A. Pengertian Konflik
Dalam suatu hubungan antarpribadi akan selalu ada unsur-unsur
konflik, perbedaan kepentingan dan pertentangan pendapat yang
menyertainya. Konflik sendiri berasal dari bahasa Latin “con” yang
memiliki arti bersama, dan “figure” yang memiliki arti benturan
atau tabrakan. Adapun definisi konflik menurut beberapa ahli,
diantaranya:
1. Cassel Concise English Dictionary (1989) berpendapat bahwa
konflik adalah suatu pertarungan, suatu benturan, suatu pergulatan:
pertentangan sebagai kepentingan, opini-opini atau tujuan-tujuan;
pergulatan mental, penderitaan batin.
2. Dalam bukunya yang berjudul “Organization Behavior”, Robbins
(1996) berpendapat bahwa konflik ialah proses interaksi yang terjadi
akibat ketidaksesuain antara dua opini (sudut pandang) yang
berpengaruh atas pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif
maupun pengaruh negatif.
3. Menurut Luthas (1981), konflik itu timbul karena adanya kekuatan
yang saling bertentangan. Kekuatan-kekuatan ini berasal dari
keinginan manusia.
4. Menurut Lawang (1994), konflik ialah perjuangan untuk
mendapatkan hal-hal yang langka seperti nilai, kekuasaan, status,
dan lain sebagainya dimana tujuan dari berkonflik itu tidak hanya
untuk memperoleh keuntungan tetapi juga menundukkan pihak
lawan. Selain itu konflik bisa diartikan sebagai benturan power atau
kekuatan serta kepentingan antara satu kelompok dengan yang lain
dalam proses perebutan sumber-sumber kemasyarakatan yang relatif
terbatas.
Dari pengertian konflik dari beberapa ahli di atas, bisa disimpulkan
bahwa konflik adalah perselisihan, percekcokan, dan pertentangan yang
terjadi antara anggota dan masyarakat yang bertujuan untuk mencapai
suatu hal yang dinginkan dengan cara saling menantang dengan ancaman
dan kekerasan.
Pertikaian atau konflik menjadi suatu masalah hubungan di dalam
komunikasi antarpribadi. Biasanya apabila hubungan komunikasi
antarpribadi tidak berjalan dengan baik, maka ada kemungkinan tidak
berjalan baiknya hubungan komunikasi yang terjadi di dalam skala yang
lebih besar.
Untuk mencegah konflik dalam komunikasi antar pribadi,
komunikan dan komunikator dituntut untuk saling memahami maksud
pesan yang disampaikan, agar pesan yang ditangkap sama dengan pesan
yang dikirimkan. Kenapa hal ini perlu diperhatikan?, karena umumnya
pesan yang disampaikan komunikan ke komunikator bisa memiliki
makna yang berbeda, perbedaan dalam pemaknaan pesan inilah yang
menimbulkan permasalahan baru.
Dalam sejarah manusia, konflik yang pertama sekali terjadi
adalah konflik antara kakak dan adik, Habil dan Khabil putra Nabi Adam
AS. Tidak ada satu pun orang yang bisa menghilangkan konflik dari
kehidupannya, walaupun sebenarnya ia sendiri tidak menginginkan
adanya konflik yang terjadi.
Hoda Lacey (2003) berkata bahwa bertentangan dengan pihak
lain bukanlah suatu hal yang buruk, apabila pertentangan dapat dikelola
secara baik, maka konflik tadi dapat menghasilkan sebuah pembelajaran,
perubahan, jalinan hubungan yang lebih baik, serta perasaan untuk punya
tujuan yang sama. Kebalikannya, jika konflik tidak bisa dikelola dengan
baik, maka akan menimbulkan malapetaka, sehingga timbul
pengorbanan mulai dari perasaan hingga pengorbanan jiwa.
uatu konflik tidak akan selesai jika kita menghindarinya, konflik
yang ada harus disambut dengan baik, belajar dar konflik, dan cobalah
untuk terus bergerak maju. Konflik akan selalu ada bersama dengan
adanya keberadaan manusia.
B. Bentuk-bentuk Konflik
Secara umum konflik yang ada dalam masyarakat di klasifikasikan ke
dalam beberapa bentuk, yaitu :
1. Berdasar Sifat
a. Konflik Destruktif
Muncul karena adanya perasaan benci, tidak senang, dan dendam
dari individu atau kelompok terhadap pihak lain. Biasanya
disertai dengan bentrokan fisiki yang berakibat hilangnya nyawa
dan harta benda. Misalkan saja konflik Ambon, Poso, Kupang,
dan lain sebagainya.
b. Konflik Konstruktif
Muncul karena adanya perbedaan opini atau pendapat dari
kelompok dalam menghadapi suatu permasalahan. Dari berbagai
pendapat ini maka akan menghasilkan suatu konsensus dan
perbaikan. Contoh sederhananya saja pada perbedaan pendapat
yang ada dalam sebuah organisasi.
F. Menyelesaikan Konflik
Penyelesaian konflik tidaklah sesederhana yang kita pikirkan. Kecepatan
dalam mengatasi konflik bergantung pada kesediaan dan keterbukaan
pihak yang terlibat untuk menyelasaikan konflik.
1. Contending ( bertanding)
Mencoba untuk menerapkan solusi yang mungkin lebih disukai oleh
salah satu pihak.
2. Yielding (mengalah)
Menurunkan aspirasi dan kehendak sendiri dan mau menerima
kekurangan dari apa yang sebenarnya diinginkan, guna
menyelesaikan konflik.
3. Persuasi
Adanya usaha untuk mengubah posisi pihak lain, dengan cara
menunjukkan apa kerugian yang mungkin saja timbul yang
didukung bukti-bukti faktual.
4. Problem Solving (pemecahan masalah)
Mencoba untuk mencari alternatif atau cara-cara lain yang bisa
memuaskan kedua belah pihak, dengan kata lain penyelesaian
konflik dilakukan dengan menggabungkan kebutuhan kedua pihak.
Melalui pertukaran informasi, perasaan, fakta dan kebutuhan yang
jujur dan terbuka antara kedua belah pihak bisa memicu rasa saling
percaya sehingga bisa mencari jalan keluar untuk menyelasikan
masalah atau konflik tadi.
5. With Drawing (menarik diri)
Lebih memilih untuk meninggalkan suatu konflik baik itu secara
fisik ataupun psikologis. Dengan kata lain adanya pengabaian
terhadap konflik yang terjadi. Cara ini akan efektif bila dalam
kehidupan kedua belah pihak tidak perlu melakukan interaksi dan
tidak efektif jika dalam kehidupan kedua pihak saling bergantung.
6. Penekanan dan pemaksaan
Adapun cara ini menekan dan memaksa pihak lain untuk
mengalah, akan jauh lebih efektif lagi jika salah satu pihak punya
wewenang formal atas pihak lain. Namun jika sama-sama tidak
memiliki wewenang satu sama lain, maka bisa digunakan
ancaman dan bentuk intimidasi lainnya. Sebenarnya cara ini
kurang efektif untuk dilakukan karena salah satu pihak di tuntut
untuk mengalah dan menyerah secara paksa.
7. Inaction (diam)
Tindakan tidak melakukan apapun. Masing-masing pihak saling
menunggu apa langkah berikutnya dari pihak lain, yang entah
sampai kapan.Suatu konflik yang terjadi antara dua individu
tidak bisa lagi diselesaikan secara baik-baik maka bisa meminta
bantuan pihak ketiga untuk menyelesaikan konflik. Adapun
jenis-jenis penyelesaian konflik oleh pihak ketiga, antara lain :
a. Arbitrasion (arbitrase)
Peran pihak ketiga disini ialah mendengarkan keluhan dari kedua
belah pihak dan juga berperan sebagai ‘hakim’ yang bisa
mencari pemecahan mengikat. Sayangnya cara ini dianggap
kurang menguntungkan kedua belah pihak secara sama, tapi
cara ini dianggap lebih baik dari pada muncul perilaku agresif
dan tindakan destruktif.
b. Conciliation (Konsiliasi)
Memungkinkan munculnya diskusi dan pengambilan
keputusanantara pihak yang berlawanan tentang isu-isu yang
mereka pertentangan guna menyelesaikan konflik yang terjadi.
c. Mediation (mediasi)
Mediator dianggap sebagai pihak yang bisa menangani masalah
dan konflik, dengan mengumpulkan fakta, mencoba untuk
menjalin komunikasi yang sempat terputus antara kedua belah
pihak, memperjelas masalah dan mencari pemecahan masalah
secara terpadu. Bakat dan ciri perilaku mediator mempengaruhi
efektif tidaknya penanganan konflik.
d. Konsultasi
Berguna untuk memperbaiki hubungan kedua belah pihak dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyelesaikan
konflik. Disini konsultan tidak punya hak dan wewenang untuk
mengambil keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat mengatasi konflik, yaitu :
a) Menciptakan sistem serta pengalaman komunikasi efektif.
b) Melakukan pencegahan sebelum tejadinya konflik yang bersifat
destruktif.
c) Perlu adanya peraturan serta prosedur yang baku.
d) Membina dan mengembangkan rasa solidaritas, toleransi, dan
saing pengertian antar sesama.
RINGKASAN
Konflik menjadi gejala sosial yang akan selalu hadir dalam
kehidupan sosial masyarakat. Salah satu sifat dari konflik adalah
inheren, yang berarti konflik akan senantiasa hadir dalam setiap
ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja.
• Konflik adalah perselisihan, percekcokan, dan pertentangan yang
terjadi antara anggota dan masyarakat yang bertujuan untuk
mencapai suatu hal yang dinginkan dengan cara saling menantang
dengan ancaman dan kekerasan.
• Bentuk-bentuk Konflik
a. Berdasar sifat ; konflik destruktif dan konflik konstruktif
b. Berdasar posisi perilaku yang berkonflik ; konflik horizontal,
konflik vertkal dan konflik diagonal
• Soerjono Soekanto membagi konflik sosial kedalam lima bentuk,
yaitu :
a. Pertentangan pribadi
b. Pertentangan rasial
c. Pertentangan antara kelas-kelas sosial
d. Pertentangan politik
e. Pertentangan yang bersifat internasional
• Tiga kategori perilaku konflik menurut Hocker dan Wilmot
a. Konflik penghindaran, yang meliputi strategi yang banyak untuk
menghindari konfrontasi.
b. Konflik persaingan, digunakan untuk menjadi pemenang.
c. Konflik kolaborasi
• Faktor penyebab konflik
a. Adanya perbedaan individu yang didalamnya ada perbedaan pribadi
dan perasaan.
b. Adanya perbedaan latar belakang kebudayaan yang membentuk
pribadi-pribadi yang berbeda.
c. Adanya perbedaan kepentingan antara individu.
• Dampak positif konflik
a. Membuat kita sadar jika ada permasalahan yang perlu diselesaikan
dalam suatu hubungan.
b. Memberi dorongan bagi individu untuk melakukan suatu perubahan
dalam dirinya.
c. Menjadikan hidup seseorang lebih menarik.
d. Menghilangkan ketegangan-ketegangan kecil yang biasanya ada
dalam suatu hubungan dengan orang lain.
e. Membuat kita menyadari bagaimana sebenarnya diri kita.
f. Memperkuat rasa solidaritas dan rasa in-group suatu kelompok.
• Dampak negatif konflik
a. Alih-alih memperkuat kesatuan, konflik malah bisa menghancurkan
kesatuan kelompok.
b. Memicu perubahan kepribadian individu.
c. Mengahancurkan nilai-nilai dan norma sosial yang ada.
• Cara mencegah dan mengatasi konflik
a. Disiplin
b. Pertimbangan pengalaman dan tahap kehidupan
c. Komunikasi
d. Mendengarkan degan aktif
• Menyelasikan konflik
Secara garis besar penyelesain konflik melalui dua cara yang
pertama menyelesaikan konflik dengan pihak-pihak yang terkait dan
terlibat dan yang kedua, dengan bantuan pihak ketiga.
a. Penyelesain masalah antar pihak terkait dengan berbagai cara, antara
lain : contending ( bertanding), yielding (mengalah), persuasi,
problem solving (pemecahan masalah), with drawing (menarik diri),
penekanan dan pemaksaan, inaction (diam)
b. Penyelesaian masalah melalui pihak ketiga, antara lain : arbitrasion
(arbitrase), conciliation (konsiliasi), mediation (mediasi), konsultasi
• Konflik dan perubahan sosial
Konflik menjadi bagian dari suatu dinamika sosial yang lumrah
dalam setiap interaksi sosial yang terjadi pada keseharian
masyarakat. Konflik bisa membawa perubahan yang baik karena dengan adanya
konflik maka akan mendorong rubahan dalam masyarakat. Selain perubahan
yang baik, konflik juga dapat membawa perubahan yang buruk jika konflik
tersebut terjadi secara berkelanjutan tanpa adanya usaha untuk mencari solusi
yang dianggap bisa bermanfaat bagi semua pilihan.