Anda di halaman 1dari 10

KEGIATAN BELAJAR VI : HUKUM HINDU

1 URAIAN MATERI
Manawa Dharmasastra adalah sebuah kitab Dharmasastra yang dihimpun dengan
bentuk yang sistematis oleh Bhagawan Bhrigu, salah seorang penganut ajaran Manu,
dan beliau pula salah seorang Sapta Rsi. Kitab ini dianggap paling penting bagi
masyarakat Hindu dan dikenal sebagai salah satu dari kitab Sad Wedangga.
Wedangga adalah kitab yang merupakan batang tubuh Veda yang tidak dapat
dipisahkan dengan Veda Sruti dan Veda Smrti. Penafsiran terhadap pasal-pasal
Manawa Dharmaṡāstra telah dimulai sejak tahun 120 M dipelopori oleh Kullukabhatta
dan Medhiti di tahun 825 M. Kemudian beberapa Maha Rsi memasyarakatkan tafsir-
tafsir Manawa Dharmasastra menurut versinya masing-masing sehingga
menumbuhkan beberapa aliran Hukum Hindu, misalnya: Yajnawalkya, Mitaksara,
dan Dayabhaga.
Para Maha Rsi yang melakukan penafsiran-penafsiran pada Manawa
Dharmaṡāstra menyesuaikan dengan tradisi dan kondisi setempat. Aliran yang
berkembang di Indonesia adalah Mitaksara dan Dayabhaga. Di zaman Majapahit,
Manawa Dharmaṡāstra lebih popular Manupadesa disebut sebagai. Proses
penyesuaian kaidah-kaidah hukum Hindu nampaknya berjalan terus hingga abad ke-
12 dipelopori oleh tokoh-tokoh suci: Wiswarupa, Balakrida, Wijnaneswara, dan
Apararka. Kitab Dharmasastra yang memuat bidang hukum Hindu tertua dan sebagai
sumber hukum Hindu yang paling terkenal adalah Manawa Dharmasastra. Berbagai
bidang hukum Hindu yang termuat dalam Kitab Manawa Dharmasastra antara lain
Bidang Hukum Keagamaan , Bidang Hukum Kemasyarakatan , Bidang Hukum
Ketatanegaraan.

1.1 Perkembangan Hukum Hindu


Hukum Hindu adalah sebuah tata aturan yang membahas aspek kehidupan
manusia secara menyeluruh yang menyangkut tata keagamaan, mengatur hak dan
kewajiban manusia baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial dan aturan
manusia sebagai warga negara.
Kehadiran hukum Hindu dimulai dari adanya sebuah perdebatan antara para
tokoh agama saat itu. Nama-nama para maharsi sebagai penulis hukum hindu

1
diantaranya Gautama, Baudhayana, Shanka-likhita, Wisnu, Aphastamba, Harita,
Wikana, Paitinasi, Usanama, Kasyapa, Brhraspati Dan Manu.
Terdapat beberapa aliran Hukum hindu, antara lain:
1. Aliran Yajnyawalkya oleh Yajnyawalkya
2. Aliran Mithaksara oleh Wijnaneswara
3. Aliran Dayabhaga oleh Jimutawahana
Pengaruh Hukum Hindu sampai ke Indonesia nampak jelas pada jaman Majapahit.
Aliran yang mempengaruhi Hukum Hindu di Indonesia yang paling dominan adalah
Mithaksara dan Dayabhaga.
Dalam ilmu hukum dibedakan antara Statuta Law dengan Natural Law yaitu:
1. Statuta Law adalah hukum yang dibentuk dengan sengaja oleh penguasa
2. Natural law adalah hukum alam yang ada secara ilmiah
Unsur –unsur yang terpenting dalam peraturan hukum memuat dua hal yaitu:
1. Unsur yang bersifat mengatur /normative.
2. Unsur yang bersifat memaksa /refresif.
Latar belakang kenapa hukum Hindu penting untuk dipelajari antara lain :
1. Hukum hindu merupakan bagian dari hukum positif yang berlaku bagi masyarakat
hindu di Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
2. Untuk memahami bahwa berlakunya hukum hindu di indonesia dibatasi oleh falsafah
Negara pancasila dan ketentuan –ketentuan dalam UUD 1945.
3. Untuk dapat mengetahui persamaan dan perbedaan antara hukum adat (Bali) dengan
hukum hindu
4. Untuk dapat membedakan antara adat murni dengan adat yang bersumber pada ajaran-
ajaran agama hindu

1.2 Sumber Hukum Hindu


Sumber hukum hindu berasal dari Veda Sruti dan Veda Smrti. Veda Sruti
adalah kitab suci Hindu yang berasal dari wahyu Sang Hyang Widhi Wasa yang
didengar langsung oleh para maharsi, yang isinya patut dipedomani dan dilaksanakan
oleh umat sedharma. Veda Smrti adalah kitab suci Hindu yang ditulis oleh para
maharsi berdasarkan ingatan yang bersumber dari wahyu Sang Hyang Widhi Wasa
yang isinya patut juga dipedomani dan dilaksanakan oleh umat sedharma. Bagian
terpenting dari kelompok Vedangga adalah kalpa yang padat dengan isi hukum
Hindu, yaitu Dharmasastra.

2
Sumber hukum Hindu lainnya dapat dilihat dari kitab-kitab lain sebagai berikut :
a. Kitab Sarasamuscaya
b. Kitab Kutara Manawa
c. Kitab Suara Jambu
d. Kitab Adigama
e. Kitab Siwasasana
f. Kitab Kerthasima
g. Kitab Purwagama
h. Kitab Kerthasima Subak
i. Kitab Purwadigama
j. Kitab Paswara

Kitab Hukum Hindu yang pertama dikenal adalah Dharmasutra. Ada tiga penulis yang
terkenal terkait dengan keberadaan Kitab Dharmasutra, diantaranya adalah:

a. Gautama adalah penulis Kitab Dharmasutra yang karya hukumnya membahas


tentang pokok-pokok hukum pidana dan hukum perdata.
b. Apastamba adalah penulis Kitab Dharmasutra yang karya hukumnya membahas
tentang pokok-pokok materi wyawaharapada
c. Baudhayana adalah penulis Kitab Dharmasutra yang karya hukumnya membahas
pokok-pokok hukum
Menurut Kitab Dharmasastra yang ditulis oleh Manu, keberadaan titel hukum
atau Wyawaharapada dibedakan jenisnya menjadi delapan belas (18), antara lain;
• Rinadana yaitu ketentuan tentang tidak membayar hutang.
• Niksepa adalah hukum mengenai deposito dan perjanjian.
• Aswamiwikrya adalah tentang penjualan barang tidak bertuan.
• Sambhuya-samutthana yaitu perikatan antara firman.
• Dattasyanapakarma adalah ketentuan mengenai hibah dan pemberian.
• Wetanadana yaitu hukum mengenai tidak membayar upah.
• Samwidwyatikarma adalah hukum mengenai tidak melakukan tugas yang
diperjanjikan. 
• Simawiwada artinya perselisihan mengenai perbatasan.
• Waparusya adalah mengenai penghinaan. 
• Dandaparusya artinya penyerangan dan kekerasan. 

3
• Steya adalah hukum mengenai pencurian.
• Sahasa artinya mengenai kekerasan.
• Stripundharma adalah hukum mengenai kewajiban suami-istri.
• Stridharma artinya hukum mengenai kewajiban seorang istri.
• Wibhaga adalah hukum pembagian waris.
• Dyutasamahwya adalah hukum perjudian dan pertaruhan.
• Krayawikrayanusaya artinya pelaksanaan jual beli. 
• Swamipalawiwada artinya perselisihan antara buruh dengan majikan.
Berdasarkan sloka Manawa Dharmasastra II. 6, sumber-sumber Hukum Hindu
menurut urutannya antara lain:
a. Veda Sruti.
b. Veda Smrti.
c. Sila.
d. Acara (Sadacara).
e. Atmanastusti.
Bentuk hukum Tuhan yang murni disebut dengan istilah “Rta”. Rta adalah
hukum murni yang bersifat absolut transcendental. Bentuk hukum alam yang
dijabarkan ke dalam amalan manusia disebut Dharma. Dharma bersifat mengatur
tingkah laku manusia guna dapat mewujudkan kedamaian, kesejahteraan dan
kebahagiaan dalam hidup.
Menurut sistem hukum hindu, para penulis hukum hindu menyimpulkan bahwa
ada 4 macam masalah yang mencakup hukum itu, antara lain:
1. Mengenai kekuasaan atau kompetensi hukum dan kebiasaan.
2. Mengenai asal usul tertib sosial.
3. Mengenai wewenang penguasa yang berkuasa yang juga menyangkut
kompetensi relatif.
4. Mengenai kedudukan penguasa rohani dan hubungannya dengan penguasa
negara.
1. Sumber Hukum Dalam Arti Sejarah
Sumber Hukum Hindu dalam arti sejarah adalah sumber hukum Hindu
yang digunakan oleh para ahli Hindulogi dalam peninjauan dan penulisannya
mengenai pertumbuhan serta kejadiannya. Terutama dalam rangka pengamatan dan
peninjauan masalah politik, filosofis, sosiologi, kebudayaan dan hukumnya, sampai
pada bentuk material yang tampak berlaku pada satu masa dan tempat tertentu.

4
Kitab Dharmasastra menurut bentuk penulisannya dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu
1. Sutra, yaitu bentuk penulisan yang amat singkat, yakni semacam aphorisme
2. Sastra, yaitu bentuk penulisan yang berupa uraian-uraian panjang atau lebih
terinci
Menurut catatan perkembangan sejarah Hukum Hindu, periode berlakunya
hukum dibedakan menjadi beberapa bagian, antara lain:
1. Pada zaman Krta Yuga, berlaku Manawa Dharmasastra yang ditulis oleh
Manu
2. Pada zaman Treta Yuga, berlaku Manawa Dharmasastra yang ditulis oleh
Gautama
3. Pada zaman Dwapara Yuga, berlaku Manawa Dharmasastra yang ditulis oleh
Samkhalikhita
4. Pada zaman Kali Yuga, berlaku Manawa Dharmasastra yang ditulis oleh
Parasara

2. Sumber Hukum Hindu Dalam Arti Sosiologi


Kitab suci tersebut secara tegas menyatakan bahwa sumber hukum (dharma)
bukan saja hanya kitab-kitab Sruti dan Smerti, melainkan juga termasuk sila (tingkah
laku orang-orang beradab), acara (adat-istiadat atau kebiasaan setempat) dan
atmanastusti yaitu segala sesuatu yang memberikan kebahagiaan pada diri sendiri.
Oleh karena aspek sosiologi tidak hanya sebatas mempelajari bentuk masyarakat
tetapi juga kebiasaan dan moral yang berkembang dalam masyarakat setempat.
3. Sumber Hukum Hindu Dalam Arti Formal
Yang dimaksud dengan sumber hukum dalam arti formal menurut Prof. Mr.
J.L. Van Aveldoorm adalah sumber hukum yang berdasarkan bentuknya yang dapat
menimbulkan hukum positif. Artinya dibuat oleh badan atau lembaga yang
berwenang. Yang termasuk sumber hukum dalam arti formal dan bersifat pasti, yaitu;
1) undang-undang, 2) kebiasaan dan adat, 3) traktat.

4. Sumber Hukum Menurut Veda


P.N. Sen dan G.C. Sangkar menyatakan bahwa sumber-sumber hukum hindu
berdasarkan ilmu dan tradisi yaitu: Sruti, Smrti, Sila, Sadacara, Atmanastuti, Nibanda
5. Sumber Hukum Hindu Dalam Arti Filsafat

5
Sumber hukum dalam arti filsafat merupakan aspek rasional dari agama dan
merupakan satu bagian yang tak terpisahkan atau integral dari agama. Filsafat adalah
ilmu pikir, dan juga merupakan pencairan rasional ke dalam sifat kebenaran atau
realistis. Filsafat menempati kedudukan yang amat penting di dalam ilmu hukum yang
disebut “filsafat hukum”.
Untuk mencapai tingkat kebahagiaan, ilmu filsafat hindu menegaskan sistem
dan metode pelaksanaannya sebagai berikut:
1. Harus berdasarkan pada dharma
2. Harus diusahakan melalui keilmuan (jnana)
3. Hukum didasarkan pada kepercayaan (sadhana)
4. Harus didasarkan pada usaha
5. Harus ditebus dengan usaha prayascita atau penyucian

1.3 Sloka Kitab Suci yang Menjelaskan Sumber Hukum Hindu

a) Kitab Rgveda IX.67.31


Yaá pàvamànir adhyeti åûibhiá saý bhåaý rasam.
sarvaý sa pùtam aúnati svaditaý màtariúvanà”
Terjemahannya:
“Dia yang menyerap (memasukkan ke dalam pikiran) melalui pelajaran-
pelajaran pemurnian intisari mantra-mantra Veda yang diungkapkan kepada
para åûi, menikmati semua tujuan yang sepenuhnya dimurnikan yang dibuat
manis oleh Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi napas hidup semesta alam.

b) Yajurveda IX.22
“Iyam te rad yantasi yamano
dhruvo-asi dharunah.
kryai tva ksemaya tva
rayyai tva posaya tva”.
Terjemahannya:
Wahai pemimpin, itu adalah negaramu, engkau pengawasnya. Engkau mawas
diri, teguh hati dan pendukung warga negara. Kami mendekat padamu demi
perkembangan pertanian, kesejahtraan manusia, kemakmuran yang melimpah”

c) Manawa Dharmasastra, II.2

6
“Kàmàtmatà na praúasta
na caiwe hàstya kàmatà,
kàmyo hi wedàdhigamaá
karmayogasca waidikaá”
Terjemahannya:
Berbuat hanya karena nafsu untuk memperoleh phala tidaklah terpuji namun
berbuat tanpa keinginan akan phala tidak dapat kita jumpai di dunia ini karena
keinginan- keinginan itu bersumber dari mempelajari Veda dan karena itu
setiap perbuatan diatur oleh Veda

1.4 Hubungan Hukum Hindu dengan Budaya, Adat-Istiadat, dan Kearifan


Daerah Setempat

Kitab-kitab Hukum Hindu dalam bentuk kompilasi seperti; Adigama, Agama,


Kutaragama, Purwadigama dan Kutara Manawa, sering dijadikan sumber
penyusunan Hukum Adat. Hanya transfer ke dalam Hukum Adat tidak dilakukan
sepenuhnya, karena tidak semua materi dalam hukum Hindu tersebut sesuai dengan
situasi, kondisi dan kebutuhan masyarakat. Hukum adat menduduki orbit yang sentral
dan telah berperan dominan dalam suatu lingkungan budaya tertentu, yakni
lingkungan masyarakat adat yang mendukungnya. Konsekuensi dari peran yang
dominan itu menjadikan hukum Adat semakin mengakar dan melembaga dalam
interaksi sosial masyarakatnya, dalam arti bahwa kepatuhan masyarakat terhadap
Hukum Adat tersebut tidak dapat dibantahkan.
Gede Pudja lebih jauh mengemukakan, “Hukum Hindu-lah yang merupakan
sumber dasar dari Adat di Indonesia terutama di daerah-daerah di mana pengaruh
Hindu itu sangat besar. Untuk daerah Bali dan Lombok, pembuktian itu tidaklah
begitu sulit, karena seluruh pola pemikiran dan tata kehidupan masyarakat yang
beragama Hindu, tetap mendasarkan pada ajaran-ajaran agama Hindu yang mereka
yakini
Menurut “Soerjono Soerkarto” yang mengemukakan bahwa hukum Adat
bersumber dari perkembangan perilaku yang berproses melalui cara, kebiasaan, tata
kelakuan, dan adat istiadat, baru kemudian menjadi hukum adat, akan semakin
mempertegas mengenai pembuktian adanya hukum hindu menjiwai hukum adat.

7
1.5 Etika dan Moralitas

Istilah etika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, etos artinya kebiasaan
(costum), adat. Istilah etika pertama kali  dalam sejarah yang tertulis diperkenalkan oleh
filsuf Yunani, Aristoteles melalui karyanya yang berjudul Etika Nicomachiea. Buku itu
berisikan tentang ukuran - ukuran perbuatan. Sedangkan istilah Moral berasal dari bahasa
Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang
masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Terdapat makna yang sama
antara etika dengan moral yaitu suatu adat kebiasaan. Dengan kata lain, kalau arti kata
’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan
norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya. Secara sederhana, etika merupakan sebuah kajian tentang moralitas.
Pengertian etika adalah ilmu pengetahuan/materi tentang kesusilaan yang berbentuk
perintah - perintah dan larangan - larangan yang terkandung suatu nilai serta menjadi
pedoman dalam berpilaku seseorang. Setiap perbuatan itu berdasarkan atas kehendak atau
buddhi seseorang. Sehingga manusia dihadapkan pada dua pilihan yaitu baik dan buruk.
Moral mengandung makna yang berkenaan dengan perbuatan yang baik dan buruk.
Disamping itu dikenal juga konsep moralitas, yaitu sistem nilai yang terkandung dalam
petuah, nasihat, perintah atau aturan yang diwariskan secara turun temurun melalui agama
atau kebudayaan dan tentang bagaimana seharusnya manusia hidup agar menjadi lebih baik.
Moralitas memberikan manusia petunjuk dan aturan tentang bagaimana harus hidup,
bertindak yang baik dan menghindari perilaku yang tidak baik.
Namun jika dikaji lebih baik dari berbagai sumbernya, etika dan moral itu memiliki
perbedaan yaitu jika moral bersumber dari diri seseorang yaitu hati nuraninya, sedangkan
etika berdasarkan kepada hal-hal diluar dirinya seperti kebiasaan atau norma-norma yang
berlaku di masyarakat.
Susila dalam Agama Hindu merupakan kerangka dasar yang kedua . Susila adalah
istilah lain dari etika dan moral . Etika dan moral merupakan dua kata yang di pergunakan
silih berganti untuk maksud yang sama . Berdasarkan uraian di atas  dapat kita pahami bahwa
etika merupakan ajaran prilaku atau perbuatan yang bersifat  sitematis tentang prilaku
(karma). Sifat manusia terdiri dari apa yang di anggap sebagai perbuatan baik (subha
karma/daiwi sampad) dan perbuatan yang tidak baik (asubha karma/Asuri
sampad).pengertian susila dapat  di jelaskan sebagai berikut :

8
A. Susila atau etika adalah upaya mencari kebenaran. Sebagai filsafat ia mencari informasi
yang sedalam - dalamnya secara sitematis tentang kebenran yang bersifat absolut maupun
relative .
B. Susila atau etika adalah upaya untuk megadakan penyelidikan atau megkaji kebaikan
manusia , sebagai bagaimana seharunya hidupdan bertindak di dunia ini agar hidup
menjadi bermakana.
C. Susila atau etika merupakan upaya (karma) manusia mempergunakan keterampilan
fisiknya (angga/raga) dan cerdas rohani  (suksma sarira) manusia terdiri atas pikiran
(manas), kecerdasan (buddhi) .dan kesadaran murni (atman) yang dapat berfungsi sebagai
sarana untuk memecahkan berbagai masalah tentang bagaimana manusia hidup  dan
berbuat baik (saputra). Kitab sarasamuscaya menyebutkan sebagai berikut : "manusah
sarvabhutesu varttate vaiu saubhasuhe,asubhasue  samasvitam subhesveva vakyaret. Ri
sakiwang srwa bhuta,ikingjanma wwang juga wenang gumayana kening subha –
subhakarma  iking janma, kuneng  akena ring subhakarna juga ikang asubha karma
phalaning dadi wwang" (sarasamuscaya, 2)
Artinya :
Dari sedemikian banyaknya semua mahkluk yang hidup , yang di lahirkan sebagai manusia
itu saja yang dapat berbuat perbuatan yang baik –buruk itu adapun untuk peleburan perbuatan
buruk ke dalam perbuatan yang baik juga manfaatnya menjadi manusia .
Demikianlah manfaat hidup menjadi manusia sebagai di sebutkan dalam kitab suci
Weda. Manusia hendaknya selalu mengupayakan prilaku yang baik dengan sesamanya
memperlakukan orang dengan baik sesungguhnya adalah sama dengan memperlakukan diri
sendiri dengan baik juga (tatwam asi)  prilaku seperti itu patut di upayakan harus di lestarikan
dalam setiap tindakan kita sebagai manusia setiap induvidu hendaknya berfikir dan bersifat
professional menurut guna dan karma . inilah cermin dari sosok orang yg telah mengamalkan
ajaran catur warna. Maka dari itu susila termasuk dalam kerangka dasar dalam ajaran agama
hindu serta langsung sebagai prinsip – prinsip dasar dalam beretika di ajaran agama hindu
yang nantinya di pecah lagi atau dikaji mendalam yang sifatnya mengkhusus.

1.6 Mendeskripsikan esensi dan urgensi ajaran susila Hindu dalam


membangun moralitas Manusia Hindu.
Kita semua mengetahui bahwa masyarakat Hindu adalah masyarakat yang religius,
taat, dan patuh terhadap nilai-nilai adat dan tradisi. Kedua faktor tersebut telah mampu

9
mempertahankan nilai-nilai sosial budaya yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan
mekanisme masyarakat dan perkembangan zaman. Hal ini telah mampu menjadikan
lingkungan dalam kondisi yang aman dan kondusif dalam kehidupan masyarakat. Kondisi
tersebut menjadi berubah manakala proses interaksi berbagai kepentingan dalam era
modernisasi dan globalisasi dewasa ini, yang dapat memunculkan benturan maupun gesekan,
yang mengarah pada gejolak sosial maupun konflik sosial. Tat Twam Asi adalah merupakan
ajaran sosial tanpa batas, saya adalah kamu dan sebaliknya kamu adalah saya dan segala
makhluk adalah sama sehingga menolong orang lain berarti menolong diri sendiri. Kamu dan
aku adalah bersaudara, antara saya dan kamu sesungguhnya adalah bersaudara, hakikat atman
yang menjadikan hidup antara saya dan kamu berasal dari satu sumber yaitu Tuhan. Atman
yang menghidupkan tubuh makhluk hidup adalah merupakan percikan terkecil dari Tuhan,
kita sama-sama makhluk ciptaan Tuhan. Ajaran Tat Twam Asi mengajak setiap orang
penganut agama untuk turut merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain. Tat Twam Asi
merupakan kata kunci untuk dapat membina agar terjalin hubungan yang serasi atas dasar
saling asah, asih, dan asuh diantara sesama makhluk hidup.
“Orang arif bijaksana melihat semuanya sama, baik kepada Brahmana budiman yang
rendah hati, maupun terhadap makhluk hidup lainnya, orang yang hina papa
sekalipun, walaupun perbuatan jahat yang dilakukan orang lain terhadap dirimu,
perbuatan orang sadhu hendaknya sebagai balasannnya, janganlah sekali-sekali
membalas dengan perbuatan jahat, sebab orang yang berhasrat kejahatan itu pada
hakikatnya akan menghancurkan dirinya sendiri” (Sarasamuccaya 317).
Secara esensial Susila merupakan ajaran pengendalian diri dalam pergaulan hidup.
Manusia sebagai makhluk sosial, ia tidak hidup sendirian, ia selalu bersama–sama dengan
orang lain. Manusia hanya dapat hidup bersama-sama dengan orang lain.

10

Anda mungkin juga menyukai