Anda di halaman 1dari 29

AGAMA HINDU

RINGKASAN MATERI KULIAH (RMK)

Disusun oleh
1. Kadek Cintya Putri Anggreni (2107521066)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas ringkasan mata kuliah Agama Hindu dengan
ini dengan baik dan tepat pada waktunya.  

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen yang telah
membimbing kami dalam mata kuliah ini. Penulis menyadari bahwa penulisan ringkasan
mata kuliah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
adanya saran dan kritik yang membangun, sehingga penulis dapat menjadi lebih baik di masa
yang akan datang. 

     Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan, penulis berharap materi dalam
ringkasan mata kuliah ini dapat menambah wawasan serta memberi manfaat bagi pembaca. 

Denpasar, 3 April 2022

Tim Penulis 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah yang dibahas...........................................................................4
C. Tujuan Ringkasan ..................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
A. Konsep Ketuhanan dalam Agama Hindu.............................................................5
B. Hakekat Agama Hindu (Wejangan Sri Krishna).................................................7
C. Peranan Agama Hindu dalam Masyarakat..........................................................9
D. Pendidikan Agama Hindu....................................................................................18
E. SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA HINDU...........................................20
BAB III....................................................................................................................................28
PENUTUP...............................................................................................................................28
A. Kesimpulan............................................................................................................28
B. Saran.......................................................................................................................29
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Hindu merupakan ajaran agama yang perlu diikuti oleh semua umat Hindu,
terutama ajaran Hindu perlu ditanamkan dalam jiwa masing-masing umat Hindu untuk
selalu berbuat kebenaran dan keadilan yang merupakan bagian dari dew aitu sendiri.
Ajaran Agama Hindu perlu diterpakan terutama sejak kecil, pada system pendidikan di
Indonesia yang memberikan ajaran agama Hindu bagi anak sekolahan maupun mahasiswa
pada setiap jenjang Pendidikan. Jenjang sarjana juga perlu menanamkan ajaran Agama
kepada mahasiswanya agar senantiasa tetap berjalan pada ilmu pengetahuan yang sejalan
dengan ajaran Agama. Seperti yang kita tahu bahwa mahasiswa adalah murid dengan
tingkat paling tinggi, jangan sampai moral dan perilaku mahasiswa tidak benar atau tidak
sesuai dengan kebenaran dan keadilan. Maka dari itu agama Hindu di Perguruan Tinggi
sangat penting. Setiap ajaran yang diberikan merupakan teori yang harus diterapkan oleh
masing-masing mahasiswa untuk menempuh Pendidikan dengan tetap berjalan ke arah
yang benar. Itu mengapa saya membut Ringkasan Mata Kuliah Agama Hindu untuk tetap
mengingat ajaran agama Hindu dan mengimplementasikannya ke dalam kehidupan diri
sendiri, keluarga, masyarakat dan berbangsa.
B. Rumusan Masalah yang dibahas
1. Bagaimana Konsep Ketuhanan dalam Hindu?
2. Bagaimana Hakekat manusia dalam Agama Hindu?
3. Apa Peranan Agama Hindu dalam masyarakat?
4. Apa tujuan Pendidikan Agama Hindu?
5. Bagaimana sejarah agama Hindu?
C. Tujuan Ringkasan
1. Mengetahui bagaimana Konsep Ketuhanan dalam Hindu
2. Mengetahui bagaimana Hakekat manusia dalam agama Hindu
3. Mengetahui perananan agama hindu dalam masyarakat
4. Mengetahui apa tujuan Pendidikan Agama Hindu
5. Mengetahui bagaimana sejarah agama Hindu?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Ketuhanan dalam Agama Hindu


Dalam ajaran agama Hindu, tidak ada pandangan bahwa Tuhan itu berbeda, antara
yang dipuja umat agama yang satu dan lainnya. Konsep dasar memahami Ketuhanan
dalam agama Hindu adalah, bahwa Tuhan itu satu dan dipuja dengan berbagai cara dan
jalan berdasarkan etika. Sastra Veda
Upanisad IV.2.1. menyebutkan: Ekam Ewa Adwityam Brahman (Tuhan itu hanya
satu, tidak ada duanya). Sementara dalam Narayana Upanisad ditegaskan: Eko Narayana
Nadwityo Astikacit (Hanya satu Tuhan, sama sekali tidak ada duanya). Kitab suci Weda:
Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadanti (Hanya satu Tuhan, namun orang bijaksana
menyebut-Nya dengan banyak nama).
Hindu memuja banyak dewa sehingga sering disebut politheisme, padahal sangat
perlu dipahami bahwa pada sejumlah sloka dan mantra secara jelas disebutkan bahwa
Tuhan hanya satu tidak ada duanya, Tuhan disebut Indra, Mitra, Baruna, dan banyak lagi
sebutan lainnya yang diberikan oleh orang bijaksana. Jadi bukan Tuhannya yang  banyak 
tetapi sebutan/gelarnya yang beragam. Nah, Tuhan dalam paham Hindu adalah maha ada,
maha tak terbatas. Artinya Dia ada di mana-mana, keberadaan manusia, pohon-pohon,
batu-batuan dan lain-lain, tidak dapat membatasi atas menghalangi keberadaan Tuhan.
Paham ketuhanan Hindu ini dalam istilah filsafat Barat disebut Pantheisme. Pan
artinya semuanya, Theis artinya Tuhan. Jadi Pantheisme artinya Tuhan yang  satu  itu 
adalah semuanya. Satu menjadi banyak. Dalam Chandogya Upanisad  dinyatakan
“Sarwam  khalv idam brahma…”,artinya semua yang ada sesungguhnya adalah
Brahman. Brahman adalah berada di luar juga di dalam alam semesta dan pada semua
mahluk. Pantheisme adalah kepercayaan bahwa Tuhan itu satu tapi tidak dapat
digambarkan bentuknya. Dan dia meliputi seluruh ciptaannya. Seperti satu sendok garam
dalam segelas air. Garam  tidak  kelihatan  karena larut dalam air. Tapi seluruh air dalam
gelas itu  akan terasa  garam.  Di dalam  Hindu hal ini berhubungan dengan filsafat Wyapi
Wyapaka Niwikara, Tat Twam Asi, atau pun Aham Brahman Asmi.
Selain Tuhan (Brahman) dalam Hindu juga dikenal manifestasi Tuhan seperti
Dewa/Dewi, Bhatara, dan Pitara. Kata Dewa itu  sendiri berasal dari bahasa Sanskerta 
Div  yang artinya sinar. Sesuai dengan artinya, fungsi Dewa adalah untuk menyinari,
menerangi alam semesta agar selalu terang dan terlindungi. Arti lainnya adalah “yang
memberi”. Orang terpelajar yang memberikan ilmu pengetahuan kepada sesama manusia 
adalah  Dewa (Vidvamso hi devah). Matahari, bulan dan bintang-bintang di langit adalah
para Dewa karena mereka memberi cahaya kepada semua ciptaan. Ayah dan ibu dan
pembimbing  spiritual  adalah juga para Dewa. Bahkan seorang tamu juga adalah Dewa.
Jika diandaikan matahari adalah Tuhan sinarnya yang tak terhitung jumlahnya  itu  adalah
para  Dewa.  Jadi para Dewa itu sebenarnya adalah nama-nama Tuhan di dalam fungsinya
yang terbatas. Misalnya Brahma adalah nama Tuhan dalam fungsinya sebagai pencipta.
Wisnu adalah nama Tuhan dalam fungsinya sebagai pemelihara. Dan Siwa adalah nama
Tuhan dalam fungsinya sebaga pemralina. Dapat dikatakan bahwa Dewa adalah
manifestasi  yang  mengemban  misi- misi/tugas tertentu.
Selanjutnya, Bhatara berasal dari kata bhatr berarti kekuatan Sang Hyang Widhi
yang berfungsi sebagai pelindung umat manusia dan dunia dengan segala isinya. Pitara
(Dewa Hyang) adalah atman leluhur yang telah mencapai alam Swah  Loka. Karena Sang
Hyang Atma yang sudah mencapai tingkatan  Dewa  Pitara  diyakini  hamper setara
dengan Dewa sehingga umat Hindu wajib melakukan penghormatan kepada Pitara.
Tuhan dan segala manifestasi-Nya (Dewa/Dewi) sering diwujudkan dalam bentuk 
patung, gambar, atau simbol-simbol lainnya. Para  bijak mengatakan  bahwa  pikiran
manusia itu terbatas sedangkan Tuhan itu tidak terbatas. Nah, untuk  memahami  yang 
tak  terbatas maka Tuhan diberikan batasan. Misalnya diberi nama, diwujudkan dalam
patung, diwujudkan dalam bentuk huruf atau simbol lainnya. Hal itu tidaklah salah. 
Kecintaan terhadap  Tuhan akan membuat para pemujaNya selalu ingin dekat dengan
Tuhan. Hal itu kemudian berusaha diungkapkan dan diekspresikan dengan membuat
simbol-simbol personifikasi Tuhan. Proses meng-orang-kan atau mem-benda-kan Tuhan
itu kemudian menghasilkan  suatu  bentuk-  bentuk penggambaran kebesaran-kebesaran
Tuhan dengan berbagai manifestasi. Mulai dari bangunan batu yang megah (candi),
patung dewi yang cantik, dewa yang  gagah,  hingga  patung kombinasi berbagai macam
hewan, dan sebagainya.
Inilah yang akhirnya membuat umat Hindu sering terlihat seolah-olah memuja batu
atau pun patung. Yangg sebenarnya ini hanyalah symbol simbol  yang  membuat  mereka 
merasa  lebih dekat dan merasa lebih fokus untuk memuja Tuhan.
Ajaran Ketuhanan  (Theology)  dalam  agama  Hindu  disebut Brahma  Widyā.  
Dalam   Brahma Widyā dibahas tentang Tuhan Yang Maha Esa, ciptaan-Nya, termasuk
manusia dan alam semesta. Sumber ajaran Brahma Widyā ini adalah kitab suci Veda.
Sesungguhnya dalam mengetahui Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu itu ada
tiga tahapan yaitu Agama Pramana, Anumana Pramana, Pratyaksa Pramana. Ini
merupakan tingkatan  dalam mengetahui Tuhan dengan menggunakan Filsafat atau
Tattwa.
Hindu Di Nusantara
Hindu Nusantara adalah Hindu yang dilaksanakan dalam kemasan budaya nusantara
tanpa menghilangkan esensi maupun keyakinan dasarnya yaitu Panca Sradha dan nilai
nilai universal yang dikandungnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa ajaran Agama
Hindu bukanlah sekumpulan pengetahuan yang bersifat akidah-akidah
dogmatik/doktrin yang kaku, apabila melihat atau menilai segala sesuatu maka
ukurannya berkisar hitam putih, benar dan salah. Hindu bukanlah seperti itu, ajarannya
lebih sebagai kaidah-kaidah yang kaya akan nilai-nilai spiritual dan bersifat universal,
seperti satyam (kebenaran/kejujuran), dharma (kebajikan), santhi (kedamaian), prema
(cinta kasih) dan ahimsa (tanpa kekerasan).
Di samping itu, Hindu juga melihat bahwa keanekaragaman itu adalah anugerah
yang berasal dari Sang Pencipta. Berbeda karena pilihan merupakan kemerdekaan
hakiki setiap orang. Konsep Hindu sangat menjunjung tinggi dan memberi
penghormatan terhadap kemerdekaan/kebebasan itu.
Hal ini ada dalam Wahyu Tuhan sebagaimana tertulis dalam Rg.Veda I.80.1:
"Arcan anu svarajyam” (Selalulah memberi penghormatan kepada kemerdekaan).
Sangat jelas bahwa Hindu memberi tempat yang sangat terhormat bagi semua kearifan
lokal (lokal genius) dengan segala bentuk dan wujud keanekaragamannya.
Manusia tidak bisa membatasi kebebasan dan kemerdekaan seseorang dalam
mengekspresikan bhakti maupun cinta kasihnya kepada Sang Pencipta. Tuhan itu Maha
Adil. Tuhan memberi kesempatan yang sama kepada semua manusia untuk
memperoleh kemuliaan dan kesempurnaan walaupun dengan cara dan jalan yang
berbeda-beda.
Moderasi beragama berarti memberi ruang-ruang bagi segala bentuk perbedaan
dalam upaya manusia untuk berbhakti, menyembah, memuliakan dan melayani sebagai
wujud ibadah dengan tujuan  mendekati Sang Pemilik Kehidupan. Dengan demikian,
moderasi beragama juga berarti mengajak semua orang agar memiliki dan
mempraktikkan toleransi demi terwujudnya kerukunan beragama.
Hindu Nusantara yang pada hakikatnya bahwa praktik-praktik ritual Agama Hindu
bisa dilaksanakan dengan budaya yang ada di Indonesia seperti Jawa, Bali Sunda,
Batak, Dayak dan lainnya. Tentu hal ini sejalan dengan nilai-nilai universal yang
dikandungnya. Dengan demikian maka akan menimbulkan penguatan budaya oleh
agama dan pengayaan agama oleh budaya.
Terkait dengan hal ini, mari kita baca  Bhagawadgita Bab IV, 11, yaitu: “Ye yatha
mam prapadyante. Tams tathai va bhajamy aham. Mama vartama nuvartante.
Manusyah partha savasah”
(Dengan jalan manapun orang-orang mendekati-Ku dan dengan jalan itu juga Aku
memenuhi keinginan mereka. Melalui banyak jalan manusia mengikuti jalanKu, Oh
Partha)
Dengan demikian, jelas sekali bahwa ajaran Agama Hindu yang memiliki karakter
universal bisa memberi banyak pilihan untuk memperoleh waranugraha atau cinta
kasih-Nya kepada siapapun yang mendekati Tuhan dengan penyerahan dirinya melalui
jalan bhakti menurut cara-caranya sendiri.
KERAGAMAN BUDAYA ( LOCAL GENIUS )
Hindu juga melihat bahwa keanekaragaman itu adalah anugerah yang berasal dari
Sang Pencipta. Berbeda karena pilihan merupakan kemerdekaan hakiki setiap orang.
Konsep Hindu sangat menjunjung tinggi dan memberi penghormatan terhadap
kemerdekaan/kebebasan itu.

B. Hakekat Agama Hindu (Wejangan Sri Krishna)


1. Rahasia kehidupan. Memahami rahasia kehidupan berarti memahami penciptaan itu
sendiri. Apakah keangkuhan atau pengorbanan, yang perlu dipahami. Bagaimana
semuanya diciptakan, hewan, tumbuhan, manusia dari unsur apa mereka terbentuk,
bagaimana cara mereka bertahan, bagaimana mereka mati dan apa yang terjadi setelah
mereka mati. Bagaimana rahasia kehidupan tersebut.
2. Panca Maha Butha
Panca Maha Butha adalah lima unsur yang membentuk Bhuana Agung dan
Bhuana Alit yang terdiri dari tanah, udara, air, api dan ruang. Bahwa alam semesta
dan badan manusia tercipta dari Panca Maha Butha. Semuanya terdiri dari kelima hal
ini, baik orang pintar ataupun orang biasa. Maka dari itu semuanya sama, yang
membedakan adalah sifat dan tingkah laku serta amalnya lah yang membedakan
manusia tersebut.
3. 3 Sifat dan tingkah laku serta amal Manusia disebut Tri Guna yang terdiri dari Tamas,
Rajas dan Sattwam.
- Tamas yang artinya kebodohan serta menghabiskan hidup tidak memikirkan baik
dan buruk, tamas yang berhubungan dengan kebodohan
- Rajas yang dimaksud adalah seseorang berilmu namun tertarik juga pada nafsu
tubuh dan pikiran, rajas ini adalah perpaduan antara kebodohan dan kebaikan
yaitu nafsu.
- Sattwam yang artinya kebaikan, sesorang selalu memikirkan kebaikan dan
keadilan serta tradisi sebelum melakukan sesuatu.
Contoh :

- Duryodhana : mengetahui keadilan tapi tidak pernah berbuat adil, hidupnya


angkuh menjadikannya bodoh, sedikit nafsu dan tidak punya kebaikan
- Dursasana : taat akan perintah namun tidak melihat kebaikan makanya ia memiliki
kebodohan
- Guru Drona : memiliki pengetahuan dan keangkuhan namun pengetahuan
mebebaskannya namun keangkuhan tidak bisa membuatnya mencapai kebebasan.
- Bhisma : memiliki keseimbangan antara kebaikan dan kebodohan, tidak memiliki
keangkuhan namun terikat dengan tradisi atau aturannya.

Tujuan dari Tri Guna adalah memahami manusia itu sendiri, manusia bukanlah
gabungan dari Panca Maha Bhuta saja, panca indra, panca penggerak dan juga tri
guna. Manusia juga memerlukan energi yang disebut dengan ‘kehendak’. Gabungan
kehendak dan 23 unsur ini adalah ciptaan. 23 unsur yang dimaksud adalah percikan
terkecil (jiwa). Ketika percikan kecil tersebut bergabung dengan 23 unsur maka
ciptaan itu bisa terjadi. Jiwa menggunakan tubuh, dan mengalami suka dan duka
dengan tubuh itu. Jiwa tidak bisa dihancurkan, namun tubuh bisa. Jiwa tidak bisa
ditembus senjata apapun, dibakar dengan api, dilemahkan oleh air atau dikeringkan
dengan angin, jiwa itu abadi. Tubuh bisa dibunuh namun jiwa tidak bisa dibunuh dan
jiwa ada dimana-mana, tidak berwujud tetap dan kekal. Tubuh bukan yang
membentuk manusia, sesorang yang tidak memiliki tangan, ingatan masih bisa hidup.
Jiwa bukanlah pemikiran, perasaan, dan lain-lain.
Tujuan dari jiwa, ketika ciptaan terpisah, dan ketika manusia dan alam diciptakan.
Maka manusia yang bagian dari dwa menjad jiwa dan berdiam dalam tubuh dan
dikelilingi oleh nafsu dan kegelapan, memahami dirinya adalah bagian dari dewa
adalah sebuha tugas, tujuan dan tekad dari jiwa tersebut. Jiwa yang dikeleilingi oleh
penciptaan, yang menganggap dirinya adalah bagian dari dewa. Sering kali manusia
menganggap tubuhnya adalah segalanya bagi mereka, tubuh berbeda dan dengan jiwa.
Perasa, perasaan dan lain-lain disbut pengalaman dan mereka tidak mau berubah. Jiwa
yang tidak mau berubah, yang tidak mau berubah mengenai kebaikan maka perlu
dihukum. Mereka yang tidak mengalami kebaikan akan mati dan menempati tubuh
baru lagi, sampai mereka tidak memahami jiwa mereka sendiri dan mencamkan
keadilan dalam mereka akan terus lahir.
4. Karma Yoga
Menurut Brahmawidya “mereka yang lahir sudah dipastikan akan mati dan
bagi mereka yang telah mati sudah pasti akan dilahirkan kembali” pengetahuan ini
disebut Samkhya Yoga. Mereka yang mengetahui bahwa mereka bagian dari dewa
jalan itu dinamakan keadilan, Ketika manusia mengetahui ia bagian kecil dari dewa
maka ia akan mendapatkan pencerahan. Tidak ada perbedaan akan ciptaan dan dewa,
mereka yang memahami hal ini tidak akan berbuat kejam pada manusia lain maupun
binatang. Ketika manusia egois, kasar dan kejam akan menjauhkannya dari keadilan
(dewa) itu sendiri. Ketika seseorang yang tidak mau mengetahui pengetahuan, maka
hukumannya adalah belas kasihan baik pada dirinya maupun orang lain.
Berkembangnya ketidakadilan, nafsu dan kebodohan akan menghantarkan dunia
kehancuran. Batas dari keadilan sudah dibuat dan batas dari amal belum dibuat.
Semua amal adalah perbuatan, dan tidak semua perbuatan adalah amal. Amal adalah
perbuatan yang hasilnya dinantikan, Ketika sesorang berbuat amal namun berharap
pada kekayaan, kehormatan maka ia terikat pada hasil perbuatan. Ketika amal
ditunjukan untuk mendapatkan hasil disebut Sakham Karma Yoga. Ketika amal
dibuat tanpa mengharapkan apapun disebut Niskham Karma Yoga. Ini adalah alasan
mereka lahir berulang-ulang.

Kesimpulan dari materi diatas adalah wejangan suci Sri Krishna kepada Arjuna
dihimpun dalam kitab Bhagawad Gita (weda kelima setelah catur weda). Isi dari kitab
Bhagawad Gita adalah wejangan Krishna kepada Arjuna di Kurusetra sebelum dimulain
peperangan, pandawa yang awalnya ragu untuk memulai peperangan dipatahkan oleh
Krisna dengan wejangan-wejangannya tersebut.

C. Peranan Agama Hindu dalam Masyarakat


A. Pengertian Eksistensi
Eksistensi berasal dari kata bahasa latin existere yang artinya muncul, ada, timbul,
memiliki keberadaan actual. Menurut Sjafirah dan Prasanti (2016:3-4), eksistensi di
artikan sebagai keberadaan. Dimana keberadaan yang di maksud adalah adanya
pengaruh atas ada atau tidak adanya kita. Pelaksanaan agama, adat istiadat dan budaya
menyatu, yang satu sama lainnya saling menguatkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa eksistensi adalah hal-hal yang menonjol yang
berbeda dari yang lain dan perlu dilestarikan supaya tetap eksis dalam kebudayaan
Hindu.
B. Agama dan Kebudayaan
Agama dan Kebudayaan adalah dua hal yang sangat berbeda. Agama selalu
dikatakan bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa, Penguasa Alam Semesta beserta
segala isinya, sedangkan kebudayaan adalah produk manusia. Penggabungan
kata agama dan kebudayaan, akan melahirkan agama kebudayaan dan kebudayaan
agama. Agama Hindu dikatakan absolut karena bersumber dari Tuhan dan Weda.
Ilmu agama tidak bisa berubah namun dapat berkembang. Jika terdapat perubahan
maka aka nada permasalahan dalam agama tersebut. Berbeda dengan filsafat, absolut
adalah sifat dari agama.
Agama sebagai pedoman hidup manusia yang diciptakan oleh Tuhan, dalam
menjalani kehidupannya. Sedangkan kebudayaan adalah sebagai kebiasaan tata cara
hidup manusia yang diciptakan oleh manusia itu sendiri dari hasil daya cipta, rasa dan
karsanya yang diberikan oleh Tuhan. Jika agama tidak bisa berubah, maka
kebudayaan dapat berubah. Karena jika sebuah kebudayaan/tradisi dipertahankan bisa
terjadi perdebatan.
C. Adat
Adat adalah lebih tampak pengaturannya dalam bentuk perbuatan lahiriah yaitu
perbuatan yang menampak mengatur bagaimana sebaiknya manusia berbuat dalam
hubungan dengan manusia lain dalam masyarakat agar tercipta suatu kehidupan yang
rukun, kekeluargaan, dan sejahtera. Adat Istiadat bisa berubah seiring dengan
perkembangan zaman. Contoh adat di Bali :
 Upacara Mepandes
 Upacara Melasti
 Upacara Otonan
 Ngaben
D. Tiga Kerangka Dasar
 Tattwa
 Tata Susila
 Upacara
E. Pelaksanaan Bakti dan Karma
Ketiganya saling memberi fungsi atas system agama secara keseluruhan.
Pelaksanaan agama Hindu di Bali melalui jalan Bhakti dan Kharma, sehingga lebih
menekankan pada hal-hal yang bersifat simbolik dan ritus dari pada pengetahuan
dan filsafat agama.
Dalam agama Hindu tidak mengenal konsepsi mengenai:
1. Dosa,
2. surga
3. Neraka

Sosiologis dan Konsep Manusia Hindu


MASALAH DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
a. Menurunnya jiwa nasionalisme, idealisme, dan patriotisme di kalangan mahasiswa
b. Ketidakpastian yang dialami oleh mahasiswa terhadap masa depannya
c. Ketidakseimbangan antara jumlah generasi muda dengan fasilitas Pendidikan yang
tersedia
d. Minimnya lapangan dan kesempatan kerja
e. Gizi yang buruk sehingga menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan
kecerdasan
f. Masih maraknya perkawinan di bawah umur
g. Cacat fisik dan mental
h. Pergaulan bebas yang beresiko pada penyakit menular
i. Penyalahgunaan narkotika
Mahasiswa Hindu sejatinya adalah pribadi berkarakter suputra, yakni berbakti
pada agama dan negara, serta siap untuk menjadi garda depan dalam penyelesasian
berbagai masalah di masyarakat khususnya yang dihadapi masyarakat Hindu.
Ada empat peran penting yang secara hakiki dimiliki oleh mahasiswa
• Peran Moral
Mahasiswa yang dalam kehidupanya tidak dapat memberikan contoh dan
keteladanan yang baik berarti telah meninggalkan amanah dan tanggung jawab
sebagai kaum terpelajar
• Peran Sosial
Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa-jiwa solidaritas sosial. Solidaritas yang
tidak dibatasi oleh sekat sekat kelompok, namun solidaritas sosial yang universal
secara menyeluruh serta dapat melepaskan keangkuhan dan kesombongan
• Peran Akademik
Sesibuk apapun mahasiswa, turun ke jalan, turun ke rakyat dengan aksi
sosialnya,sebanyak apapun agenda aktivitasnya jangan sampai membuat mahasiswa
itu lupa bahwa ia adalah insan akademik
• Peran Politik
Peran politik adalah peran yang paling berbahaya karena disini mahasiswa
berfungsi sebagai preasure group (grup penekan) bagi pemerintah yang tidak
menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik

Mahasiswa mempunyai peran ganda, pertama sebagai kaum


terpelajar yang kedua sebagai anggota dari masyarakat
• Kebiasaan yang sudah dipupuk untuk tidak mau tahu terhadap gejolak-gejolak sosial
di kalangan masyarakat Hindu harus menjadi perhatian para mahasiswa.
• Ketidakpedulian terhadap kondisi umat Hindu di banyak wilayah di Indonesia
ataupun di lingkungan kampus sendiri juga tidak boleh diabaikan begitu saja.
• Diperlukan kepekaan sosial terhadap semua yang terjadi, khususnya menyangkut
kondisi sosial umat.

Filosofis, teologis, dan sosiologis tentang konsep manusia Hindu


 Manusia juga dikatakan sebagai makhluk Tri Pramana karena memiliki tiga
kemampuan utama yaitu berpikir, berkata dan berbuat, yang menyebabkan ia berbeda
dengan makhluk lainnya. Dengan kemampuan berpikir, berkata dan berbuat, manusia
melakukan perbuatan baik dan perbuatan buruk yang disebut subha asubha karma.
• Teologis berasal dari dua kata yaitu theologia yang berarti Tuhan dan logis yang
berarti logika. Atau dapat berarti suatu wacana tentang ketuhanan.
• Dengan mengutamakan perbuatan baik yang disebut subha karma inilah manusia
mampu menolong dirinya sendiri, mengangkat dirinya dari kesengsaraan. Inilah
keistimewaan lahir menjadi manusia di mana tidak dimiliki oleh makhluk lain selain
manusia.
Sebagai seorang siswa harus mampu melaksanakan pengendalian diri baik kedalam
maupun keluar diri seperti:
1. Panca Yama Brata,
Panca Yama Brata berarti lima pengendalian diri yang terdiri dari
a. Ahimsa yang artinya tidak melakukan kekerasan;
b. Brahmacari yang artinya tidak melakukan hubungan kelamin selama masa
menuntut ilmu pengetahuan dan ilmu ketuhanan;
c. Satya yang artinya menepati janji kepada siapapun;
d. Awyawaharika yang artinya melakukan usaha usaha berdasarkan kedamaian dan
ketulusan hati/tidak terikat dg duniawi
e. Asteya yang artinya tidak curang dan tidak mencuri
Dalam Kitab Slokantara disebutkan ada empat macam pembunuhan yang
diperbolehkan
a. Dewa Puja : Persembahan kepada Dewa ( Dewa Yadnya )
b. Pitra Puja : Persembahan kepada Roh leluhur ( Pitra Yadnya )
c. Athiti Puja : Persembahan kepada tamu yang kita hormati
d. Dharma Wighata : kewajiban bagi semua orang membunuh mahluk yang
mengganggu atau memberi penderitaan terhadap umat manusia.
2. Brahmacari dan dapat dibedakan menjadi tiga
a. Sukla Brahmacari : Orang yang tidak pernah kawin sejak kecil sampai ia
meninggal dunia. Tokoh yang melakukan Sukla Brahmacari di dalam
pewayangan, adalah Bhisma dalam Mahabharata, dan Laksmana dalam cerita
Ramayana.
b. Sewala Brahmacari : orang yang kawin beristri atau bersuami hanya sekali dalam
hidupnya dan tidak kawin lagi walaupun istri atau suami meninggal dunia. Tokoh
pewayangan yang melakukan Sewala Brahmacari dalam cerita Ramayana adalah
Sang Rama.
c. Tresna atau Krishna Brahmacari : orang yang kawin lebih dari satu maksimal
empat orang dan tidak boleh kawin lagi. Tokoh pewayangan yang melakukan
Tresna atau Krishna Brahmacari adalah Dewa Siwa yang istrinya empat yaitu
Dhurga, Uma, Gori, dan Parwati.
3. Panca Satya
a. Satya Wacana artinya :  setia pada kata – kata
b. Satya Herdaya artinya :  setia pada kata hati
c. Satya Laksana artinya  :  setia dan bertanggung jawab terhadap perbuatannya.
d. Satya Mitra artinya      :  setia pada teman
e. Satya Semaya artinya   :  setia pada janji.
4. Catur Paramitha
Catur Paramita berarti empat tuntunan hidup yang amat mulia atau kebajikan yang
luhur yaitu terdiri dari:
a. Maitri yang artinya sifat ramah tamah dan ingin bersahabat dengan semua
makhluk;
b. Karuna yang artinya belas kasih sayang yang melimpah terhadap makhluk yang
menderita;
c. Mudita yang artinya senantiasa menghargai dan bersimpati terhadap orang yang
memperoleh kebahagiaan; dan
d. Upeksa yang artinya keseimbangan batin yang selalu menjaga keseimbangan tidak
lupa kepada daratan, serta tidak hanyut dalam kesedihan.
5. Tri Kaya Parisudha.
Tri Kaya Parisudha adalah tiga perbuatan yang baik dan penuh dengan kebajikan
yang terdiri dari:
a. Kayika Parisudha yang artinya perbuatan yang penuh dengan ebajikan;
b. Wacika Parisudha yang artinya ucapan yang baik, benar, jujur, dan
c. Manacika Parisudha yang artinya berpikir yang baik dan suci
6. Panca Yama Bratha dan Panca Nyama Bratha
Panca Yama Bratha adalah lima macam pengendalian diri dalam hubungannya
dengan perbuatan untuk mencapai kesempurnaan rohani dan kesucian batin. Panca
Nyama Bratha adalah lima macam pengendalian diri dalam tingkat mental untuk
mencapai kesempurnaandan kesucian bathin.
Adapun bagian-bagian dari Panca Nyama Bratha ini adalah
a. Akrodha artinya tidak marah.
b. Guru Susrusa artinya hormat, taat dan tekun melaksanakan ajaran dan  nasehat-
nasehat guru.
c. Sauca artinya kebersihan, kemurnian dan kesucian lahir dan bathin.
d. Aharalaghawa pengaturan makan dan minum.
e. Apramada artinya taat tanpa ketakaburan melakukan kewajiban dan mengamalkan
ajaran-ajaran suci.
7. Tri Sarira dan Panca Maha Butha
Manusia memiliki 3 lapisan badan yang disebut Tri Sarira yang terdiri dari
Stula Sarira, Suksma Sarira, dan Anta Karana Sarira.
a. Stula Sarira atau raga manusia dalam konsep Hindu terdiri dari unsur unsur Panca
Maha Bhuta yaitu Pertiwi, Apah, Teja, Bayu, Akasa
b. Suksma Sarira yaitu badan halus yang terdiri 3 unsur yang terdiri dari manas atau
alam pikiran, Buddhi atau kesadaran termasuk di dalamnya intuisi dan Ahamkara
atau keakuan atau ego. Dalam Suksma Sarira terdapat unsur halus dari Panca
Maha Bhuta yang disebut Panca Tan Matra yaitu; Sabda, Sparsa, Rupa, Rasa,
Gandha membentuk berbagai indra (Panca Buddhindriya dan Panca
Karmendriya)..
c. Anta Karana Sarira merupakan unsur rohani yaitu jiwatman sendiri yang sifatnya
sama seperti paramaatman, kekal abadi.
8. Panca tan matra dan panca maha bhuta
Panca tan Matra artinya lima unsur halus pembentuk bhuana agung dan
bhuana alit
Panca Tan Mantra :
- Sabda Tan Mantra ( benih suara )
- Sparsa Tan Mantra ( benih rasa sentuhan )
- Rupa Tan Mantra ( benih penglihatan )
- Rasa Tan Mantra ( benih rasa )
- Gandha Tan Mantra ( benih penciuman )
Panca Maha Bhuta terdiri Panca berarti lima, Maha Bhuta berarti elemen besar
atau elemen utama, kelima elemen ini merupakan penyusun utama makrokosmos atau
semesta material atau bhuana agung dan mikrokosmos atau badan atau bhuana alit
Panca Maha Butha :
-Akasa(unsur ruang hampa )
- Bayu ( unsur udara )
- Teja ( unsur panas )
- Apah ( unsur air/cair )
- Perthiwi ( unsur padat )
9. Tri Loka
Konsep Tribuana/Triloka merupakan simbolisasi satu kesatuan dan
keseimbangan tiga alam antara alam niskala (alam atas), alam sakala niskala (alam
tengah), dan alam sakala (alam bawah) atau dengan kata lain sering disebut Bhur
Loka, Bhuvah Loka, dan Swah Loka
Tri Loka, yaitu
a. Bhur Loka [lapisan-lapisan dimensi alam negatif],
b. Bvah Loka [lapisan-lapisan dimensi siklus samsara, siklus kehidupan-kematian]
dan
c. Svah Loka [lapisan-lapisan dimensi alam positif].
10. Hubungan Panca Mahabhuta dan Panca Tan Matra
a. Teja ( panas, cahaya ) 》 Rupa tan matra ( benih penglihatan ).
b. Apah ( zat cair ) 》 Rasa tan matra ( benih rasa ).
c. Pertiwi ( zat padat ) 》 Ganda tan matra ( benih penciuman ).
d. Akasa ( ruang kosong ) 》Sabda tan matra ( benih suara ).
e. Bayu ( udara ) 》 Sparsa tan matra ( benih sentuhan ).
Bagian Panca tan matra
a. Rupa tan matra ( benih penglihatan ).
b. Rasa tan matra ( benih rasa ).
c. Ganda tan matra. ( benih penciuman ).
d. Sabda tan matra. ( benih suara ).
e. Sparsa tan matra. ( benih sentuhan ).
Dari Panca Tan Matra melahirkan Panca Mahabhuta
a. Akasa lahir dari sabda tan matra melalui manah
b. Bayu lahir dari sparsa tan matra melalui akasa
c. Teja lahir dari rupa tan matra melalui bayu
d. Apah lahir dari rasa tan matra melalui teja
e. Perthhvi lahir dari ganda tan matra melalui apah

Benih Suara (Sabda tan matra) > Akasa ( ruang )


Benih rasa sentuhan( sparsa tan matra ) > Bayu ( udara )
Benih penglihatan ( rupa tan matra ) > Teja ( panas ) )
Benih rasa pengecap ( rasa tan matra ) > Apah ( air )
Benih penciuman ( ganda tan matra ) > Pertiwi ( zat padat )

11. Tri loka dan tri sarira


Tri Loka
• Bhur Loka ( alam Manusia ) > Stula Sarira ( badan kasar )
• Bhwah Loka ( alam Roh ) > Suksma sarira ( badan halus )
• Swah Loka ( alam Dewa ) > Antah Karana Sarira ( badan penyebab)
• Sumber sastra Purana dan Itihasa
• Sang Jaratkaru ( adi parwa )
• Bhima Swarga ( Kakawin )

KEPEMIMPINAN
Nīti Śāstra memuat kriteria kepemimpinan sebagai berikut:
 Ābhikāmika, pemimpin harus tampil simpatik, berorientasi ke bawah dan
mengutamakan kepentingan rakyat banyak daripada kepentingan pribadi atau
golongannya.
 Prajña, pemimpin harus bersikap arif dan bijaksana dan menguasai ilmu pengetahuan,
teknologi, agama serta dapat dijadikan panutan bagi rakyatnya.
 Utsaha, pemimpin harus proaktif, berinisiatif, kreatif, dan inovatif (pelopor
pembaharuan) serta rela mengabdi tanpa pamrih untuk kesejahteraan rakyat.
 Ātma sampad, pemimpin mempunyai kepribadian: berintegritas tinggi, moral yang
luhur serta objektif dan mempunyai wawasan yang jauh ke masa depan demi
kemajuan bangsanya.
 Sakya samanta, pemimpin sebagai fungsi kontrol mampu mengawasi bawahan
(efektif, efisien dan ekonomis) dan berani menindak secara adil bagi yang bersalah
tanpa pilih kasih atau tegas.
 Aksudara pari sakta, pemimpin harus akomodatif, mampu memadukan perbedaan
dengan permusyawaratan dan pandai berdiplomasi, menyerap aspirasi bawahan dan
rakyatnya.
Ajaran Catur Guru Bhakti yaitu:
 Bhakti kepada Guru Swadhyaya yaitu Sang Hyang Widhi Wasa.
 Bhakti kepada Guru Pengajian yaitu guru di Perguruan Tinggi.
 Bhakti kepada Guru Rupaka yaitu orang tua dirumah.
 Bhakti kepada guru Wisesa yaitu Negara dan pemerintah.
Berdasarkan ajaran Catur Guru Bhakti, khususnya tentang Bhakti kepada Guru
Wesesa maka umat Hindu Indonesia harus senantiasa melaksanakan hak dan kewajiban
serta tanggung jawab untuk membela, mempertahankan, mengisi kemerdekaan, mengabdi
dan berbakti kepada bangsa dan Negara Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD
1945.

12. Tantangan Dharma Agama dan Dharma Negara pada era globalisasi
a. Menyadari kepada masyarakat agar tetap berporos dan atau kembali kepada
konsepsi swadharma kehidupan, sehingga tidak mudah terjebak untuk melakukan
perilaku menyimpang dari etika kehidupan keagamaan.
b. Masyarakat Hindu harus meningkatkan kemampuan dirinya untuk mendidik diri
sendiri, dalam pemahaman dan penghayatan Dharma Agama dan Dharma Negara
untuk bertujuan kerahayuan, diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan
Negara bahkan alam semesta.
c. Melalui konsepsi: Utpati (penciptaan), Stiti (pelestarian) dan Pralina (peleburan),
masyarakat Hindu tidak hanya sadar, tetapi menjadi yakin bahwa fenomena
perubahan dalam masyarakat adalah cirri alamiah diri manusia, alam dan
masyarakat itu sendiri, sehingga selalu siap untuk menerima perubahan itu sendiri.
Dengan demikian, hendaknya masyarakat Hindu selalu menyadari bahwa
dinamika perubahan tidak menggerus masyarakatnya untuk keluar, menyimpang,
melawan Dharma kehidupan.

13. Cara Sehat Menurut Ayurveda


a. Bangun segera sebelum matahari terbit.
b. Langsung minum air hangat sebanyak 2-4 gelas (bagi yang baru memulai bisa
dilakukan sedikit demi sedikit).
c. Basuh mata dengan air temperatur ruangan sebanyak lima kali. Menurut
Ayurveda, kebiasaan ini akan menjaga pengelihatan tetap sehat dan mata jernih.
d. Ketika menggosok gigi, bersihkan juga lidah Anda.
e. Olah raga paling tidak 30 menit. Lalu diikuti olah nafas dan kemudian
relaksasi/meditasi.
f. Pijatlah tubuh Anda (self-massage), bisa dengan minyak, bisa tanpa minyak (dry
massage) gunanya untuk memperlancar sirkulasi dan membuang toksin melalui
pori-pori. Pijat kepala akan memperkuat daya memori.
g. Tertawalah karena tertawa membawa kesegaran dan keceriaan dalam kehidupan.
h. Mandi dengan air hangat ketika udara dingin.
i. Makan siang tanpa kekenyangan, dengan makanan yang tidak diproses (whole
food): 30% untuk cairan (minuman, sup), 30% untuk makanan padat (nasi, lauk
lainnya) dan sisanya untuk oksigen. Hindari makanan yang terbuat dari terigu
putih, makanan yang berminyak, gula olahan, terlalu banyak protein hewani, serta
zat aditif dan /makanan serta minuman yang bersifat stimulan (kafein, kola,
alkohol). Setelah makan usahakan selalu minum air hangat.
j. Protein hewani, menyantap makanan vegetarian lebih menyehatkan. Makan buah
tidak dicampur dengan karbohidrat dan protein hewani.
k. Makan malam antara jam 6-7 petang, atau paling tidak dua jam sebelum tidur.
Makan sederhana saja dan tidak perlu banyak. Bila memungkinkan, jalan kaki
sekitar 20 menit setelah makan malam, terutama bagi yang berbakat berperut
besar.
Usahakan tidur dalam keadaan pikiran tenang. Bila memungkinkan sebelum tidur
meditasi serta mendengarkan musik lembut. Tidur biasakan paling lambat jam 11
malam. Bangun segera sebelum matahari terbit.

DHARMA AGAMA
Dharma Agama adalah merupakan tugas dan kewajiban yang patut dilaksanakan oleh
setiap umat untuk mencapai tujuan agama atau bisa juga Dharma Agama adalah hukum,
tugas, hak dan kewajiban setiap orang untuk tunduk dan patuh serta melaksanakan ajaran
agama dan aspek-aspek yang dikandung dalam ajaran agama.
Dharma agama menurut hindu adalah perbuatan baik berdasarkan ajaran agama hindu
yang dilakukan oleh agama hindu umat hindu untuk pengembangan dan kepentingan
agama hindu. Semua pikiran , ucapan dan tindakan umat hindu harus berpedoman pada
ajaran agama hindu
Dharma Negara adalah meruapakan tugas dan kewajiban warga masyarakat terhadap
tujuan negaranya yaitu dalam pembangunan yang telah dicanangkan atau bisa juga
Dharma Negara adalah hukum, tugas, hak dan kewajiban setiap orang untuk tunduk dan
patuh kepada Negara, termasuk dalam pengertian yang seluas-luasnya.
Generasi Hindu Wajib Tingkatkan Peran untuk Dharma agama dan dharma
negara
• Dharma Agama dijadikan sebagai pedoman menjalani hidup untuk menjalin
hunbungan yang baik dengan sang pencipta, sesama manusia serta lingkungan,
dan juga untuk mencapai segala tujuan hidup
• Dharma Negara dalam ajaran Hindu sudah tidak bisa diingkari lagi, Weda
menegaskan umat hindu harus patuh dan hormat kepada negara dan pemerintah
• Selain itu, pemerintah juga merupakan salah satu bagian dari Catur Guru yang
harus dipatuhi dan dihormati yaitu sebagai Guru Wisesa.
Guru wisesa
• Umat Hindu sebagai bagian dari warga negara memiliki kewajiban untuk
mengamalkan ajaran dharma negara sesuai dengan dasar hukum yang belaku di
suatu negara ( Guru Wisesa )
• Norma atau hukum yang berlaku di Indonesia memiliki empat elemen yang jadi
dasar, yakni:
1) Ideologi Pancasila sebagai atap yang melindung bangsa Indonesia dari serangan
luar,
2) UUD 1945 dasar dari segala norma hukum di Indonesia,
3) Semboyan Bhineka Tunggal Ika merupakan semangat untuk membangun
bangsa Indonesia kedepan, dan
4) NKRI sebagai benteng untuk mempertahankan serta memperkuat jati diri
sebagai bangsa yang bermartabat

D. Pendidikan Agama Hindu


Diharapkan mampu membentuk kemampuan dan kepribadian diri peserta didik dalam
membangun karakternya untuk menjadi manusia yang cerdas dan bermartabat serta
sraddha dan bhakti (iman dan takwa) kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab.
Agama Hindu dan Pendidikan Nasional
 tujuan pendidikan agama Hindu sejalan dengan tujuan pendidikan nasional,
sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
20 Tahun 2003, yakni bertujuan meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat
kepribadian.
Catur Purusa artha atau catur warga
 Dharma berarti agama atau kewajiban.
 Artha artinya materi atau secara sempit disebut uang, secara luas artha diartikan
sebagai keberhasilan atau kesuksesan.
 Kamadalam arti nafsu atau keinginan untuk mencapai kemajuan hidup. Sekali lagi,
kama harus dilandasi oleh dharma.
 Mokshadicapai melalui perjalanan kita dalam kehidupan didunia ini. Jadi dapat
dikatakan ketiga tujuan di atas, yaitu dharma, artha dan kama, merupakan tangga bagi
tujuan hidup yang terakhir yaitu moksha.
Humanis
 Orang yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang
lebih baik, berdasarkan asas perikemanusiaan; pengabdi kepentingan sesama umat
manusia; 
 Penganut paham yang menganggap manusia sebagai objek terpenting; 
 Humanisme adalah sebuah aliran yang bertujuan untuk menghidupkan rasa
prikemanusiaan dan menginginkan pergaulan sehat yang lebih baik dan dapat
mencapai titik dimana manusia merupakan obyek yang paling penting dibanding
dengan obyek lainnya
Radikal
 Radikal adalah suatu paham yang dapat memengaruhi situasi politik dan sosial di
suatu negara
 Radikalisme adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau
pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan. Paham ini juga mengacu pada
sikap ekstrem dalam aliran politik.
 Contoh perilaku Radikal
a. membuat atau mengadopsi ideologi yang bertentangan dengan ideologi negara.
b. mengajak masyarakat untuk mengadopsi ideologi yang bertentangan dengan
ideologi negara.
c. menyebarluaskan kebencian terhadap ideologi negara.
d. tidak mau mengakui dan selalu menyalahkan ideologi negara.
Radikalisme
 Tiga macam radikalisme di Indonesia, yakni keyakinan, tindakan, dan politik,
termasuk mengganti ideologi Pancasila dengan khilafah.

Daiwi Sampad (sifat Dewa ) dan Asuri Sampad ( sifat Raksasa )


Pengamalan agama yang ditujukan kepada orang lain adalah pengamalan dalam
bentuk memperlakukan orang sebagai manusia yang bermartabat ciptaan Tuhan.
Perlakuan seperti itu akan rnenggugah sifat-sifat baik yang dimiliki oleh setiap orang.
Karena setiap orang memiliki potensi untuk baik dan juga untuk buruk. Bhagawaadgita
mengatakan, Daiwi Sampad adalah kecenderungan untuk baik ( dharma ) sedangkan
Asuri Sampad adalah kecendrungan untuk berbuat buruk atau adharma (Sura, 1985; 5).
Contoh Daiwi Sampad
Bhagavadgītā XVI.1
•rajin membantu orang tua
• hormat dan patuh terhadap orang tua
• hormat dan sayang kepada guru
• taat beragama
•rajin belajar dan bekerja
•bersosialisasi di masyarakat dengan baik
• mencintai alam semesta
• berkata, berprilaku yang sopan
Contoh asuri sampad
Bhagavadgītā XVI.18
• tidak pernah berbakti kepada catur guru
•selalu rakus
• sombong/memandang rendah orang lain
•egois
•suka pamer
• suka di puji-puji
• ingin berkuasa sendiri
• tidak senang mendengar pendapat orang lain
• mempunyai perasaan dengki dan iri hati
• penghianat, pembohong dan pemarah
Landasan (historis,sosiologis,politik)
 secara historis, perkembangan pendidikan agama Hindu diketahui mulai sejak zaman
Veda, dengan azas pendidikannya bersifat kekeluargaan.
 Menggali landasan sosiologis pendidikan agama Hindu, adalah mengkaji arah
pendidikan dalam pembinaannya kepada mahasiswa untuk belajar hidup bersama di
dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antara manusia yang menguasai
hidupnya. Manusia, menurut kodratnya, adalah sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial.
 Politik berarti proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang
berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Politik sangat
berkaitan dengan tugas suatu negara dalam menciptakan kemajuan pendidikan dan
melindungi kesejahteraan, mendorong kemajuan ekonomi, dan menegakkan dharma.
Landasan Filosofis
 Secara filosofis, pendidikan agama Hindu sangat berhubungan dengan landasan sikap
moral, atau norma yang berkembang di masyarakat sebagai implementasi dari
penerapan ajaran agama Hindu sesuai dengan tujuan yang harus dicapai, baik secara
individu maupun dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Pentingnya pendidikan
agama Hindu dalam membangun basis kepribadian humanis bagi mahasiswa.
 Mata kuliah pendidikan agama Hindu memegang peranan penting dan harus diberikan
kepada para mahasiswa di bangku kuliah untuk menumbuhkan sikap hidup yang
selaras, serasi dan seimbang, baik secara lahir dan batin, jasmani dan rohani, dunia
dan akhirat, maupun secara individu dan sosial
 Pendidikan Agama Hindu di tingkat pendidikan tinggi memiliki landasan historis,
sosiologis, politik dan filosofis. Secara historis penyelenggaraan pendidikan agama
Hindu sejak awalnya dilaksanakan secara non formal.
 Seiring dengan tuntutan tujuan pembangunan nasional terutama dalam peningkatan
kualitas etika, moral, dan spritual serta membangun peradaban bangsa, maka secara
berangsur-angsur pendidikan agama Hindu diselenggarakan secara formal,
Konsep Sad Dharma
 Dharma Tula bertimbang wirasa
 Dharmawacana penerangan agama hindu
 Dharmagita nyanyian suci
 Dharma Yatra sembahyang ke tempat tempat suci
 Dharma Sadhana pembinaan dan pembiasaan dalam bentuk praktek ajaran dharma.
 Dharma Santi kehidupan rukun, damai, tentram dan sejahtera dengan bernuansa lokal
genius.

E. SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA HINDU


1. Sejarah Agama Hindu
Lembah sungai Sindhu di India adalah tempat awal perkembangan agama Hindu.
Selanjutnya, agama Hindu berkembang ke India Utara, India Selatan dan bahkan
sampai ke Indonesia. Agama Hindu sebenarnya merupakan Sinkretisme
(percampuran) antara kebudayaan bangsa Arya dengan kebudayaan bangsa Dravida.
Sifatnya monotheisme panthaisme, yaitu percaya terhadap Tuhan Yang Esa, tetapi
memiliki manifestasi jamak yaitu adanya dewa-dewa, tiap-tiap dewa merupakan
lambang kekuatan atau manifestasi dari Tuhan Yang Esa.
2. Masuknya Bangsa Arya
Bangsa Arya berasal dari Asia Tengah dan pergi ke India pada tahun 2500-
1500 SM (Sebelum Masehi) melalui celah Khyber. Celah Khyber adalah sebuah
lokasi yang berada diperbatasan Pakistan dan Afganistan sekarang yaitu gerbang barat
laut tembok pegunungan Himalaya dan merupakan satu-satunya jalan pintas pintu
masuk ke India. Bangsa pendatang ini berasal dari dari daratan Eropa, antara Laut
Hitam dan Laut Kaspia, dikenal dengan nama bangsa Arya.
E. B. Havell dalam buku The History of Aryan Rule in India from The Earliest
Time to The Death of Akbar memberikan informasi lengkap mengenai Bangsa Arya.
Arya kali pertama datang ke India adalah para pengembala dan petani daripada rakyat
pelaut. Bangsa Arya menguasai seluruh lembah sungai Indus dan Gangga yang
kemudian daerah ini dinamakan Aryavarta (tanah orang Arya) atau Hindustan (tanah
orang Hindu).
3. Kepercayaan Tri Murti
Penganut Agama Hindu percaya setiap dewa memiliki peranan dalam mengatur
kehidupan manusia. Di antara dewa yang mereka yakini adalah tiga dewa utama yang
dikenal dengan Trimurti, yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wisnu sebagai dewa
pelindung, dan Siwa sebagai dewa penghancur. Agama Hindu bersifat polytheisme
atau percaya terhadap banyak dewa maka mereka juga mempercayai dewa lainya
seperti: Dewa Pretivi sebagai dewa Bumi, Vayu sebagai Dewa Angin, Varuna
sebagai Dewa laut, dan Agni sebagai sebagai Dewa Api, Percampuran kebudayaan
Arya dengan penduduk india menghasilkan budaya Veda yang menjadi cikal bakal
lahirnya peradaban Hindu.
4. Sistem Kemasyarakatan
Istilah tingkatan sosial masyarakat Hindu yang disebut warna. Penetapan warna
ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya perkawinan campuran antargolongan
masyarakat, Warna tersebut terdiri dari:
a. Warna Brahmana yang terdiri dari kaum pemuka agama,
b. Warna Ksatria yang terdiri dari, pejabat dan bangsawan,
c. Warna Waisya terdiri dari para pedagang petani, pemilik tanah,
d. Warna Sudra terdiri dari para pelayan dan pekerja kasar, buruh, dan tukang kebun
5. Zaman Veda
1. Zaman Veda, Kata veda berasal dari kata Vid yang artinya mengetahui. Veda
merupakan sastra tertua di dunia yang pengaruhnya sangat penting bagi
perkembangan agama Hindu. periodesasinya bisa dikatakan pula sebagai awal
kedatangan bangsa Arya di Lembah Sungai Indus sekitar 1500 SM.
2. Zaman Brahmana. Zaman ini merupakan perkembangan veda yang berpusat pada
kehidupan keagamaan yang berupa ritual-ritual upacara persembahan kepada
keyakinan mereka. Pada zaman ini kedudukan brahmana sangat penting.
Mengapa? Karena tanpa adanya brahmana maka upacara tidak dapat
dilaksanakan.
3. Zaman Upanisad. Zaman ini berpangkal pada filosofi kerohanian, di zaman ini
pengetahuan batin mulai tumbuh dan berkembang sehingga membuka tabir
rahasia alam. Agama Hindu berasal dari Jazirah India yang sekarang meliputi
wilayah negara India, Pakistan, dan Bangladesh
6. Teori masuknya Agama Hindu
1. Teori/hipotesa Brahmana, teori yang diprakarsai oleh Van Leur ini menyatakan
bahwa kaum Hindu dari kasta Brahmanalah yang mempunyai peran paling besar
dalam proses masuknya agama dan budaya Hindu di Indonesia. Sebelumna
animisme dan dinamisme sebelum datangnya pengaruh Hindu.
2. Teori/hipotesa Ksatria, menurut teori yang diusung oleh Berg ini, agama Hindu
dibawa ke Indonesia oleh kaum ksatria (kaum prajurit kerajaan). Hal ini terjadi
karena pada awal abad Masehi sering terjadi kekacauan politik di India sehingga
sering terjadi perang antargolongan di negeri ini
3. Teori/hipotesa Waisya, menurut teori ini, kaum Hindu dari kasta Waisya adalah
yang paling berjasa dalam penyebaran agama Hindu di Indonesia. Kaum Waisya
adalah mereka yang berasal dari kalangan pekerja ekonomi seperti pedagang dan
saudagar.
4. Teori/hipotesa Sudra, orang-orang yang tergolong dalam Kasta Sudra adalah
mereka yang dianggap sebagai orang buangan. Kaum Sudra ini diduga datang ke
Indonesia bersama kaum Waisya atau Ksatria. Karena datang dalam jumlah yang
sangat besar, kaum Sudra inilah yang telah memberikan andil paling besar terkait
masuknya agama Hindu ke Indonesia.
5. Teori Arus Balik. Menurutnya Agama Hindu masuk ke Indonesia karena dibawa
oleh orang Indonesia sendiri. Orang-orang Indonesia yang membawa Agama
Hindu ke Indonesia ini berasal dari golongan pemuda yang memang sengaja
dikirim oleh para penguasa pribumi untuk mempelajari agama Hindu di India.
Setelah selesai belajar di India, mereka kemudian pulang ke Nusantara lalu mulai
menyebarkan agama Hindu. Masuk agama Hindu ke Indonesia sejak awal masehi,
selanjutnya mengalami perkembangan yang sangat pesat.

F. Kerajaan Hindu di Indonesia

1. Kutai
Perkembangan agama Hindu di Indonesia, diketahui pada zaman kerajaan
Kutai. Kutai adalah tergolong kerajaan Hindu tertua di Indonesia abad ke 4 Masehi.
Bukti sejarahnya dengan ditemukan 7 buah prasasti dalam bentuk yupa yang memakai
huruf Pallawa berbahasa Sansekerta dalam bentuk syair. Ditulisnya prasasti-prasasti
yang menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa menunjukkan bahwa
kerajaan Kutai telah mendapat pengaruh agama Hindu dari India, di mana bahasa
serta tulisan banyak dikuasai oleh kaum Brahmana yang menduduki status tertinggi
dalam masyarakat
Salah satu prasasti yang berbentuk yupa menyebutkan bahwa raja yang
memerintah adalah Raja Mulawarman yang merupakan raja yang besar, yang berbudi
baik, kuat, anak Aswawarman, cucu Kundungga
Nama Kudungga kemungkinan adalah nama asli yang belum mendapat
pengaruh dari India, sedangkan kata yang berakhiran –warman merupakan nama yang
biasa digunakan di India. Ini menunjukkan bahwa pada saat Kudungga memiliki anak
yang kemudian diberi nama Aswawarman, kerajaan Kutai telah mendapat pengaruh
Hindu. Prasasti lainnya semua berkaitan dengan yajna yang dilakukan oleh Raja
Mulawarman
Keberadaan paradaban di wilayah mulai diketahui setelah ditemukanya Arca-
arca Buddha langgam Amarawati di kota Bangun (Kutai) ditemukan arca Buddha
dengan langgam seni gndara. Disamping itu juga ditemukan arca seni bercorak
kehinduan diantaranya Mukhalinga dan ganesha. Temuan bukti tersebut adalah bukti
adanya hubungan anatara Kalimantan dengan India kuno
2. Taruma negara
Perkembangan selanjutnya diketahui juga Hindu berkembangan pada zaman
kerajaan Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara berdiri di Jawa Barat sekitar abad ke
4-5 Masehi. Raja yang berkuasa adalah Purnawarman. Bukti tentang keberadaan
kerajaan ini terlihat dari ditemukan 7 buah prasasti antara lain: Ciaruteun, Kebon
Kopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Ciaten, Tugu, dan Lebak. Prasasti ini menggunakan
Huruf Pallawa dengan Bahasa Sansekerta
Ketujuh prasasti tersebut memberi keterangan tentang keberadaan kerajaan
Purnawarman di Jawa Barat. Prasasti Ciaruteun, prasasti ini menyebutkan bahwa
adanya bekas tapak kaki seperti kaki dewa Wisnu yaitu kaki yang mulia
Purnawarman, raja di negeri Taruma yang gagah berani.
Prasasti Tugu, di Kebon Kopi disebutkan adanya gambar tapak kaki gajah
yang dikatakan sebagai tapak kaki gajah Dewa Indra (Airawata); Prasasti Tugu,
prasasti ini merupakan prasasti terpanjang dan paling lengkap diantara prasasti Raja
Purnawarman. Prasasati ini menyebutkan Raja Purnawarman yang berhasil menggali
sebuah sungai bernama Gomati yang mengalir di tengah-tengah istana. Raja
Purnawarman. Penggalian dilakukan dalam waktu 21 hari dengan panjang 12 km.
Pekerjaan ditutup dengan pemberian hadiah 1000 ekor lembu kepada para Brahmana.
Dalam Prasasti Tugu, disebutkan bahwa Arca Rajarsi menggambarkan rajarsi
yangmemperlihatkan sifat-sifat Wisnu-Surya, dan Purnawarman dianggap
penganutajaran tersebut
3. Kerajaan Holing/Kalingga Jawa Tengah
Sumber berita Tionghoa dari zaman pemerintahan raja T’ang (618-906)
disebutkan nama kerajaan Kalingga/Holing berlokasi di Jawa Tengah.
Holing/Kalingga diperintah oleh seorang raja putri bernama Ratu Sima (674-675 M)
dengan kejujurannya, setiap hukum dan peraturan-peraturannya mutlak dilaksanakan
Sedangkan sumber dalam negeri menyebutkan proses kehidupan di Jawa Tengah
sekitar pertengahan abad ketujuh didapatkan di dalam sumber prasasti Tuk Mas (650
Masehi) dengan menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekert
4. Kerajaan Sriwijaya
Kata Sriwijaya dijumpai dalam prasasti Kota Kapur (pulau Bangka). Sriwijaya
yang dimaksud di sini adalah nama sebuah kerajaan di Sumatera Selatan dengan pusat
kerajaannya adalah Palembang
Prasasti Talangtuo (dekat Palembang) berangka tahun 684 Masehi ditulis
dengan mempergunakan huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Isinya tentang
pembuatan taman Sriksetra atas perintah Dapunta Hyang Sri Jayanasa untuk
kemakmuran semua makhluk. Semua harapan dan doa yang tercantum dalam prasasti
itu jelas sekali bersifat agama Buddha Mahayana
Prasasti Telaga Batu ditemukan dekat Palembang dengan huruf Pallawa dan
bahasa Melayu Kuno. Pada bagian atas prasasti ini dihiasi dengan tujuh kepala ular
kobra berbentuk pipih dengan mahkota berbentuk permata bulat. Lehernya
mengembang dengan hiasan kalung. Di bagianbawah prasasti ini terdapat cerat
(pancuran) seperti yoni
5. Kerajaan Mataram
Sebelumnya kerajaan ini disebut kerajaan mataram, terdapat dua keluarga raja
atau dinasti atau wangsa yang berkuasa di Jawa tengah sejak abad ke-8. Kedua
wangsa tersebut memiliki corak kebudayaan yang berbeda. Mereka adalah Wangsa
Sanjaya yang bercorak Hindu dan Wangsa Syailendra yang bercorak Buddha
Penyatuan kedua wangsa ini terjadi pada abad ke-9 dengan adanya perkawinan
antara Rakai Pikatan (Wangsa Sanjaya) dan raja seorang putri keluarga Syailendra
bernama Pramodawardhani yang merupakan anak Samaratungga, raja Syailendra
Prasasti Canggal yang berangka Tahun 732 Masehi dan mempergunakan huruf
Pallawa dan Bahasa Sansekerta. Isinya menyebutkan tentang peringatan didirikannya
sebuah lingga (lambang Siwa) di atas sebuah Bukit di daerah Kunjarakunja oleh raja
Sanjaya.
Prasasti Canggal juga menyebutkan Raja Sanjaya yang memerintah kerajaan Mataram
di Jawa Tengah pertengahan abad ke-8 M adalah memeluk agama Hindu yang
berkonsepsikan Tri Murti.
6. Kerajaan Isana di Jawa Timur
1. Prasasti Pucangan
Prasasti ini dikeluarkan oleh raja Airlangga pada tahun 963 Saka (1041)
Masehi. Bagian prasasti yang berbahasa Sansekerta diawali dengan penghormatan
terhadap raja Airlangga.
Setelah pemerintahan Mpu Sindok, diikuti masa pemerintahan yang
kurang jelas hingga pemerintahan Dharmawangsa hingga Airlangga. Pada masa
pemerintahan Airlangga di Jawa Timur dari tahun 1019-1042 Masehi
menggantikan Dharmawangsa, ketentraman rakyat dapat diwujudkan. Ibu kotanya
bernama Kahuripan.
Ketentraman dan kemakmuran masa pemerintahan Airlangga Nampak
pula tumbuhnya seni sastra seperti kitab Arjunawiwaha yang dikarang oleh Mpu
Kanwa tahun 1030.
7. Jenggala dan Panjalu
Tahun 1041 atas pertolongan seorang Brahmana, kerajaan Kediri dibagi menjadi
dua bagian yaitu Jenggala (Singasari) dengan ibukotanya Kahuripan dan Panjalu
(Kediri) dengan ibukotanya Daha.
Airlangga wafat dalam tahun 1049 Masehi yang dimakamkan di Tirta, sebuah
bangunan suci dengan kolamnya yang terletak di Lereng Gunung Pananggungan dan
terkenal sebagi Candi Belasan.
8. Kerajaan Kediri
Raja Kameswara sekitar tahun 1115-1130 Masehi. Ada tampil kesusatraan yang
digubah oleh Mpu Darmaja yaitu kitab Smaradhana yang memuji sang raja sebagai
titisan Dewa Kama. Pengganti Kameswara adalah Jayabaya (1130-1160) Masehi.
Pengganti Jayabaya, Sarweswara (1160-170 M) dilanjutkan oleh raja Aryeswara
(1170-1180 M), Gandra dari tahun 1190-1200 Masehi
9. Kerajaan Singasari
Tampuk pemerintahan pertama di kerajaan Singasari adalah di tangan Ken Arok
(1222-1227 M). Ken Arok pada mulanya mengabdi kepada seorang Awuku (semacam
bupati) di Tumapel yang bernama Tunggul Ametung, kemudian dibunuh oleh Ken
Arok, lalu jandanya (Ken Dedes) dinikahinya. Tidak lama setelah Tunggul Ametung
meninggal, Ken Dedes melahirkan anak yang diberi nama Anusapati. Dari
perkawinannya dengan Ken Arok, Ken Dedes melahirkan putra yang bernama Mahisa
Wonga Teleng. Sedangkan dari istrinya yang lain, Ken Umang, Ken Arok mendapat
anak laki-laki yang bernama Tohjaya.
10. Kerajaan Majapahit
Raden Wijaya sebagai raja pertama Majapahit adalah keturunan langsung Ken
Arok dan Ken Dedes. Menurut kekawin Negarakertagama, pada masa pemerintahan
Raja Tribhuanatunggadewi Jayawisnuwardhani (1328-1350 M), juga terjadi
pemberontakan di Sadeng dan Kunti pada 1331. Pemberontakan ini berhasil ditumpas
oleh Gajah Mada. Karena jasanya ia diangkan sebagai Patih Mangkubumi pada 1331
M.
Menurut kitab pararaton, sesudah peristiwa Sadeng, Gajah Mada mengeluarkan
sumpahnya, yaitu Sumpah Palapa, yang menyatakan bahwa dia tidak akan amukti
palapa sebelum dia dapat menundukkan seluruh nusantara

G. Kerajaan Hindu di Bali


Sejarah
Munculnya kerajaan-kerajaan di Bali diawali dengan adanya Kerajaan Bedahulu
(Wangsa Warmadewa). Kerajaan ini muncul kira-kira pertengahan abad ke-9. Rajanya
bernama Sri Mayadanawa dan bertahta di Bedahulu. Shri Kesari Warmadewa adalah
pendiri Kerajaan Bedahulu dari Wangsa Warmadewa yang pernah berkuasa di
Pulau Bali, Indonesia dari tahun 882 M sampai dengan 914 M. Dalem Shri Kesari adalah
pendiri Dinasti Warmadewa di Bali. Ia menjadi Raja dinasti Warmadewa pertama di Bali
yang memiliki gelar Shri Kesari Warmadewa (yang bermakna Yang Mulia Pelindung
Kerajaan Singha) yang dikenal juga dengan nama Dalem Selonding
Sri Kesari Warmadewa pendiri dinasti warmadewa di bali
Ia datang ke Bali pada akhir abad ke-9 M atau awal abad ke-10. Dia berasal
dari Sriwijaya (Sumatra) dimana sebelumnya pendahulunya dari Sriwijaya telah
menaklukkan Tarumanegara (tahun 686 M) dan Kerajaan Kalingga di pesisir utara Jawa
Tengah/Semarang sekarang. Persaingan dua kerajaan antara Mataram dengan raja yang
berwangsa Sanjaya dan kerajaan Sriwijaya dengan raja berwangsa Syailendra (dinasti
Warmadewa)
Di dalam sebuah kitab kuno yang bernama "Raja Purana", tersebutlah seorang raja
di Bali yang bernama Shri Wira Dalem Kesari dan keberadaannya dapat juga diketahui
pada prasati (piagam) yang ada di Pura Belanjong di Desa Sanur, Denpasar, Bali. Di pura
itu terdapat sebuah batu besar yang kedua belah mukanya terdapat tulisan kuno, sebagian
mempergunakan bahasa Bali kuno dan sebagian lagi mempergunakan bahasa Sansekerta.
Tulisan-tulisan itu menyebutkan nama seorang raja bernama "Kesari Warmadewa",
beristana di Singhadwala
Dia mendirikan istana di lingkungan desa Besakih, yang
bernama Singhadwala atau Singhamandawa, Baginda amat tekun beribadat, memuja
dewa-dewa yang berkahyangan di Gunung Agung. Tempat pemujaan dia terdapat di situ
bernama "Pemerajan Selonding".
Konsep Tri Murti
Peristiwa yang bersejarah dalam perkembangan agama Hindu pada trah keturunan
Raja Warmadewa tercatat pada masa pemerintahan Raja Sri Dharma Udayana
Warmadewa, ketika masa pemerintahan beliau datanglah seorang Brahmana dari Jawa
bernama Empu Kuturan
Di Bali beliau menanamkan konsep Tri Murti, Kahyangan Tiga, dan TRI Kahyangan
Jagat sebagai kristalisasi dari semua ajaran sekte-sekte yang berkembang pada masa itu.
Pura Samuan Tiga
Pertimbangan politis Raja Sri Dharma Udayana Warmadewa dan Ratu
Mahendradatta Gunapriya Dharmapatni atas rekomendasi dari Empu Kuturan akan
keresahan adanya sekte-sekte merupakan cikal dasar diadakannya pengkristalisasian
semua ajaran sekte tersebut diatas, karena asumsinya dengan banyaknya sekte yang
berkembang akan menimbulkan perpecahan dalam kehidupan masyarakat Hindu di Bali.
Akhirnya diadakanlah pesamuan (pertemuan) di Pura Samuan Tiga, Bedulu, Gianyar
untuk menyatukan persepsi diantara sekte-sekte yang dihadiri pucuk pimpinan masing-
masing sekte, menghasilkan sebuah konsensus Tri Murti, Kahyangan Tiga, dan TRI
Kahyangan Jagat.
Raja Sri Tapolung
Raja terakhir yang memerintah dari dinasti (trah) Warmadewa adalah Sri
Tapolung. Beliau bergelar Sri Asta Asura Ratna Bhumi Banten. Beliau termasyur sampai
terkenal ke pulau Jawa, karena sangat sakti tidak ada bandingannya, lagi pula senopati-
senopati beliau sangat sakti, salah satu contohnya adalah Ki Kebo Iwa, beliau terkenal
karena kekebalannya terhadap senjata.
Pada tahun 1343 datanglah para Arya Majapahit menyerang pulau Bali.
Penyerangan itu dipimpin oleh patih Gajah Mada dan Arya Dhamar. Setelah pertempuran
berlangsung beberapa lama, Raja Bali Sri Tapolung akhirnya gugur di medan perang.
Para senopati beliau ada yang gugur ada pula yang tunduk menyerah. Pertempuran inilah
yang akhirnya meruntuntuhkan trah Warmadewa di Bali.
Kerajaan Gelgel
Kerajaan ini muncul setelah kerajaan Bedahulu runtuh oleh pasukan Majapahit.
Ketika itu, pulau Bali menjadi sunyi sepi kacau balau, masing-masing para petinggi
pemerintahan mempertahankan pendapatnya sendiri-sendiri, tidak mau menuruti
sesamanya
Mulai saat itu pulau Bali dipimpin oleh raja yang merupakan keturunan dari Dang Hyang
Kapakisan. Raja yang diberikan mandat untuk memerintah Bali adalah Sri Aji
Kudawandhira yang bergelar Dalem Ketut Krsna Kapakisan yangmemerintah di daerah
Samprangan, dekat Gianyar.
Perombakan Pemerintah
Perombakan tata pemerintahan juga dilakukan pada jabatan menteri-menteri, para
menteri (Arya) semuanya berasal dari Majapahit dan diberikan tempat kedudukan
masing-masing, yaitu: Arya Kenceng di Tabanan, Arya Belog di Kaba-kaba, Arya
Dalancang di Kapal,AryaBelentong di Pacung, Arya Kanuruhan di Tangkas dan para
Arya lainnya yang diberi daerah teritorial lainnya
Pada masa pemerintahan Dalem Ketut Smara Kapakisan (keturunan ke II wangsa Krsna
Kapakisan) terjadi pemindahan ibu kota kerajaan yang dahulunya terletak di Samprangan
(Gianyar) pindah ke Gelgel (Klungkung).
Raja-raja Gelgel
Raja-raja yang memerintah Bali dari wangsa Krsna Kapakisan adalah Dalem Ketut Krsna
Kapakisan, Dalem Ketut Smara Kapakisan, Dalem Watu Renggong, Dalem Bekung,
Dalem Sagening, Dalem Anom Pemahyun, dan Dalem Dimade.
Masa keemasan dari keturunan raja-raja Krsna Kapakisan terjadi pada masa
pemerintahan Raja Dalem Watu Renggong. Raja Dalem Watu Renggong memerintah
mulai tahun 1460 M dengan gelar Dalem Watu Renggong Kresna Kepakisan, dalam
keadaan negara yang stabil.
Dalem Watu Renggong dapat mengembangkan kemajuan kerajaan dengan pesat,
dalam bidang pemerintahan, sosial politik, kebudayaan, hingga mencapai zaman
keemasannya.
Pada masa pemerintahan Dalem Watu Renggong, datanglah ke Bali seorang Brahmana
Siwa bernama Dang Hyang Nirartha (Ida Pandita Sakti Wawu Rauh)
Konsep Padmasana
Konsep keagamaan yang telah ditanamkan oleh Empu Kuturan pada masa
pemerintahan Raja Udayana, disempurnakan lagi oleh beliau dengan menambahkan satu
konsep yaitu Padmasana. Diceritakan menurut babad beliau secara spiritual masuk ke
dalam mulut naga (lambang Bhuana, merujuk pada pulau Bali) dan melihat t bunga teratai
yang mahkotanya tidak berisi inti (sari). Kemudian beliau menganjurkan pada tiap-tiap
kahyangan jagat seyogianya didirikan pelinggih berupa padmasana sebagai inti ajaran
konsep Ketuhanan.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama Hindu mencangkup banyak hal mulai dari pentingnya agama hindu,
pentingnya kita menyadari untuk selalu berbuat baik semasih kita menjadi manusia
dengan mengetahui rahasia kehidupan melalui Panca Maha Butha, Tri Guna, Karma
Yoga dan lain-lain. Adapula bagaimana konsep ketuhanan nasional agama hindu di
Nusantara, bahwa agama hindu menganut Monotheisme. Hindu di Nusantara bagaimana
praktik-praktiknya diakui oleh negara.
Bagaimana tujuan pendidikan agama Hindu sejalan dengan tujuan pendidikan nasional,
yang diharapkan mampu membentuk kemampuan dan kepribadian diri peserta didik
dalam membangun karakternya untuk menjadi manusia yang cerdas dan bermartabat serta
sraddha dan bhakti (iman dan takwa) kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab. Bagaimana perilaku
manusia yang menyebabkan sifat-sifat seperti Daiwi Sampad dan Asuri Sampad.
Perkembangan Pendidikan agama hindu dari zaman Veda hingga sekarang.
Sejarah Agama Hindu juga mengawali bagaimana Hindu di Nusantara berkembang,
dari awal perkembangan di India tepatnya lembah sungai sindhu. Lalu masuknya bangsa
arya, muncullnya kepercayaan Tri Murti, tingkatan sosial dalam masyarakat Hindu,
zaman-zaman seperti zaman veda, brahmana, upanisad. Adapula teori masuknya agama
Hindu ke Indonesia yang terdiri dari teori Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra, dan Arus
Balik.
Setelah ini agama Hindu berkembang di Indonesia dengan adanya kerjaan-kerajaan
Hindu seperti kutai, trauma negara, kalingga, sriwijaya, mataram, isanan, kediri, singasari
dan majapahit. Adapun perkembangan Hindu di Bali yang diawali dengan adanya
kerajaan Bedahulu dan munculnya konsep Tri Murti, Kahyangan Tiga, dan Kahyangan
Jagat. Adapula pertemuan di Pura samuan Tiga akibat munculnya sekte-sekte. Serta Raja-
raja di Bali yaitu Raja Sri Tapolung, Raja-raja Gelgel, dan konsep Padmasana yang
ditmanamkan oleh Mpu Kuturan.
Eksistensi adalah hal-hal yang menonjol yang berbeda dari yang lain dan perlu
dilestarikan supaya tetap eksis dalam kebudayaan Hindu. Jika agama tidak bisa berubah,
maka kebudayaan dapat berubah. Karena jika sebuah kebudayaan/tradisi dipertahankan
bisa terjadi perdebatan. Adapula adat istiadat bisa berubah seiring perkembangan zaman.
Sosiologis dan Konsep Kemanusiaan dalam membentuk kepribadian setiap
manusia dalam agama hindu dengan adanya peran-peran penting yang ditanamkan kepada
mahasiswa. Bagaimana melaksanakan pengendalian diri seperti Pancam Yama Brata,
Pancan Nyama Brata, Brahmacari, Panca satya, Catur Paramitha dan Tri kaya Parisudha.
Adapun manusia yang terikat dengan alam semesta yang terdiri dari ajaran Tri
Sarira, Panca tan matra, Panca Maha Butha, Tri Loka. Dan ajaran kepemimpinan yang
perlu diterapkan mahasiswa yang tidak terlepas dari ajaran catur guru bhakti. Adapun
Dharma Agama adalah merupakan tugas dan kewajiban yang patut dilaksanakan oleh
setiap umat untuk mencapai tujuan agama atau bisa juga Dharma Agama adalah hukum,
tugas, hak dan kewajiban setiap orang untuk tunduk dan patuh serta melaksanakan ajaran
agama dan aspek-aspek yang dikandung dalam ajaran agama.
B. Saran
Menurut pendapat saya, zaman seperti sekarang, Agama Hindu perlu dilestarikan
lebih lanjut lagi mengingat ada banyak budaya asing yang masuk ke Indonesia. Ajaran
Agama Hindu jangan sampai tergantikan sepenuhnya oleh hal-hal lain, memang adanya
perkembangan zaman dan kita harus mengikutinya namun jangan sampai kehilangan
nilai-nilai yang terkandung dalam agama hindu. Adapun bidang dasar yang lumayan
penting seperti sosial dan budaya, politik, hukum dan bidang ekonomi. Hal tersebut perlu
dikerjakan supaya perubahan yang terjadi nantinya akan menjadi lebih baik lagi. Kita pun
perlu untuk menanamkan penerapan Agama Hindu dalam kehidupan sehari-hari dan
dalam Pendidikan juga supaya umat Hindu tetap maju tanpa meninggalkan ciri khas dari
yang telah ada. Saya yakin jika umat hindu ini akan mempunyai kehidupan yang lebih
baik apabila berpegang teguh kepada pedoman yang ada, meskipun zaman serta teknologi
semakin maju.

Anda mungkin juga menyukai