Macam-macam konflik sosial itu terbagi dalam berbagai kategori.
Perinciannya bisa dicermati
dalam pemaparan berikut ini. 1. Konflik sosial berdasarkan posisi pelaku Berdasarkan posisi pelaku, konflik sosial bisa dibedakan jadi 2 macam. Keduanya: konflik vertikal dan konflik horizontal. Konflik horizontal adalah konflik antarpihak yang derajat atau kedudukannya sama. Contoh konflik sosial ini adalah pertikaian dengan kekerasan antarsuku, atau tawuran antarwarga beda kampung. Sementara konflik vertikal adalah konflik yang melibatkan pihak yang kedudukannya tidak sejajar. Contoh konflik vertikal adalah bentrok polisi dan masyarakat yang menolak digusur. 2. Konflik sosial berdasarkan sifat pelaku Berdasarkan sifat pelaku, konflik sosial bisa dibedakan menjadi konflik terbuka dan tertutup. Kedua jenis ini berbeda dari segi penampakan konfliknya. Untuk yang pertama, yakni konflik terbuka, adalah konflik sosial yang diketahui oleh semua orang. Jadi, konflik itu tidak hanya diketahui oleh pihak yang terlibat, tapi juga khalayak umum yang tak terkait dengannya. Contoh konflik sosial terbuka ialah demonstrasi buruh, demonstrasi mahasiswa pada 1998, demo aktivis dan mahasiswa menolak Omnibus Law, dan sejenisnya. Sementara konflik tertutup merupakan konflik yang diketahui oleh beberapa pihak saja, misalnya oleh pihak yang terkait saja. Contohnya, pemberian gaji pada karyawan WNI dengan karyawan WNA di suatu perusahaan tidak sama, padahal peran keduanya dalam bekerja setara. Namun, konflik sosial ini belum muncul ke permukaan sehingga tidak diketahui oleh siapapun di luar perusahaan. 3. Konflik sosial berdasarkan waktu Berdasarkan kategori waktu, konflik sosial dibedakan menjadi konflik sesaat (spontan) dan konflik berkelanjutan. Konflik sesaat dapat terjadi dalam waktu singkat atau sesaat saja karena adanya kesalahpahaman antara pihak yang berkonflik. Contohnya: bentrok antarwarga karena masalah salah paham. Sedangkan konflik berkelanjutan terjadi dalam waktu yang lama dan sulit untuk diselesaikan. Hal ini bisa dilihat contohnya pada konflik antarsuku yang berkepanjangan. 4. Konflik sosial berdasarkan tujuan organisasi Jika dilihat berdarkan tujuan organisasi, macam-macam konflik sosial bisa dipilah menjadi konflik fungsional dan disfungsional. Konflik fungsional merupakan konflik yang mendukung tercapainya tujuan organisasi dan bersifat konstruktif. Contohnya, persaingan antara organisasi pramuka dan OSIS di sebuah sekolah yang lantas mendorong masing-masing kelompok berlomba dalam meraih prestasi. Adapun konflik disfungsional adalah konflik yang menghambat tercapainya tujuan suatu organisasi dan bersifat destruktif (merusak). Contohnya adalah konflik perebutan posisi ketua satu organisasi yang berujung pada perpecahan pengurus, bahkan mungkin sampai memicu bentrok kekerasan. 5. Konflik sosial berdasarkan pengendaliannya Apabila ditelisik berdasarkan pengendaliannya, konflik sosial dapat dikategorikan jenisnya menjadi 4, yakni konflik terkendali, konflik tidak terkendali, konflik sistematis, dan konflik nonsistematis. Pertama, konflik terkendali terjadi saat pihak-pihak yang terlibat dapat mengendalikannya dengan baik, sehingga perselisihan tidak menyebar dan membesar dengan cepat. Contohnya, konflik antara karyawan dengan perusahaan mengenai nilai gaji. Kemudian konflik itu ditengahi oleh Dinas Tenaga Kerja melalui proses mediasi, dan akhirnya terjadi kesepakatan. https://tirto.id/macam-macam-konflik-sosial-dan-contohnya-di-masyarakat-gafW Pada umumnya, terdapat enam bentuk konflik social yang terjadi dalam kehidupan masyarakat beserta contoh dan solusinya berdasarkan refernsi tambahan dari buku materi pokok PDGK 4405/3sks/modul 1-9 UT Materi dan pembelajaran IPS di SD oleh Udin S. Winataputra, dkk hal 5.30 – 5.34, yaitu berikut ini : 1. Konflik pribadi Merupakan pertentangan yang terjadi secara individual yang melibatkan dua orang yang bertikai. Misalnya, pertentangan yang terjadi antar dua teman, perselisihan suami dengan istri, pertentangan antar pimpinan dengan salah seorang stafnya. Solusi : kompromi/diskusi, selesaikan dengan kepala dingin/tanpa menggunakan emosi, meminta pihak ke-3 yang netral untuk menengahkan/memberi solusi, focus pada cara menyelesaikan masalah tanpa merugikan pihak lain. 2. Konflik kelompok Konflik ini terjadi karena adanya pertentangan antara dua kelompok dalam masyarakat. Misalnya, pertentangan antara dua perusahaan yang memproduksi barang sejenis dalam memperebutkan daerah pemasaran, pertentangan antara dua kesebelasan olahraga. 3. Konflik Antarkelas social Konflik antar kelas dapat terjadi pada status social yang berbeda, yang dapat disebabkan oleh perbedaan kepentingan atau perbedaan pandangan. Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan bentuk konflik ini, seperti pertentangan antara majika dengan buruh, pertentangan antara yang kaya dengan yang miskin, antara petani dengan tuan tanah. Solusinya : 4. Konflik Rasial Ras, yaitu sekelompok manusia yang memiliki ciri-ciri badaniah yang sama dan berbeda dengan kelompok lainnya. Ciri-ciri tersebut dapat terlihat dari bentuk tubuh, warna kulit, corak rambut , bentuk muka dan lain-lain.Jadi, komflik rasial ini adalah pertikaian yang terjadi karena didasarkan perbedaan pandangan terhadap adanya perbedaan ciri-ciri jasmaniah tersebut. Misalnya, ras kaukasoid dipandang lebih tinggi derajatnya dibandingkan ras negroid sehingga sering terjadi pertikaian yang disebabkan oleh perbedaan ras tersebut, seperti apartheid dan diskriminasi di Amerika. 5. Konflik Politik Politik merupakan salah satu aspek dalam system social yang menyangkut masalah kekuasaan, wewenang, dan pemerintahan. Konflik politik, yaitu pertentangan yang terjadi dalam masyrakat karena perbedaan pendapat/ideology yang dianut oleh masing-masing kelompook. Misalnya, pertikaian antar kaum penjajah dengan pribumi, pertentangan antardua partai politik. 6. Konflik Budaya Pertentangan yang terjadi dalam masyarakat disebabkan oleh adanya perbedaan budaya. Konflik dapat dibedakan ke dlm 3 kelompok brdasarkan tingkatannya, yaitu berikut ini : a. Konflik tingkat rendah yang tidak rasional yang bertujuan untuk membinasakan lawan secara langsung dengan menggunakan kekerasan. Misalnya, perkelahian antardua geng atau perkelahian antarpelajar. b. Konflik tingkat menengah Pertentangan yang menggunakan strategi untuk mengalahkan lawan, mungkin dengan cara kekerasan yang menggunakan pihak lain. Misalnya, seorang calon kepala desa menggunakan money politic untuk mengalahkan lawannya c. Konflik tingkat tinggi Konflik yang positif karena pertentangannya yang terjadi berlangsung secara lebih rasional, berdasarkan pandangan yang berbeda, tetapi memiliki dasar pemikiran yang nyata.Misalnya, debat pendapat atau dalam rangka mencari solusi untuk suatu masalah sehingga tujuan utamanya ditemukannya kesamaan pendapat atau terpecahkannya masalah. Terdapat beberapa cara penyelesaian konflik berdasarkan kebiasaan-kebiasaan yang digunakan masyarakat untuk penyelesaiannya. 1. Konsiliasi (Perdamaian) Melalui upaya mempertemukan dua pihak yang bertikai atau berselishi guna mencapainya kesepakatan untuk mengadakan damai antar keduanya. Merupakan keinginan kedua belah pihak yang berselisih. 2. Mediasi (Perantara / Media ) Cara untuk menyelesaikan suatu konflik dengan menggunakan jasa pihak ketiga sebagai perantara/media yang menjadi penghubung diantara kedua belah pihak yang berselisih. Perantara berperan sebagai penampung dan penyampai keluhan serta aspirasi yang dirasakan oleh masing-masing pihak. 3. Arbitrase Melalui pengadilan yang dipimpin oleh seseorang yang berperan untuk memutuskan. Arbitrase ini tidak hanya formal/lembaga peradilan dimana hakim jadi, sebagai arbiter tetapi bisa juga secara informal dalam kegiatan-kegiatan social seperti wasit dalam sepak bola. 4. Paksaan Alternatif dalam menyelesaikan konflik apabila tidak terjadi keseimbangan di antara kedua belah pihak yang bertikai sehingga pihak yang lemah tidak dapat mengambil keputusan untuk meyelesaikan pertikaiannya karena pihak lawan lebih kuat. Sedangkan konflik tsb hrs diselesaikan, sehingga pihak yang lebih kuat lebih berperan untuk menentukan cara penyelesaiannya, baik melalui paksaan secara psikologis maupun fisik, dengan tujuan supaya pihak yang lemah mengakhiri pertikaiannya dengan mengadakan kepatuhan kepada pihak paling kuat. 5. Détente Mengendurkan/mengurangi tegangan, lebih bersifat persuasive terhadap kedua belah pihak yang berselisih. Ketegangan2 yang ditimbulkan akibat konflik dapat dikurangi melau cara-cara diplomatis, yang dapat memberikan kemungkinan-kemungkinan kepada kedua belah pihak yang bertikai mempersiapkan diri untuk mengadakan penyelesaian secara damai.
Manajemen konflik dalam 4 langkah: Metode, strategi, teknik-teknik penting, dan pendekatan operasional untuk mengelola dan menyelesaikan situasi konflik