PEMBAHASAN
Kata pelestarian berasal dari kata ‘lestari’ berarti tetap seperti keadaaan
semula; tidqak berubah; bertahan; kekal (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tim: 2001).
Melestarikan adalah menjadikan (membiarkan) tetap tidak berubah; membiarkan
tetap seperti keadaan semula; mempertahankan kelangsungannya. Pelestari adalah
orang yang menjaga sesuatu (hewan, hutan, lingkungan, warisan, budaya) dan
sebagainya agar tetap lestari. Pelestarian adalah proses, cara, perbuatan
melestarikan; perlindungan dari kemusnahan atau kerusakan; pengawetan;
konservasi sumber-sumber alam; pengelolaan sumber daya alam yang menjamin
pembuatannya secara bijaksana dan menjamin kesinambungan persediaannya
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kita ini memiliki banyak dan
beraneka corak, ragam dan sifat bemda-benda peninggalan sejarah. Benda-benda itu
merupakan warisan masa lampau yang sangat berharga dari leluhur anak bangsa ini.
Benda-benda peninggalan sejarah yang patut menjadi kebanggaan Bangsa Indonesia,
seperti; Yupa, Prasasti, Karya Sastra, dan Candi (Prambanan, Borobudur, Penataran),
Pura (Besakih) dan yang lainnya. Sepertiny tak terbayangkan oleh kita, sejak aba ke-4
sampai dengan abad ke-9 bangsa kita sudah mampu membuat bangunan semegah,
indah dan suci seperti itu. Tidak ada kata yang dapat menggantikan kemegahan,
keindahan, dan keuciannya. Sudah sepatutnya kita bersikap hormat dan menghargai
benda-benda peninggalan sejarah dan budaya Agama kita. Apa saja bentuk upaya
dan pelestarian sejarah budaya Agama Hindu yang sudah akan kita lakukan.
1
Permasalahan diatas menunjukkan bahwa masih terlalu banyak peninggalan
sejarah dan budaya Hindu yang belum, kita upayakan pelestariannya. Benda-benda
purbakala tersebut tidak semestinya kita abaikan apalagi hanya untuk
diperjualbelikan guna mencari keuntungan pribadi. Sebagai anak bangsa yang
berbudaya sudah seharusnya kita melestarikan, merawat, menjaga, mengunjungi,
menghormati dan menyucikan peninggalan leluhur kita itu benda-benda peninggalan
sejarah patut dihargai.
2
a. Candi;
b. Makam pahlawan /kurubran nenek monyang;
c. Monument, dan yang lainnya.
3. Bersembahyang di tempat-tempat suci ‘Pura’ sebagai tempat suci
peninggalan sejarah dan budaya Agama Hindu dari nenek monyang
bangsa Indonesia
Tempat suci umat sedharma ‘Hindu’ disebut dengan dengan nama ‘Pura’.
Kata pura dalam Kamus besar bahasa Indonesia berarti; kota; istana;
negeri (spt. Indrapura ); tempat beribadah (bersembahyang) umat Hindu
Dharma. Umat Hindu memiliki banyak ‘ribuan’ tempat suci yang dapat di
pergunakan sebagain sarana untuk menghubungkan diri (jasmani dan
rohani) kahadapan Ida Sang Hyang Widhi/ Tuhan Yang Maha Esa, kapan
dan dimana saja sedang berada sesuai dengan tata tertib
bersembahyang. Kita harus terbiasa untuk bersembahyang di tempat-
tempat suci (pura) sebagai peninggalan warisan sejarah dan budaya
Agama Hindu untuk mengadakan kontak dengan-Nya. Berusaha dan
berupaya berhubungan dengan Sang Pencipta beserta dengan
prabhawanya patut kita muliakan dan sucikan dalam kesempatan hidup
ini dimanapun kita sedang berada. Sebab datang menghadap (tangkil) ke
tempat-tempat suci yang ada di lingkungan sekitar kita, yang tetap
terjaga sampai saat ini kelestarian dan kesuciannya, sebagai peninggalan
warisan sarana bersejarah dan berbudaya dalam Agama Hindu adalah
termasuk salah satu cara untuk mewujudkan rasa bhakti, hormat, rasa
memiliki, dan menyucikan-Nya. Diantaranya, kita wajib bersembahyang di
tempat-tempat suci, seperti;
1) Merajan / sanggah;
2) Pura Kawitan;
3) Pura Paibon;
4) Pura Dadiya/Panti;
5) Pura Kahyangan Tiga;
6) Pura Pardarman;
7) Pura Dhang Kahyangan;
8) Pura Kahyangan Jagat; dan yang lainnya.
4. Melarang atau tidak memberikan izin kepada orang-
orang/individu/kelompok yang hanya memiliki kepentingan sesaat atau
tidak bertanggung-jawab untuk mengelola tempat-tempat pelestarian
sejarah dan budaya peninggalan Agama Hindu di Indonesia. Karena tidak
tertutup kemungkinan di antara mereka dapat menyalah-gunakan
pemanfaatannya, seperti menghalkan segala cara, menafikan sejarah dan
budaya bangsanya. Bila kondisi seperti ini dibiarkan terjadi secara
3
berkesinambungan maka degradasi moral tentu dapat terjadi, dan
akhirnya bangsa ini tinggal menuju kehancuran.
B. Kontribusi Kebudayaan Agama Hindu dalam Pembangunan Nasional dan
Pariwisata di Era Globalisasi
Dari pemikiran Dr. H. Kern, dapat disimak bahwa Bangsa Indonesia dilahirkan
oleh nenek moyangnya yang religious, berbudaya sesuai dengan zamannya. Hindu
yang disebut-sebut sebagai Agama tertua di dunia menurut penuturan sejarah,
memiliki benang merah dengan keberadaan nenek moyang Indonesia. Oleh karena
panjangnya perjalanan yang dilalui maka sangat wajar memiliki beraneka macam
bentuk, sifat dan ciri khas peninggalan kebudayaan yang dimilikinya termasuk karya
sastra.
1. Parawisata alam
Indonesia dikenal oleh dunia memiliki sumber daya alam yang kaya dan indah
bernafaskan ke-Hinduan. Keindahan alam Indonesia menjadi daya tarik tersendiri
bagi wisatawan dunia untuk berkunjung ke Indonesia. Atas kunjungan itu sudah
menjadi kewajiban bangsa dan Negara kita menyiapkan fasilitas yang memadai,
seperti; transportasi ( jalan dan angkutan) umum dan khusus, gedung atau
rumah-rumah penginapan beserta fasilitasnya, makanan dan minuman sesuai
kebiasaanya, jasa pelanyanan ( harus mengetahui dan fasih berbahasa asing),
keamanan dan kenyamanan para wisatawan dalam berwisata, administrasi
4
yangb akurat/ jelas ( tidak berbelit- belit atau membingungkan) dan lain. Bangsa
Indonesia lebih dari wajar harus memelihara kelestarian alamnya sebagaimana
mestinya. Realisasi dari wisata alam ini dapat memberikan pendapatan Negara
yang juga dapat meningkatkan kesejahteraan bangsa ini. Ajaran Hindu yang
bersifat kreatif mengantarkan bangsa ini bebas dari kemeskinan material dan
rohani.
2. Wisata budaya
Budaya anak bangsa Indonesia melahirkan kebudayaan. Dari berbagai macam
suku bangsa yang ada di Indonesia berbuah beraneka macam kebudayannya
yang dapat di konsumsi oleh para wisatawan yang berkunjung ke Indonesia.
Hindu sebagai Agama tertua di dunia termasuk di Indonesia, menjiwai
kebudayaan anak bangsa ini sehingga semuanya itu menjadi hidup ‘metaksu’.
Kebudayaan yang ‘metaksu’ menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan ( lokal
dan asing) untuk menikmatinya. Semuanya itu lagi-lagi dapat menambah
pendapatan Negara dan daerah yang dikunjunginya. Berikut ini beberapa bentuk
dari pariwisata budaya sumbangan Agama Hindu yang dapat disajikan antara
lain;
a. Candi
1. Candi Jabung
5
keluarga raja. Arsitektur bangunan candi ini hampir serupa dengan Candi
Bahal yang ada di Bahal, Sumatra Utara.
2. Candi Tikus
3. Candi Dieng
6
rata 13-17 C, Dataran Tinggi Dieng merupakan dataran yang terbentuk
oleh kawah gunung berapi yang telah mati.
Dataran Tinggi Dieng dipandang sebagai suatu tempat yang memiliki
kekuatan misterius, tempat bersemayam arwah para leluhur, sehingga
tempat ini dianggap suci. Dieng berasal dari kata Dihyang yang artinya
tempat arwah para leluhur. Terdapat beberapa komplek candi di daerah
ini, komplek Caandi Dieng dibangun pada masa Agama Hindu, dengan
peninggalan Arca Deva Siwa, Wisnu, Agastya, Ganesha dan lain-lainnya
bercirikan Agama Hindu. Candi-candi yang berada di dataran tinggi Dieng
diberi nama yang berhubungan dengan cerita atau tokoh-tokoh wayang
Purwaka dalam lokan Mahabarata, misalnya candi Arjuna, candi
Gatotkaca, candi Dwarawati, candi Bima, candi Semar, candi Sembadra,
candi Srikandi dan candi Punta Deva. Namun candi tersebut tidak ada
kaitannya dengan fungsi bangunan dan diperkirakan nama candi tersebut
diberikan setelah bangunan candi tersebut ditinggalkan atau tidak
digunakan lagi. Siapa yang membangun candi tersebut belum dapat
dipastikan, dikarenakan informasi yang terdapat di 12 prasasti batu tidak
ada satupun yang menyebutkan siapa tokoh yang membangun candi
religious ini. Sudah menjadi tugas para ilmuan untuk mengungkapkan
misteri ini.
4. Candi Cetho
7
Berdasarkan keadaannya ketika itu, pada runtuhan Candi Cetho
diteliti dan diketahui bahwa usianya tidak jauh dengan Candi Sukuh.
Lokasi candi berada di Dusun Ceto, Desa Bumeng, Kecamatan Jenawi,
Kabupaten Karanganyar. Candi Cetho berada pada ketinggian 1400m
diatas permukaan laut. Candi ini patut dikunjungi oleh umat sedharma
untuk mengetahui keberadaannya.
5. Candi Sukuh
6. Candi Surawana
8
Masehi, untuk memuliakan Bhre Wengker yang berada di bawah
kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Candi Gerbang ini lazim disebut bergaya candi bentar atau tipe
gerbang terbelah. Gaya arsitektur seperti ini diduga muncul pada era
Majapahit dan kini banyak di temukan dalam asitektur Bali.
b. Karyasatra
Indonesia memiliki banyak pujangga besar pada masa pemerintahan raja-
raja di Nusantara ini. Para pujangga pada masa itu tergolong varna Brahmana
yang memiliki kedudukan sebagai purohita kerajaan. Banyak karya sastra
yang ditulis oleh pujangga kerajaan yang penuh dengan makna tersebar di
masyarakat dapat dijadikan penuntun Hindu menghadapi dunia pariwisata di
era globalisasi ini, antara lain;
1. Carita Parahyangan Bogor, Jabar Abad ke-5 M Tarumanegara
9
Carita Parahyangan merupakan nama suatu naskah Sunda kuno yang
disebut pada akhir abad ke-16, yang menceritakan sejarah tanah Sunda,
utamanya mengenai kekuasaan di dua ibukota Kerajaan Sunda yaitu
Keraton Galuh dan Keraton Pakuan. Museum Nasional Indonesia Jakarta.
Naskah ini terdiri dari 47 lembar daun lontar ukuran 21 x 3 cm, yang
dalam tiap lembarannya diisi tulisan 4 baris. Aksara yang digunakan
dalam penulisan naskah ini adalah aksara Sunda.
Naskah Carita Parahyangan menceritakan sejarah Sunda, dari awal
kerajaan Galuh pada zaman Wretikandayun sampai runtuhnya Pakuan
Pajajaran (Ibukota Kerajaan Sunda) akibat serangan Kesultanan Banten,
Cirebon dan Demak.
10
menggoda Arjuna, maka Batara Indra datang sendiri menyamar menjadi
seorang Brahmana tua. Mereka berdiskusi soal Agama dan Indra
menyatakan jati dirinya dan pergi. Lalu setelah itu ada seekor babi yang
datang mengamuk dan Arjuna memanahnya. Tetapi pada saat yang
bersamaan ada seseorang pemburu tua yang datang dan juga
memanahnya. Ternyata pemburu ini adalah Batara Siwa. Setelah itu
Arjuna diberi tugas untuk membunuh Niwatakawaca, seorang raksasa
yang mengganggu kahyangan. Arjuna berhasil dalam tugasnya dan diberi
anugerah boleh mengawini tujuh bidadari ini.
11
pada tahun 1157 Masehi ole Mpu Sedah dan Mpu Panuluh atas perintah
Maharaja Jaya Bhaya, Raja Kerajaan Kediri. Karya ini merupakan gubahan
dari Mahabharata. Isi dari kitab ini menjeleaskan peperangan dari daerah
baratha yaitu Panda dan Kurawa, yang berlangsung 18 hari. Boleh jadi
kekawin Baratayuda yang di tulis pada masa Kediri itu sebagai simbolis
keadaan perang saudara antara Kerajaan Kediri dengan Jenggala yang
sama-sama keturunan Raja Airlangga. Kedaan perang saudara itu
digambarkan seolah –olah seperti yang tertulis dalam Kitab Mahabarata
karya Vyasa yaitu perang antara Panda dan Kurawa yang sebenarnya juga
keturuna Vyasa sang penulis.
7. Sutasoma
Kekawin Sutasoma mengunakan bahasa Jawa kuno sehingga
dimasukkan dalam kesussateraan zaman Majapahit I. kitab Sutasoma
menceritakan tentang seorang anak raja bernama Sutasoma. Sutasoma,
seorang anak raja yang menjadi pendeta Bhuda. Sutasoma rela
meninggalkan kehidupan duniawi karena taan kepada Agama Buddha. Ia
bersedia berkorban untuk kebahagiaan makhluk hidup. Bahkan
diceritakan ia rela dimakan rasaksa agar rasaksa tersebut kenyang.
8. Pararaton
Pararaton termasuk kesusasteraan Majapahit II. Kitab ini
menggunakan bahasa Jawa tengah dan berbentuk tembang atau kidung
namun ada pula yang berupa gancaran. Kitab Pararaton merupakan
uraian sejarah, namun kurang dapat dipercaya karena isinya sebagian
12
besar lebih bersifat mitos atau dongeng. Selain itu, angka-angka tahun
yang ada tidak cocok dengan sumber sejarah yang lain. Dari kitab ini
mula-mula diuraikan tentang riwayat Ken Arok, yang penuh dengan
kegaiban. Raja-raja Singasari berikutnya juga demikian. Bagian kedua
menguraikan Raden Wijaya pada saat sebagai pengikut Kertanegara
sampai menjadi Raja Majapahit. Kemudian diceritakan tentang
Jayanegara dan pemberontakan-pemberontakan Rangga Lawe dan
Lembu Sora, serta peristiwa Putri Sunda di Bubat. Pada bagian penutup
memuat daftar raja-raja sesudah Hayam Wuruk.
9. Calon Arang
Calon Arang termasuk kesusasteraan kuno yang menggunakan bahasa
Jawa tengah, sehingga dapat dimasukkan ke dalam jaman Majapahit II.
Kitab Calon Arang ini berisi tentang cerita Calon Arang yang dibunuh oleh
Mpu Bharadah atas perintah Raja Airlangga. Kitab Calon Arang ini juga
mengisahkan tentang pemisahan Kreajaan Kediri oleh Mpu Bharadah atas
perintah Raja Airlangga.
Pada awalnya, karya sastra ini ditulis diatas daun lontar yang bila rusak
selalu diperbaiki. Sejalan dengan kemajuan teknologi kemudian diubah
menggunakan kertas. Karya sastra ini bisa berbentuk puisi, kekawin, maupun
prosa. Berikut karya sastra yang bercorak ke-Hindu-an seperti;
Kekawin Hariwangsa dan Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh; kitab
Smaradhana, karya Mpu Darmaja; Kitab Lubdaka dan Kitab Wrtasancaya
karya Mpu Tanakung; Kitab Sundayana yang mengisahkan terjadinya
peristiwa Bubat, yakni perkawinan yang berubah menjadi pertempuran; Kitab
Ranggalawe yang menceritakan pemberontakan Ranggalawe; Kitab
Sorandaka yang menceritakan pemberontakan tentang Lembu Sora; Kitab
Usana Jawa yang menceritakan penaklukan Bali oleh Gajah Mada bersama
Arya Dharma.
Cerita Panji; mengisahkan perkawinan Panji Inu Kertapati, putra raja
Kahuripan dengan Galuh Candra Kirana, putri raja Daha. Perkawinan
berlangsung setelah berhasil mengatasi berbagai kesulitan.
Tradisi tulisan peninggalan kerajaan-kerajaan Islam yang berupa karya
sastra mendapat pengaruh dari Persia. Namun pengaruh sastra Indonesia dan
Hindu juga masih ada. Pada masa itu munculah hikayat, yakni karya sastra
yang kebanyakan berisi dongeng belaka. Ada pula hikayat berisi cerita
sejarah; di pulau Jawa ‘babad’ biasa di Jawa berupa puisi (tembang) diluar
Jawa bisa berbentuk syair atau prosa. Pertunjukan seni drama biasanya
banyak bersumberkan karya sastra tersebut.
13
Kesusastraan merupakan hasil kebudayaan yang mengandung makna
penting menurut sejarah. Dinyatakan demikian karena dari karya sastra
tersebut kita banyak bisa mengtahui gambaran sejarah di masa lampau.
Menurut waktu perkembangannya kesusasteraan kuno dapat dibagi menjadi
beberapa zaman, diantaranya; kesusasteraan zaman Mataram (sekitar abad;
9 dan 10 Masehi), zaman Kediri (sekitar abad; 11 dan 12 Masehi), zaman
Majapahit I (sekitar abad; 14 Masehi) dan zaman Majapahit II (sekitar abad;
15 dan 16 Masehi). Disebutka terdapat dua zaman Majapahit karena adanya
perbedaan bahasa yang digunakan pada kesusasteraan tersebut. Zaman
Majapahit I menggunakan bahasa Jawa kuno, sedangkan zaman Majapahit II
menggunakan bahasa Jawa tengahan.
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Melestarikan berarti menjadikan atau membiarkan tetap tidak berubah atau
membiarkan tetap seperti keadaan semula. Dan sudah menjadi menjadi kewajiban
bagi kita untuk melestarikan peninggalan budaya Agama Hindu di Indonesia. Agama
Hindu berkontribusi dalam pembangunan nasional dan pariwisata Indonesia di era
menuju globalisasi. Kontribusinya yaitu dalam pariwisata alam dan wisata budaya.
Wisata budaya itu sendiri berupa candi-candi peninggalan sejarah Agama Hindu dan
juga karyasastra peninggalan sejarah Agama Hindu. Tugas kita adalah untuk
merawat dan menjaga peninggalan-peninggalan bersejarah itu agar tetap lestari dan
tidak menghilang agar dapat diceritakan pada penerus bangsa.
Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa
mendatang, mengingat saran yang membangun sangatlah penting untuk
memperbaiki makalah kami di masa mendatang.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://www.mutiarahindu.com/2018/09/cara-pelestarian-peninggalan-budaya.html?m=1
https://www.coursehero.com/file/17220463/Kontribusi-Kebudayaan-Hindu-dalam-Pembangunan-
Nasional-dan-Parawisata-Indonesia-Menuju-Era-Globalisa/
https://www.google.co.id/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://bsd.pendidikan.id/data/2013/kelas_12sma/siswa/Kelas_12_S
MA_Pendidikan_Agama_Hindu_dan_Budi_Pekerti_Siswa.pdf&ved=2ahUKEwiy04PQ54reAhUhR48KH
fJQA7wQFjAAegQIBBAB&usg=AOvVaw1hdVYzlvI_FR5S7UYKfnOu
https://prezi.com/m/tcinkyjl0ner/kelompok-5/
16