http://andrie07.wordpress.com/2009/11/25/faktor-penyebab-konflik-dan-strategi-penye
lesaian-konflik/
http://psychochanholic.blogspot.com/2008/03/teori-teori-konflik.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik
https://www.gramedua.com
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologiskonflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih
(bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Sedangkan kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorangsecara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993). Berdasarkan defenisi ini
maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan scara verbal
dan fisik (Keltner et al, 1995). Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus.
Marah lebih menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang
biasanya disebut dengan perasaan marah (Berkowitz, 1993).
B. Saran
Sebagai penyusun, saya akui tidak terlepas dari kesalahan dan keterbatasan. Karena
itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
penulisan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya untuk kemajuan
bangsa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONFLIK
Menurut bahasa:
- Latin : configere
-memukul, menyerang
- KBBI: Percekcokan
antar dua pihak/ lebih yang saling menyingkirkan
Menurut istilah:
Konflik adalah proses sosial antar dua pihak/ lebih yang saling menyingkirkan dan menghancurkan
sampai salah satu pihaknya tidak berdaya.
2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan
saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing - masing komponen
organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri - sendiri dan tidak bekeria sama satu sama lain.
3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi ditentukan
oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam
organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka
mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menadi
kenyataan.
4. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan
individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi (Muchlas, 1999). Konflik ini
terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres.
5. Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak
yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan ole perbedaan tujuan.
6. Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan
memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain
yang telah atau akan menyerang secara negatif (Robbins, 1993).
1. Perbedaan Individu
Perbedaaan individu yang dimaksud yaitu meliputi perbedaan perasaan dan pendirian.
Dimana setiap manusia adalah individu yang unik. Ini artinya, setiap orang
mempunyai pendirian dan perasaan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya.
Perbedaan pendirian dan perasaan tersebut tetaplah menjadi suatu hal ataupun
kawasan yang nyata itu meraih menjadi salah satu faktor penyebab konflik sosial.
Sebab, dalam menjalani suatu hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan
kelompoknya. Misalnya saja, saat berlangsung pentas musik di lingkungan
pemukiman, tentu saja perasaan setiap orang akan berbeda-beda. Terdapat yang
merasa terganggu karena berisik, tapi juga ada yang merasa terhibur.
Untuk para pengusaha kayu, mereka menebang pohon dan kemudian diekspor untuk
memperoleh uang lalu membuka pekerjaan. Sedangkan untuk pecinta lingkungan,
hutan adalah bagian dari lingkungan yang harus dilestarikan. Dari sini bisa kita lihat
bahwa ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dan kelompok lainnya.
Hingga hal tersebut akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat.
4. Perubahan Nilai yang Ekspress dan Mendadak di dalam Penduduk
Perubahan merupakan sesuatu yang wajar terjadi. Tapi bila perubahan tersebut
berlangsung secara cepat dan mendadak, maka perubahan itu dapat memicu terjadinya
konflik sosial. Misalnya saja, di dalam masyarakat pedesaan yang mengalami suatu
proses industrialisasi yang cukup mendadak, maka hal itu tentu akan memunculkan
konflik sosial. Sebab, nilai-nilai lama yang sudah ada di dalam masyarakat tradisional
yang umumnya bercorak pertanian secara mendadak berubah menjadi nilai-nilai
masyarakat industri. Dimana nilai-nilai yang berubah tersebut diantaranya adalah nilai
gotong royong yang berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan gaji yang
disesuaikan berdasarkan jenis pekerjaan mereka. Kemudian hubungan kekerabatan
berubah menjadi hubungan struktural yang disusun di dalam suatu organisasi formal
perusahaan. Perubahan-perubahan yang terjadi secara mendadak, tentu akan membuat
goncangan di dalam proses sosial di dalam masyarakatnya. Bahkan akan muncul
upaya penolakan pada bentuk perubahan, karena dinilai mengacaukan tatanan
kehidupan yang sudah ada sebelumnya.
Jenis-Jenis Konflik
Berikut ini adalah beberapa jenis konflik yang biasa kita temukan di dalam kehidupan
bermasyarakat.
1. Konflik Pribadi
Jenis konflik yang pertama adalah konflik pribadi. Dimana konflik pribadi adalah
salah satu jenis konflik yang terjadi antara individu dengan individu ataupun dengan
kelompok masyarakat. Salah satu penyebab adanya konflik pribadi adalah karena
adanya perbedaan cara pandang antar individu yang berkaitan dengan persoalan yang
serupa. Jenis konflik yang satu ini sangat sering terjadi di dalam pertemanan, keluarga,
dunia kerja, dan lain sebagainya. Salah satu contoh dari konflik pribadi adalah ketika
sebuah keluarga beradu argumen tentang pembagian hak waris atau warisan.
2. Konflik Agama
Jenis konflik berikutnya adalah konflik agama. Konflik agama merupakan suatu
konflik yang terjadi antara kelompok yang mempunyai agama serta keyakinan yang
berbeda.Sebagian besar masyarakat menilai bahwa agama sebagai salah satu tuntunan
dan juga pedoman hidup yang harus diikuti secara mutlak. Sehingga apapun yang
berbeda dan tidak sesuai dengan agama yang mereka anut, maka akan dianggap
sebagai masalah lalu hal itu akan memicu terjadinya konflik.
Contoh dari konflik agama adalah konflik yang terjadi di Poso. Dimana konflik antara
dua agama tersebut telah terjadi selama bertahun-tahun. Konflik tersebut terjadi
karena Poso pada saat itu dipenuhi dengan penduduk yang beragama Islam. Akan
tetapi, seiring berjalannya waktu, banyak orang yang menganut agama Kristen masuk
ke wilayah Poso dan menjadi dominan. Tapi pada akhirnya, konflik tersebut bisa
diselesaikan melalui mediasi.
3. Konflik Rasial
Konflik rasial adalah jenis konflik yang terjadi antara ras yang berbeda. Dimana
konflik ras akan terjadi saat masing-masing ras merasa lebih unggul dan
mengutamakan kepentingan kelompoknya sendiri. Untuk contoh dari konflik rasial
yaitu seperti konflik antara pemuda kulit putih dan pemuda kulit hitam. Pastinya hal
itu sangat meresahkan dan menyebabkan adanya perpecahan. Jenis konflik rasial ini
sering terjadi di Indonesia.
5. Konflik Sosial
Adanya kelompok kelas di dalam sebuah masyarakat akan sangat berpotensi memicu
terjadinya konflik. Perebutan dan juga upaya untuk mempertahankan status dan peran
di dalam kelompok masyarakat kerap kali menimbulkan konflik. Contoh dari konflik
yang satu ini yaitu antara kelompok kaya dan kelompok miskin yang saling
merebutkan kekuasaan di dalam kursi politik.
6. Konflik Politik
Konflik politik adalah salah satu jenis konflik yang terjadi karena adanya perbedaan
pandangan di dalam kehidupan politik. konflik tersebut terjadi karena masing-masing
kelompok ingin berkuasa di dalam sebuah sistem pemerintahan. Contoh dari konflik
ini yaitu pemberontakan PKI di Madiun, Pemberontakan 30S/PKI, dan
pemberontakan DI/TII. Bahkan, sekarang ini masih banyak konflik politik yang
terjadi ketika menjelang pemilu.
7. Konflik Internasional
Konflik internasional adalah jenis konflik yang melibatkan berbagai macam
kelompok negara karena adanya perbedaan kepentingan masing-masing negara. Salah
satu contoh dari konflik internasional adalah antara Korea Utara dan Korea Selatan,
ISIS, serta negara-negara lain yang melakukan peperangan.
Cara Mengatasi Konflik
Di bawah ini adalah beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi suatu
konflik.
1. Kompetisi
Penyelesaian konflik yang berbentuk kompetisi biasanya dikenal dengan istilah
win-lose orientation. Dimana proses penyelesaian ini menggambarkan satu pihak
yang mengorbankan pihak lain.
2. Akomodasi
Penyelesaian konflik jenis ini akan menggambarkan suatu kompetisi bayangan cermin
yang akan memberikan keseluruhan penyelesaian pada pihak lain tanpa adanya upaya
untuk memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses itu biasanya dikenal dengan taktik
perdamaian.
3. Sharing
Dalam proses penyelesaian konflik jenis ini, satu pihak akan memberi dan pihak lain
akan menerima sesuatu. Keduanya memiliki pikiran yang moderat, tidak lengkap, tapi
memuaskan.
4. Kolaborasi
Ini adalah salah satu bentuk upaya menyelesaikan konflik yang bisa memuaskan
kedua belah pihak. Upaya tersebut adalah pendekatan pemecahan masalah yang
membutuhkan integrasi dari kedua pihak.
5. Penghindaran
Penyelesaian konflik ini biasanya menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok
yang bersangkutan. Kondisi tersebut menggambarkan penarikan kepentingan
kelompok lain.
Contoh Konflik
Contoh konflik yang seringkali kita temukan di dalam kehidupan sehari-hari adalah
konflik tentang anak-anak yang putus sekolah karena harus membantu orang tuanya
bekerja.Kondisi tersebut harus menjadi salah satu perhatian pihak pemerintah karena
anak-anak yang berusia wajib belajar perlu menyelesaikan pendidikannya hingga
tamat. Berdasarkan survei anak usia 10 sampai 17 tahun yang sudah bekerja, seperti
yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik di tahun 2006.
Tercatat sebanyak 2,8 juta anak sudah menjadi pekerja. Dari hasil studi tersebut,
ditemukan bahwa anak-anak yang berusia 9 hingga 15 tahun sudah terlibat ke dalam
berbagai jenis pekerjaan. Dimana hal itu telah berakibat terhadap kesehatan mental,
emosional, dan fisik mereka. Awalnya mungkin mereka hanya berniat membantu
orang tuanya. Tapi seiring berjalannya waktu, mereka kemudian terjebak menjadi
seorang pekerja permanen.
Akhirnya mereka sering bolos sekolah dan memutuskan untuk berhenti sekolah.
Untuk anak-anak miskin, Bantuan Operasional Sekolah atau BOS saja tidak cukup.
Pemerintah dan sekolah seharusnya memikirkan pemberian beasiswa tambahan untuk
membelikan seragam dan juga alat tulis. Supaya anak-anak yang kurang mampu tidak
terbebani dengan biaya pendidikan.
B. KEKERASAN
PENGERTIAN KEKERASAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kekerasan adalah perbuatan seseorang
atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau
menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.
Dikutip dari buku M, Rahmat yang berjudul Ensiklopedia Konflik Sosial, dalam
bahasa Latin, kekerasan ini sering disebut dengan violentia yang berarti kebengisan,
keganasan, aniaya, dan kegarangan. Kekerasan itu sendiri bisa dibilang sebagai
perilaku yang disengaja atau tidak disengaja dengan tujuan untuk melukai orang lain.
Oleh sebab itu, kekerasan merupakan salah satu tindakan yang sangat melanggar Hak
Asasi Manusia. Hal ini dikarenakan tindak kekerasan tidak pernah mencerminkan
norma-norma dan nilai-nilai yang mencerminkan Hak Asasi Manusia. Oleh karena
pelaku tindak kekerasan harus segera diberi hukuman agar mendapatkan efek jera.
Kekerasan adalah sebuah tindakan yang memang sengaja dilakukan oleh individu atau
kelompok dengan tujuan menindas yang lemah agar terus mendapatkan penderitaan.
Kekerasan ini bisa dalam bentuk fisik atau bisa juga dalam bentuk psikis. Adapun
tindak kekerasan fisik, seperti seseorang memukul atau menendang, dan sebagainya.
Sedangkan kekerasan psikis, seperti memaksa orang lain untuk melakukan hal yang
tidak disukainya. Kedua bentuk itu sama-sama memiliki dampak yang bisa merugikan
korbannya.
BENTUK KEKERASAN
1. Menyadari Konflik
Agar suatu kekerasan tidak terjadi, orang-orang ataupun kelompok yang terlibat di
dalam konflik harus bisa menyadari situasi dari konflik yang terjadi di antara mereka.
2. Mengendalikan Konflik
Konflik yang sudah terjadi sebisa mungkin dikendalikan agar tidak berlanjut ke
tindakan kekerasan.
Hal ini bisa dilakukan apabila berbagai kekeuatan sosial yang bertenangan telah
terorganisir dengan baik dan jelas.
3. Mematuhi Aturan
Setiap kelompok yang terlibat di dalam suatu konflik hatus mematuhi aturan
yang sudah disepakati.
JENIS-JENIS KEKERASAN
Kekerasan yang dilakukan oleh negara atau kelompok, yang oleh Max
Weber didefinisikan sebagai "monopoli, legitimasi untuk melakukan kekerasan
secara sah" yakni dengan alasan untuk melaksanakan putusan pengadilan, menjaga
ketertiban umum atau dalam keadaan perang yang dapat berubah menjadi
semacam perbuatanan terorisme yang dilakukan oleh negara atau kelompok yang
dapat menjadi salah satu bentuk kekerasan ekstrem (antara lain, genosida, dll.).[6]
3. Melakukan diskusi
Dengan kepala dingin, Anda dapat mulai berdiskusi bersama orang yang
terlibat langsung dalam konflik. Pilihlah tempat yang netral dan lokasi yang
nyaman, agar Anda bisa merundingkan persoalan yang terjadi dengan baik.
Dilansir dayaid. Dalam diskusi tersebut, Anda bersama orang yang
berkonflik dapat memaparkan sudut pandang dan keinginan masing-masing.
Namun, pastikan menggunakan kata-kata yang baik dalam bertutur kata.
Jangan sampai ucapan Anda malah membuat konflik semakin meruncing.
5. Saling memaafkan
Menyelesaikan konflik tak mungkin terjadi jika Anda dan pihak yang
berkonflik tidak mau saling memaafkan. Lepaskanlah rasa kesal, dendam,
dan amarah yang ada dalam diri Anda. Minta atau berilah maaf pada “lawan”
Anda tersebut sehingga konflik bisa benar-benar tuntas.
PENYEBAB KEKERASAN
Adanya perubahan sosial ini menghadirkan tingkat ekonomi yang berbeda juga.
Bahkan, seseorang yang sulit menghadapi perubahan sosial bisa memicu dirinya
untuk melakukan tindak kekerasan terutama ketika menghadapi tingkat ekonomi yang
berbeda. Hal ini dapat terjadi karena seseorang sudah kehilangan akan sehat agar bisa
memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga berani untuk melakukan kekerasan, seperti
merampok, menjambret, dan sebagainya.
4. Dendam
Dendam merupakan salah sifat yang dapat menyebabkan seseorang melakukan
kekerasan. Munculnya rasa dendam ini disebabkan karena seseorang tidak terima
dengan perilaku yang pernah menimpa dirinya, sehingga memicu rasa amarah dalam
diri. Dari perasaan marah itulah, seseorang akan nekat untuk melakukan kekerasan
demi bisa membalas apa yang pernah diterimanya pada waktu itu.
Pelampiasan amarah yang dituangkan melalui kekerasan ini sangatlah tidak baik
karena bisa merugikan diri sendiri dan orang lain. Bahkan, dengan rasa dendam bisa
saja menimbulkan terjadi korban jiwa. Dari dendam ini bisa saja terus menghadirkan
kekerasan terhadap generasi-generasi selanjutnya yang bisa membuat permusuhan
sulit untuk dihilangkan.
Kekerasan yang disebabkan karena mabuk dan memakai narkoba ini bisa juga terjadi
antar kelompok dengan kelompok, sehingga bisa memicu terjadinya tawuran atau
bentrok yang akan sulit dihilangkan. Bahkan, dari tawuran tersebut bisa menimbulkan
korban jiwa, sungguh sangat disayangkan apabila hal seperti itu dapat terjadi.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekerasan dan konflik yang berkepanjangan bukan hanya akan menimbulkan Kerugian nyawa dan
ancaman disintegrasi bangsa, tetapi melahirkan manusia yang kehilangan masa depan, yakni
keluarga para pengungsi dan anak-anak mereka (Suyanto, 2010). UNSFIR (United Nations Support
Facility For Indonesia Recovery) dalam penelitianya tentang "Patterns of Collective Violence in
Indonesia 1990- 2003" menunjukan data tentang tingginya angka kekerasan komunal di Indonesia
(Ashutosh at. Al., 2004). Komunal yang dimaksud bisa berupa kekerasan antar kelompok etnis,
antar pemeluk agama yang berbeda atau antar pemeluk agama yang sama dengan aliran atau
kelompok yang berbeda (Suaedy, 2007). Ashutosh menyatakan angka kekerasan tersebut mencapai
89.3% kekerasan komunal yang membawa korban, 16.6% peristiwa yang bersifat insiden atau tidak
memakan korban jiwa. Kekerasan demikian menurut riset tersebut terjadi diseluruh provinsi
Indonesia, meskipun tingkatanya tidak sama satu daerah dengan daerah lainya. Tetapi, kekerasan
kolektif inilah yang menyebabkan kerusakan dan kerugian paling parah terhadap kehidupan, baik
nyawa manusia maupun harta benda, dibanding dengan bentuk kekerasan lain (dalam Suaedy,2007)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Puji syukur kehadirat Than Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah in dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakash atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bag para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..1
A. Latar Belakang………………………………………………….…………………1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………1
C. Tujuan….………………………………….………………………..……………. 1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………….………………………..2
A. Konflik.……………………………………..…………………………..… ...……2
B. Kekerasan……………………………………………………………..…. .………7
A. Kesimpulan………………………………………………………………………13
B. Saran……………………………………………..………………………………13
DAFTAR PUSTAKA………….……………………………………….……………14
MAKALAH SOSIOLOGI
KELOMPOK 1
XI IPS 1
MAN 3 BANYUWANGI
TP. 2022/2023