Hukum Hindu adalah hukum agama dalam arti yang sebenar-benarnya. Sebagai
hukum agama,hukum Hindu dapat di sejajarkan atau di samakan dengan hukum
yang lainnya yang berlaku di wilayah tertentu dimana umat sedharma berada,
dalam arti yang sebenar-benarnya. Sebagai hukum agama, hukum Hindu di
samakan pengertiannya dengan dharma yang bersumber pada Rta. Agama
merupakan norma atau kaidah-kaidah moral yang bersumber langsung dari
wahyu Tuhan Yang Maha Esa. Dari sini tampak ada usaha untuk mengkaitkan nilai
nilai agama dengan praktek kehidupan, misalnya nilai agama itu telah
ditranformasikan kedalam norma-norma sosial yang mengatur kehidupan
manusia di dalam masyarakat .
Mengacu pada tujuan hidup manusia menurut pandangan Agama Hindu,
yaitu Moksartham Jagadhita ya ca iti dharma, maka sebenarnya tradisi
Hindu menawarkan suatu sistem normatif dimana agama adalah integral
dengan semua aspek kehidupan umat manusia, baik politik, sosial,
ekonomi, hukum,pendidikan, keluarga dan lain sebagainya. Keseluruhan
aspek kehidupan tersebut tercakup dalam pengertian “kekinian” dan
“keakanan” yang bersifat kesurgaan. (Soedjatmoko, 1979:25).
Pada gejala umum yang terjadi di Bali yakni keterkaitan agama dengan
adat, adalah bukti adanya pertautan agama dengan salah satu aspek
kehidupan manusia. Tjokorde Raka Dherana mengatakan, agama dan adat
terjalin erat satu dengan yang lainnya, saling pengaruh-mempengaruhi.
Karenanya pelaksanaan agama disesuaikan dengan keadaan tempat yang
telah dan sedang berlaku. Penyesuaian yang dimaksud di mana bersifat
membenarkan dan memperkuat adat setempat sehingga menjadikan
kemudian suatu “adat Agama” yaitu suatu penyelenggaraan agama yang
disesuaikan dengan adat setempat (Dherana, 1984:18).
Pembuktian adanya pengaruh hukum Hindu menjiwai hukum adat telah
terbukti sejak berdirinya kerajaan Hindu di Indonesia. Penguatan ini
diberikan oleh Gde Pudja ketika membahas dimulainya pertumbuhan
hukum Hindu. Pudja mengatakan, bagian-bagian dari ajaran-ajaran Hindu
dan pasal-pasal dalam Dharmasastra telah disesuaikan dan dipergunakan
sebagai hukum pada masa kerajaan Hindu di Indonesia. Bahkan bukan
pada masa kerajaan Hindu saja, karena secara tidak disadari bahwa
hukum itu masih tetap berlaku dan berpengaruh pula dalam hukum positif
di Indonesia melalui bentuk-bentuk hukum adat. Bentuk acara Hukum dan
kehidupan hukum Hindu yang paling nyata terasa sangat berpengaruh
adalah bentuk hukum adat di Bali dan lombok,sebagai hukum yang berlaku
hanya bagi golongan Hindu semata-mata (Pudja, 1977:34).
Dalam berbagai penelitian dan penulisan Hukum Adat, baik dalam bidang
hukum pidana, dalam bidang hukum perdata terutama hukum waris,
hukum kekeluargaan dan perkawinan yang dikatakan hukum adat,
semuanya ternyata hukum Hindu. Baik pengertian, istilah-istilah yang
dipakai maupun dasar filosoinya delapan belas titel hukum atau astadasa
wyawahara, pembagian 12 jenis anak, berbagai jenis pidana adat seperti
brahmantia, wakparusia, sahasa dan sebaginya. Semuanya merupakan
hukum agama, ini berarti hukum Adat sebagian besar adalah hukum
agama, yakni hukum adat itu sebagian besar adalah hukum agama Hindu
(Pudja, 1997:34-35).
Apabila skala pengaruh hukum Hindu terhadap hukum adat ditinjau secara
makro, maka kita harus bertolak pada tiga hal pokok yang dipakai tumpuan
memahami eksistensi hukum adat Bali secara lebih mendasar. Ketiga hal
pokok itu adalah Tri Hita Karana, yakni adanya upaya umum masyarakat
itu sendiri. Upaya menegakkan keseimbangan hubungan masyarakat
secara keseluruhan dengan alam Ketuhanan.