Anda di halaman 1dari 12

Sosiologi Kelas 11: Konflik, Kekerasan, dan

Perdamaian

Apa Itu Konflik?


secara etimologis, kata konflik berasal dari bahasa Latin “con” dan “figere”.
Kata “con” memiliki arti bersama, sementara “figere” memiliki arti memukul.
Dalam KBBI, entri “konflik” didefinisikan sebagai percekcokan; perselisihan;
pertentangan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa konflik adalah sebuah kondisi saat
ada dua atau lebih pandangan, keinginan, kepercayaan, kepentingan, nilai, atau
kebutuhan yang berbeda, berseberangan, tidak sejalan, atau tidak selaras.

Dalam materi Sosiologi tentang konflik, kata ini lebih diartikan sebagai sebuah
proses sosial yang terjadi antara dua orang atau kelompok, yang berusaha
saling menyingkirkan satu sama lain dengan cara membuat seseorang atau
kelompok lainnya tidak berdaya atau bahkan dengan menghancurkan orang atau
kelompok tersebut.

Konflik biasanya timbul dari adanya perbedaan-perbedaan dalam kehidupan,


seperti perbedaan fisik, kebudayaan, nilai, kepentingan, emosi, kebutuhan, atau
pola-pola perilaku antarindividu atau kelompok dalam masyarakat. Perbedaan-
perbedaan dalam tersebut dapat memuncak menjadi konflik sosial saat sistem
sosial masyarakatnya tidak dapat mengakomodasi perbedaan-perbedaan yang
ada dalam masyarakat tersebut.
Seperti yang terjadi di sekitar kita, konflik memang tidak dapat dihindari dari
dinamika kehidupan sosial. Dalam teori konflik, kondisi masyarakat yang plural
memang akan terjadi ketidakseimbangan distribusi kekuasaan (authority),
sehingga akan selalu ada kelompok-kelompok sosial yang saling bersaing dalam
merebut pengaruh dalam suatu masyarakat.

Dari persaingan tersebut kemudian akan muncul kelompok yang paling


berkuasa atas kelompok-kelompok lainnya. Kelompok paling berkuasa dan
berpengaruh biasanya bersifat elit, sehingga dapat membuat peraturan-peraturan
yang sifatnya lebih membela kepentingan kelompoknya sendiri.

Peraturan-peraturan yang dibuat oleh kelompok yang berkuasa ini dapat berupa
hukum yang mengikat kelompok-kelompok sosial lainnya agar tetap patuh.
Persaingan antara dua atau lebih kelompok-kelompok sosial inilah yang
kemudian menyebabkan terjadinya konflik sosial di masyarakat.
Pengertian Konflik Menurut Para Ahli
Nah, agar kamu lebih paham tentang materi sosiologi tentang konflik dan
kekerasan, berikut adalah beberapa pengertian konflik menurut para ahli:

 Alo Liliweri mendefinisikan konflik sebagai bentuk pertentangan alamiah


yang dihasilkan oleh individu atau kelompok karena mereka yang terlibat
memiliki perbedaan sikap, kepercayaan, nilai, atau kebutuhan.
 De Moor berpendapat bahwa dalam suatu sistem sosial dapat dikatakan
terdapat konflik apabila para penghuni sistem tersebut membiarkan dirinya
dibimbing oleh tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang bertentangan dan terjadi
secara besar-besaran.
 Dean G. Pruitt dan Jeffrey Z. Rubin menilai bahwa istilah “conflict” dalam
bahasa aslinya memiliki arti perkelahian, peperangan, atau perjuangan yang
berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak.
 Lewis A. Coser menjelaskan bahwa konflik adalah sebuah perjuangan
mengenai nilai atau tuntutan atas status, kekuasaan, bermaksud untuk
menetralkan, mencederai, atau melenyapkan lawan.
 M.Z. Lawang mendefinisikan konflik sebagai perjuangan untuk memperoleh
nilai, status, dan kekuasaan ketika tujuan pihak-pihak yang berkonflik tidak
hanya mendapatkan keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya.
 Robert M. Z. Lawang berpandangan bahwa konflik adalah sebuah perjuangan
untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan, dan
sebagainya. Tujuan dari mereka berkonflik tidak hanya untuk memperoleh
kemenangan, tetapi juga untuk menundukkan pesaingnya atau lawannya.
 Soerjono Soekanto mendefinisikan konflik sebagai suatu proses sosial orang
per orang atau kelompok manusia yang berusaha memenuhi kebutuhannya
dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau
kekerasan.
Penyebab Konflik

Konflik dapat terjadi karena beberapa hal, beberapa di antaranya adalah sebagai
berikut:

 Adanya perbedaan sistem nilai dan sistem norma di antara kelompok-


kelompok sosial yang ada di masyarakat
 Adanya perbedaan pandangan di antara dua orang atau lebih yang berkenaan
dengan persoalan prinsip
 Adanya benturan kepentingan terhadap suatu hal atau objek yang sama
 Adanya perselisihan paham yang menimbulkan emosi di antara kedua belah
pihak
 Adanya perbedaan kepentingan politik, baik yang bersifat lokal, nasional,
ataupun internasional

Bentuk-Bentuk Konflik

Sebagai bentuk interaksi sosial, konflik dapat memiliki berbagai bentuk. Berikut
adalah beberapa bentuk konflik yang sering terjadi di masyarakat:
Konflik Individu

Kamu pasti pernah berselisih dengan teman atau adik kamu karena
permasalahan tertentu, kan? Entah itu karena perbedaan pendapat dengan teman
kamu atau karena kamu dan adik kamu berselisih karena ingin melakukan hal
yang berbeda.

Misalnya, jika kamu ingin menonton pertandingan badminton sementara adik


kamu ingin menonton film kartun favoritnya. Nah, perselisihan antara kamu
dengan teman atau adik kamu inilah yang disebut sebagai konflik individual.

Konflik ini terjadi saat ada benturan kepentingan, keinginan, kebutuhan, tujuan
hidup, pendirian, sikap, atau keyakinan antarindividu. Individu yang terlibat
konflik ini tidak melibatkan kelompok dan masyarakat, sehingga konflik yang
terjadi di antara mereka tidak menimbulkan konflik yang lebih besar seperti
konflik antarkelompok atau antargolongan.

Konflik individu juga dapat terjadi dalam diri seseorang saat ia harus
menjalankan peran yang dimilikinya. Saat seseorang menjalankan peran yang
dimilikinya, ia tidak berkonflik dengan orang lain, melainkan dengan dirinya
sendiri.

Contoh konflik karena peran tunggal adalah saat seorang dokter terjun di medan
perang, ia memiliki sumpah dan kewajiban untuk menolong siapa saja yang
membutuhkan pertolongannya, sekalipun korban perang yang sedang ia tangani
berasal dari pihak musuh yang sudah menewaskan rekan dokternya.

Dalam kondisi ini, dokter tersebut merasakan konflik dalam dirinya saat
menolong korban perang tersebut sesuai dengan peran tunggalnya sebagai
seorang dokter.
Konflik Antarkelas atau Antargolongan Sosial

Menurut Karl Marx, masyarakat merupakan himpunan dari beberapa kelas dan
kelompok sosial yang memiliki kepentingan dan kebutuhan hidup masing-
masing. Perbedaan kepentingan dan kebutuhan inilah yang kemudian membuat
kelas dan kelompok acapkali terjebak dalam konflik.

Konflik yang terjadi di antara kelas sosial disebut sebagai konflik vertikal
karena kelas borjuis menduduki kelas sosial yang lebih tinggi dari kelas
proletar. Sementara konflik yang terjadi di antara kelompok sosial disebut
konflik horizontal karena kelompok-kelompok tersebut tidak berada dalam
struktur yang berjenjang.

Contoh dari konflik antarkelas adalah konflik di antara kelas pemilik modal
(borjuis) dengan kelas buruh (proletar). Konflik ini berakar dari prinsip dan
dasar pemikiran ekonomis kelas borjuis yang berusaha menekan pengeluaran
demi mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Penerapan prinsip ini seringkali mengorbankan kepentingan dan kebutuhan


hidup kelas proletar karena buruh hanya dianggap sebagai salah satu faktor
dalam proses produksi.

Hak-hak para buruh seringkali tidak dihargai, seperti kesejahteraan sosial,


pelayanan kesehatan, cuti hamil untuk pekerja perempuan, kelayakan upah
minimum, keamanan dan keselamatan kerja, dan tunjangan pensiun.

Saat keluhan para buruh tidak dipenuhi, para buruh biasanya akan melakukan
aksi mogok kerja atau aksi demonstrasi untuk menuntut kepentingan yang
mereka perjuangkan. Konflik antarkelas ini akan semakin meningkat apabila
kondisi ekonomi negara sedang mengalami kemunduran karena perusahaan
turut mengalami kemunduran, sementara harga kebutuhan hidup meningkat dan
para buruh menuntut peningkatan kesejahteraan mereka.

Dalam konflik antargolongan sosial, kelompok-kelompok yang terlibat konflik


dapat terjadi secara terbuka maupun secara tertutup. Contoh dari konflik
antargolongan ini adalah konflik antara kelompok pecinta lingkungan dengan
kelompok perambah hutan, kelompok supir angkutan kota dengan kelompok
supir bus, konflik antara kelompok petani dengan kelompok pedagang. Konflik-
konflik tersebut lebih sering terjadi karena adanya perbedaan kepentingan.
Konflik Rasial

Pada dasarnya konflik rasial termasuk ke dalam konflik antargolongan karena


himpunan orang-orang yang memiliki ras sama merupakan salah satu jenis
kelompok sosial. Konflik rasial biasanya terjadi saat kedua kelompok ras yang
berbeda berselisih, baik karena adanya kepentingan ataupun perbedaan
kebudayaan dan perbedaan fisik di antara mereka.
Salah satu contoh konflik rasial adalah politik apartheid yang terjadi di negara-
negara Barat. Dalam politik ini, kelompok masyarakat berkulit putih merasa
dirinya lebih superior dibandingkan dengan kelompok masyarakat berkulit
hitam.

Akibat dari perasaan superior masyarakat berkulit putih ini, masyarakat berkulit
hitam sering mengalami diskriminasi karena dianggap sebagai warga negara
kelas dua yang hak-haknya secara yuridis seringkali diabaikan.
Konflik Politik

Tak hanya terjadi pada antar golongan dan ras, dalam materi Sosiologi tentang
konflik, dibahas juga konflik yang terjadi karena politik. Karena, politik
merupakan salah satu sumber utama timbulnya konflik dalam masyarakat.

Konflik politik ini terjadi karena pada dasarnya politik adalah seni mengelola
kekuasaan, sehingga dalam konflik ini terjadi pertarungan yang berkutat
mengenai siapa yang memperoleh sesuatu, kapan diperoleh, dan bagaimana
kekuasaan tersebut dapat didapat, dipertahankan, dan diperebutkan.
Secara sederhana, konflik politik adalah pertentangan di antara dua orang atau
lebih (kelompok) dalam rangka memiliki kekuasaan dan pengaruh. Hal-hal yang
diperebutkan dalam konflik politik ini dapat berupa kekuasaan, pemegang
rancangan undang-undang, kebijakan, dan kekuasaan negara.
Konflik Internasional

Konflik internasional merupakan konflik yang melibatkan beberapa negara


dikarenakan perbedaan kepentingan di antara negara-negara yang terlibat
konflik. Dalam sejarah dunia, banyak sekali kasus konflik internasional yang
berawal dari konflik dua negara yang kemudian menjadi konflik internasional
karena masing-masing negara yang bertikai mencari dukungan negara-negara
lainnya, yang memiliki kepentingan yang sama mengenai masalah yang sedang
terjadi. Contoh dari konflik internasional ini adalah Perang Dunia I, Perang
Dunia II, ataupun konflik antara Palestina dengan Israel.
Apa Itu Kekerasan?

Nah, setelah kamu memahami apa itu konflik, dalam materi konflik dan
kekerasan selanjutnya Mipi akan membahas apa itu kekerasan. Kekerasan
merupakan bentuk lanjutan dari konflik sosial. Dalam KBBI, entri “kekerasan”
didefinisikan sebagai perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabkan
cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang
orang lain.

Bentuk kekerasan meliputi perkataan, tindakan, sikap, dan berbagai struktur


atau sistem yang dapat menyebabkan kerusakan pada diri seseorang (baik secara
fisik atau mental) dan lingkungan. Segala bentuk tindakan atau perkataan yang
dapat menghalangi seseorang menggali potensinya pun dapat disebut sebagai
kekerasan.
Kekerasan dibagi menjadi dua bentuk, yaitu kekerasan langsung (direct
violence) dan kekerasan tidak langsung (indirect violence). Contoh dari
kekerasan langsung adalah tindakan mencelakai atau melukai orang dengan
sengaja, membunuh, atau memperkosa.
Sementara, contoh dari kekerasan tidak langsung adalah tindakan-tindakan
mengekang, memfitnah, mengintimidasi, meneror orang lain, serta mengurangi
atau meniadakan hak seseorang.

Konflik dan kekerasan memang dua hal yang berbeda, tetapi memiliki
hubungan yang tidak dapat dipisahkan, Pahamifren. Dari pengertian konflik
yang merupakan perselisihan atau persengketaan antara dua orang atau lebih
yang kedua belah pihak tersebut memiliki keinginan untuk saling menjatuhkan
atau menyisihkan atau menyingkirkan atau mengalahkan, konflik sebenarnya
tidak perlu berwujud kekerasan.

Namun, kekerasan biasanya terjadi karena adanya konflik di antara dua orang
atau lebih. Kekerasan dapat terjadi saat kedua belah pihak, baik individu atau
kelompok, tidak dapat menyelesaikan konflik di antara mereka dan terbawa
emosi untuk menyelesaikan konflik dengan cara kekerasan.
Pengertian Kekerasan Menurut Para Ahli

Berikut adalah beberapa pengertian kekerasan menurut para ahli yang dapat
membantu pemahaman kamu mengenai kekerasan:

 Black mendefinisikan kekerasan sebagai pemakaian kekuatan yang tidak adil


dan tidak dapat dibenarkan.
 Colombijn mendefinisikan kekerasan sebagai perilaku yang melibatkan
kekuatan fisik dan dimaksudkan untuk menyakiti, merusak, atau
melenyapkan seseorang atau sesuatu.
 James B. Rule berpendapat bahwa kekerasan merupakan manifestasi naluri
bersama atau gerakan naluri primitif yang merupakan kondisi-kondisi
tindakan massa.
 Abdul Munir Mulkhan mendefinisikan kekerasan sebagai sebuah tindakan
fisik yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan
untuk melukai, merusak, atau menghancurkan orang lain atau harta benda
dan segala fasilitas kehidupan yang merupakan bagian dari orang lain
tersebut.
 Stuart dan Sundeen berpendapat bahwa perilaku kekerasan dan tindak
kekerasan merupakan ungkapan perasaan marah dan permusuhan yang
mengakibatkan hilangnya kontrol diri, yang mengakibatkan individu dapat
berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat
membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
 Soerjono Soekanto mendefinisikan kekerasan sebagai penggunaan kekuatan
fisik secara paksa terhadap orang atau benda. Adapun kekerasan sosial adalah
kekerasan yang dilakukan terhadap orang atau barang karena orang atau
barang tersebut termasuk dalam kategori sosial tertentu.

Penyebab Kekerasan

Penyebab kekerasan ada bermacam-macam, di antaranya adalah sebagai


berikut:

 Individu tidak dapat mengendalikan emosi dirinya


 Adanya permasalahan yang memancing permusuhan
 Adanya prasangka buruk dari seseorang atau satu kelompok terhadap
individu lainnya atau kelompok lainnya
 Adanya keinginan manusia dalam mendapatkan prestasi
 Kontrol sosial yang sudah tidak berfungsi dalam mengendalikan persaingan
yang terjadi di masyarakat

Akibat Konflik dan Kekerasan

Bagaimana Pahamifren, sudah paham kan pembahasan materi Sosiologi tentang


Konflik dan kekerasan ini? Nah, kira-kira, apa sih akibat yang ditimbulkan dari
konflik dan kekerasan?

 Perubahan kepribadian pada diri seseorang.


 Semakin kuatnya rasa solidaritas kelompok (in-group feeling) atau retak dan
goyahnya suatu kelompok sosial.
 Timbulnya korban jiwa serta hancurnya harta benda
 Akomodasi, dominasi, serta takluknya salah satu pihak yang bertikai

Perdamaian

Konflik dan kekerasan menimbulkan kondisi yang tidak menyenangkan bagi


kedua belah pihak, terutama bagi pihak yang mengalami kekalahan. Konflik dan
kekerasan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa serta hancurnya harta benda di
kedua belah pihak yang bertikai.

Oleh karena itu, perdamaian menjadi hal yang sangat penting dalam dinamika
kehidupan sosial. Perdamaian merupakan istilah yang merujuk pada suatu
kondisi yang tenang, tidak adanya kekerasan, harmoni, keamanan, kerukunan,
keserasian, dan adanya saling pengertian di masyarakat.

Setiap manusia pasti mengharapkan kedamaian dan rasa aman, baik secara fisik
maupun jiwa, dalam hidupnya. Namun, dalam memahami perdamaian,
perdamaian bukan saja dinilai sebagai sebuah kondisi atau keadaan tanpa
peperangan.
Perdamaian dapat terlihat melalui jalinan hubungan baik antar individu, antar
kelompok, antar lembaga, ataupun antarnegara yang mampu menghargai
pluralitas dalam masyarakat dan dunia, menghargai adanya keberagaman nilai,
serta mendorong terjadinya pengembangan potensi manusia secara utuh.

Nah, itu dia pembahasan Materi Sosiologi tentang konflik, kekerasan, dan
perdamaian. Semoga artikel ini menambah pemahaman kamu mengenai materi
tersebut, ya. Buat kamu yang ingin mendapatkan akses materi belajar menarik
lainnya, kamu bisa mengunduh aplikasi bimbingan belajar online Pahamify di
sini.

Anda mungkin juga menyukai