Disusun oleh
1. Kadek Cintya Putri Anggreni (2107521066)
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas ringkasan mata kuliah Agama Hindu dengan
ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen yang telah
membimbing kami dalam mata kuliah ini. Penulis menyadari bahwa penulisan ringkasan
mata kuliah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
adanya saran dan kritik yang membangun, sehingga penulis dapat menjadi lebih baik di masa
yang akan datang.
Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan, penulis berharap materi dalam
ringkasan mata kuliah ini dapat menambah wawasan serta memberi manfaat bagi pembaca.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah yang dibahas...........................................................................4
C. Tujuan Ringkasan ..................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
A. Konsep Ketuhanan dalam Agama Hindu.............................................................5
B. Hakekat Agama Hindu (Wejangan Sri Krishna).................................................7
C. Peranan Agama Hindu dalam Masyarakat..........................................................9
D. Pendidikan Agama Hindu....................................................................................18
E. SEJARAH PERKEMBANGAN AGAMA HINDU...........................................20
BAB III....................................................................................................................................28
PENUTUP...............................................................................................................................28
A. Kesimpulan............................................................................................................28
B. Saran.......................................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Hindu merupakan ajaran agama yang perlu diikuti oleh semua umat Hindu,
terutama ajaran Hindu perlu ditanamkan dalam jiwa masing-masing umat Hindu untuk
selalu berbuat kebenaran dan keadilan yang merupakan bagian dari dew aitu sendiri.
Ajaran Agama Hindu perlu diterpakan terutama sejak kecil, pada system pendidikan di
Indonesia yang memberikan ajaran agama Hindu bagi anak sekolahan maupun mahasiswa
pada setiap jenjang Pendidikan. Jenjang sarjana juga perlu menanamkan ajaran Agama
kepada mahasiswanya agar senantiasa tetap berjalan pada ilmu pengetahuan yang sejalan
dengan ajaran Agama. Seperti yang kita tahu bahwa mahasiswa adalah murid dengan
tingkat paling tinggi, jangan sampai moral dan perilaku mahasiswa tidak benar atau tidak
sesuai dengan kebenaran dan keadilan. Maka dari itu agama Hindu di Perguruan Tinggi
sangat penting. Setiap ajaran yang diberikan merupakan teori yang harus diterapkan oleh
masing-masing mahasiswa untuk menempuh Pendidikan dengan tetap berjalan ke arah
yang benar. Itu mengapa saya membut Ringkasan Mata Kuliah Agama Hindu untuk tetap
mengingat ajaran agama Hindu dan mengimplementasikannya ke dalam kehidupan diri
sendiri, keluarga, masyarakat dan berbangsa.
B. Rumusan Masalah yang dibahas
1. Bagaimana Konsep Ketuhanan dalam Hindu?
2. Bagaimana Hakekat manusia dalam Agama Hindu?
3. Apa Peranan Agama Hindu dalam masyarakat?
4. Apa tujuan Pendidikan Agama Hindu?
5. Bagaimana sejarah agama Hindu?
C. Tujuan Ringkasan
1. Mengetahui bagaimana Konsep Ketuhanan dalam Hindu
2. Mengetahui bagaimana Hakekat manusia dalam agama Hindu
3. Mengetahui perananan agama hindu dalam masyarakat
4. Mengetahui apa tujuan Pendidikan Agama Hindu
5. Mengetahui bagaimana sejarah agama Hindu?
BAB II
PEMBAHASAN
Tujuan dari Tri Guna adalah memahami manusia itu sendiri, manusia bukanlah
gabungan dari Panca Maha Bhuta saja, panca indra, panca penggerak dan juga tri
guna. Manusia juga memerlukan energi yang disebut dengan ‘kehendak’. Gabungan
kehendak dan 23 unsur ini adalah ciptaan. 23 unsur yang dimaksud adalah percikan
terkecil (jiwa). Ketika percikan kecil tersebut bergabung dengan 23 unsur maka
ciptaan itu bisa terjadi. Jiwa menggunakan tubuh, dan mengalami suka dan duka
dengan tubuh itu. Jiwa tidak bisa dihancurkan, namun tubuh bisa. Jiwa tidak bisa
ditembus senjata apapun, dibakar dengan api, dilemahkan oleh air atau dikeringkan
dengan angin, jiwa itu abadi. Tubuh bisa dibunuh namun jiwa tidak bisa dibunuh dan
jiwa ada dimana-mana, tidak berwujud tetap dan kekal. Tubuh bukan yang
membentuk manusia, sesorang yang tidak memiliki tangan, ingatan masih bisa hidup.
Jiwa bukanlah pemikiran, perasaan, dan lain-lain.
Tujuan dari jiwa, ketika ciptaan terpisah, dan ketika manusia dan alam diciptakan.
Maka manusia yang bagian dari dwa menjad jiwa dan berdiam dalam tubuh dan
dikelilingi oleh nafsu dan kegelapan, memahami dirinya adalah bagian dari dewa
adalah sebuha tugas, tujuan dan tekad dari jiwa tersebut. Jiwa yang dikeleilingi oleh
penciptaan, yang menganggap dirinya adalah bagian dari dewa. Sering kali manusia
menganggap tubuhnya adalah segalanya bagi mereka, tubuh berbeda dan dengan jiwa.
Perasa, perasaan dan lain-lain disbut pengalaman dan mereka tidak mau berubah. Jiwa
yang tidak mau berubah, yang tidak mau berubah mengenai kebaikan maka perlu
dihukum. Mereka yang tidak mengalami kebaikan akan mati dan menempati tubuh
baru lagi, sampai mereka tidak memahami jiwa mereka sendiri dan mencamkan
keadilan dalam mereka akan terus lahir.
4. Karma Yoga
Menurut Brahmawidya “mereka yang lahir sudah dipastikan akan mati dan
bagi mereka yang telah mati sudah pasti akan dilahirkan kembali” pengetahuan ini
disebut Samkhya Yoga. Mereka yang mengetahui bahwa mereka bagian dari dewa
jalan itu dinamakan keadilan, Ketika manusia mengetahui ia bagian kecil dari dewa
maka ia akan mendapatkan pencerahan. Tidak ada perbedaan akan ciptaan dan dewa,
mereka yang memahami hal ini tidak akan berbuat kejam pada manusia lain maupun
binatang. Ketika manusia egois, kasar dan kejam akan menjauhkannya dari keadilan
(dewa) itu sendiri. Ketika seseorang yang tidak mau mengetahui pengetahuan, maka
hukumannya adalah belas kasihan baik pada dirinya maupun orang lain.
Berkembangnya ketidakadilan, nafsu dan kebodohan akan menghantarkan dunia
kehancuran. Batas dari keadilan sudah dibuat dan batas dari amal belum dibuat.
Semua amal adalah perbuatan, dan tidak semua perbuatan adalah amal. Amal adalah
perbuatan yang hasilnya dinantikan, Ketika sesorang berbuat amal namun berharap
pada kekayaan, kehormatan maka ia terikat pada hasil perbuatan. Ketika amal
ditunjukan untuk mendapatkan hasil disebut Sakham Karma Yoga. Ketika amal
dibuat tanpa mengharapkan apapun disebut Niskham Karma Yoga. Ini adalah alasan
mereka lahir berulang-ulang.
Kesimpulan dari materi diatas adalah wejangan suci Sri Krishna kepada Arjuna
dihimpun dalam kitab Bhagawad Gita (weda kelima setelah catur weda). Isi dari kitab
Bhagawad Gita adalah wejangan Krishna kepada Arjuna di Kurusetra sebelum dimulain
peperangan, pandawa yang awalnya ragu untuk memulai peperangan dipatahkan oleh
Krisna dengan wejangan-wejangannya tersebut.
KEPEMIMPINAN
Nīti Śāstra memuat kriteria kepemimpinan sebagai berikut:
Ābhikāmika, pemimpin harus tampil simpatik, berorientasi ke bawah dan
mengutamakan kepentingan rakyat banyak daripada kepentingan pribadi atau
golongannya.
Prajña, pemimpin harus bersikap arif dan bijaksana dan menguasai ilmu pengetahuan,
teknologi, agama serta dapat dijadikan panutan bagi rakyatnya.
Utsaha, pemimpin harus proaktif, berinisiatif, kreatif, dan inovatif (pelopor
pembaharuan) serta rela mengabdi tanpa pamrih untuk kesejahteraan rakyat.
Ātma sampad, pemimpin mempunyai kepribadian: berintegritas tinggi, moral yang
luhur serta objektif dan mempunyai wawasan yang jauh ke masa depan demi
kemajuan bangsanya.
Sakya samanta, pemimpin sebagai fungsi kontrol mampu mengawasi bawahan
(efektif, efisien dan ekonomis) dan berani menindak secara adil bagi yang bersalah
tanpa pilih kasih atau tegas.
Aksudara pari sakta, pemimpin harus akomodatif, mampu memadukan perbedaan
dengan permusyawaratan dan pandai berdiplomasi, menyerap aspirasi bawahan dan
rakyatnya.
Ajaran Catur Guru Bhakti yaitu:
Bhakti kepada Guru Swadhyaya yaitu Sang Hyang Widhi Wasa.
Bhakti kepada Guru Pengajian yaitu guru di Perguruan Tinggi.
Bhakti kepada Guru Rupaka yaitu orang tua dirumah.
Bhakti kepada guru Wisesa yaitu Negara dan pemerintah.
Berdasarkan ajaran Catur Guru Bhakti, khususnya tentang Bhakti kepada Guru
Wesesa maka umat Hindu Indonesia harus senantiasa melaksanakan hak dan kewajiban
serta tanggung jawab untuk membela, mempertahankan, mengisi kemerdekaan, mengabdi
dan berbakti kepada bangsa dan Negara Indonesia yang berdasarkan pancasila dan UUD
1945.
12. Tantangan Dharma Agama dan Dharma Negara pada era globalisasi
a. Menyadari kepada masyarakat agar tetap berporos dan atau kembali kepada
konsepsi swadharma kehidupan, sehingga tidak mudah terjebak untuk melakukan
perilaku menyimpang dari etika kehidupan keagamaan.
b. Masyarakat Hindu harus meningkatkan kemampuan dirinya untuk mendidik diri
sendiri, dalam pemahaman dan penghayatan Dharma Agama dan Dharma Negara
untuk bertujuan kerahayuan, diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan
Negara bahkan alam semesta.
c. Melalui konsepsi: Utpati (penciptaan), Stiti (pelestarian) dan Pralina (peleburan),
masyarakat Hindu tidak hanya sadar, tetapi menjadi yakin bahwa fenomena
perubahan dalam masyarakat adalah cirri alamiah diri manusia, alam dan
masyarakat itu sendiri, sehingga selalu siap untuk menerima perubahan itu sendiri.
Dengan demikian, hendaknya masyarakat Hindu selalu menyadari bahwa
dinamika perubahan tidak menggerus masyarakatnya untuk keluar, menyimpang,
melawan Dharma kehidupan.
DHARMA AGAMA
Dharma Agama adalah merupakan tugas dan kewajiban yang patut dilaksanakan oleh
setiap umat untuk mencapai tujuan agama atau bisa juga Dharma Agama adalah hukum,
tugas, hak dan kewajiban setiap orang untuk tunduk dan patuh serta melaksanakan ajaran
agama dan aspek-aspek yang dikandung dalam ajaran agama.
Dharma agama menurut hindu adalah perbuatan baik berdasarkan ajaran agama hindu
yang dilakukan oleh agama hindu umat hindu untuk pengembangan dan kepentingan
agama hindu. Semua pikiran , ucapan dan tindakan umat hindu harus berpedoman pada
ajaran agama hindu
Dharma Negara adalah meruapakan tugas dan kewajiban warga masyarakat terhadap
tujuan negaranya yaitu dalam pembangunan yang telah dicanangkan atau bisa juga
Dharma Negara adalah hukum, tugas, hak dan kewajiban setiap orang untuk tunduk dan
patuh kepada Negara, termasuk dalam pengertian yang seluas-luasnya.
Generasi Hindu Wajib Tingkatkan Peran untuk Dharma agama dan dharma
negara
• Dharma Agama dijadikan sebagai pedoman menjalani hidup untuk menjalin
hunbungan yang baik dengan sang pencipta, sesama manusia serta lingkungan,
dan juga untuk mencapai segala tujuan hidup
• Dharma Negara dalam ajaran Hindu sudah tidak bisa diingkari lagi, Weda
menegaskan umat hindu harus patuh dan hormat kepada negara dan pemerintah
• Selain itu, pemerintah juga merupakan salah satu bagian dari Catur Guru yang
harus dipatuhi dan dihormati yaitu sebagai Guru Wisesa.
Guru wisesa
• Umat Hindu sebagai bagian dari warga negara memiliki kewajiban untuk
mengamalkan ajaran dharma negara sesuai dengan dasar hukum yang belaku di
suatu negara ( Guru Wisesa )
• Norma atau hukum yang berlaku di Indonesia memiliki empat elemen yang jadi
dasar, yakni:
1) Ideologi Pancasila sebagai atap yang melindung bangsa Indonesia dari serangan
luar,
2) UUD 1945 dasar dari segala norma hukum di Indonesia,
3) Semboyan Bhineka Tunggal Ika merupakan semangat untuk membangun
bangsa Indonesia kedepan, dan
4) NKRI sebagai benteng untuk mempertahankan serta memperkuat jati diri
sebagai bangsa yang bermartabat
1. Kutai
Perkembangan agama Hindu di Indonesia, diketahui pada zaman kerajaan
Kutai. Kutai adalah tergolong kerajaan Hindu tertua di Indonesia abad ke 4 Masehi.
Bukti sejarahnya dengan ditemukan 7 buah prasasti dalam bentuk yupa yang memakai
huruf Pallawa berbahasa Sansekerta dalam bentuk syair. Ditulisnya prasasti-prasasti
yang menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa menunjukkan bahwa
kerajaan Kutai telah mendapat pengaruh agama Hindu dari India, di mana bahasa
serta tulisan banyak dikuasai oleh kaum Brahmana yang menduduki status tertinggi
dalam masyarakat
Salah satu prasasti yang berbentuk yupa menyebutkan bahwa raja yang
memerintah adalah Raja Mulawarman yang merupakan raja yang besar, yang berbudi
baik, kuat, anak Aswawarman, cucu Kundungga
Nama Kudungga kemungkinan adalah nama asli yang belum mendapat
pengaruh dari India, sedangkan kata yang berakhiran –warman merupakan nama yang
biasa digunakan di India. Ini menunjukkan bahwa pada saat Kudungga memiliki anak
yang kemudian diberi nama Aswawarman, kerajaan Kutai telah mendapat pengaruh
Hindu. Prasasti lainnya semua berkaitan dengan yajna yang dilakukan oleh Raja
Mulawarman
Keberadaan paradaban di wilayah mulai diketahui setelah ditemukanya Arca-
arca Buddha langgam Amarawati di kota Bangun (Kutai) ditemukan arca Buddha
dengan langgam seni gndara. Disamping itu juga ditemukan arca seni bercorak
kehinduan diantaranya Mukhalinga dan ganesha. Temuan bukti tersebut adalah bukti
adanya hubungan anatara Kalimantan dengan India kuno
2. Taruma negara
Perkembangan selanjutnya diketahui juga Hindu berkembangan pada zaman
kerajaan Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara berdiri di Jawa Barat sekitar abad ke
4-5 Masehi. Raja yang berkuasa adalah Purnawarman. Bukti tentang keberadaan
kerajaan ini terlihat dari ditemukan 7 buah prasasti antara lain: Ciaruteun, Kebon
Kopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Ciaten, Tugu, dan Lebak. Prasasti ini menggunakan
Huruf Pallawa dengan Bahasa Sansekerta
Ketujuh prasasti tersebut memberi keterangan tentang keberadaan kerajaan
Purnawarman di Jawa Barat. Prasasti Ciaruteun, prasasti ini menyebutkan bahwa
adanya bekas tapak kaki seperti kaki dewa Wisnu yaitu kaki yang mulia
Purnawarman, raja di negeri Taruma yang gagah berani.
Prasasti Tugu, di Kebon Kopi disebutkan adanya gambar tapak kaki gajah
yang dikatakan sebagai tapak kaki gajah Dewa Indra (Airawata); Prasasti Tugu,
prasasti ini merupakan prasasti terpanjang dan paling lengkap diantara prasasti Raja
Purnawarman. Prasasati ini menyebutkan Raja Purnawarman yang berhasil menggali
sebuah sungai bernama Gomati yang mengalir di tengah-tengah istana. Raja
Purnawarman. Penggalian dilakukan dalam waktu 21 hari dengan panjang 12 km.
Pekerjaan ditutup dengan pemberian hadiah 1000 ekor lembu kepada para Brahmana.
Dalam Prasasti Tugu, disebutkan bahwa Arca Rajarsi menggambarkan rajarsi
yangmemperlihatkan sifat-sifat Wisnu-Surya, dan Purnawarman dianggap
penganutajaran tersebut
3. Kerajaan Holing/Kalingga Jawa Tengah
Sumber berita Tionghoa dari zaman pemerintahan raja T’ang (618-906)
disebutkan nama kerajaan Kalingga/Holing berlokasi di Jawa Tengah.
Holing/Kalingga diperintah oleh seorang raja putri bernama Ratu Sima (674-675 M)
dengan kejujurannya, setiap hukum dan peraturan-peraturannya mutlak dilaksanakan
Sedangkan sumber dalam negeri menyebutkan proses kehidupan di Jawa Tengah
sekitar pertengahan abad ketujuh didapatkan di dalam sumber prasasti Tuk Mas (650
Masehi) dengan menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekert
4. Kerajaan Sriwijaya
Kata Sriwijaya dijumpai dalam prasasti Kota Kapur (pulau Bangka). Sriwijaya
yang dimaksud di sini adalah nama sebuah kerajaan di Sumatera Selatan dengan pusat
kerajaannya adalah Palembang
Prasasti Talangtuo (dekat Palembang) berangka tahun 684 Masehi ditulis
dengan mempergunakan huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Isinya tentang
pembuatan taman Sriksetra atas perintah Dapunta Hyang Sri Jayanasa untuk
kemakmuran semua makhluk. Semua harapan dan doa yang tercantum dalam prasasti
itu jelas sekali bersifat agama Buddha Mahayana
Prasasti Telaga Batu ditemukan dekat Palembang dengan huruf Pallawa dan
bahasa Melayu Kuno. Pada bagian atas prasasti ini dihiasi dengan tujuh kepala ular
kobra berbentuk pipih dengan mahkota berbentuk permata bulat. Lehernya
mengembang dengan hiasan kalung. Di bagianbawah prasasti ini terdapat cerat
(pancuran) seperti yoni
5. Kerajaan Mataram
Sebelumnya kerajaan ini disebut kerajaan mataram, terdapat dua keluarga raja
atau dinasti atau wangsa yang berkuasa di Jawa tengah sejak abad ke-8. Kedua
wangsa tersebut memiliki corak kebudayaan yang berbeda. Mereka adalah Wangsa
Sanjaya yang bercorak Hindu dan Wangsa Syailendra yang bercorak Buddha
Penyatuan kedua wangsa ini terjadi pada abad ke-9 dengan adanya perkawinan
antara Rakai Pikatan (Wangsa Sanjaya) dan raja seorang putri keluarga Syailendra
bernama Pramodawardhani yang merupakan anak Samaratungga, raja Syailendra
Prasasti Canggal yang berangka Tahun 732 Masehi dan mempergunakan huruf
Pallawa dan Bahasa Sansekerta. Isinya menyebutkan tentang peringatan didirikannya
sebuah lingga (lambang Siwa) di atas sebuah Bukit di daerah Kunjarakunja oleh raja
Sanjaya.
Prasasti Canggal juga menyebutkan Raja Sanjaya yang memerintah kerajaan Mataram
di Jawa Tengah pertengahan abad ke-8 M adalah memeluk agama Hindu yang
berkonsepsikan Tri Murti.
6. Kerajaan Isana di Jawa Timur
1. Prasasti Pucangan
Prasasti ini dikeluarkan oleh raja Airlangga pada tahun 963 Saka (1041)
Masehi. Bagian prasasti yang berbahasa Sansekerta diawali dengan penghormatan
terhadap raja Airlangga.
Setelah pemerintahan Mpu Sindok, diikuti masa pemerintahan yang
kurang jelas hingga pemerintahan Dharmawangsa hingga Airlangga. Pada masa
pemerintahan Airlangga di Jawa Timur dari tahun 1019-1042 Masehi
menggantikan Dharmawangsa, ketentraman rakyat dapat diwujudkan. Ibu kotanya
bernama Kahuripan.
Ketentraman dan kemakmuran masa pemerintahan Airlangga Nampak
pula tumbuhnya seni sastra seperti kitab Arjunawiwaha yang dikarang oleh Mpu
Kanwa tahun 1030.
7. Jenggala dan Panjalu
Tahun 1041 atas pertolongan seorang Brahmana, kerajaan Kediri dibagi menjadi
dua bagian yaitu Jenggala (Singasari) dengan ibukotanya Kahuripan dan Panjalu
(Kediri) dengan ibukotanya Daha.
Airlangga wafat dalam tahun 1049 Masehi yang dimakamkan di Tirta, sebuah
bangunan suci dengan kolamnya yang terletak di Lereng Gunung Pananggungan dan
terkenal sebagi Candi Belasan.
8. Kerajaan Kediri
Raja Kameswara sekitar tahun 1115-1130 Masehi. Ada tampil kesusatraan yang
digubah oleh Mpu Darmaja yaitu kitab Smaradhana yang memuji sang raja sebagai
titisan Dewa Kama. Pengganti Kameswara adalah Jayabaya (1130-1160) Masehi.
Pengganti Jayabaya, Sarweswara (1160-170 M) dilanjutkan oleh raja Aryeswara
(1170-1180 M), Gandra dari tahun 1190-1200 Masehi
9. Kerajaan Singasari
Tampuk pemerintahan pertama di kerajaan Singasari adalah di tangan Ken Arok
(1222-1227 M). Ken Arok pada mulanya mengabdi kepada seorang Awuku (semacam
bupati) di Tumapel yang bernama Tunggul Ametung, kemudian dibunuh oleh Ken
Arok, lalu jandanya (Ken Dedes) dinikahinya. Tidak lama setelah Tunggul Ametung
meninggal, Ken Dedes melahirkan anak yang diberi nama Anusapati. Dari
perkawinannya dengan Ken Arok, Ken Dedes melahirkan putra yang bernama Mahisa
Wonga Teleng. Sedangkan dari istrinya yang lain, Ken Umang, Ken Arok mendapat
anak laki-laki yang bernama Tohjaya.
10. Kerajaan Majapahit
Raden Wijaya sebagai raja pertama Majapahit adalah keturunan langsung Ken
Arok dan Ken Dedes. Menurut kekawin Negarakertagama, pada masa pemerintahan
Raja Tribhuanatunggadewi Jayawisnuwardhani (1328-1350 M), juga terjadi
pemberontakan di Sadeng dan Kunti pada 1331. Pemberontakan ini berhasil ditumpas
oleh Gajah Mada. Karena jasanya ia diangkan sebagai Patih Mangkubumi pada 1331
M.
Menurut kitab pararaton, sesudah peristiwa Sadeng, Gajah Mada mengeluarkan
sumpahnya, yaitu Sumpah Palapa, yang menyatakan bahwa dia tidak akan amukti
palapa sebelum dia dapat menundukkan seluruh nusantara
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama Hindu mencangkup banyak hal mulai dari pentingnya agama hindu,
pentingnya kita menyadari untuk selalu berbuat baik semasih kita menjadi manusia
dengan mengetahui rahasia kehidupan melalui Panca Maha Butha, Tri Guna, Karma
Yoga dan lain-lain. Adapula bagaimana konsep ketuhanan nasional agama hindu di
Nusantara, bahwa agama hindu menganut Monotheisme. Hindu di Nusantara bagaimana
praktik-praktiknya diakui oleh negara.
Bagaimana tujuan pendidikan agama Hindu sejalan dengan tujuan pendidikan nasional,
yang diharapkan mampu membentuk kemampuan dan kepribadian diri peserta didik
dalam membangun karakternya untuk menjadi manusia yang cerdas dan bermartabat serta
sraddha dan bhakti (iman dan takwa) kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab. Bagaimana perilaku
manusia yang menyebabkan sifat-sifat seperti Daiwi Sampad dan Asuri Sampad.
Perkembangan Pendidikan agama hindu dari zaman Veda hingga sekarang.
Sejarah Agama Hindu juga mengawali bagaimana Hindu di Nusantara berkembang,
dari awal perkembangan di India tepatnya lembah sungai sindhu. Lalu masuknya bangsa
arya, muncullnya kepercayaan Tri Murti, tingkatan sosial dalam masyarakat Hindu,
zaman-zaman seperti zaman veda, brahmana, upanisad. Adapula teori masuknya agama
Hindu ke Indonesia yang terdiri dari teori Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra, dan Arus
Balik.
Setelah ini agama Hindu berkembang di Indonesia dengan adanya kerjaan-kerajaan
Hindu seperti kutai, trauma negara, kalingga, sriwijaya, mataram, isanan, kediri, singasari
dan majapahit. Adapun perkembangan Hindu di Bali yang diawali dengan adanya
kerajaan Bedahulu dan munculnya konsep Tri Murti, Kahyangan Tiga, dan Kahyangan
Jagat. Adapula pertemuan di Pura samuan Tiga akibat munculnya sekte-sekte. Serta Raja-
raja di Bali yaitu Raja Sri Tapolung, Raja-raja Gelgel, dan konsep Padmasana yang
ditmanamkan oleh Mpu Kuturan.
Eksistensi adalah hal-hal yang menonjol yang berbeda dari yang lain dan perlu
dilestarikan supaya tetap eksis dalam kebudayaan Hindu. Jika agama tidak bisa berubah,
maka kebudayaan dapat berubah. Karena jika sebuah kebudayaan/tradisi dipertahankan
bisa terjadi perdebatan. Adapula adat istiadat bisa berubah seiring perkembangan zaman.
Sosiologis dan Konsep Kemanusiaan dalam membentuk kepribadian setiap
manusia dalam agama hindu dengan adanya peran-peran penting yang ditanamkan kepada
mahasiswa. Bagaimana melaksanakan pengendalian diri seperti Pancam Yama Brata,
Pancan Nyama Brata, Brahmacari, Panca satya, Catur Paramitha dan Tri kaya Parisudha.
Adapun manusia yang terikat dengan alam semesta yang terdiri dari ajaran Tri
Sarira, Panca tan matra, Panca Maha Butha, Tri Loka. Dan ajaran kepemimpinan yang
perlu diterapkan mahasiswa yang tidak terlepas dari ajaran catur guru bhakti. Adapun
Dharma Agama adalah merupakan tugas dan kewajiban yang patut dilaksanakan oleh
setiap umat untuk mencapai tujuan agama atau bisa juga Dharma Agama adalah hukum,
tugas, hak dan kewajiban setiap orang untuk tunduk dan patuh serta melaksanakan ajaran
agama dan aspek-aspek yang dikandung dalam ajaran agama.
B. Saran
Menurut pendapat saya, zaman seperti sekarang, Agama Hindu perlu dilestarikan
lebih lanjut lagi mengingat ada banyak budaya asing yang masuk ke Indonesia. Ajaran
Agama Hindu jangan sampai tergantikan sepenuhnya oleh hal-hal lain, memang adanya
perkembangan zaman dan kita harus mengikutinya namun jangan sampai kehilangan
nilai-nilai yang terkandung dalam agama hindu. Adapun bidang dasar yang lumayan
penting seperti sosial dan budaya, politik, hukum dan bidang ekonomi. Hal tersebut perlu
dikerjakan supaya perubahan yang terjadi nantinya akan menjadi lebih baik lagi. Kita pun
perlu untuk menanamkan penerapan Agama Hindu dalam kehidupan sehari-hari dan
dalam Pendidikan juga supaya umat Hindu tetap maju tanpa meninggalkan ciri khas dari
yang telah ada. Saya yakin jika umat hindu ini akan mempunyai kehidupan yang lebih
baik apabila berpegang teguh kepada pedoman yang ada, meskipun zaman serta teknologi
semakin maju.