Anda di halaman 1dari 18

“ AJARAN UTAMA BUDHISME “

DOSEN PENGAMPU
KHAIRIAH M.Ag

OLEH

WAHYU SYAPUTRI ( 12130322474 )

PRODI STUDI AGAMA AGAMA


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah,dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul Ajaran Utama Budhisme.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagaipihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi parapembaca untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah yang berjudulkan Ajaran Utama
Budhisme ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan terhadap
pembaca.

Pekanbaru, 12 November 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................................3

BAB I.................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.............................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG............................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................4

C. TUJUAN.................................................................................................................5

BAB II...............................................................................................................................6

PEMBAHASAN................................................................................................................6

1. AGAMA BUDHA..................................................................................................6

2. SEJARAH AGAMA BUDHA...............................................................................8

3. KONSEP KETUHANAN BUDHISME.................................................................9

4. MORALITAS DALAM AJARAN BUDHA.......................................................10

5. ALRIAN DAN TRADISI AJARAN BUDHA.....................................................11

6. PENYEBARAN BUDHISME DI ASIA DAN INDONESIA.............................14

BAB III............................................................................................................................17

PENUTUP.......................................................................................................................17

D. KESIMPULAN....................................................................................................17

E. SARAN.................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Agama Buddha yang kita kenal dan pelajari ini tumbuh dan berkembang
di India semenjak tahun 500 SM. Secara historis agama ini terkait erat dengan
agama Hindu yang mendahuluinya dan memberikan pengaruh sesudahnya.
Namun dari segi ajarannya, dijumpai konsep-konsep ajarannya banyak berbeda
atau bahkan bertentangan sama sekali dengan ajaran-ajaran yang terdapat dalam
agama Hindu.

Sebagai agama, ajaran Buddha tidak bertitik tolak dari pemahaman


tentang Tuhan dan hubungannya dengan alam semesta beserta seluruh isinya,
melainkan bertitik tolak dari keadaan yang dihadapi manusia sehari-hari.
Ajarannya hanya menekankan pada tata susilah yang harus dijalani manusia agar
terbebas dari lingkaran dukkha yang selalu mengiringi manusia.

Namun di kalangan pemeluknya, ajaran yang disampaikan sang Buddha


Gautama tidak harus dipandang sebagai agama atau filsafat saja, karena
pengertian yang menunjuk kepada arti agama atau filsafat dan semua fenomena
yang terdapat di alam ini, telah tercakup dalam istilah dharma (Sansekerta) atau
Dhamma ( Pali) dengan demikian, pemakaian istilah Buddha dharma atau
Buddha dhamma lebih sering dipergunakan oleh pemeluk agama Buddha
daripada istilah agama.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapaun rumusan masalah yang akan saya bahas dalama makalah ini adalah
sebagai berikut :
 Apa itu Budhisme?
 Bagaimana sejarah ajaran budhisme?

4
 Bagaimana konsep Budhisme

C. TUJUAN
Adapun tujuan dan maksud saya menuliskan makalah ini ialah untuk
memenuhi tugas mandiri saya yang berjudulkan Ajaran Utama Budhisme.
Namun makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih butuh banyak
bimbingan dan masukan dari pembaca. Harapan saya kepada pembaca adalah
dapat memberikan kritik dan sarannya untuk menyempurnakan makalah ini
menjadi lebih baik dan sempurna.

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. AGAMA BUDHA
Buddhisme (bahasa Sanskerta di Indonesia disebut agama Buddha)
adalah sebuah pandangan filosofis berpaham nonteisme yang berasal dari bagian
timur anak benua India, dengan berlandaskan kepada ajaran Siddhartha
Gautama. Penyebaran Buddhisme di India dimulai sejak abad ke-6 SM hingga
abad ke-4 SM. Buddhisme adalah kelompok kepercayaan terbesar keempat di
dunia dengan lebih dari 520 juta pengikut, atau lebih 7% populasi dunia, yang
dikenal sebagai Buddhis. Buddhisme juga meliputi beragam ilmu, nilai tradisi,
filosofi, kepercayaan, meditasi, dan praktik spiritual yang sebagian besar
berdasarkan pada ajaran-ajaran awal yang dikaitkan dengan Siddhartha Gautama
dan menghasilkan filsafat yang ditafsirkan. Buddhisme lahir di India kuno
sebagai suatu tradisi Sramana sekitar antara abad ke-6 dan 4 SM, menyebar ke
sebagian besar Asia. Sang Buddha dikenal oleh para Buddhis sebagai Sang
Maha Guru Agung yang telah sadar atau tercerahkan yang membagikan
wawasan-Nya untuk membantu makhluk hidup mengakhiri penderitaan mereka
dengan melenyapkan ketidaktahuan/kebodohan/kegelapan batin (moha),
keserakahan (lobha), dan kebencian/kemarahan (dosa). Berakhirnya atau
padamnya moha, lobha, dan dosa disebut dengan Nibbana. Untuk mencapai
Nibbana seseorang melakukan perbuatan benar, tidak melakukan perbuatan
salah, mempraktikkan meditasi untuk menjaga pikiran agar selalu pada kondisi
yang baik atau murni dan mampu memahami fenomena batin dan jasmani.

Dua aliran utama Buddhisme yang masih ada yang diakui secara umum
oleh para ahli: Theravada ("Aliran Para Sesepuh") dan Mahayana ("Kendaraan
Agung"). Vajrayana, suatu bentuk ajaran yang dihubungkan dengan siddha
India, dapat dianggap juga sebagai aliran ketiga atau hanya merupakan bagian
dari Mahayana. Theravada mempunyai pengikut yang tersebar luas di Sri Lanka,

6
dan Asia Tenggara. Mahayana, yang mencakup tradisi Tanah Murni, Zen,
Nichiren, Shingon, dan Tiantai (Tiendai) dapat ditemukan di seluruh Asia
Timur. Buddhisme Tibet, yang melestarikan ajaran Vajrayana dari India abad
ke-8, dipraktikkan di wilayah sekitar Himalaya, Mongolia, dan Kalmykia.
Jumlah umat Buddha di seluruh dunia diperkirakan antara 488 juta dan 535 juta,
menjadikannya sebagai salah satu agama utama dunia.

Setiap aliran Buddha berpegang kepada Tipitaka sebagai referensi utama


karena dalamnya tercatat sabda dan ajaran Buddha Gautama. Pengikut-
pengikutnya kemudian mencatat dan mengklasifikasikan ajarannya dalam tiga
buku yaitu Sutta Piṭaka (khotbah-khotbah Sang Buddha), Vinaya Piṭaka
(peraturan atau tata tertib para bhikkhu) dan Abhidhamma Piṭaka (ajaran hukum
metafisika dan psikologi).

Seluruh naskah aliran Theravada menggunakan bahasa Pali, yaitu bahasa


yang dipakai di sebagian India (khususnya daerah Utara) pada zaman Sang
Buddha. Cukup menarik untuk dicatat, bahwa tidak ada filsafat atau tulisan lain
dalam bahasa Pali selain kitab suci agama Buddha Theravada, yang disebut kitab
suci Tipitaka, oleh karenanya, istilah "ajaran agama Buddha berbahasa Pali"
sinonim dengan agama Buddha Theravada. Agama Buddha Theravada dan
beberapa sumber lain berpendapat, bahwa Sang Buddha mengajarkan semua
ajaran-Nya dalam bahasa Pali, di India, Nepal dan sekitarnya selama 45 tahun
terakhir hidup-Nya, sebelum Dia mencapai Parinibbana.

Seluruh naskah aliran Mahayana pada awalnya berbahasa Sanskerta dan


dikenal sebagai Tripitaka. Oleh karena itu istilah agama Buddha berbahasa
Sanskerta sinonim dengan agama Buddha Mahayana. Bahasa Sanskerta adalah
bahasa klasik dan bahasa tertua yang dipergunakan oleh kaum terpelajar di
India. Selain naskah agama Buddha Mahayana, kita menjumpai banyak catatan
bersejarah dan agama, atau naskah filsafat tradisi setempat lainnya ditulis dalam
bahasa Sanskerta.

7
2. SEJARAH AGAMA BUDHA
Secara historis, akar Buddhisme terletak pada pemikiran religius dari
India kuno selama paruh kedua dari milenium pertama SM. Pada masa tersebut
merupakan sebuah periode pergolakan sosial dan keagamaan, dikarenakan
ketidakpuasaan yang signifikan terhadap pengorbanan dan rital-ritual dari
Brahmanisme Weda Tantangan muncul dari berbagai kelompok keagamaan
asketis dan filosofis baru yang memungkiri tradisi Brahamanis dan menolak
otoritas Weda dan para Brahmana. Kelompok-kelompok ini, yang anggotanya
dikenal sebagai sramana, merupakan kelanjutan dari sebuah untaian pemikiraan
India yang bersifat non-Weda, yang terpisah dari Brahmanisme Indo-Arya.

Para ahli memiliki alasan untuk percaya bahwa ide-ide seperti samsara,
karma (dalam hal pengaruh moralitas terhadap kelahiran kembali), dan moksha,
berasal dari sramana, dan kemudian diadopsi oleh agama ortodoks Brahmin.

Pandangan ini didukung oleh penelitian di wilayah di mana gagasan ini


berasal. Buddhisme tumbuh di Magadha Raya, yang terletak di sebelah barat
laut dari Sravasti, ibu kota Kosala, ke Rajagaha di sebelah tenggara. Negeri ini,
di sebelah timur aryavarta, negeri bangsa Arya, yang dikenal sebagai non-Weda.
Naskah Weda lainnya mengungkap ketidaksukaan penduduk Magadha,
kemungkinannya karena Magadha pada masa tersebut belum mendapat
pengaruh Brahmanisme. Sebelum abad ke-2 atau ke-3 SM, penyebaran
Brahmanisme ke arah timur memasuki Magadha Raya tidaklah signifikan.

Pemikiran-pemikiran yang berkembang di Magadha Raya sebelum abad


tersebut tidak tunduk pada pengaruh Weda. Ini termasuk tumimbal lahir dan
hukum karma yang muncul dalam sejumlah gerakan di Magadha Raya, termasuk
Buddhisme. Gerakan-gerakan ini mewarisi pemikiran tumimbal lahir dan hukum
karma dari kebudayaan yang lebih awal.

8
3. KONSEP KETUHANAN BUDHISME
Perlu ditekankan bahwa Buddha bukan Tuhan. Konsep ketuhanan dalam
agama Buddha berbeda dengan konsep dalam agama Abrahamik di mana alam
semesta diciptakan oleh Tuhan dan tujuan akhir dari hidup manusia adalah
kembali ke Nibbana surga ciptaan Tuhan yang kekal.

" Ketahuilah para bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan,
Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu,
apabila tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak
Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari
kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi
para bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang
Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari
kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. "

— Sutta Pitaka, Udana VIII: 3

Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Buddha yang terdapat dalam


Sutta Pitaka, Udana VIII:3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa
dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah Atthi
Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang yang artinya "Suatu Yang Tidak
Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak". Dalam hal
ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak
dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa
pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata)
maka manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari
lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.

Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Maha Esa ini, kita dapat
melihat bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan
konsep Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain.

9
Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab
masih banyak umat Buddha yang mencampur-adukkan konsep Ketuhanan
menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain
sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan
dalam agama Buddha adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-
agama lain.

Bila kita mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam
kitab suci Tripitaka, maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan
konsep Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama
pula. Konsep-konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep dari
agama lain antara lain adalah konsep-konsep tentang alam semesta, terbentuknya
Bumi dan manusia, kehidupan manusia di alam semesta, kiamat dan
Keselamatan atau Kebebasan.

Di dalam agama Buddha tujuan akhir hidup manusia adalah mencapai


kebuddhaan (anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati di mana satu
makhluk tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir. Untuk mencapai itu
pertolongan dan bantuan pihak lain tidak ada pengaruhnya. Tidak ada dewa -
dewi yang dapat membantu, hanya dengan usaha sendirilah kebuddhaan dapat
dicapai. Buddha hanya merupakan contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk
yang perlu melalui jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan rohani, dan
melihat kebenaran & realitas sebenar-benarnya.

4. MORALITAS DALAM AJARAN BUDHA


Sebagaimana agama Kristen, Islam, dan Hindu, ajaran Buddha juga
menjunjung tinggi nilai-nilai kemoralan.

Moralitas dalam ajaran Buddha bertujuan praktis menuntun orang


menjuju tujuan akhir kebahagiaan tertinggi. Dalam jalan umat Buddha menuju
pembebasan, setiap individu dianggap bertanggung jawab untuk keberuntungan
dan kemalangannya sendiri.

10
Setiap individu diharapkan mengupayakan pembebasannya sendiri
melalui pemahaman dan usaha. Keselamatan umat Buddha adalah hasil
pemgembangan moral orang itu sendiri dan tidak dapat diadakan atau diberikan
kepada seseorang oleh suatu perantara eksternal. Misi Sang Budda adalah untuk
mencerahkan manusia akan sifat keberadaan dan untuk menasihatkan bagaimana
cara terbaik untuk kebahagiaan mereka dan keuntungan orang lain. Secara
konsekuen, etika umat Buddha bukan merupakan perintah apa pun yang
memaksa manusia untuk mengikutinya.

Moralitas bagi umat Buddha dapat dirangkum dalam tiga prinsip


sederhana: "Hindarkan kejahatan; lakukan kebaikan; sucikan pikiran." Inilah
nasihat yang diberikan oleh semua Buddha."

5. ALRIAN DAN TRADISI AJARAN BUDHA


Umat Buddha secara umum mengklasifikasikan diri mereka sebagai
Theravada atau Mahayana. Klasifikasi ini juga digunakan oleh beberapa ahli dan
merupakan salah satu penggunaan yang lazim dalam bahasa Inggris.

 Buddha Mahayana

Sutra Teratai merupakan Referensi sampingan penganut Buddha aliran


Mahayana. Tokoh Kwan Im yang bermaksud "maha mendengar" atau nama
Sanskerta-nya "Avalokiteśvara" merupakan tokoh Mahayana dan dipercayai
telah menitis beberapa kali dalam alam manusia untuk memimpin umat manusia
ke jalan kebenaran. Dia diberikan sifat-sifat keibuan seperti penyayang dan
lemah lembut. Menurut sejarahnya Avalokitesvara adalah seorang lelaki murid
Buddha, akan tetapi setelah pengaruh Buddha masuk ke Tiongkok, profil ini
perlahan-lahan berubah menjadi sosok feminin dan dihubungkan dengan legenda
yang ada di Tiongkok sebagai seorang dewi.

11
Pemujaan kepada Buddha Amitabha (Amitayus) merupakan salah satu
aliran utama Buddha Mahayana. Surga Barat merupakan tempat tujuan umat
Buddha aliran Sukhavati selepas mereka meninggal dunia dengan berkat
kebaktian mereka terhadap Buddha Amitabha di mana mereka tidak perlu lagi
mengalami proses tumimbal lahir dan dari sana menolong semua makhluk hidup
yang masih menderita di bumi.

Mereka mempercayai mereka akan lahir semula di Sorga Barat untuk


menunggu saat Buddha Amitabha memberikan khotbah Dhamma dan Buddha
Amitabha akan memimpin mereka ke tahap mencapai 'Buddhi' (tahap
kesempurnaan di mana kejahilan, kebencian dan ketamakan tidak ada lagi). Ia
merupakan pemahaman Buddha yang paling disukai oleh orang Tionghoa.

 Buddha Theravada

Aliran Theravada adalah aliran yang memiliki sekolah Buddha tertua


yang bertahan sampai saat ini, dan untuk berapa abad mendominasi Sri Lanka
dan wilayah Asia Tenggara (sebagian dari Tiongkok bagian barat daya,
Kamboja, Laos, Myanmar, Malaysia, Indonesia dan Thailand) dan juga sebagian
Vietnam. Selain itu populer pula di Singapura dan Australia.

Theravada berasal dari bahasa Pali yang terdiri dari dua kata yaitu thera
dan vada. Thera berarti sesepuh khususnya sesepuh terdahulu, dan vada berarti
perkataan atau ajaran. Jadi Theravada berarti Ajaran Para Sesepuh.

Istilah Theravada muncul sebagai salah satu aliran agama Buddha dalam
Dipavamsa, catatan awal sejarah Sri Lanka pada abad ke-4 Masehi. Istilah ini
juga tercatat dalam Mahavamsa, sebuah catatan sejarah penting yang berasal
dari abad ke-5. Diyakini Theravada merupakan wujud lain dari salah satu aliran
agama Buddha terdahulu yaitu Sthaviravada (Bahasa Sanskerta: Ajaran Para
Sesepuh).

12
sebuah aliran agama Buddha awal yang terbentuk pada Sidang Agung
Sangha ke-2 (443 SM). Dan juga merupakan wujud dari aliran Vibhajjavada
yang berarti Ajaran Analisis (Doctrine of Analysis) atau Agama Akal Budi
(Religion of Reason).

Sejarah Theravada tidak lepas dari sejarah Buddha Gautama sebagai


pendiri agama Buddha. Setelah Sang Buddha parinibbana (543 SM), tiga bulan
kemudian diadakan Sidang Agung Sangha (Sangha Samaya).

Diadakan pada tahun 543 SM (3 bulan setelah bulan Mei), berlangsung


selama 2 bulan dipimpin oleh Y.A. Mahakassapa dan dihadiri oleh 500 orang
Bhikkhu yang semuanya Arahat. Sidang diadakan di Gua Saptaparni di kota
Rajagaha. Sponsor sidang agung ini adalah Raja Ajatasatu. Tujuan Sidang
adalah menghimpun Ajaran Sang Buddha yang diajarkan kepada orang yang
berlainan, di tempat yang berlainan dan dalam waktu yang berlainan. Mengulang
Dhamma dan Vinaya agar Ajaran Sang Buddha tetap murni, kuat, melebihi
ajaran-ajaran lainnya. Y.A. Upali mengulang Vinaya dan Y.A. Ananda
mengulang Dhamma.

Sidang Agung Sangha ke-2, pada tahun 443 SM, di mana awal
Buddhisme mulai terbagi menjadi 2. Di satu sisi kelompok yang ingin
perubahan beberapa peraturan minor dalam Vinaya, di sisi lain kelompok yang
mempertahankan Vinaya apa adanya. Kelompok yang ingin perubahan Vinaya
memisahkan diri dan dikenal dengan Mahasanghika yang merupakan cikal bakal
Mahayana. Sedangkan yang mempertahankan Vinaya disebut Sthaviravada.

Sidang Agung Sangha ke-3 (313 SM), Sidang ini hanya diikuti oleh
kelompok Sthaviravada. Sidang ini memutuskan untuk tidak mengubah Vinaya,
dan Moggaliputta-Tissa sebagai pimpinan sidang menyelesaikan buku
Kathavatthu yang berisi penyimpangan-penyimpangan dari aliran lain.

13
Saat itu pula Abhidhamma dimasukkan. Setelah itu ajaran-ajaran ini di
tulis dan disahkan oleh sidang. Kemudian Y.M. Mahinda (putra Raja Asoka)
membawa Tipitaka ini ke Sri Lanka tanpa ada yang hilang sampai sekarang dan
menyebarkan Buddha Dhamma di sana. Di sana ajaran ini dikenal sebagai
Theravada.

6. PENYEBARAN BUDHISME DI ASIA DAN INDONESIA


Agama Buddha mulai berkembang di India, yaitu tempat di mana
Buddha Gautama mengajarkan ajarannya. Setelah wafatnya Buddha Gautama,
ajaran tersebut tidak lenyap begitu saja, melainkan disebarkan oleh para pemuka
agama sehingga bertahan sampai sekarang di berbagai belahan dunia, khususnya
di Asia.

 Penyebaran di India dan Asia Tengah

Dimulai dari India, tempat di mana Buddha Gautama lahir dan wafat.
100 tahun setelah Buddha mencapai Nirwana, ajaran Buddha Gautama mulai
memudar sehingga para biksu disana memutuskan untuk mulai melestarikannya
agar tetap hidup. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan membuat Dharma
atau pengajaran. Di India jugalah tempat di mana mulai terbentuknya aliran
Mahayana dan Theravada akibat perselisihan antara kelompok biarawan dan
para kaum tua.Theravada umumnya mengajarkan bahwa tujuan tertinggi adalah
menjadi arahat, sedangkan Mahayana mengajarkan bahwa tujuan yang paling
berharga adalah dengan mencapai Kebuddhaan.

Selain melalui kaum biarawan,agama Buddha juga disebarkan oleh raja-


raja besar di India seperti Raja Ashoka. Ia mengajarkan kepada rakyatnya untuk
tidak berpikiran jahat seperti serakah dan mudah marah. Ia menanamkan nilai-
nilai moral, seperti menghargai kebenaran, cinta kasih dan amal. Ashoka juga
mengirim misionaris Buddha keberbagai negara tetangga, termasuk ke Sri Lanka
di mana mereka diterima baik sehingga Sri Lanka menjadi basis agama Buddha.

14
 Penyebaran di Asia Timur

Selama abad 3 SM, Raja Asoka mengirimkan misionaris ke barat laut


India yaitu Pakistan dan Afganistan. Misi ini mencapai sukses besar karena
kawasan ini segera menjadi pusat pembelajaran agama Buddha yang memiliki
banyak biksu terkemuka dan sarjana. Ketika para pedagang Asia Tengah datang
ke wilayah ini untuk berdagang, mereka belajar tentang Buddhisme dan
menerimanya sebagai agama mereka. Dengan dukungan dari pedagang, biara
gua banyak didirikan di sepanjang rute perdagangan di seluruh Asia Tengah.
Pada abad 2 SM, beberapa kota Asia Tengah seperti Khotan, telah menjadi pusat
penting bagi Buddhisme. Melalui Jalan Sutera inilah, pertama kalinya orang
Tiongkok mengenal agama Buddha dari orang-orang di Asia Tengah yang sudah
beragama Buddha.

Bentuk awal penyebaran agama Buddha di Tiongkok adalah dengan


adanya penerjemah yang bertugas menerjemahkan teks penting mengenai ajaran
Buddha dari bahasa India ke bahasa Tionghoa kala itu. Selain itu, juga lahirnya
berbagai karya seni dan pahat di mana patung-patung Buddha dibuat. Bentuk
perkembangan lainnya adalah dengan dibangunnya sekolah ajaran Buddha di
Tiongkok yang mencakup seni, patung, arsitektur dan filsafat waktu itu.

Ada pula biarawan Tiongkok yang pergi ke Semenanjung Korea untuk


memperkenalkan agama Buddha kepada kerajaan-kerajaan yang ada di Korea
pada waktu itu. Sehingga pada abad ke-6 dan abad ke-7, agama Buddha telah
berkembang di bawah kerajaan tersebut. Selain di Korea, Buddhisme juga
berkembang di kepulauan Jepang.

15
 Penyebaran di Asia Tenggara

Pada awal era masehi, orang-orang di berbagai belahan Asia Tenggara


datang untuk mengetahui ajaran Buddha sebagai hasil dari meningkatnya
hubungan dengan para pedagang India yang datang ke wilayah tersebut untuk
berdagang. Pedagang ini tidak hanya berdagang di Asia Tenggara, tetapi juga
membawa agama mereka dan budaya dengan mereka. Di bawah pengaruh
mereka, orang-orang setempat mulai mengenal agama Buddha, tetapi tetap
mempertahankan keyakinan lama dan adat istiadat mereka. Sejak masuk di
semenanjung Indocina (sekarang bagian Asia Tenggara), Buddhisme mulai
masuk di Birma, Siam (sekarang Thailand), Vietnam, semenanjung Malaya
(sekarang Malaysia Barat) dan kepulauan nusantara (sekarang Indonesia).

 Penyebaran di Nusantara ( Indonesia )

Pada akhir abad ke-5, seorang biksu Buddha dari India mendarat di
sebuah kerajaan di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Tengah sekarang. Pada akhir
abad ke-7, I Tsing, seorang peziarah Buddha dari Tiongkok, berkunjung ke
Pulau Sumatra (kala itu disebut Swarnabhumi), yang kala itu merupakan bagian
dari kerajaan Sriwijaya. Ia menemukan bahwa Buddhisme diterima secara luas
oleh rakyat, dan ibu kota Sriwijaya (sekarang Palembang), merupakan pusat
penting untuk pembelajaran Buddhisme (kala itu Buddha Vajrayana). I Tsing
belajar di Sriwijaya selama beberapa waktu sebelum melanjutkan perjalanannya
ke India.

Pada pertengahan abad ke-8, Jawa Tengah berada di bawah kekuasaan


raja-raja Dinasti Syailendra yang merupakan penganut Buddhisme. Mereka
membangun berbagai monumen Buddha di Jawa, yang paling terkenal yaitu
Candi Borobudur. Monumen ini selesai di bagian awal abad ke-9.

Di pertengahan abad ke-9, Sriwijaya berada di puncak kejayaan dalam


kekayaan dan kekuasaan. Pada saat itu, kerajaan Sriwijaya telah menguasai
Pulau Sumatra, Pulau Jawa dan Semenanjung Malaya.

16
BAB III
PENUTUP

D. KESIMPULAN
Agama Buddha merupakan agama yang mendominasi di India.
Sejarah agama Buddha mulai abad ke-4 sebelum Masehi hingga abad ke-2.
Hal ini dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu mulai abad ke-6 sebelum Masehi
hingga ke-3 sebelum Masehi, dan abad ke-3 sebelum Masehi hingga abad ke-2.

Agama Buddha didirikan oleh seseorang yeng bernama


Siddharta. Menurut cerita umat Buddha dalam diri Sidharta tersebut hidup
makhluk bernama Sumeddhayang sudah hidup lama hingga mengalami
reinkarnasi dan hidup di tubuh seorang mampunyai derajat kebuddhaan.

Adapun ajaran-ajaran yang ada dalam agama Buddha, antara lain; ajaran
tentang Buddha, yakni dalam kepercayaan Buddhis, hiduplah sang Buddha
sebagai perorangan. Buddha adalah sebuah gelar, suatu jabatan atau seoarang
tokoh yang sudah pernah menjelma pada seseoarang. Kemudian juga ada
ajaran tentang Dharmadan Dhamma, ajaran tentang Sangha, dan ajaran-ajaran
lainnya.

Sedangkan aliran-aliran agama Budhdadibagi menjadi dua aliran


yaitu aliran Hinayanadan aliran Mahayana. Aliran Hinayanaadalah aliran
ortodoks yang mempertahanlan keaslian ajaran agama Buddha. Aliran
Mahayanaadalah aliran yang mengadakan pembaharuan terhadap ajaran
agama Buddha yang asli.

E. SARAN
Sebagai manusiayang beragama serta hidup dalam situasi yang multi
agama, kita harus tahu akan bagaimana perbadaan agama serta sejarah
pada tiap-tiap agama. Dengan hal tersebut kita akan tambah keimanan dan
juga akan kaya tentang pengetahuan tentang agama yang ada di sekitar
kita. Dengan hal tersebut tentu kita akan bertambah keimanandan juga
berharap berusaha untuk ikut andil atau pelaku sejarah perkembangan agama.

17
DAFTAR PUSTAKA

Manaf, Mudjahid Abdul. 1996. Sejarah Agama-Agama. PT Raja Grafindo


Persada. Jakarta.

Khairiah (2018). Agama Budha (PDF). Pekanbaru: Kalimedia. hlm. 2–3.

K. Sri Dhammananda (2004). Keyakinan Umat Buddha. Yayasan Penerbit Karaniya dan
Ehipassiko Foundation. hlm. 105.

K. Sri Dhammananda (2004). Keyakinan Umat Buddha. Yayasan Penerbit Karaniya


dan Ehipassiko Foundation. hlm. 211–212.

18

Anda mungkin juga menyukai