Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Indonesia terkenal menjadi negara seribu pulau, dengan banyaknya pulau
menjadikan banyak pula perbedaan yang ada di Indonesia. Walaupun memiliki
banyak perbedaan Indonesia merupakan negara yang satu dengan semboyannya
“Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Perbedaan Indonesia salah satunya ada pada kebudayaan yang bermacam-
macam, hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya.
Diantara banyaknya pulau ada salah satu pulau di Indonesia yang memiliki
keunikan budaya yaitu Pulau Bali. Masyarakat Pulau Bali masih sangat kuat
menjaga adat istiadat mereka secara turun temurun.
Salah satu desa di Pulau Bali yang patut menjadi contoh adalah Desa
Penglipuran. Desa ini masih kuat menjaga adat istiadatnya di zaman yang
modern seperti saat ini, desa ini memiliki daya tarik tersendiri seperti
kebersihannya, kerapihannya, sistem adatnya, struktur dan tatanan
bangunannya dan yang paling menarik adalah adat perkawinannya. Penduduk
Desa Penglipuran melarang dengan keras adanya poligami. Oleh karena itu,
penulis tertarik membuat judul “Adat Perkawinan di Desa Penglipuran”.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah pada laporan studi wisata yang penulis buat yaitu:
1. Apa saja jenis perkawinan yang berlaku di Desa Penglipuran?
2. Sistem perkawinan seperti apa yang digunakan Desa Penglipuran?
3. Apa keunikan perkawinan di Desa Penglipuran?
4. Apa saja tahapan perkawinan di Desa Penglipuran?

1
1.3 PEMBATASAN MASALAH
Untuk menghindari adanya pelebaran masalah pada laporan studi wisata ini
penulis hanya akan membahas tentang jenis, sistem, keunikan dan tahapan
perkawinan di Desa Penglipuran.
1.4 TUJUAN PENULISAN KARYA TULIS
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah:
1. Untuk memenuhi syarat kelulusan Ujian Nasional dan Ujian Sekolah tahun
pelajaran 2017/2018.
2. Mengetahui adat perkawinan dari Desa Penglipuran.
3. Memberikan wawasan kepada para pembaca.
4. Memberikan informasi mengenai masyarakat Bali yang tetap
mempertahankan adat istiadat mereka di zaman modern.
1.5 MANFAAT KARYA TULIS
Manfaat penulisan laporan ini adalah:
1. Menambah wawasan bagi para pembacanya.
2. Lebih menghargai kebudayaan dan dapat melestarikan budaya dan kesenian
Indonesia.
3. Memberikan informasi mengenai adat perkawinan Desa Penglipuran.
4. Menambah pengetahuan penulis.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Adat Perkawinan


Adat memiliki pengertian gagasan kebudayaan yang terdiri dari
serangkaian kebiasaan yang lazim dilakukan oleh suatu daerah yang apabila
tidak dilaksanakan akan menimbulkan sanksi tak tertulis oleh masyarakat
setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang. Sedangkan
perkawinan memiliki arti suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dan
seorang wanita untuk menuju kehidupan yang bahagia.
Bila disatukan adat perkawinan memiliki arti gagasan tentang
serangkaian kebiasaan suatu daerah yang mengatur tata cara berikatannya
seorang pria dengan seorang wanita secara lahir dan batin.

2.2 Desa Penglipuran


Desa Penglipuran merupakan suatu desa yang terletak di wilayah
Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali. Desa ini
menduduki peringkat kedua sebagai objek wisata favorit di Kabupaten
Bangli setelah objek wisata Penelokan berdasarkan data BPS Bali pada
tahun 2013. Desa Penglipuran menawarkan berbagai keunikan yang tak
akan membuat para wisatawan kecewa saat mengunjunginya. Desa ini
berjarak kurang lebih 58,5 km dari bandara Ngurah Rai atau 90 menit waktu
perjalanan dan berada di ketinggian sekitar 600-700 meter di atas
permukaan laut, sehingga hawa udara di desa ini benar-benar sejuk
walaupun pada siang hari.
Para wisatawan dapat melihat di sebelah selatan desa ini terdapat
suatu lahan kosong yang dinamakan Karang Memadu. Lahan ini digunakan
sebagai tempat untuk mengucilkan seorang pria yang melakukan poligami.
Ini merupakan salah satu keunikan Desa Penglipuran yaitu adat perkawinan
yang melarang penduduk melakukan poligami karena dianggap tidak
menghargai wanita.

3
2.3 Tanjung Benoa

Salah satu pantai di Bali yang banyak mendapat kunjungan


wisatawan adalah, pantai Tanjung Benoa Bali. Penduduk di sekitar pantai
Tanjung Benoa Bali, sebelum berkembangnya pariwisata, sebagian besar
penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Semakin
berkembangnya pariwisata Bali, membuat sebagian besar mata pencaharian
penduduk lokal berubah, baik sebagai pegawai hotel atau membuat usaha
wisata bahari atau yang lebih dikenal dengan nama watersport Tanjung
Benoa. Karena pantai Tanjung Benoa Bali, memiliki pasir putih dan laut
yang sangat tenang, menjadikan pantai ini sangat cocok untuk aktivitas
olahraga air seperti, Parasailing, Snorkeling, Seawalker Tanjung Benoa dan
masih banyak lagi yang lainnya. Yang paling disukai oleh anak-anak adalah
wisata ke pulau penyu Bali. Dari ujung utara sampai selatan pantai ini,
tersedia perusahaan yang menyediakan aktivitas olah raga air, dan tentunya
tidak pernah sepi dari kunjungan wisatawan. Selain untuk wisata water
sport, pantai Tanjung Benoa Bali, juga memiliki fasilitas hotel, baik hotel
bintang lima ataupun hotel murah. Salah satu hotel di Tanjung Benoa yang
terkenal adalah hotel Novotel Tanjung Benoa dan Melia Benoa.

2.4 Garuda Wisnu Kencana


Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana disingkat GWK, adalah
sebuah taman wisata di bagian selatan pulau Bali. Taman wisata ini terletak
di tanjung Nusa Dua, Kabupaten Badung, kira-kira 40 kilometer di sebelah
selatan Denpasar, ibu kota provinsi Bali. Di areal taman budaya ini,
direncanakan akan didirikan sebuah landmark atau maskot Bali, yakni
patung berukuran raksasa Dewa Wisnu yang sedang menunggangi Garuda,
setinggi 120 meter. Area Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana berada di
ketinggian 146 meter di atas permukaan tanah atau 263 meter di atas
permukaan laut. Di kawasan itu terdapat juga Patung Garuda yang tepat di
belakang Plaza Wisnu adalah Garuda Plaza di mana patung setinggi 18
meter Garuda ditempatkan sementara. Pada saat ini, Garuda Plaza menjadi

4
titik fokus dari sebuah lorong besar pilar berukir batu kapur yang mencakup
lebih dari 4000 meter persegi luas ruang terbuka yaitu Lotus Pond. Pilar-
pilar batu kapur kolosal dan monumental patung Lotus Pond Garuda
membuat ruang menjadi sangat eksotis. Dengan kapasitas ruangan yang
mampu menampung hingga 7000 orang, Lotus Pond telah mendapatkan
reputasi yang baik sebagai tempat sempurna untuk mengadakan acara besar
dan internasional. Terdapat juga patung tangan Wisnu yang merupakan
bagian dari patung Dewa Wisnu. Ini merupakan salah satu langkah lebih
dekat untuk menyelesaikan patung Garuda Wisnu Kencana lengkap. Karya
ini ditempatkan sementara di daerah Tirta Agung.

2.5 Danau Bedugul


Danau Beratan atau juga disebut Danu Bratan terletak di kawasan
Bedugul, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan,
Bali. Kurang lebih 55 km dari Kota Denpasar. Danau Beratan mempunyai
luas kira-kira 375.6 hektar dengan kedalaman antara 22-48 meter dengan
luas keliling kurang lebih 12 km. Danau Bratan adalah danau terluas dan
terbesar kedua setelah danau Batur di Bali, yang berfungsi sangat penting
sebagai sumber utama irigasi pada daerah yang berada di bagian tengah
pulau Bali. Danau Beratan adalah salah satu dari 20 danau terbaik dan
terindah di dunia. Danu Bratan sangat dikenal sebagai salah satu daerah
tujuan wisata terbaik yang dikunjungi oleh ribuan wisatawan mancanegara
maupun domestik, segarnya udara pegunungan dengan pemandangan
danau, pura dan gunung yang indah dan jauh dari kebisingan kota membuat
tempat ini menjadi tempat wisata favorit dan objek wisata yang
direkomendasikan untuk dikunjungi selama liburan di pulau dewata.

5
BAB III
METODELOGI

3.1 Lokasi dan Waktu


Laporan studi wisata ini disusun berdasarkan kunjungan ke objek wisata
Desa Penglipuran, yang dilaksanakan pada:
hari : Rabu
tanggal : 19 April 2017
3.2 Sistematika Penulisan
3.2.1 Kerangka Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini penulis akan menyebutkan terlebih
dahulu garis besar sistematika penulisan karya tulis, agar pembaca
mengetahui isi laporan studi wisata ini secara jelas. Adapun
sistematikanya sebagai berikut:
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Pembatasan Masalah
1.4 Tujuan Penulisan Karya Tulis
1.5 Manfaat Karya Tulis

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Definisi Adat Perkawinan
2.2 Desa Penglipuran

6
BAB III METODELOGI
3.1 Lokasi dan Waktu
3.2 Sistematika Penulisan
3.2.1 Kerangka Penulisan
3.2.2 Metodelogi Pengumpulan Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Perkawinan di Desa Penglipuran
4.2 Sistem Perkawinan Desa Penglipuran
4.3 Keunikan Perkawinan Desa Penglipuran
4.4 Tahapan Perkawinan Desa Penglipuran

BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

3.2.2 Metodelogi Pengumpulan Data


Laporan hasil studi wisata ke Pulau Bali ini diperoleh dengan
berbagai cara antara lain:
3.2.2.1 Sumber Data
Data yang penulis peroleh berasal dari informasi
yang disampaikan oleh Tour Guide dan kunjungan secara
langsung terhadap objek wisata di Bali. Selain itu penulis
juga mengambil informasi dari internet untuk menambah
kesempurnaan laporan ini.
3.2.2.2 Objek Penelitian
Berbagai objek wisata di Bali, penulis memilih objek
Desa Penglipuran sebagai obek penelitian.

7
3.2.2.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menggunakan
teknik observasi atau kunjungan secara langsung pada objek-
objek yang akan dibahas dalam laporan ini serta mengambil
informasi dari pihak-pihak terkait untuk melengkapi laporan
ini.
3.2.2.4 Instrumen
Penulis menggunakan alat tulis untuk mencatat
informasi yang disampaikan oleh pemandu, penulis
menggunakan telepon genggam untuk mengambil gambar
dan mengabadikan objek wisata Desa Penglipuran. Penulis
juga menggunakan internet untuk mengumpulkan informasi
tentang objek wisata Desa Penglipuran untuk
menyempurnakan laporan perjalanan ini.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perkawinan di Desa Penglipuran


4.1.1 Perkawinan Biasa (Mepandik)
Perkawinan biasa (Mepandik) yaitu perkwinan dimana laki-laki
berstatus sebagai purusa dan pihak perempuan berstatus sebagai
pradana. Purusa dalam pengertian ini adalah pelanjut keturunan
dalam keluarga. Ini merupakan jenis perkawinan yang termasuk
biasa. Perkawinan ini dilakukan dengan cara meminang atau
melamar perempuan tersebut dan disetujui oleh kedua belah pihak
keluarga.
4.1.2 Perkawinan Nyeburin atau Nyentana
Dalam perkawinan ini pihak perempuan berstatus sebagai
purusa sedangkan pihak laki-laki yang berstatus sebagai pradana.
Pada awalnya perkawinan nyeburin dilakukan dalam upaya untuk
mencegah putusnya garis keturunan dalam keluarga tetapi
perkembangan selanjutnya perkawinan ini bertujuan untuk
mempertahankan anak perempuan tersebut dalam keluarga.
4.1.3 Perkawinan Padegelahang
Jenis perkawinan ini belum lazim dilaksanakan di Bali.
Padegelahang dalam Bahasa Indonesia kurang lebih artinya “saling
memiliki”. Perkawinan ini terjadi bila kedua mempelai merupakan
anak tunggal. Walaupun perkawinan ini masih jarang diketahui
masyarakat Bali tapi beberapa keluarga sudah melaksanakan
perkawinan ini dalam istilah yang berbeda.
Perkawinan ini hampir mirip dengan perkawinan nyentana,
tetapi masing-masing mempelai diberikan hak sebagai pewaris pada
kedua rumah dari kedua pihak keluarga. Oleh karena itu, perkawinan
dilaksanakan di dua tempat secara bergantian.

9
4.2 Sistem Perkawinan Desa Penglipuran
4.2.1 Monogami
Desa Penglipuran menganut sistem monogami yang artinya
masyarakat Desa Penglipuran tidak diperbolehkan beristri lebih dari
satu.
4.2.2 Patrilineal
Sistem patrilineal merupakan sistem dimana garis keturunan
berdasarkan laki-laki. Beberapa penerapan sistem ini adalah seorang
wanita yang menikah harus ikut ke rumah suaminya dan warisan
berupa harta tak bergerak diberikan kepada anak laki-laki di dalam
keluarga.
4.3 Keunikan Perkawinan Desa Penglipuran
Di Desa Penglipuran terdapat suatu pantangan bagi kaum laki-laki
untuk beristri lebih dari satu atau berpoligami. Lelaki Penglipuran
diharuskan memiliki seorang istri. Pantangan berpoligami ini diatur dalam
peraturan (awig-awig) desa adat. Dalam bab perkawinan (pawos
pawiwahan) awig-awig itu disebutkan, “Krama Desa Adat Penglipuran
tan kadadosang madue istri langkung ring asiki”. Artinya, krama Desa
Adat Penglipuran tidak diperbolehkan berpoligami. Jika ada lelaki
Penglipuran beristri yang coba-coba merasa bisa berlaku adil dan menikahi
wanita lain, maka lelaki tersebut akan dikucilkan di suatu tempat yang
diberi nama Karang Memadu. Karang artinya tempat dan Memadu artinya
berpoligami. Jadi Karang Memadu memiliki arti tempat berpoligami.
Karang Memadu merupakan sebidang lahan kosong di ujung selatan desa.
Penduduk desa si pelanggar itu akan dibuatkan sebuah gubug oleh
penduduk Desa Penglipuran yang lain sebagai tempat tinggal bersama
istrinya. Dia hanya boleh melintasi jalan-jalan tertentu di wilayah desa.
Tidak hanya itu, pernikahan orang yang berpoligami itu juga tidak akan
dilegitimasi oleh desa, upacara pernikahannya tidak dipimpin oleh Jero
Kubayan yang merupakan pemimpin tertinggi di desa dalam pelaksanaan
upacara adat dan agama. Implikasinya karena pernikahan tersebut tidak

10
sah maka orang tesebut juga tidak boleh bersembahyang di pura-pura yang
menjadi tanggung jawab desa adat. Mereka hanya boleh bersembahyang
di tempat mereka sendiri.
Masyarakat Penglipuran juga pantang untuk menikahi tetangga di
sebelah kanan, kiri, depan dan belakang rumahnya karena tetangga-
tetangganya tersebut sudah dianggap sebagai keluarga. Bagi warga yang
ingin menikah dengan orang luar desa bisa saja dengan ketentuan bila
mempelai laki-laki dari Penglipuran maka mempelai perempuan harus
masuk menjadi bagian dari Desa Adat Penglipuran. Dan yang menarik
adalah jika mempelai perempuan dari Desa Penglipuran dan laki-lakinya
dari adat yang lain, maka bisa saja laki-laki tersebut masuk ke dalam adat
Penglipuran dan hidup di Desa Penglipuran dengan konsekuensi laki-laki
tersebut dianggap wanita oleh warga lainnya. Maksudnya tugas-tugas adat
yang dilaksanakan adalah tugas untuk para wanita bukan tugas para lelaki.
4.4 Tahapan Perkawinan Desa Penglipuran
4.4.1 Upacara Ngekeb
Upacara ini bertujuan untuk mempersiapkan calon pengantin
wanita dari kehidupan remaja menjadi seorang istri dan ibu rumah
tangga dengan memohon do’a restu kepada Tuhan Yang Maha Esa
agar bersedia menurunkan kebahagiaan kepada pasangan pengantin
serta nantinya mereka diberikan anugerah berupa keturunan yang
baik.
4.4.2 Mungkah Lawang (Buka Pintu)
Seorang utusan mungkah lawang bertigas mengetuk pintu
kamar tempat pengantin wanita berada sambil diiringi seorang malat
yang menyanyikan tembang bali.
4.4.3 Upacara Mesegehagung
Sesampainya kedua pengantin di pekarangan pengantin pria,
keduanya turun dari tandu untuk bersiap melaksanakan upacara
mesegehagung yang tak lain bermakna sebagai ungkapan selamat
datang kepada pengantin wanita. Kemudian keduanya ditandu lagi

11
menuju kamar pengantin, ibu dari pengantin pria akan memasuki
kamar tersebut dan mengatakan kepada pengantin wanita bahwa
kain kuning yang menutupi tubuhnya akan segera dibuka dan
ditukarkan dengan uang kepeng satakan yang ditusuk dengan tali
benang bali dan biasanya berjumlah 200 kepeng.
4.4.4 Madengen-dengen
Upacara ini bertujuan untuk membersihkan diri atau
mensucikan kedua pengantin dari energi negatif dalam diri
keduanya, upacara ini dipimpin oleh seorang pemangku adat atau
balian.
4.4.5 Mewidhi Widana
Upacara ini merupakan penyempurnaan upacara pernikahan
adat Bali untuk meningkatkan pembersihan diri pengantin yang telah
dilakukan pada upacara sebelumnya. Selanjutnya, keduanya menuju
merajan yaitu tempat pemujaan untuk berdo’a memohon izin dan
restu Yang Maha Kuasa, upacara ini dipimpin oleh seorang
pemangku merajan.
4.4.6 Mejamuan Ngabe Tipat Bantal
Beberapa hari setelah pengantin resmi menjadi pasangan suami
istri, maka pada hari yang telah disepakati kedua belah keluarga akan
ikut mengantarkan kedua pengantin pulang kerumah orang tua
pengantin wanita untuk melakukan upacara menerima tamu.
Upacara ini dilakukan untuk memohon pamit kepada kedua orang
tua serta sanak keluarga pengantin wanita, terutama para leluhur,
bahwa saat itu pengantin wanita telah sah menjadi bagian keluarga
besar suaminya. Untuk upacara pamitan ini keluarga pengantin pria
akan membawa sejumlah barang bawaan yag berisi berbagai
panganan kue khas Bali seperti kue bantal, apem, alem, cerorot,
kuskus, nagasari, kekupa, bera, gula, kopi, teh, sirih pinang,
bermacam buah-buahan serta lauk pauk khas Bali.

12
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Dari hasil laporan yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa:
1. Bali memiliki 3 jenis perkawinan yang juga diterapkan di Desa Adat
Penglipuran yaitu: perkawinan biasa (mepandik), perkawinan nyeburin
atau nyentana, dan perkawinan padagelahang.
2. Sistem perkawinan yang digunakan di Desa Penglipuran yaitu sistem
monogami dan sistem patrilineal.
3. Ada beberapa keunikan perkawinan di Desa Penglipuran yang sangat
menarik dan harus diketahui.
4. Upacara perkawinan di Desa Penglipuran memiliki 6 tahapan yaitu:
ngekeb, mungkah lawang (buka pintu), mesegahagung, madengen-
dengen, widana, dan ngabe tipat bantal.

5.2 Saran
Dari pelaksanaan studi wisata yang dilakukan, penulis ingin
menyampaikan beberapa saran bagi para pembaca, antara lain:
1. Sebagai generasi penerus kita harus dapat melestarikan kebudayaan
yang sudah ada sejak dahulu.
2. Sebagai wisatawan hendaknya kita dapat memahami nilai-nilai yang
terkandung dalam obyek wisata yang kita kunjungi.
3. Kita sebagai penerus bangsa harus belajar dengan giat agar dapat
berguna bagi Nusa dan Bangsa.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://www.academica.edu/8931057/proposal_kkl

http://pramana-recht.blogspot.co.id/2012/03/paradigma-perkawinan-
padagelahang.html

http://www.komangputra.com/perkawinan-bali-padegelahang.html

https://www.google.com/search?q=pernikahan+desa+penglipuran&source=lnms&
tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwju0ITcpJDZAhUKpo8KHY9qDWsQ_AUICigB
#imgrc=_

14
LAMPIRAN

Desa Penglipuran

Kawasan Karang Memadu

15
Proses Perkawinan Desa (Mewidhi Widana)

16

Anda mungkin juga menyukai