Anda di halaman 1dari 14

KONFLIK, KEKERASAN, DAN PERDAMAIAN

A. Konflik Sosial

Masyarakat mempunyai dua wajah “ konflik dan consensus”. Dalam hal ini, masyarakat
merupakan arena konflik dan integrasi yang senantiasa berlangsung. Oleh karena itu, konflik
dan integrasi sosial merupakan gejala yang selalu mengisi setiap kehidupan sosial. Hal-hal
yang mendorong timbulnya konflik dan integrasi adalah adanya persamaan dan perbedaan
kepentingan sosial.

A. Pengertian konflik
Istilah konflik sendiri secara etimologis berasal dari bahasa latin “con”yang berate
bersama dan “figere” yang berate memukul. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) konflik didefinisikan sebagai percekcokan, perselisihan atau
pertentangan. Dengan demikian, konflik dalam kehidupan sosial berate benturan
kepentingan, keinginan, pendapat dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua orang
atau lebih. Konflik diartikan hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau
kelompok) yang memiliki atau yang merasa memiliki, sasaran-sasaran yang tidak
sejalan.
Dean G. Pruit dan Jeffrey. Rubin mengangkat pendapat Webster (1996) bahwa
istilah “conflict” di dalam bahasa aslinya berarti perkelahian, peperangan, atau
perjuangan yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak. Tokoh lain Alo Liliweri
merumuskan konflik sebagai bentuk pertentangan alamiah yang dihasilkan oleh individu
atau kelompok karena mereka yang terlibat memiliki perbedaan sikap, kepercayaan, nilai
atau kebutuhan.

B. Macam-macam Konflik
a. Konflik Gender
Gender lebih memperhatikan pada aspek status dan pernanan manusia dilihat dari
jenis kelamin. Artinya status antara laki-laki dan perempuan dimana hak-hak lebih
didominasi oleh kaum laki-laki dan perempuan selalu diposisikan dlam kelompok
imperior. Munculnya emansipasi wanita telah menempatkan wanita lebih mudah
mendapatkan pekerjaan dan membuat sebagian orang menganggap gerakan
emansipasi sudah tidak lagi relevan. Konflik gender lebih terlihat pada masyarakat
modern yang sudah spesialisasi kerja
b. Konflik rasial dan Antar Suku
Ras sering kali diidentikkan dengan perbedaan warna kulit manusia, diantaranya ada
sebagian kelompok manusia yang berkulit putih, sawo matang, dan hitam. Dimasa
lalu kaum kulit putih menjadi superior terhadap kaum kulit hitam dan memicu
terjadinya konflik rasial. Dan banyak Negara-negara yang memposisikan warna kulit
hitam sebagai warga Negara kelas II, dan secara yuridis hak-hak kaum kulit hitam
sering diabaikan. Ini dikenal dengan istilah politik apharteid. Selain konflik rasial, ada
pula konflik antar etnis ynag berdampak pada lenyapnya suatu Negara. Contohnya:
Yugoslavia sebagai salah satu Negara di kawasan Eropa Timur ynag hancur pada
decade 1990-an mengalami kehancuran akibat pertentangan antar etnis. Kini
Yugoslavia tinggal catatan sejarah, Negara tersebut terpecah belah menjadi 3 negara
atas dasar etnis, yaitu etnis Serbia, etnis Muslim Bosnia, dan Croatia. Selain itu
konflik di Sambas Kalimantan yang dipicu oleh pertentangan antara etnis dayak dan
Madura. Konflik antar etnis di Papua, Maluku, Ambon dan Poso. Konflik ini telah
mengarah pada gerakan saparatis daerah yang mengancam kesatuan bangsa Indonesia.
c. Konflik antar Umat Agama
Perbedaan keyakinan penganut agama yang meyakini kebenaran ajaran agama nya,
dan menganggap keyakinan agama lain sesat. Hal ini lah yang menjadi pemicu
konflik antar penganut agama. Akibat dari konflik ini timbul image baru seolah-olah
kelompok tersebut tidak mau berbagi tempat dengan kelompok lain yang berbeda.
Selain itu banyak fenomena kelompok semapalan agama memiliki keyakinan
kontroversail, seperti pengakuan seseorang menjadi nabi, perbedaan cara menyembah
Tuhan, hingga memicu pihak lain memberikan label aliran sesat.
d. Konflik antar Golongan
Demokratisasi di dalam system politik kita tidak selamanya berdampk positif bagi
kelangsungan hidup bangsa, sebab demokratisasi justru menjadi malapertaka bagi
kelangsungan hidup bangsa karena gejala tersebut telah mengantarkan berbagai
konflik antar golongan. Konflik antar golongan diantaranya dipicu oleh satu golongan
tertentu, memaksakan kehendaknya kepada kelompok lain untuk elakukan perbuatan
yang dikehendaki oleh golongan tersebut. Adapun dipihak lain golongan merasa
terrampas kebebasannya hingga melakukan perlawanan yang tidak pernah tercapai
kesepakatan diantara golongan tersebut.
e. Konflik antar Kepentingan
Konflik kepentingan identik dengan koflik politik, realitas politik selalu diwarnai oleh
dua kelompok yang memiliki kepentingan yang saling berbenturan. Benturan
kepentingan tersebut dipicu oleh gejala satu pihak ingin merebut kekuasaan dan
kewenangan di dalam masyarakat, dipihak lain terdapat kelompok yang berusaha
mempertahankan dan mengembangkan kekuasaan dan kewenangan yang sudah ada di
tangan mereka
f. Konflik antar Pribadi
Konflik ini terjadi karena adanya perbedaan atau pertentangan atau juga
ketidakcocokan antara individu satu dengn individu lain. Masing-masing individu
mempertahankan tujuan atau kepentingan nya masing-masing. Contoh : dua remaja
yang berpacaran lalu kemudain tidak berpacaran lagi karrna masing-masing bersikeras
pada pendapatnya sehingga menimbulkan konflik individu.
g. Konflik antar Kelas Sosial
Konflik antar kelas sosial biasanya berupa konflik yang bersifat vertical, yaitu konflik
antara kelas sosial atas dengan kelas sosial bawah. Konflik antar kelas sosial biasanya
leih ditekankan pada konflik antara buruh dan majikan di dalam struktur masyarakat
itu sendiri. Factor utama yang menjadi pemicu konflik biasanya terletak pada
perbedaan pendapatan, dimana majikan yang memiliki modal usaha memiliki
pendapatan ynag besar sedangkan para buruh ynag hanya memiliki tenaga hanya
memiliki pendapatan kecil. Keadaan ini lah yang memunculkan isu ketidakadilan dan
ketimpangan sosial.
h. Konflik antar Negara
Konflik ynag terjadi antara dua Negara atau lebih. Mereka memiliki perbedaan tujuan
Negara dan berupaya memaksakan kehendak negaranya kepada Negara lain. Konflik
antar Negara pada masa lalu dipicu oleh adanya nafsu ekspansi Negara-negara kut ke
Negara-negara yang lemah. Setelah Negara yang lemah dikuasai biasanya wilayah
tersebut dieksploitasi hasil alamnya untuk memperkuat kedudukan Negara-negara
yang kuat.

C. Faktor Penyebab Konflik


Para sosiolog berpendapat bahwa akar timbulnya konflik yaitu adanya hubungan
sosial, ekonomi, politik yang akarnya adalah perbuatan atas sumber-sumber kepemilikan,
status sosial, dan kekuasaan (power) yang jumlah ketersediaan sangat terbatas dengan
pembagian yang tidak merata di masyarakat. ketidakmerataan pembagian asset-aset
sosial di dalam masyarakat tersebut dianggap sebagai bentuk ketimpangan. Pada
dasarnya, secara sederhana penyebab konflik dibagi dua yaitu:
1. Kemajemukan horizontal yang artinya adalah struktur masyarakat yang majemuk
secara kultural seperti suku bangsa, agama, ras dan majemuk secara sosial dalam arti
perbedaanpekerjaan dan profesi. Kemajemukan horizontal-kultural menimbulkan
konflik yang masing-masing unsur kultural tersebut mempunyai karakteristik sendiri
dan masing-masing penghayat budaya tersebut ingin mempertahankan karakteristik
budayanya tersebut.
2. Kemajemukan vertical, yang artinya struktur masyarakat yang terpolarisasi
berdasarkan kekayaan, pendidikan dan kekuasaan. Kemajemukan vertical dapat
menimbulkan konflik sosial karena ada sekelompok kecil masyarakat yang
mempunyai kekayaan, pendidikan yang mapan kekuasaan dan kewenangan yang
besar sedangkan sebagian besar tidak atau kurang memiliki kekayaan, pendidikan
rendah dan tidak memiliki kekuasaan dan kewenangan.
Selanjutnya, beberapa sosiolog menjabarkan kembali akar penyebab konflik secara
lebih luas dan terperinci. Ada beberapa hal yang lebih mempertegas akar timbulnya
konflik di antaranya:
1. Perbedaan antar individu meliputi perbedaan pendapat, tujuan, keinginan, pendirian
tentang objek yang dipertentangkan
2. Benturan antar kepentingan baik secara ekonomi maupun politik
3. Perubahan sosial yang terjadi secara mendadak
4. Perbedaan kebudayaan yang mengakibatkan adanya perasaan in group dan out group.
Empat factor tersebut bukanlah factor penyebab utama terjadinya konflik melainkan
factor pemicu terjadinya konflik sosial. Pandangan penganut perspektif konsesus,
penyebab utama dari konflik sosial adalah disfungsi sosial. Artinya, nilai-nilai dan
norma-norma sosial yang ada dalam struktur sosial tidak lagi ditaati, pranata sosial dan
system pengendaliaanya tidak berjalan sebagaimana semestinya. Lain halnya pandangan
dari penganut teori konflik menjabarkan penyebab utama konflik adalah adanya
perbedaan ketimpangan hubungan dalam masyarakat yang memunculkan diferensiasi
kepentingan. Menurut Turner ada beberapa factor yang memicu terjadinya konflik sosial,
di antaranya:
1. Ketidakmerataan distribusi sumber daya yang sangat terbatas di dalam masyarakat
2. Ditariknya kembali legitimasi penguasa politik oleh masyarakat kelas bawah
3. Adanya pandangan bahwa konflik merupakan cara untuk mewujudkan kepentingan
4. Sedikitnya saluran untuk menampung keluhan-keluhan masyarakat kelas bawah
serta lambatnya mobilitas sosial ke atas
5. Melemahnya kekuasaan Negara yang disertai dengan mobilisasi masyarakat bawah
oleh elite
6. Kelompok masyarakat kelas bawah menerima ideology radikal
Michael E. Brown mengidentifikasi sebab-sebab konflik internal dalam dua kategori
yaitu sebab-sebab pokok (underlying causes) dan sebab-sebab ppemicu atau katalis
(proximate causes). Sebab-sebab pokok merupakan suatu kondisi atau situasi yang
membuat suatu wilayah memiliki potensi yang besar untuk tersulut konflik. Terdapat
empat kategori dari sebab-sebab pokok suatu konflik menurut Brown yaitu factor
structural yang mencakup kondisi Negara yang lemah, permasalahn keamanan, geografi
dan etnis.

D. Dampak Konflik
Konflik tidak selamanya berdampak negative, tetapi juga memiliki dampak positif.
Sebagaimana diungkapkan oleh Ritser dan Goodman yang diperluas oleh Coser bahwa
konflik dapat membantu mempererat ikatan kelompok yang terstruktur secara longgar.
Masyarakat yang mengalami disintegrasi atau konflik dengan masyarakat lain dapat
memperbaiki kepaduan integrasi. Dengan kata lain konflik dapat membantu
pembentukan dan peningkatan solidaritas in group. Parson, Jorgersen dan Hernandes
menyebut beberapa konflik adalah meningkatkan kohesivitas kelompok, memunculkan
isu-isu dan harapan-harapan yang terpendam, memperjelas batas-batas dan norma-norma
kelompok serta mempertegas tujuan yang hendak dicapai. Sedangkan menurut Rothshild
menjelaskan bahwa konflik dapat pula digunakan sebagai alat politisasi bahkan
ditemukan bahwa konflik dilakukan oleh penguasa (otoritas) bagi kepentingan
penguasanya.
Ada banyak dampak dari konflik, akan tetapi para sosiolog sepakat menyimpulkan
dampak atau akibat dari konflik tersebut ke dalam lima poin sebagai berikut ini:
1. Bertambah kuatnya rasa solidaritas kelompok
Solidaritas kelompok akan muncul ketika konflik tersebut melibatkan pihak-pihak
lain yang memicu timbulnya pertentangan ( antagonism) di antara pihak yang bertikai.
Eksistensi antagonism ini yang pada gilirannya akan memunculkan gejala in group
dan out group di antara mereka.
2. Hancurnya kesatuan kelompok
Konflik yang tidak berhasil diselesaikan menimbulkan kekerasan atau perang, maka
sudah barang tentu kesatuan kelompok tersebut akan mengalami kehancuran.
3. Adanya perubahan kepribadian individu
Di dalam suatu kelompok yang mengalami konflik, maka seseorang atau sekelompok
orang yang semula memiliki kepribadian pendiam, penyabar menjadi beringas,
agresif, dan mudah marah, lebih-lebih jika konflik tersebut berujung pada kekerasan.
4. Hancurnya nilai-nilai dan norma sosial yang ada.
Antara nilai-nilai dan norma sosial dengan konflik terdapat hubungan yang bersifat
korelasional, artinya bisa saja terjadi konflik berdampak pada hancurnya nilai-nilai
dan norma-norma sosial akibat dari ketidakpatuhan anggota masyarakat akibat dari
konflik atau juga hancurnya nilai-nilai dan norma sosial berakibat konflik.
5. Hilangnya harta benda (material) dan korban manusia
Jika konflik tidak terselesaikan hingga terjadi tindakan kekerasan atau perang maka
pasti akan berdampak pada hilangnya material dan korban manusia. Contohnya
konflik antara Amerika Serikat dengan Irak yang berkepanjangan akibatnya kedua
belah pihak sama-sama kehilangan material dan korban baik militer maupun sipil.

7. Pengelolaan Konflik
Salah satu kajian penting untuk menciptakan perdamaian baik positif dan negative
adalah pengelolaan konflik. Otomar J. Bartos dan Paul Wehr dalam bukunya Using Conflict
Theory berpendapat bahwa conflict management adalah masalah bagaimana menjadi orang
yang ahli. Keahlian disini dilihat dari aspek perilaku konflik untuk meningkatkan keahlian
pengelolaan konflik. Conflict management didefinisikan sebagai praktik strategi konflik yang
setiap pihak berkonflik harus ahli dalam berkonflik. Conflict management adalah proses
setiap pihak, termasuk pihak ketiga untuk menggunakan keahlian dan pengetahuan mereka
untuk menciptakan strategi konflik yang tepat.
Dimensi lain conflict management adalah bagaimana suatu wewenang ditegakkan
oleh pihak berkonflik atau pihak ketiga. Pendekatan ini melihat conflict management mampu
menekan kemunculan kekerasan dalam konflik dengan menggunakan seperangkat kekuasaan
dan kekuatan. Seperti pendapat Hugh Miall bahwa conflict management adalah seni
intervensi yang tepat guna mencapai pembuatan politik yang stabil terutama oleh mereka
yang mempunyai kekuasaan dan sumber daya yang besar untuk mencipatkan tekanan
terhadap para pihak yang berkonflik agar tetap dalam kondisi stabil

8. Pemetaan Konflik
Pemetaan merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengembangkan konflik
secara grafis, menghubungkan pihak-pihak dengan masalah dan dengan pihak lainnya. Ketika
masyarakat yang memiliki berbagai sudut pandang berbeda memetakan situasi mereka secara
bersama, mereka saling mempelajari pengalaman dan pandangan masing-masing. Adapun
tujuan dari pemetaan yakni sebagai berikut:
1. Untuk memahami situasi dengan baik
2. Untuk melihat hubungan di antara berbagai pihak secara lebih jelas
3. Untuk menjelaskan di mana letak kekuasaan
4. Untuk memeriksa keseimbangan masing-masing kegiatan atau reaksi
5. Untuk melihat para sekutu atau sekutu yang potensial berada di mana
6. Untuk mengidentifikasi mulainya intervensi atau tindakan
7. Untuk mengevaluasi apa yang telah dilakukan
Pemetaan konflik digunakan dalam dua waktu yaitu di awal proses maupun diakhir
proses. Di awal proses, bersama dengan alat-alat bantu analisis lainnya. Sedangkan di akhir
proses digunakan untuk mengidentifikasi kemungkinan jalan pembuka dalam mengambil
tindakan atau untuk membantu proses membangun strategi. Miall membuat panduan
pemetaan konflik untuk melihat pihak-pihak yang bertikai dan persoalannya di bawah ini:
1. Siapa yang menjadi inti pihak bertikai? Apa subkelompok internal mereka dan pada apa
mereka tergantung?
2. Apa yang menjadi persoalan konflik? Apa mungkin membedakan antara posisi, kepentingan
dan kebutuhan?
3. Apa hubungan antara pihak-pihak yang bertikai? Apakah ada ketidaksimetrisan kualitatif dan
kuantitatif?
4. Apa persepsi penyebab dan sifat konflik di antara pihak-pihak yang bertikai
5. Apa perilaku akhir-akhir ini pihak-pihak yang bertikai ?
6. Siapa pemimpin pihak-pihak yang bertikai?

Wehr dan Bartos juga memberi teknik pemetaan konflik, yaitu:


1. Specify the context yang menelusuri informasi mengenai sejarah konflik dan bentuk fisik dan
tata organisasi yang berkonflik
2. Identify the parties menemukan siapakah yang menjadi pihak-pihak berkonflik.
3. Separate cause from consequence, seorang peneliti perlu memisahkan apa yang menjadi
sebab akar konflik dan akibat-akibat sampingan dari konflik
4. Separate goals from interest goals, sasaran selama proses konflik, lebih spesifik
5. Understand the dynamics, dinamika adalah perkembangan situasi-situasi yang dibentuk oleh
berbagai model tindakan para pihak berkonflik
6. Search for positive function adalah menemukan bentuk-bentuk perilaku yang memungkinkan
konflik bisa mengarah pada penyelesaian
7. Understand the regulations potensial, bagaimana aturan legal seperti undang-undang bisa
mengintervensi atau menggawangi proses konflik

Satu model lain pemetaan konflik multidisipliner dikembangkan oleh sosiolog dari
United Nations University for Peace, Amr Abdalla yaitu model SIPABIO. SIPABIO adalah:
a. Source (sumber konflik)
Konflik disebabkan oleh sumber-sumber yang berbeda sehingga melahirkan tipe-tipe konflik
berbeda.
b. Issues (isu-isu)
Isu menunjuk pada saling keterkaitan tujuan-tujuan yang tidak sejalan di antara pihak
bertikai. Isu ini dikembangkan oleh semua pihak bertikai dan pihak lain yang tidak
teridentifikasi tentang sumber-sumber konflik
c. Parties (pihak)
Pihak berkonflik adalah kelompok yang berpartisipasi dalam konflik baik pihak konflik
utama yang langsung berhubungan dengan kepentingan, pihak sekunder yang tidak secara
langsung terkait dengan kepentingan, dan pihak tersier yang tidak berhubungan dengan
kepentingan konflik
d. Attitudes/feelings (sikap)
Sikap adalah perasaan dan persepsi yang memengaruhi pola perilaku konflik. Sikap bisa
muncul dalam bentuk yang positif dan negative bagi konflik
e. Behavior (perilaku/ttindakan)
Perilaku adalah aspek tindak sosial dari pihak yang berkonflik, baik muncul dalam bentuk
coercive action dan noncoercive action
f. Intervention
Tindakan sosial dari pihak netral yang ditunjukkan untuk membantu hubungan konflik
menemukan penyelesaian
g. Outcome (hasil akhir)
Dampak dari berbagai tindakan pihak-pihak berkonflik dalam bentuk situasi
Langkah selanjutnya setelah pemetaan konflik adalah menganalisa dinamika konflik.
Kunci pertama dalam memahami dinamika kelompok adalah dengan melihat pada sumber
konflik yaitu segala sesuatu yang menjadi inti masalah; seperti sumber daya alam, perbedaan
tafsir agama, atau etnis. Setelah melihat sumber konflik, langkah selanjutnya yaitu
menganalisis karakter hubungan di antara berbagai pihak berkonflik. Pada setiap kasus tentu
memiliki hubungan kekuasaan yang berbeda. Sehingga menjadi penting bagi seorang analis
konflik melihat model hubungan kekuasaan yang ada. Setelah melihat konteks dan model
hubungan kekuasaan, analisis dinamika melihat pada penahapan konflik. Penahapan konflik
melihat pada kualitas dan kuantitas model tindakan pihak berkonflik. Jika mengacu pada
analisis sosiologi konflik Wehr dan Bartos (2003) dinamika konflik bisa dilihat dari tingkat
kekerasan atau coercive action. Eskalasi konflik semakin tinggi ketika intensitas tindak
koersif semakin tinggi dan mematikan. Konflik mengalami deeskalasi ketika tingkat
kekerasan mengalami penurunan. Menurut Fisher tahapan dinamika konflik dapat dilihat
melalui bagan di bawah ini
Bagan Tahapan Dinamika Konflik

B. Kekerasan
1. Pengertian Kekerasan
Dari setiap konflik ada beberapa di antaranya yang dapat diselesaikan, akan tetapi ada
juga yang tidak dapat diselesaikan sehingga menimbulkan beberapa aksi kekerasan. Istilah
kekerasan (violence) secara etimologis berasal dari bahasa latin “vis” yang artinya kekuatan,
kedahsyatan, kehebatan dan kekerasan dan “latus” berarti membawa. Dari istilah tersebut
berate “vislotus” berarti membawa kekuatan, kehebatan, kedahsyatan, dan kekerasan.
Sedangkan secara terminologis berate perbuatan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang
menyebabkan cedera atau matinya orang atau kelompok lain atau menyebabkan kerusakan
fisik pada barang. Kekerasan meliputi tindakan, perkataan, sikap, berbagai struktur atau
system yang menyebabkan kerusakan secara fisik, mental sosial atau lingkungan dan
menghalangi seseorang untuk meraih potensinya secara penuh. Sedangkan menurut Galtung
dengan menggunakan analisis yang berdasarkan aspek psikologis ia mengartikan kekerasan
sebagai penyebab perbedaan antara yang potensial dan yang actual. Kekerasan terjadi
bilamana manusia dipengaruhi sedemikian rupa sehingga realisasi jasmani dan mental
aktualnya berada di bawah realisasi potensial.
Konflik dan kekerasan merupakan dua hal yang berbeda tetapi mempunyai hubungan
yang tidak dapat dipisahkan. Secara garis besar pengertian konflik adalah perselisihan atau
persengketaan antara dua atau lebih kekuatan baik secara individu atau kelompok yang kedua
belah pihak memiliki keinginan untuk saling menjatuhkan atau menyingkirkan atau
mengalahkan atau menyisihkan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dilihat bahwa konflik
tidak mesti berwujud kekerasan. Namun, meskipun berbeda konflik dan kekerasan
mempunyai hubungan yang erat, sebab tidak ada kekerasan tanpa diawali oleh gejala konflik
terlebih dahulu. Kekerasan akan terjadi jika konflik yang dialami oleh pihak-pihak yang
terlibat di dalamnya tidak mampu menyelesaikannya.

2. Akar Kekerasan
Sampai saat ini belum ada kesepakatan umum mengenai akar kekerasan . beberapa
filsuf dan ilmuwan sosial klasik bersepakat bahwa ada naluri purba manusia seperti yang
dimiliki oleh hewan. Ibnu khaldun menyebut manusia memiliki sifat animal power. Ada
kecenderungan manusia untuk menggunakan cara-cara hewan dalam memperjuangkan
tujuan-tujuan mereka. Charles Darwin menjadi filsuf yang secara ekstrim menyebutkan
survival of the fittest atau siapa yang terkuatlah yang bisa hidup. Filsafat Darwinian ini
kemudian memberi pengaruh terhadap dialektika materiil Karl Marx mengenai perjuangan
kelas. George Simmel menyebut hostile Felling yaitu perasaan memusuhi ketika dua individu
terlibat dalam pertentangan. Perasaan memusuhi ini merupakan ciri alamiah manusia yang
selalu mengikuti perkembangan alamiah system sosial.
Rule menganalisa akar kekerasan melalui pemikiran Thomas Hobbes. Hobbes
berpendapat melalui temanya: homo homini lupus atau Man to Man is an Arrant Wolfe
(manusia adalah serigala bagi serigala yang lain). Hanya saja menurut Hobbes manusia
memiliki kesadaran dan kemampuan untuk mengalkulasi kekerasan. Artinya manusia
menggunakan kekerasan untuk menghadapi kompetisi selfish dan pertandingan sero-sum.
Ada kepentingan pribadi yang harus dimenangkan melalui kekuatan atas kepentingan orang
lain. Kesadaran inilah yang menyebabkan kekerasan menjadi pilihan untuk menenangkan
kepentingan.

3. Jenis Kekerasan
Johan Galtung menciptakan tiga dimensi kekerasan yaitu kekerasan structural,
kekerasan kultural dan kekersan langsung. Kekerasan structural merupakan ketidakadilan
yang diciptakan oleh suatu system yang menyebabkan manusia tidak mampu memenuhi
kebutuhan dasarnya (human needs). Kekerasan langsung (direct violence) dapat dilihat pada
kasus-kasus pemukulan seseorang terhadap orang lainnya dan menyebabkan luka-luka pada
tubuh. Suatu kerusuhan yang menyebabkan orang atau komunitas mengalami luka-luka atau
kematian dari serbuan kelompok lainnya juga merupakan kekerasan langsung. Dan yang
ketiga yaitu kekerasan budaya. Kekerasan budaya dapat disebut sebagai motor penggeran dari
kekerasan structural dan langsung karena sifat budaya bisa muncul pada dua tipe kekerasan
tersebut. Menurut Jeong, kekeran budaya dapat dilihat sebagai sumber lain dari tipe-tipe
konflik melalui produksi kebencian, ketakutan dan kecurigaan. Galtung memebri definisi
kekerasan budaya adalah aspek-aspek dari kebudayaan, ruang simbolis dari keberadaan
masyarakat manusia dicontohkan oleh agama dan ideology, bahasa dan seni, ilmu
pengetahuan empiris dan formal yang bisa digunakan untuk menjustifikasi atau meligitimasi
kekerasan structural dan langsung. Adapun macam-macam kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan bentuknya
1. Kekerasan Fisik
Dalam kamus sosiologi (Haryanta, 2012) kekerasan fisik merupakan kekerasan nyata yang
dapat dilihat dan dirasakan oleh tubuh. Wujud dari kekerasan fisik berupa kehilangan
kesehatan, cedera, bahkan sampai kehilangan nyawa.
2. Kekerasan Struktural
Kekerasan structural dilakukan oleh individu atau kelompok dengan menggunakan system,
hukum, ekonomi dan tata kebiasaan yang ada di masyarakat. Adapun pihak yang bertanggung
jawab dalam kekerasan structural ialah Negara karena Negara mempunyai wewenang untuk
melakukan perubahan structural dalam masyarakat.
3. Kekerasan Psikologis
Kekerasan psikologi merupakan kekerasan yang ditujukan pada rohani atau jiwa sehingga
mengurangi atau menghilangkan kemampuan jiwa seseorang.
b. Berdasarkan Pelakunya
1. Kekerasan individual
Kekerasan yang dilakukan oleh individu kepada individu lainnya.
2. Kekerasan Kolektif
Kekerasan yang dilakukan oleh kelompok atau massa atau sekelompok individu.

C. Perdamaian
1. Pengertian Perdamaian
Terlepas dari konflik dan kekerasan, John Locke dan Rousseau berpandangan bahwa
kehidupan manusia sebelum terbentuknya Negara sebagai suasana tentram, aman dan damai.
Rosseau menyebut bahwa manusia pada saat lahirnya itu sebagai kertas putih. Terbentuknya
Negara menurut pandangan mereka, bukan karena kekerasan dan penundukkan atau
penakhlukan tetapi secara alamiah manusia saling membutuhkan sebagai akibat dari seluruh
kebutuhannya tidak dapat diatasi sendiri-sendiri. Hal ini menunjukkan, sejak awal mula
kehidupan manusia telah ada realitas sosial selain konflik yaitu damai yang akan terus ada
dalam sejarah manusia.
Damai merupakan suatu situasi yang di dalamnya terdapat keadaan yang aman dan
tentram, kelegaan, sukacita, persahabatan, persekutuan, kerukunan, senang dan sebagainya
yang dianggap baik dan indah dalam hidup manusia bahwa semua manusia ingin hidup di
dalamnya, maka untuk mencapai suasana itu dibutuhkan perencanaan dan pelaksanaan
perdamaian. Johan Galtung mendefinisikan perdamaian yakni (1) perdamaian adalah tidak
adanya atau berkurangnya segala jenis kekerasan (2) perdamaian adalah transformasi konflik
kreatif non kekerasan. Untuk itu damai atau perdamaian dapat dirumuskan sebagai suatu
situasi tanpa kekerasan yang berdampak pada rasa aman secara fisik dan tentram secara batin
dan jiwa yang dinikmati manusia. Dalam memahami perdamaian, bukan hanya sebagai
keadaan tanpa peperangan. Perdamaian dapat terlihat dengan jalinan hubungan antarindividu,
kelompok dan lembaga yang menghargai keragaman nilai dan mendorong pengembangan
potensial manusia secara utuh. Tidak adanya perang sering disebut dengan perdamaian
negative “dingin” dan kontras dengan perdamaian positif “hangat” yang meliputi semua
aspek tentang masyarakat yang baik, yang kita yakini sendiri: hak-hak universal,
kesejahteraan ekonomi, keseimbangan ekologi dan nilai-nilai pokok lainnya.
2. Perdamaian Sebagai Suatu Proses
Perdamaian bukanlah sesuatu yang jarang kita dengarkan. Istilah perdamaian
merupakan hal yang sering kita dengarkan bahkan kita terapkan dalam kehidupan kita. Secara
sederhana perdamaian diartikan sebagai situasi yang saling menjaga perasaan, saling
menghormati dan saling menghargai satu sama lainnya. Tahukah kamu bahwa perdamaian
dikatakan sebagai proses? Perdamaian adalah suatu proses, artinya suatu pertarungan
multidimensional yang tidak pernah berakhir dalam usaha untuk mengubah kekerasan, baik
mereka yang setuju dengan penggunaan paksaan, termasuk kekerasan, maupun mereka yang
menganut antikekerasan sepenuhnya dan sebagian besar pihak lain diantara kedua pilihan
tersebut, setuju bahwa perdamaian harus ditegakkan.
Dalam proses sosial, perdamaian merupakan situasi yang terjadi secara tidak stabil,
artinya perdamaian yang stabil relatif jarang terjadi. Banyak masyarakat yang tidak dapat
menikmati perdamaian karena faktor ekonomi, politik dan sosial. Hal itu karena perdamaian
sering dibandingkan dengan kesehatan, dimana akan lebih mudah dirasakan ketika seseorang
itu sakit. Seperti halnya kesehatan, setiap individu memiliki akses terhadap perdamaian,
namun tidak seperti arti kesehatan sebenarnya, dimana arti perdamaian yang sesungguhnya
masih dioerdebatkan.
Banyak pihak yang mengartikan perdamaian sebagai suatu situasi atau kondisi yang
tidak mengalami peperangan dan atau konflik seperti yang sering terjadi dimasyarakat.
Memang dengan tidak adanya perang tentu saja penting, namun keadaan tersebut hanyalah
sebuah langkah awal menuju cita-cita atau harapan menuju hal yang lebih sempurna dari
perdamaian, dimana perdamaian didefenisikan sebagai suatu proses menjalin hubungan antar
individu, kelompok dan lembaga yang menghargai keragaman nilai, dan mendorong
pengembangan potensi manusia secara utuh. Kondisi kehidupan kaum minoritas yang
dikuasai oleh kaum mayoritas, atau kaum bawah yang dikuasai oleh kaum atas sering
merasakan adanya ketidak adilan atau diskriminasi akan lebih merasakan arti perdamaian
yang sesungguhnya. Misalnya kaum wanita di Lebanon yang dikuasai oleh Taliban yang
tidak mendapat pendidikan dan kehilangan kesempatan untuk bekerja segera akan melihat
perbedaan arti perdamaian seperti diatas.
Perdamaian yang ditandai dengan tidak adanya perang sering disebut dengan
perdamaian negatif (dingin), dan kontras dengan pedamaian positif (hangat) yang meliputi
semua aspek tentang masyarakat yang baik, yang kita yakini, seperti: terpenuhinya hak-hak
universal, keseimbangan ekonomi, keseimbangan ekologi dan nilai-nilai pokok lainnya.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) membedakan beberapa cara intervensi untuk mencapai
perdamaian. Selain bantuan kemanusiaan atau bantuan darurat yang dirancang untuk
kebutuhan hidup bagi masyarakat yang menderita supaya mereka dapat bertahan hidup.
Kategori intervensi tersebut adalah:
1. Menciptakan perdamaian: yaitu bentuk intervensi yag dilakukan untuk mengakhiri
permusuhan dan menghasilkan kesepakatan melalui cara-cara diplomasi dan politik, bahkan
jika diperlukan dengan cara militer.
2. Menjaga perdamaian: yaitu memantau dan menegakkan kesepakatan, bila terpaksa harus
menggunakan kekerasan. Caranya dengan melakukan pengawasan terhadap kesepakatan,
apakah kesepakatan dihormati dan dijalankan, serta apakah kesepakatan mengenai
pengembangan diri dilaksanakan.
3. Menggalang perdamaian: yaitu melaksanakan program-program yang dirancang untuk
mengatasi penyebab konflik dan penderitaaan dimasa lalu dan meningkatkan kestabilan dan
keadilan jangka panjang.
Pengembangan perdamaian lebih difokuskan pada konteks dan perilaku pokok yang
memungkinkan menyebabkan konflik dan kekerasan, seperti akses yang tidak setara pada
lapangan pekerjaan, diskriminasi, kejahatan-kejahatan dimasa lalu yang tidak diakui dan
tidak dimaafkan, prasangka, ketidakpercayaan, ketakutan, permusuhan antar kelompok. Oleh
karena itu, penggalangan perdamaian ini tidak mencolok tetapi berlangsung terus disemua
tahap konflik. Namun pekerjaan ini akan lebih kuat pada tahap lanjutan setelah penyelesaian
dan pengurangan perilaku kekerasan, atau pada tahap sebelumnya, sebelum kekerasan
terbuka terjadi. Penggalangan perdamaian paling sering digunakan untuk menjelaskan
pekerjaan yang hasilnya dapat meningkatkan perdamaian, dan mementingkan bagaimana
prosesnya. Dengan kata lain, pekerjaan ini merupakan suatu proses, dan sekaligus mencakup
kegiatan itu sendiri dan hasilnya.
Misalnya, pembangunan kembali sarana yang telah dihancurkan ketika terjadi
konflik dan atau kekerasan dengan melibatkan pihak-pihak yang mengalami konflik. Dalam
hal ini terjadi proses kerja sama diantara yang sebelumnya mengalami konflik. Cara ini akan
membuka kemungkinan pihak yang berkonflik akan menjalin perdamaian sekaligus ketika
menjalankan kerja sama.
Perdamaian adalah kita sendiri, yang saat ini ada dan selama kita ada. Perdamaian
harus kita mulai dari kita sendiri. Tidak sedikit individu yang melaksanakan suatu pekerjaan
atau mengikuti suatu aturan namun dia sendiri merasakan sesuatu yang tidak nyaman
didalamnya. Artinya individu tersebut belum bisa berdamai dengan pekerjaan atau aturan
yang diikutinya. Ketika diperhadapkan dengan sebuah pekerjaan yang membutuhkan
kerjasama dengan pihak lain, kita perlu memperhatikan tujuan yang hendak dicapainya. Jika
yang hendak dicapai oleh rekan kita tersebut adalah sesuatu yang mementingkan kepentingan
bersama (konsep perdamaian) maka kita perlu bekerjasama dengan visi yang sama, namun
jika ternyata visinya adalah untuk mencapai keuntungan sendiri, mementingkan reputasi
sendiri, prosedur yang tidak adil dan membingungkan, maka perlu diperhatikan bahwa kita
memiliki tugas lain untuk mengarahkannyaa untuk mencapai kepentingan bersama saja.
Cara-cara untuk memulai perdamaian
1. Berhenti: berpikir sebelum bertindak
Ini merupakan hal penting dalam mengelola konflik, perlu dilakukan analisa sebelum
melakukan tindakan. Bila tujuannya adalah untuk melakukan intervensi dalam konflik dan
berusaha mengubah konflik menjadi lebih baik, perlu dilakukan analisis dari sudut pandang
yang berbeda.
2. Lihat : bereskan rumah sendiri
Ini merupakan hal penting, yakni dengan melihat diri sendiri atau kelompok sendiri dan
mempertimbangkan apakah perlu berubah agar mampu melakukan intervensi dalam konflik
secara efektif. Pertimbangan ini penting dan perlu secara terus menerus dipikirkan, apapun
tujuannya untuk mempengaruhi masyarakat yang lebih luas.
3. Dengarkan : apa yang dikatakan orang lain dan apa kata hati anda sendiri
Coba bayangkan apa yang akan terjadi nanti, dalam beberapa waktu yang akan datang.
Dengan membanyangkan, maka akan muncul ide sebagai tindakan yang efektif dan akan
lebih mudah dilakukan, bahkan mungkin akan dapat mencegah konflik dan atau kekerasan.
Bahkan mungkin akan dapat mencegah atau mengantisipasi dan membuat rencana untuk
mengatasi berbagai rintangan atau perubahan yang mungkin akan muncul.
4. Lanjutkan: memulai dari tempat sendiri dan terus melakukan tindakan baru
Pekerjaan dan atau status anda mungkin dapat menjadi jalan pembuka untuk menciptakan
perdamaian dan keadilan. Dalam hal ini perlu adanya keyakinan bahwa selain kita masih
baanyak yang mendukung kita yang dapat diajak kerja sama untuk mewujudkan hal tersebut.
‘Budaya perdamaian’ dibentuk oleh nilai-nilai, sikap dan prilaku serta cara-cara hidup
yang dibangun atas dasar prinsip anti kekerasan dan rasa hormat terhadap hak-hak dan
kemerdekaan setiap orang. Dalam budaya perdamaian, kekuasaan berkembang bukan dari
laras peluru tetapi dari partisipasi, dialog, dan kerjasama.
Budaya ini menolak kekerasan dalam segala bentuk, termasuk perang dan budaya
berperang. Untuk menggantikan penindasan dan eksploitasi kaum yang kuat terhadap kaum
yang lemah, budaya perdamaian menghormati hak-hak politik dan ekonomi setiap orang.
Budaya ini mewujudkan suatu masyarakat yang anggotanya saling memperhatikan dan yang
melindungi hak-hak mereka yang lemah,seperti anak-anak, orang cacat, orang tua, dan
mereka yang tersisish karena kondisi sosialnya.
Gerak langkah ini seperti aliran sungai yang besar, yang airnya berasal dari berbagai
sumber sungai kecil-dari berbagai tradisi, budaya, bahasa, agama, dan perspektif politik;
sasarannya adalah menciptakan dunia dimana keragaman ini ada bersama-sama dalam
suasana yang ditandai untuk pemahaman antar budaya yang baik, toleransi dan solidaritas.
Dalam budaya perdamaian, setiap orang memiliki identitas global yang tidak
menggantikan identitas lainnya, seperti gender, keluarga, masyarakat, kelompok etnis, atau
kewarganegaraan, tetapi yang dikembangkan di atas adalah bentuk-bentuk identitas ini. Jika
ada kontradiksi antra identitas-identitas ini mereka memiliki komitmen untuk
menyelesaikannya tanpa kekerasan. Budaya seperti ini menolak kebencian, memusuhi bangsa
lain, rasisme dan menganggap orang lain sebagai musuh.
Budaya perdamaian tidak dapat dipaksakan dari luar. Ini merupakan proses yang
berkembang dari dalam sistem keyakinan dan tindakan mereka sendiri dan berkembang
dengan cara berbeda di setiap Negara. Perkembangan ini dipengaruhi oleh sejarah, budaya
dan tradisi.
3. Akar Perdamaian
Perdamaian merupakan kata yang mempresentasikan dua hal, yaitu makna sakralitas dan ideal
kebahagiaan hidup dimana perdamaian merupakan kondisi ideal yang diharapkan oleh setiap kelompok
masyarakat. Etimologi perdamaian dari satu wilayah ke wilayah lain mungkin berbeda. Kata perdamaian
dan maknanya dikonstruksikan secara sosial oleh setiap masyarakat. Masyarakat Jerman memiliki
istilah Friede, Bangladesh dengan Shanti, Jepang dengan Heiwa. Indonesia mengenal istilah “damai” yang
sering diartikan sebagai harmoni, ketenangan, dan ketentraman. Namun jika ditelusuri lebih dalam, setiap
daerah di Indonesia memiliki istilah-istilah berbeda yang mereferensi makna yang sama. Seperti orang
Jawa mengenal istilah kerukunan (harmoni), Kalimantan Barat dengan Basaru sumangat, dan lain-lainnya.
Praktik perdamaian merupakan upaya jangka panjang dalam masyarakat dalam kaitannya dengan
upaya kelola konflik identitas dan kepentingan. Praktik perdamaian berarti kondisi sempurna suatu
hubungan sosial yang ditandai oleh absennya konflik kekerasan, kekerasan, kesalingpahaman dan
penghormatan atas perbedaan, serta keadilan sosial. Atas dasar tersebut, menjadikan perdamaian pada
dasarnya berhulu pada suatu pemahaman tentang keharmonisan hidup bermasyarakat yang menjadi tujuan
utama hidup manusia.

4. Jenis Perdamaian
Secara umum dalam studi konflik dan perdmaian kontemporer memilah perdamaian
menjadi dua yaitu perdamaian positif dan negative. Perdamaian positif berarti terpenuhinya
rasa aman dan keadilan ekonomi dari system yang berlaku sampai
terhapusnya diskrimanasi ras, etnis, dan agama oleh struktur sosial.Strategi perdamaian
yang digunakan dalam perdamaian positif ini yaitu dengan mengadakan usaha perubahan
diskriminasi structural. Perdamaian negative berfokus pada tidak adanya kekrasan langsung,
seperti perang. Perdamaian negative ini dapat ditemukan kapan pun ketika tidak ada perang
atau bentuk-bentuk kekerasan langsung yang terorganisasi. Dua konsep berbeda dari
perdamaian melahirkan konsep perdamaian menyeluruh. Perdamaian menyeluruh adalh
upaya melakukan penggabungan konsep perdamaian positif dan negative. Pandangan
perdamaian menyeluruh adalah usaha mengontrol dan mengelola kehidupan secara continue
daripada yang sesaat dengan mereduksi seluruhnya pada bentuk-bentuk yang sederhana.
Tabel di bawah ini menunjukkan dimensi perdamaian negative dan
positif. Perdamaian menyeluruh adalah kehadiran dari setiap unsur tindakan dan system
perdamaian keseluruhan.

Tabel Perdamaian
Jenis-jenis Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan
perdamaian Bertahan pada kondisi Identitas kebebasan
yang positif
Perdamaian Perlindungan Proteksi oleh
Pengakuan Akomodasi
Negatif dari aksi masyarakat,dalam penerimaan
kekerasan memberi hubungan
kepastian sosial,
hukum sosialisasi
eksistensi
Perdamaian Pemberian aksi Pemberian Akomodasi Kesetaraan,
Positif kesejahteraan Akses hukum normative, kesatuan
keamanan keadilan sosial

D. Peranan Mediasi dalam Mengatasi Konflik


1. Pengertian Mediasi
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau
mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan
memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri utama proses mediasi adalah
perundingan yang esensinya sama dengan proses musyawarah ataukonsensus. Sesuai dengan
hakikat perundingan atau musyawarah atau konsensus, maka tidak boleh ada paksaan untuk
menerima atau menolak sesuatu gagasan atau penyelesaian selama proses mediasi
berlangsung. Segala sesuatunya harus memperoleh persetujuan dari para pihak.
Ketika mediasi secara langsung gagal mencapai tujuannya dan jalur komunikasi
antara dua pihak terputus, ada peluang bagi pihak ketiga untuk ikut campur. Pihak ketiga ini
mungkin adalah sukarelawan, atau seseorang yang diminta oleh kedua pihak untuk untuk
menjadi mediator. Dalam berbagai kejadian, mediator ini mungkin dipaksakan oleh suatu
organisasi atau suatu system, misalnya mediator dari PBB. Namun demikian, prinsip
utamanya adalah mediator harus bisa diterima oleh kedua pihak.

2. Prinsip-prinsip pokok pendekatan mediasi


 Mediasi melibatkan kepedulian terhadap penderitaan dan keinginan untuk melibatkan
seseorang dalam suatu konflik
 Mediator menjadi terlibat dan terikat dengan kedua belah pihak, dan bukan terlepas dan
terpisah serta tidak peduli
 Kedua belah pihak harus secara sukarela sepakat untuk berpartisipasi dalam proses dan harus
menerima mediator yang ditunjuk
 Mediator harus bersedia bekerja dengan kedua belah pihak
 Mediasi tidak berusaha untuk mendapatkan kebenaran objektif tetapi lebih berupaya
mendapatkan solusi yang disetujui kedua belah pihak dan yang didasarkan atas persepsi dan
pengalaman kedua belah pihak
 Mediator memandu dan mengendalikan proses mediasi, tetapi harus berusaha untuk
mengarahkan isi pembicaraan
 Berbagai pilihan untuk menyelesaikan konflik harus datang dari kedua belah pihak sendiri
yang harus merasa memiliki
3. Proses Mediasi
Peranan mediator adalah untuk menjelaskan proses dan memandu kedua belah pihak
untuk melalui tahap-tahap mediasi. Berbagai kemungkinan langkah dalam proses mediasi
yaitu:
a. Persiapan oleh para mediator
b. Pernyataan pembuka oleh mediator
c. Pihak yang berkonflik memberikan komitmen dalam proses mediasi
d. Pernyataan awal (cerita)
e. Mengidentifikasi isu-isu dan menyusun agenda
f. Mengumpulkan dan menukar pilihan secara langsung
g. Mengembangkan alternative yang dapat diterima
h. Menyelesaikan suatu persetujuan
i. Pernyataan penutup oleh mediator

Anda mungkin juga menyukai