SOSIAL
Disusun Oleh:
Febrina Wulandari
Marisa Merianti
Resty Natalia Putri
Richardo Fahala
Yuliyanti
Konflik Sosial
1. Konflik sosial adalah alat untuk memperoleh hal-hal yang langka, seperti
status, kekuasaan, dan sebagainya. (Robert M.Z. Lawang)
3. Pertentangan atau pertikaian atau konflik adalah suatu proses yang dilakukan
orang atau kelompok manusia guna memenuhi tujuannya dengan jalan
menentang pihak lawan yang disertai ancaman dan kekerasan. (Soerjono
Soekanto 1989:86) Oleh karena itu, konflik diidentikkan dengan tindak
kekerasan.
4. Konflik adalah suatu pertentangan yang terjadi antara apa yang diharapkan
oleh seorang terhadap dirinya, orang lain, orang dengan kenyataan apa yang
diharapkan (Mangkunegara, 2001).
B. Macam-Macam Konflik
1. Konflik antara individu dengan individu
Konflik antara individu dengan individu adalah pertentangan yang terjadi
antara dua orang akibat perbedaan kepentingan, nilai-nilai, atau pandangan
hidup. Misalnya, konflik antara dua orang remaja atau konflik suami dengan
istrinya.
Siapa saja yang terlibat dalam pengedalian sosial. Mereka yang terlibat
dalam pengendalian sosial, bisa secara individu ataupun kelompok.
a. Pengendalian antarindividu
Contoh pengendalian sosial antarindividu:
a. Preventif
b. Represif
Pengendalian sosial represif adalah pengendalian yang dilakukan setelah
terjadi penyimpangan. Cara ini bertujuan memulihkan keadaan seperti
sebelum terjadi penyimpangan. Contoh pengendalian sosial represif:
a. Persuasif
Teknik pengendalian sosial persuasif adalah teknik pengendalian sosial dengan
cara mengajak atau membimbing warga masyarakat agar bertindak sesuai
dengan peraturan atau norma-norma yang berlaku. Cara ini terkesan halus dan
sifatnya menghimbau. Contoh pengendalian sosial dengan cara persuasif.
b. Koesif
Teknik pengendalian sosial koesif adalah teknik pengendalian sosial yang
lebih menekankan pada tindakan yang menggunakan kekerasan fisik.
Tujuannya agar si pelaku menjadi jera dan tidak berani mengulangi
perbuatannya. Cara ini terkesan tegas dan keras, yang umumnya merupakan
upaya terakhir setelah cara persuasif tidak berhasil.
Contoh pengendalian sosial dengan teknik koesif:
Kontrol sosial atau kritik dalam bentuk gosip atau desas-desus ini
dapat berperan sebagai alat pengendalian sosial. Sebab, biasanya individu-
individu yang digosipkan akan malu atau merasa bersalah karena telah
melanggar nilai-nilai dan norma-norma sosial. Misalnya, bagi si gadis
remaja/pelajar yang hamil tanpa nikah tadi, ia akan merasa bersalah dan
merasa malu kepada masyarakat. Perasaan malu dan bersalah tersebut
kemudian mendorong gadis itu dan orang tuanya untuk mendesak laki-laki
menghamilinya agar segera menikahinya secara resmi sesuai ketentuan
hukum yang berlaku. Demikian pula bagi siswa SMK yang terlibat
penyalahgunaan narkoba, karena merasa malu dan takut, biasanya ia akan
berusaha menghentikan perbuatannya. Sebab, bila tidak menghentikan
perbuatannya, ia akan ditangkap dan dihukum penjara oleh pihak yang
berwajib sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
b. Teguran
Teguran merupakan peringatan yang ditujukan kepada pelaku pelanggaran.
Tujuan teguran ialah agar si pelaku sesegera mungkin menyadari
kesalahannya. Misalnya, seorang guru menegur muridnya yang sering
ngobrol pada waktu belajar di kelas. Adakalanya guru memberikan surat
panggilan kepada orang tuanya untuk datang kesekolah. Teguran adalah
bentuk pengendalian sosial atau kontrol sosial berupa kritik sosial yang
dilontarkan secara terbuka terhadap individu-individu warga masyarakat
yang berperilaku menyimpang. Teguran biasanya dilakukan oleh orang-orang
dewasa kepada orang yang lebih muda, oleh guru kepada muridnya, atau
oleh atasan kepada bawahan. Dengan ditegur dan dinasihatu, individu-
individu yang berperilaku menyimpang akan menghentikan perbuatannya
karena merasa malu dan takut.
Dari segi bentukny, teguran ada 2 macam, yaitu teguran lisan dan
teguran tulisan. Teguran lisan adalah teguran yang dilontarkan secara lisan
kepada individu yang berperilaku menyimpang. Misanya, teguran oleh orang
tua kepada anaknya yang malas sekolah, teguran ketua RT kepada warganya
yang tidak mau ikut bekerja bakti,dsb. Teguran tertulis adalah teguran yang
disampaikan secara tidak langsung, tetapi melalui tulisan atau surat teguran.
Teguran tertulis ini biasanya dilakukan dalam forum-forum yang resmi dari
atasan kepada bawahan. Seorang atasan biasanya akan megirimkan surat
teguran tertulis kepada bawahan yang melanggar peraturan. Teguran tertulis
ini dikeluarkan apabila teguran secara lisan tidak diperhatikan oleh pihak
yang ditegur.
c. Hukuman (punishment)
pelanggaran, baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Pada lembaga foral,
individu-individu yang tebal muka, sudah hilang rasa malunya, atau tidak
percaya adanya siksa Tuhan di akhirat nanti. Mereka itu tidak akan merasa
Oleh karena itu, diperlukan adanya alat pengendalian sosial yang lebih tegas
dan nyata sanksinya yaitu hukuman atau norma hukum, berupa hukuman
dimasyarakat.
jera bagi para pelanggarnya, sehingga mereka tidak berani lagi mengulangi
perbuatannya. Bahkan, pengaruh sanksi hukum yang keras ini tidak hanya
positif bagi pelakunya saja, tetapi juga terhadap individu lainnya. Jelaslah
bahwa hukuman merupakan alat pengendali sosial yang paling keras dan
d. Pendidikan
berguna bagi agama, nusa dan bangsanya. Seseorang yang berhasil didunia
pendidikan akan merasa kurang enak dan takut apabila melakukan perbuatan
yang tidak pantas atau menyimpang. Contoh: setelah Tono terpilih menjadi
melanggar tata tertib, bertutur kata baik, serta mengerjakan tugas dan
norma-norma sosial.
e. Agama
Ajaran agama pada hakikatnya berisikan perintah, larangan dan anjuran dari
akan berusaha menghindari sikap dan perilaku yang dapat melanggar nilai-
sebagainya.
a. Lembaga Kepolisian
Lembaga kepolisian memiliki peran yang sangat penting dalam
b. Lembaga peradilan
harus dijalaninya.
c. Lembaga adat
tertib sosial tanpa norma hukum akan tetap dapat terjaga, karena warga
d. Lembaga masyarakat
masyarakat seperti RT, RW, karang taruna, dewan masjid, LKMD, dan
yaitu orang dewasa yang karena kelebihan dan kedudukannya dianggap oleh
nilai dan norma sosial, maka warga masyarakat akan meminta dan
e. Lembaga pendidikan
lembaga pendidikan, seperti TK, SD, SLTP, SLTA dan perguruan tinggi.
kepada peserta didik. Dengan pendidikan yang baik, maka masyarakat dapat
tanggungjawab.
f. Lembaga keagamaan
norma sosial yang bersumber dari ajaran agama dan firman Tuhan Yang Maha
Esa. Manusia yang beriman akan menyadari bahwa kehidupan dimuka bumi
ada yang mengaturnya, yaitu Tuhan Maha Pencipta. Keyakinan inilah yang
Pada awal reformasi, di ibukota Jakarta terjadi kerusuhan sosial, seperti Peristiwa
Trisakti, Peristiwa Semanggi, Kerusuhan Mei 1998, perkelahian massal antarsuku,
kerusuhan yang dipicu oleh unjuk rasa, dan sebagainya. Akibat konflik sosial
terhadap masyarakat, antara lain :
a. Tingkat Komunitas
Hubungan antaretnik, terutama antara pendatang dengan masyarakat
setempat mengalami disharmonisasi karena terjadi dominasi simbol budaya
etnik pendatang dalam hubungan sosial dengan masyarakat setempat. Untuk
mengeliminasi disharmonisasi, pendatang seharusnya menghormati budaya
etnik setempat. Selain itu, untuk mengurangi ketegangan antarkelompok etnik
diperlukan dialog lintas atnik guna mewadahi pembelajaran dan pengenalan
keberagaman kelompok etnik.
b. Tingkat Institusi
Untuk mengurangi potensi ketegangan antarkelompok etnik, rekruitmen
pegawai pemerintah dan rotasi kepemimpinan harus berdasarkan prinsip
meritokrasi, profesionalisme, keterbukaan, dan kecakapan. Adanya pemakaian
simbol budaya yang tidak sesuai dengan kultur area dapat menjadi potensi
ketegangan antaretnik. Untuk menghindari potensi ketegangan budaya, maka
pemakaian simbol-simbol budaya harus disesuaikan dengan kultur area.
c. Kebijakan
Kebijakan pemerintah terutama dalam pengelolaan sumber daya ekonomi
menimbulkan ketegangan antara pemerintah dan masyarakat di satu pihak dan
antarkelompok masyarakat di pihak lain. Hal ini bisa terjadi karena kelompok-
kelompok masyarakat yang berkepentingan dengan pengelolaan sumber daya
ekonomi tidak dilibatkan dalam pembuatan kebijakan. Pemerintah perlu
melibatkan kelompok-kelompok masyarakat (stakeholders) dalam mengambil
keputusan. Multikulturalisme merupakan benih kultur demokrasi, tetapi
multikulturalisme masih disikapi sebagai gagasan penghilangan batas-batas
ikatan cultural kelompok etnik.
Benih-benih konflik masih bersifat laten, yakni berupa prasangka atau persepsi
negatif di antara kelompok etnik. Kondisi seperti inilah yang sering merupakan
sumber potensial terjadinya konflik manifes seperti yang pernah ada terjadi pada
era sebelum tahun 1980-an. Konflik hanya melibatkan beberapa anggota seperti
yang terjadi pada era sebelum tahun 1970-an antara etnik Minang dan Nias.
Penyebabnya kadang-kadang kelihatan begitu sepele seperti saling mengejek dari
masing-masing pihak dengan ungkapan stereotype. Namun karena sudah disertai
oleh faktor-faktor lain, seperti prasangka negatif terhadap masing-masing
kelompok, maka konflik pun mudah muncul.
Kesan dan prasangka negaif dalam kasus Nias dan Minang di atas seolah-olah
sudah diwariskan secara turun-temurun dari generasi di kalangan orang Minang.
Dalam pandangan orang-orang Minang, masyarakat Nias sudah menjadi stereotype.
Penggunaan bahasa daerah Nias dalam pergaulan sehari-hari di antara sesama
etnik Nias kadang-kadang juga bisa menjadi sumber konflik (pertengkaran)
terutama bila digunakan dalam lingkungan dimana terdapat orang-orang etnik
Minang.
Faktor lain yang menjadi penyebab timbulnya konflik antara kedua belah pihak
ialah masalah agama. Terpisahnya pemukiman orang-orang etnik Nias dengan
pemukiman orang-orang etnik Minang juga dianggap menghambat integrasi sosial.
Gejala sikap prejudice atau prasangka etnik, baik yang menyangkut agama
maupun adat budaya, bisa menjadi penghambat dalam interaksi sosial serta
pergaulan antarsuku bangsa dan pemeluk agama bahkan bisa menimbulkan konflik
sosial. Oleh karena itu, menjadi penting bagi masing-masing kelompok etnik yang
terlibat konflik untuk mengembangkan dan membina sikap keterbukaan dan saling
menghilangkan prasangka negatif dengan memperbanyak dialog antara kedua
belah pihak.