada umumnya masyarakat memiliki sarana atau mekanisme untuk mengendalikan


konflik di dalam tubuhnya. Beberapa sosiolog menyebutnya sebagai katup penyelamat (safety
valve), yaitu mekanisme khusus yang dipakai untuk mempertahankan kelompok dari
kemungkinan konflik. Lewis A. Coser melihat katup penyelemat sebagai jalan keluar yang dapat
meredakan permusuhan antara dua pihak yang berlawanan.

Secara umum, ada tiga macam bentuk pengendalian konflik sosial:

A.Konsiliasi

Bentuk pengendalian konflik yang dilakukan melalui lembaga-lembaga tertentu yang


memungkinkan diskusi dan pengambilan keputusan yang adil di antara pihak-pihak yang bertikai.

B.Mediasi

Pengendalian konflik dengan cara mediasi dilakukan apabila kedua pihak yang berkonflik
sepakat untuk menunjuk pihak ketiga sebagai mediator. Pihak ketiga ini akan memberikan
pemikiran atau nasihat-nasihatnya tentang cara terbaik dalam menyelesaikan pertentangan
mereka.

C.Arbitrasi

Arbitrasi atau perwasitan umumnya dilakukan apabila kedua belah pihak yang berkonflik
sepakat untuk menerima atau terpaksa menerima hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan
keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik.

Sementara itu Georg Simmel mengatakan ada beberapa cara yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan konflik, yaitu sebagai berikut.

1.Kemenangan di salah satu pihak atas pihak lainnya.

2.Kompromi atau perundingan di antara pihak-pihak yang bertikai, sehingga tidak ada pihak
yang sepenuhnya menang dan tidak ada pihak yang merasa kalah. Contohnya, perundingan di
Helsinki, Finlandia tentang penyelesaian permasalahan Gerakan Separatis Aceh Merdeka (GAM)
dengan Republik Indonesia beberapa waktu yang lalu, yang akhirnya mencapai kesepakatan
bahwa Nangroe Aceh Darussalam masih menjadi bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3.Rekonsiliasi antara pihak-pihak yang bertikai. Hal ini akan mengembalikan suasana
persahabatan dan saling percaya di antara pihak-pihak yang bertikai tersebut. Contohnya dalam
penyelesaian konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia mengenai kepulauan Sipadan dan
Ligitan.

4.Saling memaafkan atau salah satu pihak memaafkan pihak yang lain.

5.Kesepakatan untuk tidak berkonflik

D. Akomodasi

Proses penyelesaian konflik ke arah tercapainya kesepakatan sementara yang dapat diterima
kedua belah pihak yang tengah bersengketa. Akomodasi juga berarti sebagai usaha manusia
untuk meredakan dan menghindari konflik dalam rangka mencapai kestabilan.

E.Coercion

Merupakan suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan yang
berifat sepihak.

F.Negosiasi atau Kompromi


Upaya penyelesaian konflik yang dilakukan oleh masing-masing pihak dengan cara memberikan
dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta
meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.

G.Adjudication

Penyelesaian konflik melalui pengadilan.

H.Toleransi

Suatu bentuk akomodasi tanpa adanya persetujuan formal. Dalam masyarakat Jawa dikenal
dengan istilah ‘tepa slira’ atau tenggang rasa agar hubungan sesamanya bisa saling menyadari
kekurangan diri sendiri masing-masing.

I.Statlemate

Suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang bertikai mempunyai kekuatan yang seimbang.
Mereka kemudia berhenti pada suatu titik tertentu untuk tidak melakukan pertentangan atau
menghentikan konflik.

J.Rekonsiliasi

Upaya kompromistis yang ditempuh untuk mengakomodasi dua kepentingan yang berbeda.
Bertujuan untuk memulihkan hubungan persahabatan pada keadaan semula.

K.Transformasi Politik

Sebuah proses penyelesaian konflik yang membutuhkan kontribusi timbal balik dari pihak yang
ditransformasikan dan dari pihak yang hendak dituju oleh proses tersebut.

L.Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik,
yang diungkapkan dengan ucapan antara lain : kami mengalah, kami keluar, dsb.

M.Subjugation atau Domination,yaitu orang atau pihak yang mempunyai kekuatan


terbesar untuk dapat memaksa orang atau pihak lain menaatinya.

N.Majority rule, yaitu suara terbanyak yang ditentukan melalui voting untuk mengambil
kepututsan tanpa mempertimbangkan argumentasi.

O.Minority consent,yaitu kemenangan kelompok mayoritas yang diterima dengan


senang hati oleh kelompok minoritas. Kelompok minoritas sepakat untuk melakukan kerjasama
dengan kelompok mayoritas.

P.Integrasi, yaitu mendiskusikan, menleaah, dan mempertimbangkan kembali pendapat-


pendapat sampai diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak.

Q.Kolaborasi, merupakan upaya penyelesaian konflik melalui pemecahan sama-sama


menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.

R.Competition, apabila terdapat indikasi salah satu pihak berusaha mencapai tujuan
tanpa menghiraukan pihak lain, maka metode kompetisi dapat diterapkan.

2.9 Pengertian Perdamaian


Terlepas dari konflik dan kekerasan, John Locke dan Rousseau berpandangan bahwa
kehidupan manusia sebelum terbentuknya Negara sebagai suasana tentram, aman dan damai.
Rosseau menyebut bahwa manusia pada saat lahirnya itu sebagai kertas putih. Terbentuknya
Negara menurut pandangan mereka, bukan karena kekerasan dan penundukkan atau
penakhlukan tetapi secara alamiah manusia saling membutuhkan sebagai akibat dari seluruh
kebutuhannya tidak dapat diatasi sendiri-sendiri. Hal ini menunjukkan, sejak awal mula
kehidupan manusia telah ada realitas sosial selain konflik yaitu damai yang akan terus ada dalam
sejarah manusia.

Damai merupakan suatu situasi yang di dalamnya terdapat keadaan yang aman dan
tentram, kelegaan, sukacita, persahabatan, persekutuan, kerukunan, senang dan sebagainya
yang dianggap baik dan indah dalam hidup manusia bahwa semua manusia ingin hidup di
dalamnya, maka untuk mencapai suasana itu dibutuhkan perencanaan dan pelaksanaan
perdamaian. Johan Galtung mendefinisikan perdamaian yakni (1) perdamaian adalah tidak
adanya atau berkurangnya segala jenis kekerasan (2) perdamaian adalah transformasi konflik
kreatif non kekerasan. Untuk itu damai atau perdamaian dapat dirumuskan sebagai suatu situasi
tanpa kekerasan yang berdampak pada rasa aman secara fisik dan tentram secara batin dan jiwa
yang dinikmati manusia. Dalam memahami perdamaian, bukan hanya sebagai keadaan tanpa
peperangan. Perdamaian dapat terlihat dengan jalinan hubungan antarindividu, kelompok dan
lembaga yang menghargai keragaman nilai dan mendorong pengembangan potensial manusia
secara utuh. Tidak adanya perang sering disebut dengan perdamaian negative “dingin” dan
kontras dengan perdamaian positif “hangat” yang meliputi semua aspek tentang masyarakat
yang baik, yang kita yakini sendiri: hak-hak universal, kesejahteraan ekonomi, keseimbangan
ekologi dan nilai-nilai pokok lainnya.

Perdamaian bukanlah sesuatu yang jarang kita dengarkan. Istilah perdamaian


merupakan hal yang sering kita dengarkan bahkan kita terapkan dalam kehidupan kita. Secara
sederhana perdamaian diartikan sebagai situasi yang saling menjaga perasaan, saling
menghormati dan saling menghargai satu sama lainnya. Tahukah kamu bahwa perdamaian
dikatakan sebagai proses? Perdamaian adalah suatu proses, artinya suatu pertarungan
multidimensional yang tidak pernah berakhir dalam usaha untuk mengubah kekerasan, baik
mereka yang setuju dengan penggunaan paksaan, termasuk kekerasan, maupun mereka yang
menganut antikekerasan sepenuhnya dan sebagian besar pihak lain diantara kedua pilihan
tersebut, setuju bahwa perdamaian harus ditegakkan.
Dalam proses sosial, perdamaian merupakan situasi yang terjadi secara tidak stabil,
artinya perdamaian yang stabil relatif jarang terjadi. Banyak masyarakat yang tidak dapat
menikmati perdamaian karena faktor ekonomi, politik dan sosial. Hal itu karena perdamaian
sering dibandingkan dengan kesehatan, dimana akan lebih mudah dirasakan ketika seseorang itu
sakit. Seperti halnya kesehatan, setiap individu memiliki akses terhadap perdamaian, namun
tidak seperti arti kesehatan sebenarnya, dimana arti perdamaian yang sesungguhnya masih
dioerdebatkan.

Banyak pihak yang mengartikan perdamaian sebagai suatu situasi atau kondisi yang tidak
mengalami peperangan dan atau konflik seperti yang sering terjadi dimasyarakat. Memang
dengan tidak adanya perang tentu saja penting, namun keadaan tersebut hanyalah sebuah
langkah awal menuju cita-cita atau harapan menuju hal yang lebih sempurna dari perdamaian,
dimana perdamaian didefenisikan sebagai suatu proses menjalin hubungan antar individu,
kelompok dan lembaga yang menghargai keragaman nilai, dan mendorong pengembangan
potensi manusia secara utuh. Kondisi kehidupan kaum minoritas yang dikuasai oleh kaum
mayoritas, atau kaum bawah yang dikuasai oleh kaum atas sering merasakan adanya ketidak
adilan atau diskriminasi akan lebih merasakan arti perdamaian yang sesungguhnya. Misalnya
kaum wanita di Lebanon yang dikuasai oleh Taliban yang tidak mendapat pendidikan dan
kehilangan kesempatan untuk bekerja segera akan melihat perbedaan arti perdamaian seperti
diatas.

Perdamaian yang ditandai dengan tidak adanya perang sering disebut dengan
perdamaian negatif (dingin), dan kontras dengan pedamaian positif (hangat) yang meliputi
semua aspek tentang masyarakat yang baik, yang kita yakini, seperti: terpenuhinya hak-hak
universal, keseimbangan ekonomi, keseimbangan ekologi dan nilai-nilai pokok lainnya.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) membedakan beberapa cara intervensi untuk mencapai
perdamaian. Selain bantuan kemanusiaan atau bantuan darurat yang dirancang untuk
kebutuhan hidup bagi masyarakat yang menderita supaya mereka dapat bertahan hidup.
Kategori intervensi tersebut adalah:

1. Menciptakan perdamaian: yaitu bentuk intervensi yag dilakukan untuk mengakhiri


permusuhan dan menghasilkan kesepakatan melalui cara-cara diplomasi dan politik, bahkan jika
diperlukan dengan cara militer.

2. Menjaga perdamaian: yaitu memantau dan menegakkan kesepakatan, bila terpaksa harus
menggunakan kekerasan. Caranya dengan melakukan pengawasan terhadap kesepakatan,
apakah kesepakatan dihormati dan dijalankan, serta apakah kesepakatan mengenai
pengembangan diri dilaksanakan.

3. Menggalang perdamaian: yaitu melaksanakan program-program yang dirancang untuk


mengatasi penyebab konflik dan penderitaaan dimasa lalu dan meningkatkan kestabilan dan
keadilan jangka panjang.

Pengembangan perdamaian lebih difokuskan pada konteks dan perilaku pokok yang
memungkinkan menyebabkan konflik dan kekerasan, seperti akses yang tidak setara pada
lapangan pekerjaan, diskriminasi, kejahatan-kejahatan dimasa lalu yang tidak diakui dan tidak
dimaafkan, prasangka, ketidakpercayaan, ketakutan, permusuhan antar kelompok. Oleh karena
itu, penggalangan perdamaian ini tidak mencolok tetapi berlangsung terus disemua tahap
konflik. Namun pekerjaan ini akan lebih kuat pada tahap lanjutan setelah penyelesaian dan
pengurangan perilaku kekerasan, atau pada tahap sebelumnya, sebelum kekerasan terbuka
terjadi. Penggalangan perdamaian paling sering digunakan untuk menjelaskan pekerjaan yang
hasilnya dapat meningkatkan perdamaian, dan mementingkan bagaimana prosesnya. Dengan
kata lain, pekerjaan ini merupakan suatu proses, dan sekaligus mencakup kegiatan itu sendiri
dan hasilnya.

Misalnya, pembangunan kembali sarana yang telah dihancurkan ketika terjadi konflik
dan atau kekerasan dengan melibatkan pihak-pihak yang mengalami konflik. Dalam hal ini terjadi
proses kerja sama diantara yang sebelumnya mengalami konflik. Cara ini akan membuka
kemungkinan pihak yang berkonflik akan menjalin perdamaian sekaligus ketika menjalankan
kerja sama.

Perdamaian adalah kita sendiri, yang saat ini ada dan selama kita ada. Perdamaian harus
kita mulai dari kita sendiri. Tidak sedikit individu yang melaksanakan suatu pekerjaan atau
mengikuti suatu aturan namun dia sendiri merasakan sesuatu yang tidak nyaman didalamnya.
Artinya individu tersebut belum bisa berdamai dengan pekerjaan atau aturan yang diikutinya.
Ketika diperhadapkan dengan sebuah pekerjaan yang membutuhkan kerjasama dengan pihak
lain, kita perlu memperhatikan tujuan yang hendak dicapainya. Jika yang hendak dicapai oleh
rekan kita tersebut adalah sesuatu yang mementingkan kepentingan bersama (konsep
perdamaian) maka kita perlu bekerjasama dengan visi yang sama, namun jika ternyata visinya
adalah untuk mencapai keuntungan sendiri, mementingkan reputasi sendiri, prosedur yang tidak
adil dan membingungkan, maka perlu diperhatikan bahwa kita memiliki tugas lain untuk
mengarahkannyaa untuk mencapai kepentingan bersama saja.

Cara-cara untuk memulai perdamaian:

1. Berhenti: berpikir sebelum bertindak

Ini merupakan hal penting dalam mengelola konflik, perlu dilakukan analisa sebelum melakukan
tindakan. Bila tujuannya adalah untuk melakukan intervensi dalam konflik dan berusaha
mengubah konflik menjadi lebih baik, perlu dilakukan analisis dari sudut pandang yang berbeda.

2. Lihat : bereskan rumah sendiri

Ini merupakan hal penting, yakni dengan melihat diri sendiri atau kelompok sendiri dan
mempertimbangkan apakah perlu berubah agar mampu melakukan intervensi dalam konflik
secara efektif. Pertimbangan ini penting dan perlu secara terus menerus dipikirkan, apapun
tujuannya untuk mempengaruhi masyarakat yang lebih luas.
3. Dengarkan : apa yang dikatakan orang lain dan apa kata hati anda sendiri

Coba bayangkan apa yang akan terjadi nanti, dalam beberapa waktu yang akan datang. Dengan
membanyangkan, maka akan muncul ide sebagai tindakan yang efektif dan akan lebih mudah
dilakukan, bahkan mungkin akan dapat mencegah konflik dan atau kekerasan. Bahkan mungkin
akan dapat mencegah atau mengantisipasi dan membuat rencana untuk mengatasi berbagai
rintangan atau perubahan yang mungkin akan muncul.

4. Lanjutkan: memulai dari tempat sendiri dan terus melakukan tindakan baru

Pekerjaan dan atau status anda mungkin dapat menjadi jalan pembuka untuk menciptakan
perdamaian dan keadilan. Dalam hal ini perlu adanya keyakinan bahwa selain kita masih baanyak
yang mendukung kita yang dapat diajak kerja sama untuk mewujudkan hal tersebut.

‘Budaya perdamaian’ dibentuk oleh nilai-nilai, sikap dan prilaku serta cara-cara hidup yang
dibangun atas dasar prinsip anti kekerasan dan rasa hormat terhadap hak-hak dan kemerdekaan
setiap orang. Dalam budaya perdamaian, kekuasaan berkembang bukan dari laras peluru tetapi
dari partisipasi, dialog, dan kerjasama.

Budaya ini menolak kekerasan dalam segala bentuk, termasuk perang dan budaya
berperang. Untuk menggantikan penindasan dan eksploitasi kaum yang kuat terhadap kaum
yang lemah, budaya perdamaian menghormati hak-hak politik dan ekonomi setiap orang.
Budaya ini mewujudkan suatu masyarakat yang anggotanya saling memperhatikan dan yang
melindungi hak-hak mereka yang lemah,seperti anak-anak, orang cacat, orang tua, dan mereka
yang tersisish karena kondisi sosialnya.

Gerak langkah ini seperti aliran sungai yang besar, yang airnya berasal dari berbagai
sumber sungai kecil-dari berbagai tradisi, budaya, bahasa, agama, dan perspektif politik;
sasarannya adalah menciptakan dunia dimana keragaman ini ada bersama-sama dalam suasana
yang ditandai untuk pemahaman antar budaya yang baik, toleransi dan solidaritas.

Dalam budaya perdamaian, setiap orang memiliki identitas global yang tidak
menggantikan identitas lainnya, seperti gender, keluarga, masyarakat, kelompok etnis, atau
kewarganegaraan, tetapi yang dikembangkan di atas adalah bentuk-bentuk identitas ini. Jika ada
kontradiksi antra identitas-identitas ini mereka memiliki komitmen untuk menyelesaikannya
tanpa kekerasan. Budaya seperti ini menolak kebencian, memusuhi bangsa lain, rasisme dan
menganggap orang lain sebagai musuh.

Budaya perdamaian tidak dapat dipaksakan dari luar. Ini merupakan proses yang
berkembang dari dalam sistem keyakinan dan tindakan mereka sendiri dan berkembang dengan
cara berbeda di setiap Negara. Perkembangan ini dipengaruhi oleh sejarah, budaya dan tradisi.

Anda mungkin juga menyukai