Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR PUSTAKA

http://andrie07.wordpress.com/2009/11/25/faktor-penyebab-konflik-dan-strategi-penye
lesaian-konflik/

http://psychochanholic.blogspot.com/2008/03/teori-teori-konflik.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik

Budiyono. 2009. Sosiologi 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI.


Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

https://www.gramedua.com
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologiskonflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih
(bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Sedangkan kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorangsecara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993). Berdasarkan defenisi ini
maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan scara verbal
dan fisik (Keltner et al, 1995). Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus.
Marah lebih menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang
biasanya disebut dengan perasaan marah (Berkowitz, 1993).

B. Saran
Sebagai penyusun, saya akui tidak terlepas dari kesalahan dan keterbatasan. Karena
itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
penulisan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya untuk kemajuan
bangsa Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONFLIK

Menurut bahasa:

- Latin : configere
-memukul, menyerang

- KBBI: Percekcokan
antar dua pihak/ lebih yang saling menyingkirkan

Menurut istilah:

Konflik adalah proses sosial antar dua pihak/ lebih yang saling menyingkirkan dan menghancurkan
sampai salah satu pihaknya tidak berdaya.

Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.


1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan
sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan
ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara
berterusan.

2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan
saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing - masing komponen
organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri - sendiri dan tidak bekeria sama satu sama lain.

3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi ditentukan
oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam
organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka
mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menadi
kenyataan.

4. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan
individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi (Muchlas, 1999). Konflik ini
terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres.

5. Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak
yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan ole perbedaan tujuan.
6. Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan
memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak lain
yang telah atau akan menyerang secara negatif (Robbins, 1993).

FAKTOR PENYEBAB KONFLIK

1. Perbedaan Individu
Perbedaaan individu yang dimaksud yaitu meliputi perbedaan perasaan dan pendirian.
Dimana setiap manusia adalah individu yang unik. Ini artinya, setiap orang
mempunyai pendirian dan perasaan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya.
Perbedaan pendirian dan perasaan tersebut tetaplah menjadi suatu hal ataupun
kawasan yang nyata itu meraih menjadi salah satu faktor penyebab konflik sosial.
Sebab, dalam menjalani suatu hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan
kelompoknya. Misalnya saja, saat berlangsung pentas musik di lingkungan
pemukiman, tentu saja perasaan setiap orang akan berbeda-beda. Terdapat yang
merasa terganggu karena berisik, tapi juga ada yang merasa terhibur.

2. Perbedaan Latar Belakang Kebudayaan Sehingga Menciptakan Pribadi yang


Berbeda
Beberapa orang mungkin akan terpengaruh dengan pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda-beda itu pada akhirnya dapat
memicu konflik.

3. Perbedaan Kepentingan Antara Individu dan Kelompok


Setiap orang pasti memiliki perasaan, pendirian atau latar belakang kebudayaan yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang
atau kelompok mempunyai kepentingan yang berbeda-beda. Terkadang, orang-orang
melakukan hal yang serupa, namun memiliki tujuan yang berbeda-beda. Misalnya
saja, terkait perbedaan kepentingan dalam pemanfaatan hutan. Dimana para tokoh
masyarakat menganggap bahwa hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian
dari kebudayaan mereka. Sehingga harus dijaga kelestariannya dan tidak boleh
ditebang secara sembarangan. Sementara untuk para petani, mereka justru memilih
untuk menebang pohon karena menganggap pohon-pohon tersebut menjadi
penghalang untuk mereka dalam membuat kebun dan ladang.

Untuk para pengusaha kayu, mereka menebang pohon dan kemudian diekspor untuk
memperoleh uang lalu membuka pekerjaan. Sedangkan untuk pecinta lingkungan,
hutan adalah bagian dari lingkungan yang harus dilestarikan. Dari sini bisa kita lihat
bahwa ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dan kelompok lainnya.
Hingga hal tersebut akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat.
4. Perubahan Nilai yang Ekspress dan Mendadak di dalam Penduduk
Perubahan merupakan sesuatu yang wajar terjadi. Tapi bila perubahan tersebut
berlangsung secara cepat dan mendadak, maka perubahan itu dapat memicu terjadinya
konflik sosial. Misalnya saja, di dalam masyarakat pedesaan yang mengalami suatu
proses industrialisasi yang cukup mendadak, maka hal itu tentu akan memunculkan
konflik sosial. Sebab, nilai-nilai lama yang sudah ada di dalam masyarakat tradisional
yang umumnya bercorak pertanian secara mendadak berubah menjadi nilai-nilai
masyarakat industri. Dimana nilai-nilai yang berubah tersebut diantaranya adalah nilai
gotong royong yang berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan gaji yang
disesuaikan berdasarkan jenis pekerjaan mereka. Kemudian hubungan kekerabatan
berubah menjadi hubungan struktural yang disusun di dalam suatu organisasi formal
perusahaan. Perubahan-perubahan yang terjadi secara mendadak, tentu akan membuat
goncangan di dalam proses sosial di dalam masyarakatnya. Bahkan akan muncul
upaya penolakan pada bentuk perubahan, karena dinilai mengacaukan tatanan
kehidupan yang sudah ada sebelumnya.

Jenis-Jenis Konflik
Berikut ini adalah beberapa jenis konflik yang biasa kita temukan di dalam kehidupan
bermasyarakat.

1. Konflik Pribadi
Jenis konflik yang pertama adalah konflik pribadi. Dimana konflik pribadi adalah
salah satu jenis konflik yang terjadi antara individu dengan individu ataupun dengan
kelompok masyarakat. Salah satu penyebab adanya konflik pribadi adalah karena
adanya perbedaan cara pandang antar individu yang berkaitan dengan persoalan yang
serupa. Jenis konflik yang satu ini sangat sering terjadi di dalam pertemanan, keluarga,
dunia kerja, dan lain sebagainya. Salah satu contoh dari konflik pribadi adalah ketika
sebuah keluarga beradu argumen tentang pembagian hak waris atau warisan.

2. Konflik Agama
Jenis konflik berikutnya adalah konflik agama. Konflik agama merupakan suatu
konflik yang terjadi antara kelompok yang mempunyai agama serta keyakinan yang
berbeda.Sebagian besar masyarakat menilai bahwa agama sebagai salah satu tuntunan
dan juga pedoman hidup yang harus diikuti secara mutlak. Sehingga apapun yang
berbeda dan tidak sesuai dengan agama yang mereka anut, maka akan dianggap
sebagai masalah lalu hal itu akan memicu terjadinya konflik.

Contoh dari konflik agama adalah konflik yang terjadi di Poso. Dimana konflik antara
dua agama tersebut telah terjadi selama bertahun-tahun. Konflik tersebut terjadi
karena Poso pada saat itu dipenuhi dengan penduduk yang beragama Islam. Akan
tetapi, seiring berjalannya waktu, banyak orang yang menganut agama Kristen masuk
ke wilayah Poso dan menjadi dominan. Tapi pada akhirnya, konflik tersebut bisa
diselesaikan melalui mediasi.

3. Konflik Rasial
Konflik rasial adalah jenis konflik yang terjadi antara ras yang berbeda. Dimana
konflik ras akan terjadi saat masing-masing ras merasa lebih unggul dan
mengutamakan kepentingan kelompoknya sendiri. Untuk contoh dari konflik rasial
yaitu seperti konflik antara pemuda kulit putih dan pemuda kulit hitam. Pastinya hal
itu sangat meresahkan dan menyebabkan adanya perpecahan. Jenis konflik rasial ini
sering terjadi di Indonesia.

4. Konflik Antar Kelas Sosial


Jenis konflik selanjutnya adalah konflik antar kelas sosial. Dimana konflik jenis ini
dikenal dengan konflik vertikal, yang mana bisa muncul karena adanya suatu
perbedaan kepentingan di antara kelas-kelas yang ada di dalam masyarakat. Untuk
contoh dari jenis konflik yang satu ini adalah adanya demo yang terjadi antara
karyawan dan perusahaan, dimana para karyawan menuntut untuk kenaikan gaji.

5. Konflik Sosial
Adanya kelompok kelas di dalam sebuah masyarakat akan sangat berpotensi memicu
terjadinya konflik. Perebutan dan juga upaya untuk mempertahankan status dan peran
di dalam kelompok masyarakat kerap kali menimbulkan konflik. Contoh dari konflik
yang satu ini yaitu antara kelompok kaya dan kelompok miskin yang saling
merebutkan kekuasaan di dalam kursi politik.

6. Konflik Politik
Konflik politik adalah salah satu jenis konflik yang terjadi karena adanya perbedaan
pandangan di dalam kehidupan politik. konflik tersebut terjadi karena masing-masing
kelompok ingin berkuasa di dalam sebuah sistem pemerintahan. Contoh dari konflik
ini yaitu pemberontakan PKI di Madiun, Pemberontakan 30S/PKI, dan
pemberontakan DI/TII. Bahkan, sekarang ini masih banyak konflik politik yang
terjadi ketika menjelang pemilu.

7. Konflik Internasional
Konflik internasional adalah jenis konflik yang melibatkan berbagai macam
kelompok negara karena adanya perbedaan kepentingan masing-masing negara. Salah
satu contoh dari konflik internasional adalah antara Korea Utara dan Korea Selatan,
ISIS, serta negara-negara lain yang melakukan peperangan.
Cara Mengatasi Konflik
Di bawah ini adalah beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi suatu
konflik.

1. Kompetisi
Penyelesaian konflik yang berbentuk kompetisi biasanya dikenal dengan istilah
win-lose orientation. Dimana proses penyelesaian ini menggambarkan satu pihak
yang mengorbankan pihak lain.

2. Akomodasi
Penyelesaian konflik jenis ini akan menggambarkan suatu kompetisi bayangan cermin
yang akan memberikan keseluruhan penyelesaian pada pihak lain tanpa adanya upaya
untuk memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses itu biasanya dikenal dengan taktik
perdamaian.

3. Sharing
Dalam proses penyelesaian konflik jenis ini, satu pihak akan memberi dan pihak lain
akan menerima sesuatu. Keduanya memiliki pikiran yang moderat, tidak lengkap, tapi
memuaskan.

4. Kolaborasi
Ini adalah salah satu bentuk upaya menyelesaikan konflik yang bisa memuaskan
kedua belah pihak. Upaya tersebut adalah pendekatan pemecahan masalah yang
membutuhkan integrasi dari kedua pihak.

5. Penghindaran
Penyelesaian konflik ini biasanya menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok
yang bersangkutan. Kondisi tersebut menggambarkan penarikan kepentingan
kelompok lain.

Contoh Konflik
Contoh konflik yang seringkali kita temukan di dalam kehidupan sehari-hari adalah
konflik tentang anak-anak yang putus sekolah karena harus membantu orang tuanya
bekerja.Kondisi tersebut harus menjadi salah satu perhatian pihak pemerintah karena
anak-anak yang berusia wajib belajar perlu menyelesaikan pendidikannya hingga
tamat. Berdasarkan survei anak usia 10 sampai 17 tahun yang sudah bekerja, seperti
yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik di tahun 2006.

Tercatat sebanyak 2,8 juta anak sudah menjadi pekerja. Dari hasil studi tersebut,
ditemukan bahwa anak-anak yang berusia 9 hingga 15 tahun sudah terlibat ke dalam
berbagai jenis pekerjaan. Dimana hal itu telah berakibat terhadap kesehatan mental,
emosional, dan fisik mereka. Awalnya mungkin mereka hanya berniat membantu
orang tuanya. Tapi seiring berjalannya waktu, mereka kemudian terjebak menjadi
seorang pekerja permanen.

Akhirnya mereka sering bolos sekolah dan memutuskan untuk berhenti sekolah.
Untuk anak-anak miskin, Bantuan Operasional Sekolah atau BOS saja tidak cukup.
Pemerintah dan sekolah seharusnya memikirkan pemberian beasiswa tambahan untuk
membelikan seragam dan juga alat tulis. Supaya anak-anak yang kurang mampu tidak
terbebani dengan biaya pendidikan.

B. KEKERASAN

PENGERTIAN KEKERASAN

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kekerasan adalah perbuatan seseorang
atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau
menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.
Dikutip dari buku M, Rahmat yang berjudul Ensiklopedia Konflik Sosial, dalam
bahasa Latin, kekerasan ini sering disebut dengan violentia yang berarti kebengisan,
keganasan, aniaya, dan kegarangan. Kekerasan itu sendiri bisa dibilang sebagai
perilaku yang disengaja atau tidak disengaja dengan tujuan untuk melukai orang lain.

Oleh sebab itu, kekerasan merupakan salah satu tindakan yang sangat melanggar Hak
Asasi Manusia. Hal ini dikarenakan tindak kekerasan tidak pernah mencerminkan
norma-norma dan nilai-nilai yang mencerminkan Hak Asasi Manusia. Oleh karena
pelaku tindak kekerasan harus segera diberi hukuman agar mendapatkan efek jera.

Kekerasan adalah sebuah tindakan yang memang sengaja dilakukan oleh individu atau
kelompok dengan tujuan menindas yang lemah agar terus mendapatkan penderitaan.
Kekerasan ini bisa dalam bentuk fisik atau bisa juga dalam bentuk psikis. Adapun
tindak kekerasan fisik, seperti seseorang memukul atau menendang, dan sebagainya.
Sedangkan kekerasan psikis, seperti memaksa orang lain untuk melakukan hal yang
tidak disukainya. Kedua bentuk itu sama-sama memiliki dampak yang bisa merugikan
korbannya.

BENTUK KEKERASAN

1. Kekerasan langsung (direct violent) adalah suatu bentuk kekerasan


yang dilakukan secara langsung terhadap pihakpihak yang ingin dicederai atau
dilukai. Bentuk kekerasan ini cenderung ada pada tindakan-tindakan, seperti
melukai orang lain dengan sengaja, membunuh orang lain, menganiaya, dan
memperkosa.
2. Kekerasan tidak langsung (indirect violent) adalah suatu bentuk
kekerasan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain melalui sarana.
Bentuk kekerasan ini cenderung ada

pada tindakan-tindakan, seperti mengekang, meniadakan atau mengurangi hak-hak


seseorang, mengintimidasi, memfitnah, dan perbuatan-perbuatan lainnya. Misalnya
terror bom yang dilakukan oleh para teroris untuk mengintimidasi pemerintah supaya
lebih waspada akan bahaya yang dilakukan oleh pihak asing terhadap negara kita.
Sehubungan dengan tindak kekerasan yang telah dilakukan oleh anggota masyarakat
yang satu terhadap anggota masyarakat yang lain, pada dasarnya di dalam diri
manusia terdapat dua jenis agresi (upaya bertahan), yaitu sebagai berikut.

1. Desakan untuk melawan yang telah terprogram secara filogenetik


sewaktu kepentingan hayatinya terancam. Hal ini dimaksudkan untuk
mempertahankan hidup individu yang bersifat adaptif biologis dan hanya
muncul apabila ada niat jahat. Misalnya si A melakukan pencurian karena
adanya desakan kebutuhan ekonomi, seperti makan.
2. Agresi jahat melawan kekejaman, kekerasan, dan kedestruktifan ini
merupakan ciri manusia, di mana agresi tidak terprogram secara filogenetik
dan tidak bersifat adaptif biologis, tidak memiliki tujuan, serta muncul begitu
saja karena dorongan nafsu belaka. Misalnya aksi kerusuhan yang dilakukan
oleh para suporter sepak bola. Kamu telah belajar mengenai konflik dan
kekerasan yang terjadi di masyarakat. Dapatkah kamu membedakan kedua hal
tersebut?

Syarat Agar Tidak Terjadi Kekerasan

Berikut beberapa persyaratan agar tidak terjadi kekerasan, yaitu:

1. Menyadari Konflik

Agar suatu kekerasan tidak terjadi, orang-orang ataupun kelompok yang terlibat di
dalam konflik harus bisa menyadari situasi dari konflik yang terjadi di antara mereka.

2. Mengendalikan Konflik

Konflik yang sudah terjadi sebisa mungkin dikendalikan agar tidak berlanjut ke
tindakan kekerasan.

Hal ini bisa dilakukan apabila berbagai kekeuatan sosial yang bertenangan telah
terorganisir dengan baik dan jelas.
3. Mematuhi Aturan

Setiap kelompok yang terlibat di dalam suatu konflik hatus mematuhi aturan
yang sudah disepakati.

Nah, aturan tersebut pada nantinya akan menjamin kelangsungan hidup


kelompok yang memiliki konflik agar tidak timbul kekerasan.

JENIS-JENIS KEKERASAN

 Kekerasan yang dilakukan perorangan perlakuan kekerasan dengan


menggunakan fisik (kekerasan seksual), verbal (termasuk menghina), psikologis
(pelecehan), oleh seseorang dalam lingkup lingkungannya.

 Kekerasan yang dilakukan oleh negara atau kelompok, yang oleh Max
Weber didefinisikan sebagai "monopoli, legitimasi untuk melakukan kekerasan
secara sah" yakni dengan alasan untuk melaksanakan putusan pengadilan, menjaga
ketertiban umum atau dalam keadaan perang yang dapat berubah menjadi
semacam perbuatanan terorisme yang dilakukan oleh negara atau kelompok yang
dapat menjadi salah satu bentuk kekerasan ekstrem (antara lain, genosida, dll.).[6]

 Tindakan kekerasan yang tercantum dalam hukum publik yakni tindakan


kekerasan yang diancam oleh hukum pidana (sosial, ekonomi atau psikologis
(skizofrenia, dll.)).

 Kekerasan dalam politik umumnya pada setiap tindakan kekerasan


tersebut dengan suatu klaim legitimasi bahwa mereka dapat melakukannya dengan
mengatas namakan suatu tujuan politik (revolusi, perlawanan terhadap penindasan,
hak untuk memberontak atau alasan pembunuhan terhadap raja lalim walaupun
tindakan kekerasan dapat dibenarkan dalam teori hukum untuk pembelaan diri atau
oleh doktrin hukum dalam kasus perlawanan terhadap penindasan di bawah tirani
dalam doktrin hak asasi manusia.[7]

 Kekerasan simbolik (Bourdieu, Theory of symbolic power),[8] merupakan


tindakan kekerasan yang tak terlihat atau kekerasan secara struktural dan kultural
(Johan Galtung, Cultural Violence)[9] dalam beberapa kasus dapat pula merupakan
fenomena dalam penciptaan stigmatisasi.

CARA MENGATASI KONFLIK AGAR TIDAK TERJADI KEKERASAN

1. Fokuskan untuk menyelesaikan masalah


Fokuskan diri Anda untuk menyelesaikan konflik. Jangan terpaku pada kemenangan
dalam beradu argumen atau siapa yang paling benar karena akan sulit diselesaikan.
Fokuskan tujuan Anda dalam mengatasi konflik agar bisa diselesaikan secara damai.
2. Gunakan kepala dingin
Menggunakan kepala dingin ketika mengatasi konflik merupakan hal utama yang
harus Anda lakukan. Hal ini dapat membantu Anda mengendalikan emosi sehingga
memperburuk konflik yang tengah berlangsung.
Hal ini memang cukup sulit dilakukan, namun bersikap tetap tenang sangat penting
untuk menemukan solusi dari persoalan yang tengah dialami. Mengambil napas
dalam-dalam, berjalan-jalan sejenak, dan meregangkan otot dapat membantu Anda
merasa tenang sehingga mampu berpikir jernih.

3. Melakukan diskusi
Dengan kepala dingin, Anda dapat mulai berdiskusi bersama orang yang
terlibat langsung dalam konflik. Pilihlah tempat yang netral dan lokasi yang
nyaman, agar Anda bisa merundingkan persoalan yang terjadi dengan baik.
Dilansir dayaid. Dalam diskusi tersebut, Anda bersama orang yang
berkonflik dapat memaparkan sudut pandang dan keinginan masing-masing.
Namun, pastikan menggunakan kata-kata yang baik dalam bertutur kata.
Jangan sampai ucapan Anda malah membuat konflik semakin meruncing.

4. Perjelas masalah yang ada


Ketika mengalami konflik, Anda mungkin membawa masalah lain yang tak
terkait dengan persoalan yang ada pada diskusi. Hal ini bisa membuat pihak
yang berkonflik dengan Anda merasa diserang, dan tak akan menciptakan
solusi untuk konflik ini.
Oleh sebab itu, penting untuk memperjelas masalah yang perlu dibahas dan
hanya boleh membahas masalah itu saja. Jika masalah lain juga perlu diatasi,
maka Anda harus meluangkan waktu lain untuk membahasnya.

5. Saling memaafkan
Menyelesaikan konflik tak mungkin terjadi jika Anda dan pihak yang
berkonflik tidak mau saling memaafkan. Lepaskanlah rasa kesal, dendam,
dan amarah yang ada dalam diri Anda. Minta atau berilah maaf pada “lawan”
Anda tersebut sehingga konflik bisa benar-benar tuntas.

PENYEBAB KEKERASAN

1. Hilangnya Harga Diri


Setiap orang yang ada di dunia ini pasti memiliki harga diri. Dengan kata lain,
seseorang pasti ingin dihargai oleh para sesamanya terutama yang ada di lingkungan
terdekatnya. Namun, jika seseorang sudah kehilangan harga diri dan sudah tidak
dihargai lagi oleh lingkungan terdekatnya, maka ia bisa melakukan tindak kekerasan
yang biasanya akan dimulai dari sikap dan perilaku marah.
Kekerasan yang disebabkan karena hilangnya harga diri memiliki motif yang sangat
kuat. Selain itu, bukan hanya bisa dilakukan secara individu saja, tetapi bisa juga
dilakukan secara kelompok.

2. Tingkat Ekonomi Berbeda


Penyebab kekerasan selanjutnya adalah tingkat ekonomi yang berbeda atau bisa
dibilang sebagai kemiskinan. Penyebab ini bisa juga diartikan sebagai sulitnya
mendapatkan akses ke pusat ekonomi terutama pada masa-masa kritis.

Adanya perubahan sosial ini menghadirkan tingkat ekonomi yang berbeda juga.
Bahkan, seseorang yang sulit menghadapi perubahan sosial bisa memicu dirinya
untuk melakukan tindak kekerasan terutama ketika menghadapi tingkat ekonomi yang
berbeda. Hal ini dapat terjadi karena seseorang sudah kehilangan akan sehat agar bisa
memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga berani untuk melakukan kekerasan, seperti
merampok, menjambret, dan sebagainya.

3. Tidak Bisa Mengendalikan Emosi


Setiap orang memang tidak pernah bisa terlepas dari yang namanya masalah, sehingga
bisa memunculkan yang namanya emosi. Penyebab kekerasan selanjutnya adalah
seseorang atau kelompok yang tidak bisa mengendalikan emosi. Jika emosi yang ada
di dalam diri sulit dikendalikan, maka emosi akan terus meningkat, sehingga akan
mudah marah dengan permasalahan yang sepele. Dari situlah, tindak kekerasan bisa
terjadi dan bisa menimbulkan korban jiwa.

4. Dendam
Dendam merupakan salah sifat yang dapat menyebabkan seseorang melakukan
kekerasan. Munculnya rasa dendam ini disebabkan karena seseorang tidak terima
dengan perilaku yang pernah menimpa dirinya, sehingga memicu rasa amarah dalam
diri. Dari perasaan marah itulah, seseorang akan nekat untuk melakukan kekerasan
demi bisa membalas apa yang pernah diterimanya pada waktu itu.

Pelampiasan amarah yang dituangkan melalui kekerasan ini sangatlah tidak baik
karena bisa merugikan diri sendiri dan orang lain. Bahkan, dengan rasa dendam bisa
saja menimbulkan terjadi korban jiwa. Dari dendam ini bisa saja terus menghadirkan
kekerasan terhadap generasi-generasi selanjutnya yang bisa membuat permusuhan
sulit untuk dihilangkan.

5. Sudah Menjadi Tradisi


Kekerasan bisa juga disebabkan karena sudah adanya tradisi kekerasan dalam suatu
lingkungan. Kekerasan yang disebabkan karena tradisi sangat sulit untuk dihilangkan,
sehingga akan terus berlanjut ke generasi selanjutnya. Adapun contoh dari tindak
kekerasan yang dilakukan karena tradisi adalah kegiatan masa orientasi atau yang
lebih dikenal oleh banyak orang dengan sebutan ospek. Ospek ini berlaku pada siswa
atau mahasiswa baru yang akan menempuh pendidikan di lembaga pendidikan baru.

6. Pemabuk atau Pengguna Narkoba


Penyebab kekerasan bisa juga dipicu dari gaya hidup yang tidak baik dan tidak sehat,
seperti minum minuman beralkohol secara berlebihan dan pengguna narkoba. Ketika
seseorang sudah dalam keadaan mabuk dan tidak dapat mengendalikan dirinya, baik
itu karena minuman beralkohol atau narkoba, maka bisa membuat ricuh yang memicu
terjadinya tindak kekerasan. Bahkan bisa melakukan penyiksaan terhadap lebih dari
satu korban.

Kekerasan yang disebabkan karena mabuk dan memakai narkoba ini bisa juga terjadi
antar kelompok dengan kelompok, sehingga bisa memicu terjadinya tawuran atau
bentrok yang akan sulit dihilangkan. Bahkan, dari tawuran tersebut bisa menimbulkan
korban jiwa, sungguh sangat disayangkan apabila hal seperti itu dapat terjadi.
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kekerasan dan konflik yang berkepanjangan bukan hanya akan menimbulkan Kerugian nyawa dan
ancaman disintegrasi bangsa, tetapi melahirkan manusia yang kehilangan masa depan, yakni
keluarga para pengungsi dan anak-anak mereka (Suyanto, 2010). UNSFIR (United Nations Support
Facility For Indonesia Recovery) dalam penelitianya tentang "Patterns of Collective Violence in
Indonesia 1990- 2003" menunjukan data tentang tingginya angka kekerasan komunal di Indonesia
(Ashutosh at. Al., 2004). Komunal yang dimaksud bisa berupa kekerasan antar kelompok etnis,
antar pemeluk agama yang berbeda atau antar pemeluk agama yang sama dengan aliran atau
kelompok yang berbeda (Suaedy, 2007). Ashutosh menyatakan angka kekerasan tersebut mencapai
89.3% kekerasan komunal yang membawa korban, 16.6% peristiwa yang bersifat insiden atau tidak
memakan korban jiwa. Kekerasan demikian menurut riset tersebut terjadi diseluruh provinsi
Indonesia, meskipun tingkatanya tidak sama satu daerah dengan daerah lainya. Tetapi, kekerasan
kolektif inilah yang menyebabkan kerusakan dan kerugian paling parah terhadap kehidupan, baik
nyawa manusia maupun harta benda, dibanding dengan bentuk kekerasan lain (dalam Suaedy,2007)

B. Rumusan Masalah

1) Apa itu konflik dan kekerasan?


2) Apa saja penyebab Konflik dan Kekerasan?
3) Apa saja contoh Konflik dan Kekerasan?

C. Tujuan

1) Mengetahui definisi Konflik dan Kekerasan.


2) Mengetah
3) Menambah pengetahuan mengenai contoh
Konflik dan Kekerasan dalam kehidupan sosial.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Than Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah in dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakash atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bag para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..1

A. Latar Belakang………………………………………………….…………………1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………1

C. Tujuan….………………………………….………………………..……………. 1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………….………………………..2

A. Konflik.……………………………………..…………………………..… ...……2

B. Kekerasan……………………………………………………………..…. .………7

BAB III PENUTUP……………………….………….………………..…………….13

A. Kesimpulan………………………………………………………………………13

B. Saran……………………………………………..………………………………13

DAFTAR PUSTAKA………….……………………………………….……………14
MAKALAH SOSIOLOGI

MENGENAL KONFLIK DAN KEKERASAN

guru mapel : Abd. Wahid Santoso S.pd

KELOMPOK 1

1. Alindia Dana Nisrina


2. Bintang Febriano
3. Rima Agne
4. Fiki Fitriani
5. M Raif Izzul Haqqi

XI IPS 1

MAN 3 BANYUWANGI

TP. 2022/2023

Anda mungkin juga menyukai