Anda di halaman 1dari 11

AJARAN CATUR GURU DALAM AJARAN GURU SUSRUSA DI PANCA NYAMA

BRATA

Oleh :

Nama : I Gusti Ngurah Opaldi Partha Dwipayana


No Absen : 38
Kelas : IX D
Mata Pelajaran : Agama Hindu dan Budi Pekerti
Semester : 2

SMP Negeri 9 Denpasar


Tahun Ajaran 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat Beliaulah, saya
selaku penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “AJARAN GURU SUSRUSA DALAM PANCA
YAMA BRATA”

Judul ini dilatar belakangi karena tugas yang diberikan oleh bapak guru agama hindu saya, dan juga sebagai
media pembelajaran untuk mendalami materi yang akan kami bahas dikemudian hari.

Terma kasih kami ucapkan kepada bapak guru yang telah banyak memberikan arahannya. Saya selaku
penulis sadar bahwa masih ada kekurangan dalam makalah ini. Kritik dan saran sangat saya harapkan dari
bapak guru untuk kesempurnaan penyusunan makalah ini.

Denpasar, 22 Januari 2019

Penulis

i
11
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................... 1
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

2.1 Pengertian Catur Guru ............................................................................. 3

2.2 Bagian Bagian Catur Guru ..................................................................... 4

2.3 Kaitannya Dengan Guru Susrusa ........................................................... 5

BAB III PENUTUP ................................................................................................ 7

3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 7

3.2 Saran ........................................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Inti ajaran Agama Hindu terdiri dari tiga bahan yang disebut dengan Tri Kerangka Agama Hindu. Tri
Kerangka Agama Hindu terdiri dari Tattwa (filsafat), Susila (Etika) dan Upacara (ritual). Ketiga aspek ini
merupakan satu jalinan yang sangat erat hubungannya, dan satu dengan yang lainnya saling isi mengisi. Jika
diibaratkan seperti sebutir telur, Upacara adalah kulit telur, Susila adalah putih telur, dan Tattwa adalah kuning
telur. Bila salah satu bagian ini tidak ada atau rusak maka telur tersebut atau rusak. Begitu juga
pengetahuan/Tattwa yang tinggi jika tidak diimbangi oleh etika yang memadai maka hidup ini tidak akan
harmonis. Manusia merupakan makhluk social yang tidak bisa hidup sendiri, selalu ketergantungan satu
dengan yang lainnya.

Panca Nyama Brata adalah lima macam pengendalian diri dalam tingkat mental untuk mencapai
kesempurnaan dan kesucian bathin, adapun bagian bagian dari Panca Nyama Bratha ini adalah Akrodha yang
artinya tidak marah; Guru Susrusa artinya hormat, taat dan tekun melaksanakan ajaran dan nasihat-nasihat
guru; Sauca artinya kesucian lahir bathin.Aharagahawa artinya pengaturan makan dan minum; Apramada
artinya taat tanpa ketakaburan melakukan kewajiban dan mengamalkan ajaran-ajaran suci. Di bab selanjutnya
kami akan bahas lebih mendalam apa itu Catur Guru di dalam ajaran Guru Susrusa.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Catur Guru ?


2. Apa saja bagian bagian dari Catur Guru ?
3. Kaitannya dengan Guru Susrusa ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa pengertian dari Catur Guru


2. Untuk mengetahui bagian-bagian dari Catur Guru
3. Untuk mengetahui keteraitannya dengan Guru Susrusa

1
1.4 Manfaat Penulisan

1. Agar dapat memahami apa pengertian daripada Catur Guru


2. Agar dapat memahami bagian-bagian daripada Catur Guru
3. Agar dapat memahami kaitannya dengan Guru Susrusa

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Catur Guru

Istilah guru dalam bahasa Indonesia berasal dari kosa kata Sanskerta yang artinya: berat, besar, kuat, luas,
panjang, penting, sulit, jalan yang sulit, mulia, terhormat, tersayang, agung,sangat kuasa,orang tua (bapak-
ibu) dan yang memberikan pendidikan (Apte,1978: 409). Istilah lainnya adalah Àcàrya, Adhyàpaka,
Upàdhyàya dan Siva. Kosa kata yang terakhir ini artinya adalah: yang memberikan keberuntungan atau
kerahayuan, oleh karena itu di Bali para panditapun disebut Siva oleh para Sisyanya.Dalam pengertian yang
lebih luas, guru adalah yang mendidik pribadi, yang mencurahkan ilmu pengetahuan sucinya dan yang
membebaskan siswanya dari lembah penderitaan serta yang membimbing untuk mencapai Moksa sebagai
tersebut pada Gurustotra 1, yang saya kutipkan pada manggala tulisan ini.
Pengertian tentang guru, terutama penghormatan yang patut diberikan kepada ibu-bapa dan guru yang
mendidik secara terinci dijelaskan dalam lontar Pañcaúikûa sebagai berikut :

"Guru ngaranya, wwang awreddha, tapowreddha,


jñànawreddha.Wwang awreddha ng.sang matuha
matuha ring wayah, kadyangganing bapa, ibu.
Pengajian, nguniweh sang sumangàskàra rikita.
Tapowreddha ng. sang matuha ring brata, Jñàna-
wreddha ng. sang matuha rting aji" .

Artinya:
(Yang disebut guru adalah orang yang sudah Awreddha, Tapo-wreddha, Jñànawreddha. Orang Awreddha
adalah orang yang sudah lanjut usianya seperti bapa, ibu, orang yang mendidik (mengajar/Pengajian), lebih-
lebih orang yang mentasbihkan (mensucikan/sumangàskàra) engkau.Tapowreddha disebut bagi orang matang
di dalam pelaksanaan brata.Jñànawreddha adalah orang yang ahli di dalam ilmu pengetahuan (spiritual).

Demikian sepintas tentang pengertian guru, selanjutnya bila kita meninjau tentang jenis-jenis yang disebut
guru atau yang berfungsi sebagai guru, maka sebagai guru tertinggi dari alam semesta ini tidak lain adalah
Tuhan Yang Maha Esa yang disebut Guru Param Brahma atau Parameûþiguru sebagai dinyatakan dalam
Gurupùjà 2, berikut:

3
“Oý Gurur Brahma Gurur Viûóu Gurur deva Maheúvara, Gurur sàkûat Param Brahma tasmai Úrì gurave
namaá.”

Artinya:
(Om Hyang Widhi, Engkau adalah Brahma, Viûóu dan Maheúvara, sebagai guru agung, pencipta, pemelihara
pelebur alam semesta. Engkau adalah Guru Tertinggi, Param Brahma, kepada-Mu aku memuja)
Untuk mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan dalam masyarakat Hindu tidak terlepas dari
disiplin dalam setiap tingkah laku kita sehari- hari lebih- lebih terhadap Catur Guru. Jadi Catur Guru artinya
empat tugas berat yang harus dipikul atau diemban untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan kepada para sisyanya atau muridnya.

2.2 Bagian-bagian Catur Guru

 Guru Swadhyaya

Guru Swadhyaya adalah Tuhan Yang Maha Esa. Beliau adalah pencipta alam semesta beserta isinya,
kemudian memelihara, melindungi dan akhirnya melebur atau mengembalikan kepada bentuk asalnya.
Beliau disebut guru sejati atau guru dari segala guru di alam semesta ini, karena beliau bersifat Maha Tahu,
Maha Kuasa, dan Maha Sakti. Tidak ada yang beliau yang tidak kuasai dan tidak diketahui. Beliau Maha
Pencipta, Maha Pemelihara dan Maha Pemralina (Utpetti, Sthiti,dan Pralina ). Secara umum manusia
memiliki tiga macam hutang (Tri Rna) dan ini dibayar dengan melaksanakan Panca Yadnya,yaitu lima
macam Yadnya.

 Guru Wisesa

Wisesa dalam bahasa Sanskerta berarti purusa/ Sangkapurusan yaitu pihak penguasa yang dimaksud
adalah Pemerintah. Pemerintah adalah guru dan masyarakat umum yang berkewajiban untuk
mencerdaskan kehidupan Bangsa dan memberikan kesejahteraan material dan spiritual. Guru Wisesa
adalah hormat kepada pemerintah. Berbakti kepada pemerintah, disamping taat pada peraturan-peraturan
dan kebijaksanaannya juga ikut menyumbangkan pemikiran-pemikiran atau apa saja yang baik untuk
mensukseskan tujuan pemerintah.

4
 Guru Rupaka

Orang yang melahirkan (orang tua), tanpa orang tua kita tak akan ada oleh karena itu betapa besarnya jasa-
jasa orang tua dalam membimbing putra- putranya untuk melahirkan putra yang baik (suputra). Dalam
kitab Sarasamuscaya 242 disebutkan ada tiga hutang yang kita miliki terhadap Guru Rupaka, yaitu :

1. Sarira Krt artinya yang mengadakan tubuh


2. Pranadata artinya yang memberi hidup
3. Annadata artinya yang memberi makan serta mengasuhnya

Oleh karena seorang anak wajib berbakti kepada orangtua. Kitab Sarasamuscaya, 250 menyebutkan, orang
yang berbakti terhadap orang tuanya akan mendapatkan empat pahala, yaitu :

1. Kirti artinya pujian tentang kebaikan


2. Ayusa artinya hal hidup (panjang umur)
3. Bala artinya kekuatan
4. Yasa artinya peninggalan yang baik (jasa)

 Guru Pengajian

Guru Pengajian adalah guru yang memberikan pendidikan dan pengajaran kepada kita di sekolah. Guru di
sekolah memberikan pengetahuan kepada murid-muridnya, sehingga murid menjadi pandai dan terhindar
dari kebodohan. Dengan hilangnya kebodohan berarti hilangnya penderitaan. Oleh karena itu murid-murid
harus menghargai dan menghormati gurunya. Jika seorang siswa tidak mampu menjaga sikap yang baik
terhadap gurunya akan berpengaruh buruk bagi siswa itu sendiri, yaitu menyebabkan kemuliaannya akan
pudar, dan bahkan akan mendatangkan bencana bagi dirinya seperti berusia pendek.

2.3 Kaitannya dengan Guru Susrusa

Guru Susrusa merupakan bagian dari Panca Nyamabrata, yaitu lima macam pengendalian diri untuk
mencapai kesempurnaan dan kesucian batin berupa Dharma dan Moksa. Arti dari Guru Susrusa adalah
mendengarkan atau menaruh perhatian terhadap ajaran-ajaran dan nasehat-nasehat Guru. Guru Susrusa itu
memiliki hubungan erat dengan Gurubhakti (sujud bakti terhadap Guru) dan Asewakaguru (mengabdi kepada
Guru), dan semuanya termasuk kedalam masa menuntut ilmu atau yang lebih sering disebut dengan
Brahmacari atau aguron-guron.

5
Didalam Bhagawata Purana terdapat istilah Guru Susrusa yang berarti mendengarkan atau memperhatikan
ucapan-ucapan Guru, sebagai suatu bagian dari Dharma, himpunan dari semua kebajikan dan kewajiban suci
sebagai sifat mengampuni (Ksama), jujur (Satya), kuat mengekang pikiran (Dama), murni lahir batin (Sausa),
bersedekah (Dana), kuat mengendalikan Panca Indra (Indriya Samsaya), tidak menyakiti atau membunuh
(Ahimsa), dan mendengar atau memperhatikan ucapan-ucapan Guru (Guru Susrusa), murah hati (Daya) dan
lurus hati (Arjawa). Didalam penjelasan mengenai Guru Susrusa itu, Panca Siksa menyebutkan sebagai
berikut:

Gurucucrusa, bhakti ting guru, guru

Ngaranya, wang awreddha, tapowreddha,

Jnanawreddha. Wang awreddha . ng. sang

matuha ring wayah, kadyanganing bapa, ibu,

pangjyan, nguniweh sang sumangaskara

rikita, tapowreddha .ng. sang matuha ring

brata. Jnanawreddha .ng. sang matuha ring aji.

Artinya :

Guru Susrusa berarti sujud bakti terhadap Guru. Guru namanya orang yang sudah Awerddha , Tapowreddha
dan Jnanawreddha. Orang Awreddha namanya orang yang lanjut usinya sebagai Bapa, Ibu, orang yang
mengajar (Pangjyan) terlebih orang yang mentasbihkan (Sumangas Kara) kamu. Tapowreddha sebutanya
orang yang lanjut (tua dan matang) didalam brata. Jnanawreddha namanya orang yang lanjut (tua dan matang)
didalam ilmu pengetahuan.

Demikianlah penjelasan Panca Siksa, yang menyebutkan bahwa Guru Susrusa itu sama maknanya dengan
Gurubhakti. Adapun yang disebut Guru Susrusa didalam Silakrama yang merupakan bagian dari Niyamabrata,
adalah selalu berada dekat Guru, karena keras keinginan atau kemauanya utuk mendapatkan pelajaran
mengenai peraturan hidup seorang Wiku, hendaknya tidak tersandung rintangan, karena bila seorang Wiku
kurang mendapat ajaran dan nasehat (Warawarah) dari Gurunya, tidak akan semua pengetahuan akan
dilaksanakannya.

Terlebih didalam Panca Sila dan Dasa Dharma sebagai jalan untuk mencapai kebahagiaan (Abhyudaya) dan
kebebasan hidup dari ikatan duniawi dan kebahagiaan yang langgeng (Nissreyasa) .

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam Agama Hindu, Catur Guru adalah empat guru yang harus kita hormati dalam kehidupan kita di
muka bumi ini, ada empat guru yang harus kita hormati,yaitu Guru Swadhyaya, Guru Rupaka, Guru
Pengajian, dan Guru Wisesa. Guru Swadhyaya adalah Sang Hyang Widhi atau tuhan itu sendiri, Guru
Swadhyaya adalah guru dari segala guru, Maha Tahu dan Maha Sakti. Guru Rupaka adalah kedua orang
tua kita, kita lahir memiliki 3 hutang terhadap Guru Rupaka, yaitu Sarira krt yang artinya mengadakan
tubuh atau menciptakan tubuh kita ini, Pranadata yang artinya memberikan hidup, dan Annadata yang
artinya yang memberi makan serta mengasuh kita. Guru Pengajian adalah guru di sekolah kita, guru yang
selama ini memberikan pengetahuannya kepada kita, sudah sepatutnya kita harus berterima kasih kepada
mereka yang telah memberikan ilmunya kepada kita, sudah sepatutnya kita hormat kepadanya sebagai
bentuk rasa terima kasih atas bimbingannya selama ini, yang terakhir adalah Guru Wisesa, atau
pemerintah. Kita harus menghormati pemerintah dengan cara menaati peraturan-peraturannya dan selalu
patuh kepada peraturan-peraturannya. Intinya, kita semua wajib berterima kasih dan memberikan rasa
hormat kepada Catur Guru yang selama ini telah memberikan hidup, membimbing kita, dan memberikan
berbagai fasilitas fasilitas yang bisa kita gunakan dalam kehidupan sehari hari.

3.2 Saran
Menurut saya. Salah satu cara untuk berbakti kepada Catur Guru adalah menghormatinya dan menaati
semua perkataan dan arahan yang diminta, jauhilah larangan-Nya dan patuhilah kehendak-Nya.
Menghargai Catur Guru, terutama orang tua yang telah melahirkan kita ( ibu ) dan membesarkan kita,
hargailah setiap perjuangan dan perkataannya, dengarkan nasehat dan wejangannya.

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details
dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunga
dapat di pertanggung jawabkan.Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk bagian terakhir dari
makalah adalah daftar pustaka.

7
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.seocontoh.web.id/2016/01/contoh-kesimpulan-dan-saran-makalah.html
 https://contohmakalahdocx.blogspot.com/2015/02/contoh-susunan-makalah-lengkap-yang-baik-dan-
benar.html
 http://umatsedharma.blogspot.com/2009/11/catur-guru.html
 https://www.bing.com/search?q=guru+swadhyaya&form=EDNTHT&mkt=id-
id&httpsmsn=1&refig=f4ccc83ed64b40a0c2d250958bef46cb&PC=DCTE&sp=-
1&pq=guru+swadhyay&sc=0-13&qs=n&sk=&cvid=f4ccc83ed64b40a0c2d250958bef46cb
 Buku LKS Agama Hindu dan Budi Pekerti Widya Paramitha ( Buku LKS Pak Wijaya )

Anda mungkin juga menyukai