Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

REALITAS SOSIAL SEBAGAI OBJEK KAJIAN DAN

KEHIDUPAN SOSIAL SEBAGAI OBJEKTIVITAS

DISUSUN OLEH :

1. RABIATUN SALMIAH
2. SURIANI
3. LALU MARTA HADRIANSYAH
4. GILANG RAMDANI
5. MUHAMMAD AZMI PURNAMA

SMA NEGERI 1 JEROWARU


2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkat izin dan petunjuk-Nya kami
bisa menyelesaikan tugas ini, serta sholawat dan salam kami hadiahkan untuk Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia ke zaman yang berilmu pengetahuan
seperti yang kita rasakan saat ini.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Guru yang telah memberikan tugas
penyusunan makalah ini dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Sesuai dengan materi yang diberikan, kami berharap bisa membantu teman-
teman semua dalam memahami materi.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan, untuk itu kami sangat berharap kepada Bapak Guru dan juga teman-teman semua
agar dapat memberikan kritik maupun saran dan juga masukan untuk kami demi kebaikan
makalah selanjutnya dan bisa bermanfaat bagi kita semua.
Atas kritikan dan masukannya, kami terlebih dahulu mengucapkan banyak terima kasih.

Jerowaru, Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

A. Apa yang mengenai realitas sosial sebagai objek kajian dan

B. Apa itu Kehidupan sosial sebagai objektivitas

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
BAB I

PENDAHULUAN

B. Latar Belakang Masalah

Sosiologi adalah suatu studi ilmiah tentang kehidupan sosial manusia. Sosiologi mempelajari
gejala-gejala sosial dalam masyarakat. Realitas sosial ialah kenyataan yang dapat kita lihat dalam
kehidupan manusia yang terwujud sebagai hasil hubungan yang terjalin di antara sesama manusia
Untuk dapat melihat realitas sosial manusia, berikut ini akan diuraikan satu per satu bentuk kesatuan
manusia.
Pada hakekatnya, manusia diciptakan Tuhan saling berpasang-pasangan dalam hal ini
menunjukan bahwa Manusia tidak akan bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Bangsa ini pun sangat
menjunjung tinggi makna kebersamaan / gotong royong dalam bermasayarakat. Akan tetapi seiring
berkembangnya peradaban kehidupan, Manusia sudah lagi tidak memperduliakan lingkungan
sekitarnya. Keegoisan telah merasuk dalam diri masyarkat dewasa ini. Hal ini mungkin terjadi karena
faktor ekonomi yang terjadi di Negara ini dan juga struktur sosial yang kacau. Karena Struktur sosial
yang gagal akan menyebabkan terjadinya konflik dalam negara. Maka dari itu perlu adanya
pembekalan ilmu agama dan sosial agar dapat menanggulangi struktur yang gagal tadi.

Karena bila kita perhatikan dan ditelaah ketika seseorang telah banyak belajar dan
memperoleh ilmu serta wawasan yang luas, maka ilmu itu sendiri yang akan merubah suatu pola
tingkah laku seseorang itu. Sebagai contoh ketika saya dalam perjalanan dan ternyata saya kehabisan
bahan bakar, saya tidak menyangka kalau ada seseorang yang menawarkan bantuannya pada saya
agar menggunakan bahan bakar milik motornya, Kesadaran sosila seperti inilah yang sekarang sangat
jarang ditemukan di tengah masyarakat kita ini.

C. Rumusan Masalah

A. Apa yang mengenai realitas sosial sebagai objek kajian dan

B. Apa itu Kehidupan sosial sebagai objektivitas

D. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Realitas sosial sebagai objek kajian dan

2. Agar tahu Kehidupan sosial sebagai objektivitas


BAB II

PEMBAHASAN

A. REALITAS SOSIAL SEBAGAI OBJEK KAJIAN

Kemiskinan
Peter Berger dan Thomas Luckman dalam buku mereka yang berjudul The Social
Construction of Reality, mengemukakan bahwa realitas adalah kualitas yang berkaitan
dengan fenomena yang kita anggap berada di luar kemauan kita (sebab ia tidak dapat
dienyahkan). Berger dan Luckman melihat bahwa realitas sosial memiliki dimensi
obyektif dan subyektif. Dimensi obyektif dilihat dari adanya lembaga atau pranata sosial
beserta nilai dan norma yang menunjukkan bahwa masyarakat cenderung menginginkan
keteraturan. Karena itu, masyarakat cenderung mewariskan nilai atau norma kepada
generasi berikutnya melalui proses internalisasi (sosialisasi). Namun demikian, manusia
tidak harus selalu dipengaruhi oleh lingkungannya. Manusia memiliki peluang untuk
melakukan interpretasi berbeda atas realitas yang diperolehnya melalui sosialisasi
(sosialisasi tidak sempurna) yang dilihatnya sebagai cermin dunia obyektifnya.
Interpretasi yang berbeda ini secara kolektif akan membentuk sebuah realitas baru.
Berger menyebut proses ini sebagai eksternalisasi.

Ekternalisasi berjalan lambat namun pasti. Proses ini mengakibatkan terjadinya


perubahan aturan atau norma dalam masyarakat. Artinya, akan terbentuk sistem nilai atau
norma baru yang dapat memengaruhi generasigenerasi berikutnya. Menurut Berger,
masyarakat sebetulnya adalah produk dari manusia. Manusia tak hanya dibentuk oleh
masyarakat, tetapi juga mencoba untuk mengubah masyarakat, termasuk perubahan yang
berakibat munculnya masalah-masalah sosial. Konsep-konsep sosiologi ini dapat
digunakan sebagai alat analisis untuk memahami dan mencari faktor-faktor penyebab
suatu masalah sosial. Dari analisis tersebut dapat dicari alternatif solusi atau
pencegahannya.
1. Masalah Sosial
Masalah sosial sesungguhnya merupakan akibat dari interaksi sosial antarindividu,
antara individu dengan kelompok, atau antarkelompok. Dalam keadaan normal,
interaksi sosial dapat menghasilkan integrasi. Namun, interaksi sosial juga dapat
menghasilkan konflik.

Soerjono Soekanto mengatakan bahwa masalah sosial adalah ketidaksesuaian antara


unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok
sosial. Apabila unsur-unsur tersebut mengalami benturan, maka hubungan-hubungan
sosial akan terganggu.Akibatnya, timbul kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau
masyarakat.
Soerjono Soekanto membedakan masalah sosial menjadi empat, yaitu sebagai
berikut.

1. Masalah sosial dari faktor ekonomis, seperti kemiskinan dan pengangguran


2. Masalah sosial dari faktor biologis, seperti penyakit menular
3. Masalah sosial dari faktor psikologis, seperti penyakit syaraf dan bunuh diri.
4. Masalah sosial dari faktor kebudayaan, seperti perceraian dan kenakalan remaja.

Dalam menentukan apakah suatu masalah merupakan masalah sosial atau tidak, para
ahli sosiologi menggunakan beberapa dasar sebagai ukuran, yaitu sebagai berikut.

1. Kriteria Umum
Masalah sosial terjadi karena ada perbedaan antara nilai-nilai dalam suatu masyarakat
dengan kondisi nyata kehidupan. Artinya, ada ketidakcocokan antara anggapan
masyarakat tentang apa yang seharusnya terjadi dan kenyataan sebenarnya. Kriteria
umum masalah sosial pun berbeda di setiap masyarakat. Hal ini tergantung pada nilai-
nilai yang mereka anut. Contohnya, di Indonesia "kumpul kebo" dilihat sebagai
sebuah masalah, tetapi tidak demikian di Amerika. 2. Sumber Masalah Sosial

2. Sumber Masalah Sosial


Selain bersumber dari interaksi sosial yang tidak efektif, masalah sosial juga dapat
bersumber dari gejala-gejala alam, seperti gempa bumi atau kemarau panjang. Tidak
semua gejala alam menjadi sumber masalah sosial. Gejala alam menjadi sumber
masalah sosial jika gejala tersebut mengakibatkan masalah sosial tertentu. Contohnya,
banjir bukanlah masalah sosial. Namun, akibat yang ditimbulkannya, seperti
kehilangan tempat tinggal atau pencurian merupakan masalah sosial.

3. Pihak yang menetapkan Masalah Sosial


Dalam masyarakat, umumnya terdapat sekelompok kecil individu yang mempunyai
kekuasaan dan wewenang untuk menentukan apakah sesuatu dianggap sebagai
masalah sosial atau bukan. Kelompok-kelompok itu antara lain pemerintah, tokoh
masyarakat, organisasi sosial, dewan atau musyawarah masyarakat.
4. Masalah Sosial Nyata dan Laten
Masalah sosial nyata adalah masalah sosial yang timbul akibat terjadinya kepincangan
yang disebabkan ketidaksesuaian tindakan dengan norma dan nilai masyarakat.
Masalah sosial nyata umumnya berusaha dihilangkan. Masalah sosial laten adalah
masalah sosial yang ada dalam masyarakat, tetapi tidak diakui sebagai masalah. Hal
ini umumnya disebabkan ketidakberdayaan masyarakat untuk mengatasinya.
Contohnya, peilaku kurang disiplin dan malas. 

5. Perhatian Masyarakat dan Masalah Sosial


Suatu kejadian atau peristiwa berubah menjadi masalah sosial ketika hal itu menarik
perhatian masyarakat. Masyarakat secara intens membahas dan menggugat peristiwa
tersebut. Namun demikian, tidak semua masalah sosial menjadi perhatian masyarakat.
Sebaliknya suatu yang menjadi perhatian masyarakat belum tentu merupakan masalah
sosial. Contohnya, merebaknya pelanggaran lalu lintas adalah masalah sosial, namun
tidak menarik perhatian masyarakat. Sebaliknya, sebuah bus yang terbalik di jalan
raya bukanlah masalah sosial walaupun menarik perhatian masyarakat.

B. Kehidupan Sosial sebagai Objektivitas


1. Realitas Objektif

Kehidupan manuasia yang dihadapi setiap hari merupakan suatu fakta, artinya masyarakat
yang dapat mempengaruhi dan mengubah bentuk perilaku manusia melalui suatu
norma/aturan yang sebenarnya mereka ciptakan sendiri. Hal ini membuktikan bahwa
kehidupan manusia hanyalah sebuah objek dan sasaran dari suatu aturan. Kehidupan
manusia dalam masyarakat membentuk kehidupan sosial yang lebih luas. Kehidupan
sosial tersebut menjadi suatu objek dan dapat dijelaskan melalui realitas objektif.  Supaya
kamu lebih memahami realitas objektif ini simak dua contoh gambaran di bawah ini ya:

1. Sarana belajar berperan penting terhadap kemajuan belajar seorang siswa. Adanya
kelengkapan belajar yang memadai dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar yang
dicapai siswa.

Berdasarkan contoh dan gambaran di atas, siswa merupakan objek dari sarana belajar
yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Sarana belajar yang merupakan faktor eksternal
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dalam sudut pandang kehidupan objektif tidak
mempertimbangkan kemampuan dan motivasi seseorang secara pribadi. Hal tersebut
menjelaskan bahwa prestasi siswa dipengaruhi oleh sarana belajar, tanpa melihat usaha,
minat dan motivasi pribadinya. Realitas objektif dapat dikatakan sebagai
pengetahuan manusia yang bersifat umum (massal) yang mempunyai sifat memaksa
di luar masing-masing individu.

2. Prestasi siswa akan meningkat jika rajin belajar.

Berdasarkan contoh di atas, realitas objektif (pengetahuan umum) adalah diberlakukannya


aturan jika rajin belajar, siswa dapat meningkat prestasinya. Namun, cara pandang
tersebut menjadi pertanyaan seperti apa sebenarnya wujud dari rajin belajar tersebut?
Realitas objektif tidak melihat karakter unik dari masing-masing individu, sehingga dapat
dikatakan bahwa rajin belajar (subjek) merupakan langkah nyata untuk meningkatkan
presetasi siswa (objek). Akan tetapi, ketika siswa menjadi subjek, pemahaman siswa
terhadap prestasi dan rajin belajar akan sangat beragam maknanya.

2. Realitas Subjektif

Ada banyak realitas yang tidak dapat dijelaskan hanya dari sisi objeknya saja, hal ini
juga berlaku pada kehidupan sosial. Kehidupan sosial manusia yang dihadapi sehari-
hari dapat dilihat dari sisi subjeknya atau dari sudut pandang pelaku supaya memiliki
penjelasan yang lebih luas. Subjek dalam hal ini bisa meliputi individu maupun
institusi lainnya. Agar lebih jelasnya simak contoh di bawah ini ya:

 Rudi memiliki kebiasaan yang sedikit unik dari kebanyakan orang, ia belajar
sambil mendengarkan musik rock. Menurutnya, intensitas belajar yang sedikit
tetapi rutin, ampuh untuk mencapai prestasi yang diinginkan. Selain itu, menurut
rudi prestasi bukan sekedar nilai dan piala, tetapi juga kebermanfaatan untuk
orang lain.
Berdasarkan contoh di atas, Rudi sebagai subjek mengungkapkan pendapatnya
terhadap cara-cara belajar yang umumnya di gunakan oleh sebagian orang. Rudi
melakukan hal yang tidak dilakukan oleh siswa pada umumnya.  Rudi sebagai subjek
mengubah pandangan masyarakat tentang cara belajar dan pemahaman prestasi. Akan
tetapi cara dan tindakan belajar Rudi sebagai subjek tidak harus diterima di
masyarakat dan mungkin hanya Rudi yang dapat melakukan hal tersebut. Di lain sisi,
pendapat dan pandangan Rudi sebagai subjek dapat memberikan pengaruh kepada
orang lain atau bahkan mengendalikan posisi objek.

3. Kehidupan Sosial Merupakan Proses Objektivikasi 

Objektivikasi merupakan proses dari gagasan atau pendapat masing-masing


individu yang dikemukakan dengan cara berinteraksi dengan individu lain.
Ketika gagasan atau pendapat dari seseorang disepakati dan menjadi gagasan umum
di masyarakat, maka saat itu realitas subjektif berubah menjadi realitas objektif atau
yang biasa disebut objektivikasi. Untuk memudahkan kamu dalam memahami proses
objektivikasi simak contoh berikit ini:

 Alfredo merupakan peneliti yang tinggal di desa mayoritas nelayan. Selama


proses penelitian, dia mengungkapkan terjadinya penurunan penyu di laut akibat
penangkapan besar oleh nelayan. Karena kedekatannya dengan para nelayan,
Alfredo sering sekali berkumpul dan mengobrol dengan mereka. Ketika
berkumpul, ia mengungkapkan gagasannya kepada nelayan untuk tidak
menangkap penyu. Hal tersebut langsung disepakati oleh nelayan, karena
sebelumnya dari mereka pun sudah sadar bahwa penangakapan penyu berakibat
terhadap kepunahannya. Akhirnya, seluruh nelayan secara bertahap tidak lagi
menangkap penyu, secara adat pun sepakat bahwa penangkapan penyu akan
mendapatkan sanksi. Aturan yang telah dibuat dan disepakati bersama
disosialisasikan kepada pemuda-pemuda di desa tersebut yang nantinya akan
berprofesi sebagai nelayan.

Ilustrasi Proses Objektivikasi

 
 Berdasarkan ilustrasi di atas, kehidupan sosial merupakan proses objektivikasi
individu yang selalu memiliki gagasan untuk menciptakan aturan dalam
kehidupannya. Pengagas aturan pun pada akhirnya akan terpengaruh oleh aturan
yang dibuatnya sendiri. Kehidupan sosial merupakan proses eksternalisasi,
internalisasi, dan objektivikasi. Ketiga elemen ini bergerak secara
berkesinambungan, artinya kehidupan sosial merupakan proses yang saling
mempengaruhi antara objek dan subjek.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Realitas sosial ialah kenyataan yang dapat kita lihat dalam kehidupan manusia yang
terwujud sebagai hasil hubungan yang terjalin di antara sesama manusia Untuk dapat
melihat realitas sosial manusia, berikut ini akan diuraikan satu per satu bentuk kesatuan
manusia.
Konsep-konsep realitas sosial yang dipelajari oleh sosiologi adalah:
1.      Keluarga
2.      Masyarakat
3.      Komunitas
4.      Perkumpulan /Asosiasi
Konstruksi Sosial
Istilah konstruksi sosial atas realitas (Social Construction of Reality), menjadi
terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya
yang berjudul “The Sosial Construction of Reality, A Treatise in the Sociological of
Knowledge” (1996). Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya,
yang mana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan
dialami bersama secara subyektif.
Istilah konstruksi sosial atas realitas (social construction of reality) didefinisikan
sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan secara
terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.

B. KRITIK DAN SARAN

Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, mungkin banyak kesalahan
disana-sini, seperti pembahasan yang kurang lengkap, untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang mendukung agar penulisan makalah untuk kedepan lebih baik dan
lengkap. Selain hendaknya kita mempelajari lebih dalam lai tentang materi realitas sosial
dan kontruksi sosial ini.
DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. 1990. ”Sosiologi Suatu Pengantar”. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suparno. 1997. “Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan”. Yogyakarta: Kanisius.

Anwar, Yesmil. 2013. Sosiologi untuk Universitas. Bandung: PT Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai