Anda di halaman 1dari 6

Definisi Konflik Sosial

Konflik berasal dari bahasa Latin yaitu conflitus (saling berbenturan, bertentangan, berlawanan,
ketidaksesuaian). Menururt M.Z. Lawang, konflik adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status, dan
kekuasaan ketika tujuan pihak-pihak yang berkonflik tidak hanya mendapatkan keuntungan, tapi juga
untuk menundukkan saingannya. Selain itu, menurut Soerjono Soekanto konflik yaitu suatu proses sosial
orang per orang atau kelompok manusia yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang
pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa konflik merupakan suatu bentuk perbedaan atau pertentangan ide, pendapat, paham, dan
kepentingan diantara dua pihak atau lebih, dimana pertentangan tersebut dapat berbentuk fisik dan
nonfisik.

Kriteria Konflik Sosial

Kriteria konflik menurut Marck, Syinder, dan Gurr yaitu :

 Melibatkan dua pihak atau lebih.

 Pihak-pihak tersebut saling tarik-menarik dalam aksi-aksi saling memusuhi.

 Cendering menjalankan perilaku koersif.

 Dapat dideskripsikan dengan mudah oleh para pengamat sosial yang tidak terlibat dalam
pertentangan.

Sebab Konflik Sosial

Suatu konflik sudah tentu tidak muncul begitu saja. Banyak faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya
konflik sosial. Apa saja faktor penyebab konflik sosial? Ini dia :

 Adanya perbedaan kepentingan dan tujuan dari kedua belah pihak yang bertentangan.

 Perbedaan latarbelakang kebudayaan yang berkaitan dengan individu atau kelompok.

 Perbedaan ras, yaitu segolongan manusia yang memiliki ciri fisik yang sama.

 Perbedaan individu menyangkut perasaan, pendirian, gagasan, ide yang berkaitan dengan harga
diri, kebanggaan, dan identitas diri.

 Perbedaan kepentingan antarindividu atau kelompok terutama dalam kehidupan ekonomi dan
politik.

 Perubahan sosial yang berlangsung cepat sehingga mengganggu keseimbangan sistem nilai dan
norma yang berlaku di masyarakat.

Bentuk Konflik Sosial

Konflik sosial sendiri terdiri dari beberapa bentuk, berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai bentuk-
bentuk konflik sosial dan contohnya dalam masyarakat.

Bentuk Konflik Sosial Secara Umum

Secara umum, bentuk konflik sosial terdiri dari tujuh bentuk, yaitu :

1. Konflik Pribadi

Konflik ini terjadi dikarenakan ada dua individu yang mana sedang mengalami sebuah masalah pribadi
dan saling tidak ingin menyadari kesalahan masing-masing. Dalam konflik pribadi, biasanya masing-
masing individu akan berusaha untuk mengalahkan lawannya. Contoh dalam kehidupan sehari-hari
adalah perselisihan paham, tawuran pelajar, dan lainnya.

2. Konflik Antar Kelas

Konflik yang terjadi antar kelompok ataupun individu yang memiliki masalah dengan individu lainnya
yang berada di kelompok (kelas) lainnya. Yang dimaksud kelas disini dapat diartikan sebagai kedudukan
seseorang ataupun kelompok di dalam lingkungan masyarakat secara vertikal (kelas atas atau kelas
bawah). Contoh yang sering terjadi misalnya saja ketika buruh mengadakan unjuk rasa kepada pimpinan
perusahaan untuk bisa menaikkan gaji. Yang mana buruh disini dapat diartikan kelas bawah sedangkan
pimpinan perusahaan merupakan kelas atas.

3. Konflik Politik

Konflik sosial yang terjadi pada dua kelompok atau individu yang satu sama lainnya memiliki perbedaan
serta pandangan berbeda mengenai prinsip dari masalah ketatanegaraan yang akhirnya berdampak pada
perselisihan pandangan. Konflik politik ini bisa mengaitkan beberapa golongan-golongan tertentu dalam
masyarakat hingga negara. Contoh konflik politik misalnya terjadi perselisihan antara partai politik
dengan partai politik lainnya saat merumuskan undang-undang.

4. Konflik Rasial

Konflik rasial merupakan konflik yang terjadi diantara kelompok ras yang berbeda dikarenakan adanya
kepentingan serta kebudayaan yang bertabrakan satu sama lainnya.. Konflik ini biasanya terjadi karena
salah satu ras yang merasa lebih unggul dibandingkan dengan ras lainnya. Salah satu contoh yang cukup
populer dari konflik rasial ini adalah yang terjadi di Afrika Selatan, yaitu Politik Apartheid. Konflik ini
terjadi pada ras kulit putih yang merupakan penguasan dengan ras kulit hitam yang menjadi golongan
mayoritas yang ingin dikuasai.

5. Konflik Internasional

Konflik internasional merupakan konflik yang terjadi dengan melibatkan beberapa kelompok negara
dikarenakan adanya perbedaan kepentingan di dalamnya. Banyak sekali kasus konflik internasional yang
terjadi berawal dari konflik dua negara yang mana dikarenakan adanya masalah ekonomi dan politik.
Lambat laun, konflik yang terjadi diantara kedua negara ini berkembang dan menjadi konflik
internasional. Hal ini terjadi karena masing-masing negara mencari kawan sekutu yang memiliki visi serta
tujuan yang sama mengenai masalah yang sedang terjadi. Contoh dari konflik internasional misalnya saja
pada Negara Indonesia dan Malaysia yang memperebutkan perbatasan wilayah diantara kedua negara.

6. Konflik Antar Suku Bangsa

Konflik yang terjadi karena adanya perbedaan di dalam kehidupan masyarakat, antara suku bangsa yang
satu dengan yang lainnya. Perbedaan yang dimaksud adalah mulai dari abhasa daerah, adat istiadat,
kesenian daerah, seni bangunan rumah, serta tata susunan kekerabatan. Contohnya saja, adat
pernikahan suku Jawa dengan Suku Minang yang berbeda satu sama lainnya. Sehingga saat dua orang
yang berasal dari suku yang berbeda menikah, tentu saja terkadang terjadi perdebatan mengenai adat
yang akan digunakan.

7. Konflik Antar Agama

Bentuk-bentuk konflik sosial antara agama ini merupakan konflik yang terjadi pada pemeluk agama satu
sama lainnya. Contohnya saja cara berpakaian, cara bersosialisasi, corak kesenian, penerapan hukum
warisan, dan lainnya.

Bentuk Konflik Sosial Berdasar Sifat

1. Konflik Konstruktif
Konflik yang memiliki sifat fungsional yang terjadi dikarenakan adanya perbedaan pemahaman dari
individu ataupun kelompok saat menghadapi sebuah permasalahan yang terjadi. Konflik konstruktif ini
nantinya dapat menimbulkan konsensus dari berbagai pemahaman serta mencitakan sebuah perbaikan.
Sehingga konflik ini nantinya akan memberikan nilai positif pada pengembangan organisasi atau
komunitas. Misalnya saja, di dalam sebuah organisasi atau komunitas akan terjadi perbedaan
pemahaman diantara anggota satu sama lainnya.

2. Konflik Destruktif

Konflik destruktif merupakan konflik yang terjadi karena adanya perasaan yang kurang senang, benci,
bahkan dendam dari indvidu atau kelompok kepada pihak-pihak lainnya. Konflik destruktif menciptakan
bentrokan-bentrokan fisik yang membuat hilangnya harta benda hingga nyawa orang lain. Misalnya saja
seperti bentrok yang terjadi di Sambas, Ambon, Kupang, dan lainnya.

Bentuk Konflik Sosial Berdasar Posisi Pelaku Yang Terkait Konflik

Berdaasr dari posisi pelaku yang melakukan atau terkait dengan konflik, maka konflik sosial dibagi
menjadi 3 bentuk yaitu :

1. Konflik Vertikal

Konflik vertikal adalah konflik yang terjadi diantara komponen masyarakat yang berada di dalam sebuah
pimpinan dengan karyawan yang ada di dalam kantor. Konflik ini terjadi karena adanya jabatan yang
berbeda. Contoh nya saja karyawan yang berdebat dengan atasan/kepala mengenai sebuah permasalah
di kantor.

2. Konflik Horizontal

Konflik horizontal merupakan konflik yang terjadi diantara individu ataupun kelompok yang memiliki
kedudukan yang hampir atau bahkan sama. Contoh konflik horizontal ini biasanya konflik yang terjadi
pada anggota-anggota di dalam sebuah organisasi.

3. Konflik Diagonal

Konflik diagonal merupakan konflik yang muncul karena adanya pengalokasian sumber daya yang tidak
adil pada semua organisasi yang akhirnya menyebabkan terjadinya pertentangan yang cukup ekstrim.
Contoh konflik diagonal misalnya saja konflik GAM yang terjadi di Nangroe Aceh Darussalam.

Bentuk Konflik Sosial Berdasar Sifat Pelaku Yang Berkaitan Dengan Konflik

Bentuk konflik sosial yang berdasar pada sifat belaku yang ikut dan berkaitan dengan konflik dibedakan
menjadi dua bentuk yaitu :

1. Konflik Terbuka

Konflik terbuka merupakan konflik yang kejadiannya diketahui oleh banyak pihak bahkan masyarakat
umum. Contoh dari konflik terbuka ini adalah konflik yang sedang terjadi pada Negara Israel dan
Palestina.

2. Konflik Tertutup

Konflik tertutup merupakan konflik yang terjadi dan hanya diketahui oleh beberapa pihak saja, yaitu
individu atau kelompok yang terlibat dalam konflik tersebut. Contohnya saja konflik yang terjadi di dalam
keluarga, tentu saja pihak lain di luar keluarga tersebut tidak mengetahui hal tersebut.

Bentuk Konflik Sosial Berdasar Dengan Bentuk

Berdasarkan dari bentuk, konflik sosial terdiri menjadi beberapa bentuk yaitu :
1. Konflik Realistis

Merupakan konflik yang terjadi karena adanya rasa kekecewaan dari individu atau kelompok tentang
perkiraan keuntungan atau tuntutan yang ada dalam sebuah lingkungan sosial. Contoh dari konflik
realistis ini misalnya saja karyawan yang melakukan mogok bersama karena adanya ketidaksetujuan
dengan pihak perusahaan mengenai sebuah kebijakan tertentu.

2. Konflik Nonrealistis

Merupakan konflik yang didasarkan pada sebuah kebutuhan yang digunakan untuk meredakan
ketegangan, setidaknya dari salah satu pihak yang berkaitan. Contoh dari konflik non realistis ini adalah
penggunaan jasa ilmu-ilmu gaib yang digunakan untuk membalas dendam terhadap perilaku orang lain
terhadap kita.

Bentuk Konflik Sosial Berdasar Pendapat Ralf Dahrendorf

Menurut pendapat Ralf Dahrendorf, konflik sosial terbagi menjadi 4 bentuk yaitu :

1. Konflik Peran, konflik yang terjadi di dalam sebuah peranan sosial. Konflik peran ini merupakan
kondisi dimana seseorang menghadapi berbagai harapan berbeda dengan peranan yang
dimilikinya.

2. Konflik antara kelompok sosial

3. Konflik antara kelompok yang sudah tergorganisis dengan kelompok yang tidak terorganisi

4. Konflik antara satuan nasional, misalnya saja antara partai politik, antara negara, antar organisasi
internasional, dan lainnya.

Hasil Konflik Sosial

Ada tiga hasil konflik, yaitu :

1. Konflik Kalah-Kalah

2. Konflik Menang-Kalah

3. Konflik Menang-Menang

Pengendalian Konflik (Akomodasi)

Akomodasi merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan pertentangan, baik dengan cara menghargai
kepribadian yang berkonflik atau bisa juga dengan cara paksaan atau tekanan. Bentuk-bentuk akomodasi
antara lain sebagai berikut:

1. Koersi merupakan akomodasi yang terjadi melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu terhadap
pihak lain yang lebih lemah.

2. Kompromi merupakan bentuk akomodasi ketika pihak-pihak yang terlibat perselisihan saling
mengurangi tuntutan agar tercapai suatu penyelesaian

3. Arbitrasi merupakan bentuk akomodasi apabila pihak-pihak yang berselsisih tidak sanggup
mencapai kompromi sendiri sehingga mengundang pihak ketiga yang berhak memberikan
keputusan.

4. Mediasimerupakan bentuk akomodasi yang hampir sama dengan arbitrasi. Namun pihak ketiga
yang diundang tidak berhak memberikan keputusan.
5. Konsiliasi merupakan bentuk akomodasi dengan mempertemukan keinginan-keinginan dari
pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.

6. Toleransi merupakan bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang resmi

7. Stalematemerupakan bentuk akomodasi ketika kelompok-kelompok yang terlibat pertentangan


mempunyai kekuatan seimbang, sehingga pertentangan antara keduanya akan berhenti dengan
sendirinya.

8. Ajudikasi merupakan penyelesaian masalah atau sengketa melalui jalur hukum.

Akibat Terjadinya Konflik Sosial

Suatu konflik sosial sudah pasti menimbulkan dampak bagi kehidupan masyarakat disekitarnya, baik
dampak positif maupun negatif. Berikut penjelasannya :

1. Dampak Positif

Bertambahnya solidaritas dalam kelompok sendiri, munculnya pribadi-pribadi yang kuat atau tahan uji
menghadapi berbagai situasi politik, serta munculnya kompromi baru jika pihak yang berkonflik dalam
kekuasaan seimbang.

2. Dampak Negatif

Retaknya persatuan kelompok, hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia, berubahnya sikap
dan kepribadian individu yang mengarah pada hal yang bersifat negatif, serta munculnya dominasi
kelompok yang menang terhadap kelompok yang salah.

Upaya Menyelesaikan Konflik Sosial di Masyarakat

Usaha manusia untuk meredakan pertikaian atau konflik dalam mencapai


kestabilan dinamakan “akomodasi”. Pihak-pihak yang berkonflik kemudian
saling menyesuaikan diri pada keadaan tersebut dengan cara bekerja sama.
Bentuk-bentuk akomodasi :

1. Gencatan senjata, yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu, guna
melakukan suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya : untuk melakukan
perawatan bagi yang luka-luka, mengubur yang tewas, atau mengadakan perundingan
perdamaian, merayakan hari suci keagamaan, dan lain-lain.

2. Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang
memberikan keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti
ini terlihat setiap hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan
informal. Jika pihak ketiga tidak bisa dipilih maka pemerintah biasanya menunjuk pengadilan.

3. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan
yang mengikat. Contoh : IMN membantu menyelesaikan perselisihan antara Perusahaan
Perkebunan dengan Masyarakat Setempat, dll.

4. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih


sehingga tercapai persetujuan bersama. Misalnya : Panitia tetap penyelesaikan perburuhan
yang dibentuk Departemeapai kestabilan n Tenaga Kerja. Bertugas menyelesaikan persoalan
upah, jam kerja, kesejahteraan buruh, hari-hari libur, dan lain-lain.

5. Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan
yang seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini terjadi
karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur. Sebagai contoh : adu
senjata antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang dingin.

6. Adjudication (ajudikasi), yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.


Adapun cara-cara yang lain untuk memecahkan konflik adalah :

1. Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik, yang
diungkapkan dengan ucapan antara lain : kami mengalah, kami keluar, dan sebagainya.

2. Subjugation atau domination, yaitu orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar
untuk dapat memaksa orang atau pihak lain menaatinya. Sudah barang tentu cara ini bukan
suatu cara pemecahan yang memuaskan bagi pihak-pihak yang terlibat.

3. Majority rule, yaitu suara terbanyak yang ditentukan melalui voting untuk mengambil
keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi.

4. Minority consent, yaitu kemenangan kelompok mayoritas yang diterima dengan senang hati
oleh kelompok minoritas. Kelompok minoritas sama sekali tidak merasa dikalahkan dan
sepakat untuk melakukan kerja sama dengan kelompok mayoritas.

5. Kompromi, yaitu jalan tengah yang dicapai oleh pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik.

6. Integrasi, yaitu mendiskusikan, menelaah, dan mempertimbangkan kembali pendapat-


pendapat sampai diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak.

Anda mungkin juga menyukai