Anda di halaman 1dari 16

BAB III

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Konflik


1. Pengertian Konflik

Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan

sosial, sehingga konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada

dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Dalam pandangan

ini, masyarakat merupakan arena konflik atau arena pertentangan dan integrasi

yang senantiasa berlangsung. Oleh sebab itu, konflik dan integrasi sosial

merupakan gejala yang selalu mengisi setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang

mendorong timbulnya konflik dan integrasi adalah adanya persamaan dan

perbedaan kepentingan sosial.

Dalam setiap kehidupan sosial tidak ada satu pun manusia yang memiliki

kesamaan yang persis, baik dari unsur etnis, kepentingan, kemauan, kehendak,

tujuan dan sebagainya. Diantara konflik ada beberapa yang dapat diselesaikan.

Akan tetapi, ada juga yang tidak dapat diselesaikan sehingga menimbulkan

beberapa aksi kekerasan. Kekerasan merupakan gejala tidak dapat diatasinya

akar konflik sehingga menimbulkan kekerasan dari model kekerasan yang

terkecil hingga peperangan.

Istilah “konflik” secara etimologis berasal dari bahasa Latin “con” yang

berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan9. Pada
9
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011), h. 345.

22
23

umumnya istilah konflik sosial mengandung suatu rangkaian fenomena

pertentangan dan pertikaian antar pribadi melalui dari konflik kelas sampai

pada pertentangan dan peperangan internasional.

Coser mendefinisikan konflik sosial sebagai suatu perjuangan terhadap

nilai dan pengakuan terhadap status yang langka, kemudian kekuasaan dan

sumber-sumber pertentangan dinetralisir atau dilangsungkan atau dieliminir

saingannya10.

Konflik artinya percekcokan, perselisihan dan pertentangan. Sedangkan

konflik sosial yaitu pertentangan antar anggota atau masyarakat yang bersifat

menyeluruh dikehidupan11. Konflik yaitu proses pencapaian tujuan dengan cara

melemahkan pihak lawan, tanpa memperhatikan norma dan nilai yang

berlaku12.

Dalam pengertian lain, konflik adalah merupakan suatu proses sosial

yang berlangsung dengan melibatkan orang-orang atau kelompok-kelompok

yang saling menantang dengan ancaman kekerasan13.

Menurut lawang konflik diartikan sebagai perjuangan untuk memperoleh

hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan dan sebagainya dimana

tujuan mereka berkonflik itu tidak hanya memperoleh keuntungan tetapi juga

10
Irving M. Zeitlin, Memahami Kembali Sosiologi, (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1998), h.156.
11
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h.587.
12
Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), h.99.
13
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), h. 68.
24

untk menundukkan pesaingnya. Konflik dapat diartikan sebagai benturan

kekuatan dan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lain dalam

proses perebutan sumber kemasyarakatan (ekonomi, politik, sosial dan budaya)

yang relatif terbatas14.

Dari berbagai pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa konflik

adalah percekcokan, perselisihan dan pertentangan yang terjadi antar anggota

atau masyarakat dengan tujuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan

dengan cara saling menantang dengan ancaman kekerasan.

Konflik sosial adalah salah satu bentuk interaksi sosial antara satu pihak

dengan pihak lain didalam masyarakat yang ditandai dengan adanya sikap

saling mengancam, menekan, hingga saling menghancurkan. Konflik sosial

sesungguhnya merupakan suatu proses bertemunya dua pihak atau lebih yang

mempunnyai kepentingan yang relative sama terhadap hal yang sifatnya

terbatas.

Dalam bentuknya yang ekstrem, konflik itu dilangsungkan tidak hanya

sekedar untuk mempertahankan hidup dan eksistensi, akan tetapi juga

bertujuan sampai ketaraf pembinasaan eksistensi orang atau kelompok lain

yang dipandang sebagai lawan atau saingannya.

2. Bentuk-bentuk Konflik

Secara garis besar berbagai konflik dalam masyarakat dapat

diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk konflik berikut ini :

14
Robert lawang, Buku Materi Pokok Pengantar Sosiologi, (Jakarta:universitas terbuka
1994). h.53.
25

a. Berdasarkan sifatnya

Berdasarkan sifatnya, konflik dapat dibedakan menjadi konflik

destruktuif dan konflik konstruktif.

1. Konflik Destruktif

Merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan

tidak senang, rasa benci dan dendam dari seseorang ataupun

kelompok terhadap pihak lain Pada konflik ini terjadi bentrokan-

bentrokan fisik yang mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta

benda seperti konflik Poso, Ambon, Kupang, Sambas, dan lain

sebagainya.

2. Konflik Konstruktif

Merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini

muncul karena adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok

dalam menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini akan

menghasilkan suatu konsensus dari berbagai pendapat tersebut dan

menghasilkan suatu perbaikan. Misalnya perbedaan pendapat dalam

sebuah organisasi15.

b. Berdasarkan Posisi Pelaku yang Berkonflik

1. Konflik Vertikal

15
Dr. Robert H. Lauer, Perspektif Tentang Perubahan Sosial, (Jakarta : PT. Rineka Cipta,
2001), h.98.
26

Merupakan konflik antar komponen masyarakat di dalam satu

struktur yang memiliki hierarki. Contohnya, konflik yang terjadi antara

atasan dengan bawahan dalam sebuah kantor.

2. Konflik Horizontal

Merupakan konflik yang terjadi antara individu atau kelompok

yang memiliki kedudukan yang relatif sama. Contohnya konflik yang

terjadi antar organisasi massa.

3. Konflik Diagonal

Merupakan konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan

alokasi sumber daya ke seluruh organisasi sehingga menimbulkan

pertentangan yang ekstrim. Contohnya konflik yang terjadi di Aceh16.

Soerjono Soekanto membagi konflik sosial menjadi lima bentuk yaitu:

1. Konflik atau pertentangan pribadi, yaitu konflik yang terjadi antara dua

individu atau lebih karena perbedaan pandangan dan sebagainya.

2. Konflik atau pertentangan rasial, yaitu konflik yang timbul akibat

perbedaan-perbedaan ras.

3. Konflik atau pertentangan antara kelas-kelas sosial, yaitu konflik yang

terjadi disebabkan adanya perbedaan kepentingan antar kelas sosial.

4. Konflik atau pertentangan politik, yaitu konflik yang terjadi akibat adanya

kepentingan atau tujuan politis seseorang atau kelompok.

16
Kusnadi, Masalah Kerja Sama, Konflik dan Kinerja, (Malang : Taroda, 2002), h. 67.
27

5. Konflik atau pertentangan yang bersifat internasional, yaitu konflik yang

terjadi karena perbedaan kepentingan yang kemudian berpengaruh pada

kedaulatan negara17.

Sementara itu, Ralf Dahrendorf mengatakan bahwa konflik dapat

dibedakan atas empat macam, yaitu sebagai berikut :

1. Konflik antara atau yang terjadi dalam peranan sosial, atau biasa disebut

dengan konflik peran. Konflik peran adalah suatu keadaan di mana individu

menghadapi harapanharapan yang berlawanan dari bermacam-macam

peranan yang dimilikinya.

2. Konflik antara kelompok-kelompok sosial.

3. Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisir dan tidak terorganisir.

4. Konflik antara satuan nasional, seperti antar partai politik, antar negara, atau

organisasi internasional18.

3. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Konflik

Para sosiolog berpendapat bahwa akar dari timbulnya konflik yaitu

adanya hubungan sosial, ekonomi, politik yang akarnya adalah perebutan atas

sumber-sumber kepemilikan, status sosial dan kekuasaan yang jumlah

ketersediaanya sangat terbatas dengan pembagian yang tidak merata di

masyarakat19.

17
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,(Jakarta: Rajawali Pers, 1992), h.86.
18
Dr. Robert H. Lauer, Op.Cit, h.102.
19
Elly M. Setiadi dan Usman Kolip, Op.Cit, h. 361.
28

Ketidak merataan pembagian aset-aset sosial di dalam masyarakat

tersebut dianggap sebagai bentuk ketimpangan. Ketimpangan pembagian ini

menimbulkan pihak-pihak tertentu berjuang untuk mendapatkannya atau

menambahinya bagi yang perolehan asset sosial relatif sedikit atau kecil.

Sementara pihak yang telah mendapatkan pembagian asset sosial tersebut

berusaha untuk mempertahankan dan bisa juga menambahinya. Pihak yang

cenderung mempertahankan dan menambahinya disebut sebagai status quo dan

pihak yang berusaha mendapatkannya disebut sebagai status need. Pada

dasarnya, secara sederhana penyebab konflik dibagi dua, yaitu:

a. Kemajemukan horizontal, yang artinya adalah struktur masyarakat yang

mejemuk secara kultural, seperti suku bangsa, agama, ras dan majemuk

sosial dalam arti perbedaan pekerjaan dan profesi seperti petani, buruh,

pedagang, pengusaha, pegawai negeri, militer, wartawan, alim ulama, sopir

dan cendekiawan. Kemajemukan horizontal-kultural menimbulkan konflik

yang masing-masing unsur kultural tersebut mempunyai karakteristik

sendiri dan masing-masing penghayat budaya tersebut ingin

mempertahankan karakteristik budayanya tersebut. Dalam masyarakat yang

strukturnya seperti ini, jika belum ada konsensus nilai yang menjadi

pegangan bersama, konflik yang terjadi dapat menimbulkan perang saudara.

b. Kemajemukan vertikal, yang artinya struktur masyarakat yang terpolarisasi

berdasarkan kekayaan, pendidikan, dan kekuasaan. Kemajemukan vertikal

dapat menimbulkan konflik sosial kerena ada sekelompok kecil masyarakat

yang memiliki kekayaan, pendidikan yang mapan, kekuasaan dan


29

kewenangan yang besar, sementara sebagian besar tidak atau kurang

memiliki kekayaan, pendidikan rendah, dan tidak memiliki kekuasaan dan

kewenangan. Pembagian masyarakat seperti ini merupakan benih subur bagi

timbulnya konflik sosial20.

Namun, beberapa sosiolog menjabarkan banyak faktor yang

menyebabkan terjadinya konflik-konflik, diantaranya yaitu:

1. Perbedaan pendirian dan keyakinan orang perorangan telah menyebabkan

konflik antar individu21. Dalam konflik-konflik seperti ini terjadilah

bentrokan-bentrokan pendirian, dan masing-masing pihak pun berusaha

membinasakan lawannya. Membinasakan disini tidak selalu diartikan

sebagai pembinasaan fisik, tetapi bisa pula diartikan dalam bentuk

pemusnahan simbolik atau melenyapkan pikiran-pikiran lawan yang tidak

disetujui. Di dalam realitas sosial tidak ada satu pun individu yang memiliki

karakter yang sama sehingga perbedaan pendapat, tujuan, keinginan

tersebutlah yang mempengaruhi timbulnya konflik sosial.

2. Perbedaan kebudayaan22. Perbedaan kebudayaan tidak hanya akan

menimbulkan konflik antar individu, akan tetapi bisa juga antar kelompok.

Pola-pola kebudayaan yang berbeda akan menimbulkan pola-pola

kepribadian dan pola-pola prilaku yang berbeda pula dikalangan khalayak

kelompok yang luas. Selain itu, perbedaan kebudayaan akan mengakibatkan

adanya sikap etnosentrisme yaitu sikap yang ditunjukkan kepada kelompok

20
Ibid.
21
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Op.Cit, h. 68.
22
Ibid
30

lain bahwa kelompoknya adalah yang paling baik. Jika masing-masing

kelompok yang ada di dalam kehidupan sosial sama-sama memiliki sikap

demikian, maka sikap ini akan memicu timbulnya konflik antar penganut

kebudayaan.

3. Perbedaan kepentingan. Mengejar tujuan kepentingan masing-masing yang

berbeda-beda, kelompok-kelompok akan bersaing dan berkonflik untuk

memperebutkan kesempatan dan sarana23.

Perbedaan pendirian, budaya, kepentingan, dan sebagainya tersebut

diatas sering terjadi pada situasi-situasi perubahan sosial. Dengan demikian

perubahan-perubahan sosial itu secara tidak langsung dapat dilihat sebagai

penyebab juga terjadinya (peningkatan) konflik-konflik sosial. Perubahan-

perubahan sosial yang cepat dalam masyarakat akan mengakibatkan

berubahnya sistem nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat. Dan

perubahan nilai-nilai di dalam masyarakat ini akan menyebabkan perbedaan-

perbedaan pendirian dalam masyarakat.

B. Tinjauan Umum tentang Damai Persfektif Fiqh Siyasah

Islam adalah agama yang mementingkan kemaslahatan dan kebahagiaan

manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Ajarannnya tetap aktual bagi manusia

disegala zaman dan tempat. Islam tidak hanya rahmat bagi manusia, tetapi juga

bagi alam semesta. Islam memperlakukan manusia secara adil tanpa membeda-

bedakan kebangsaan, warna kulit, dan agamanya. Berdasarkan prinsip ini, maka

23
Astrid Susanto, Pengantar Sosiologi Dan Perubahan Sosial, (Bandung:Bina Cipta,
2006), h.70
31

Islam membuat berbagai ketentuan yang mengatur hubungan antarmanusia, baik

sesama muslim sendiri maupun non-Muslim.

Dalam surah Al-Kahfi ayat 29 Allah memerintahkan kepada Nabi

Muhammad untuk menyampaikan kebenaran Islam.

ِِ‫طَ ِثِ ٍِم‬ َِ ‫هظَّهِ ِم‬


ِ ‫ٍه ِوَبرًا ِأَ َحب‬ ِ ِ‫شبِ َِء ِفَهٍَِكِفُرِ ِإِوَّبِ ِأَعِتَدِوَب ِن‬
َ ِ ‫م ِٱنِ َحقِ ِ ِمه ِ َّرثِّ ُكمِ ِفَ َمه ِ َشبِ َِء ِفَهٍُِؤِ ِمه ِ ََ َمه‬ ِِ ُ‫ََق‬
ِ ِ٩٢ِ‫سِٱن َّش َراةُِِ ََ َسبِ َءتِِ ُمرِتَفَقًب‬ َِ ِ‫مٌَِشِ ُِيِٱنِ ُُجُُ ِيَِثِئ‬ ِْ ُ‫ُاٌُِغَبث‬
ِِ ٍِ‫ُاِثِ َمبِءِِ َِكٱنِ ُم‬ ِْ ُ‫ُس َرا ِدقٍَُبِِ ََإِنٌَِسِت َِغٍث‬
“Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang
ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang
orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka
meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi
yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk
dan tempat istirahat yang paling jelek”. (QS. Al-Kahfi : 18 :29)

Dalam ayat lain pun Allah menegaskan bahwa masalah iman seseorang

adalah urusan Allah. Nabi sendiri tidak berhak memaksa orang lain untuk

mengikuti beliau.

ِ ِ٢٢ِ‫ٍه‬ ِْ ُ‫بسِ َحتَّىٌَِِ ُكُِو‬


َِ ِ‫ُاِ ُمؤِ ِمى‬ َِ َّ‫ضِ ُكهٍُمِِ َج ِمٍعًبِِأَفَأَوتَِِتُكِ ِر ِيُِٱنى‬
ِِ ِ‫لَر‬
ِ ‫هِ َمهِفًِِٱ‬ َِ ‫ََنَُِِ َشبِ َِءِ َرث‬
ِ َ ِ‫ك‬
َِ ‫ل َم‬
“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang
di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia
supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya”. (QS. Yunus :
10: 99).

Sesuai dengan namanya, Islam adalah agama perdamaian dan berusaha

membawa manusia kedalam kedamaian, kesejahteraan, dan rahmat-Nya.

Kedamaian ini tergantung pada kesediaan manusia untuk tunduk dan taat pada

ajarannya-ajaran-Nya yang etrtuang dalam Islam.

Namun, tidak semua manusia dapat menerima kebenaran Islam. Karena

pengaruh hawa nafsu, ambisi, dan hal-hal lain yang bersifat duniawi, sebagaimana

manusia menolak kebenaran Islam. Sebenarnya kalau hanya menolak kebenaran

Islam, Allah dan Rasulnya tidak mempermasalahkannya. Sebab, masalah iman ini
32

adalah otoritas Allah semata yang tidak bisa di intervasi oleh manusia. Masalah

iman dan kufur adalah pilihan sadar manusia itu sendiri. Namun kalau penolakan

tersebut diiringi dengan sikap benci permusuhan, gangguan, ancaman dan segala

bentuk yang menghambat perkembangan Islam, hal ini tidak dapat lagi

ditoleransi. Apalagi kalau sudah menjurus kepada bentuk teror, intimidasi,

tekanan fisik, dan ancaman terhadap keselamatan jiwa umatnya, maka Allah

memerintahkan umat Islam untuk membela diri.

Allah menegaskan bahwa hidup manusia adalah suci dan tidak ada

seorangpun yang berhak menumpahkan darah sesamanya. Bahkan Al-uran

menegaskan bahwa siapa yang membunuh seorang manusia, seolah-olah ia telah

membunuh seluruh manusia.

ِ‫ض ِفَ َكأَوَّ َمب‬ِِ ِ‫لَر‬ ِ ‫سب ِ ِثغٍَِ ِِر ِوَفِسِ ِأََِ ِفَ َسبدِ ِفًِ ِٱ‬ َِ َ‫م ِأَوَّ ًِۥُ ِ َمه ِقَت‬
َِ ِ‫م ِوَف‬ َِ ٌ‫ك ِ َكتَجِىَب ِ َعهَىِ ِثَىًِِ ِ ِإسِ َِر ِء‬ ِِ ِ‫ِمهِ ِأَج‬
َِ ِِ‫م ِ َِذن‬
ِ‫نِ َكثٍِرِا‬ َِّ ‫تِثُ َِّمِ ِإ‬
ِِ َ‫بس ِ َج ِمٍعِبِِ ََنَقَدِِ َجبِ َءتٍُِمِِ ُر ُسهُىَبِِِثٱنِجٍَِِّى‬َِ َّ‫بسِ َج ِمٍعِبِ ََ َمهِِأَحٍَِبٌَبِفَ َكأَوَّ َمبِِأَحٍَِبِٱنى‬ َِ َّ‫مِٱنى‬ َِ َ‫قَت‬
ِ ِ٢٩ِ‫ُن‬ ُ
َِ ‫ضِنَ ُمسِ ِرف‬ ِِ ِ‫لر‬ َ ِ ‫كِفًِِٱ‬ َِ ِ‫ِّمىٍُِمِثَعِ َِدِ َِذن‬
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa
yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang
kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan
yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh
melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi”. (QS.Al-Maidah : 5 :
32)
Dalam haji perpisahan (haji wada’) Nabi pun menegaskan bahwa darah

dan harta manusia adalah suci sampai ia bertemu Tuhan-Nya. Berdasarkan hal ini

para ulama ushul fiqh merumuskan bahwa pemeliharaan jiwa dan harta manusia

berada pada tingkat dharuriyah yang harus dipertahankan.

Kalau darah manusia sudah dianggap tidak berharga dan umat manusia

diperangi, maka tidak ada kedamaian lagi dalam kehidupan. Oleh karena itu,
33

Allah mewajibkan umat Islam untuk bangkit membela diri mengahadapi musuh.

Umat Islam wajib membalas serangan mereka. Haram hukumnya bagi umat Islam

berdiam diri dan menerima perlakuan tersebut begitu saja. Islam memang

mencintai perdamaian, namun kemerdekaan dan kehormatan umat Islam adalah

lebih berharga dari perdamaian itu sendiri. Dalam hal inilah Allah memerintahkan

perang kepada umat Islam.

Perang adalah sesuatu yang tidak disukai manusia. AL-Quran jugak

mengatakan hal demikian. Ketika menyebutkan perintah perang, AL-Qur’an

sudah menggaris bawahi bahwa perang merupakan sesuatu yang sangat

dibenci manusia. Namun begitu, AL-Qur’an jugak menyatakan bahwa

boleh jadi dibalik sesuatu yang tidak disukai itu terdapat kebaikan yang

tidak diketahui manusia . sebaliknya, boleh jadi pula, sesuatu yang disenangi

manusia ternyata memmbawa petaka bagi hidup mereka.

ِ‫ُا ِ َشًِِٔٔا ِ ٌََُ َُِ ِخٍَِرِ ِنَّ ُكمِ ِ ََ َع َسىِ ِأَن ِتُ ِحجُِْا‬
ِْ ٌُ‫ل ِ ٌََُ َُِ ِ ُكرِيِ ِنَّ ُكمِ ِ ََ َع َسىِ ِأَن ِتَكِ َر‬ ُِ ‫ت ِ َعهٍَِ ُك ُِم ِٱنِقِتَب‬
َِ ِ‫ُكت‬
ِ٩١٢ِ‫ُن‬ ِ َ ِِ‫ّللٌَُِعِهَ ُِمِ ََأَوتُم‬
َِ ‫لِتَعِهَ ُم‬ َِّ ‫َشًِِٔٔاِ ٌََُ َُِِ َش ِّرِنَّ ُكمِِ ََِٱ‬
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu
yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS. Al-baqarah,
2: 216).

Karena itu, perperangan hanyalah dibolehkan dalam situasi yang

sangat terpaksa . seperti diuraikan sebelumnya , Islam , sesuai dengan

namanya, adalah agama perdamaian dan berusaha membawa manusia

kedalam kedamaian , kesejahteraa, dan rahmat-Nya. Kedamaian ini tergantung

pada kesediaan manusia untuk tunduk dan taat pada ajaran – ajaran-Nya yang

terttuang dalam Islam. Siapa saja yang menghadap kepada-Nya dan


34

mengharap petunjuk-Nya pasti akan diberkati-Nya dengan kedamaian ,

kebahagiaan , dan kesempurnaan.

Namun tidak semua manusia dapat menerima kebenaran Islam.

Karena pengaruh hawa nafsu , ambisi dan hal-hal yang bersifat diniawi,

sebagian manusia menolak kebenaran Islam. Sebenarnya , kalau hanya

sekedar menolak kebenaran Islam, Allah dan Rasul-Nya tidak

mempermasalahkannya. Sebab, masalah iman ini adalah ototritas Allah semata

yang tidak bisa ”diintervasi” oleh manusia. Masalah iman atau kufur adalah

pilihan sadar manusia itu sendiri. Namun, kalau penolakan tersebut diiringi

dengan sikap benci, permusuhan, gangguan, ancaman, dan segala bentuk

yang menghambat perkembangan Islam, hal ini tidak dapat lagi ditoleransi.

Apalagi kalau sudah menjurus kepada bentuk teror, intimidasi, tekanan fisik,

dan ancaman terhadap keselamatan jiwa umatnya, maka Allah

memerintahkan umat Islam untuk membela diri.

Allah menegaskan bahwa hidup manusia adalah suci dan tidak

seorang pun yang berhak menumpahkan darah sesamanya. Bahkan AL-

Qur’an menegaskan bahwa siapa yang membunuh seorang manusia, seolah-

olah ia telah membunuh seluruh manusia, (al-ma’idah, 5: 32). karena itu,

keselamatan dan kelangsungan hidup manusia mutlak harus dipertahankan.

Dalam haji perpisahan (Haji Wada’), Nabi pun menegaskan bahwa darah dan

harta manusia adalah suci sampai ia bertemu Tuhan-Nya. Berdasarkan hal

ini pula para ulama usul fiqh merumuskan bahwa pemiliharaan jiwa dan

harta manusia berada pada tingkat dharuriyah yang harus dipertahankan.


35

Kalau darah manusia sudah dianggap tidak berharga dan umat

Islam diperangi, maka tidak ada kedamaian lagi dalam kehidupan. Oleh

karena itu, Allah mewajibkan umat Islam untuk bangkit membela diri

menghadapi musuh. Umat Islam wajib membalas serangan mereka. Haram

hukumnya bagi umat Islam berdiam diri dan menerima perlakuan tersebut

begitu saja. Islam memang mencintai perdamaian, namun kemerdekaan dan

kehormatan umat Islam adalah lebih berharga dari perdamaian itu sendiri.

Dalam hal inilah Allah memerintahkan perang kepada umat Islam.

C. Tinjauan Tentang Pendirian Rumah Ibadah

Sesuai dengan tujuannya, kehadiran Surat Keputusan Bersama (SKB)

pada tahun 1969 itu dipandang sebagai salah satu sousi yang tepat untuk

memelihara kerukunan antar umat beragama. Pada satu sisi umat bergama berhak

untuk mendirikan rumah ibadat, namun implementasian hak tersebut perlu diatur

agar tidak menimbulkan masalah yang dapat mengganggu hubungan antar umat

beragama24.

Berikut beberapa kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kebebasan

beragama dan juga prosedur pendirian rumah ibadat :

 Kebebasan beragama dalam peraturan perundang-undangan telah dijelaskan

khususnya dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29 tentang agama

disebutkan,

a. Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

24
Hasil kajian Bidang Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama
tentang Keputusan Bersama Menteri Agama No : 01/Ber/Mdn-Mag/1969
36

b. Negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-

masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya

itu25.

 Dalam Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri

No.01/Ber/Mdn-Mag/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintah

dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan

dan Ibadat oleh pemeluk-pemeluknya dijelaskan, Pasal 3 ayat 1 ayang

berbunyi :”Kepala Departemen Agama memberikan bimbingan,

pengarahan, dan pengawasan terhadap mereka yang memberikan

penerangan/ penyuluhan/ ceramah agama/ khotah-khotah dirumah-rumah

ibadat, yang sifatnya menuju kepada persatuan antara semua golongan

masyarakat dan saling pengertian antara pemeluk-pemeluk agama yang

berbeda”26.

 Selanjutnya, kebijakan pemerintah yang terkait dengan prosedur pendirian

rumah ibadat di jelaskan dalam Keputusan Bersama Menteri Agama dan

Menteri Dalam Negeri No.9 dan 8 Tahun 2006 tentang Pelaksaan Tugas

Kepala Daerah/Wakil Kepala Derah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat

Beragama, Pemberdayaan Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian

Rumah Ibadat, Pasal 14 disebutkan :

Pendirian rumah ibadat harus memenuhi persyaratan khusus meliputi :

25
Lihat Peraturan Perundang-Undangan tentang Kebebasan Beragama dan Hak Asasi
Manusia.
26
Lihat dalam Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri dalam Negeri
No.01/Ber/Mdn-Mag/1969 Tentang Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat oleh Pemeluk-
Pemeluknya.
37

a. Daftar nama dan Kartu Tanda Penduduk pengguna rumah ibadat paling

sedikit 90 (sembilan puluh) orang yang di sahkan oleh pejabat setempat

sesuai dengan tingkat batas wilayah.

b. Dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang

yang disahkan oleh lurah/kepala desa.

c. Rekomendasi tertulis oleh kepala kantor departemen agama

kabupaten/kota.

d. Rekomendasi tertulis FKUB Kabupaten/Kota27.

 Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 1

Tahun 1979 tentang Tata Cara Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri

kepada Lembaga Keagamaan di Indonesia, pasal 3 di jelaskan sebagai

berikut : “Pelaksanaan penyiaran agama di lakukan dengan semangat

kerukunan, tenggang rasa, saling menghargai dan saling menghormati

sesama umat beragama serta dengan di landaskan kepada penghormatan

terhadaphak dan kemerdekaan seseorang untuk memeluk/menganut dan

melakukan ibadat menurut agamanya 28.

27
Lihat dalam Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No.9 dan
8 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam
Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Kerukunan Umat Beragama, dan
Pendirian Rumah Ibadat.
28
Lihat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri DalamNegeri No.1 Tahun 1979
tentang Tata Cara Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri kepada Lembaga Keagamaan di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai