Agama Budha
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perbandingan Agama
Dosen: Dani Darul Harbi, S.Pd.I, MA.Pd.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puji syukur atas ke hadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Perbandingan Agama ini. Shalawat dan salam tak lupa
kami curahkan kepada suri tauladan kita nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, sahabatnya, hingga kita umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah Perbandingan Agama ini. Selain itu kami
ucapkan terima kasih kepada bapak Dosen Dani Darul Harbi S.Pd.I, MA.Pd, yang
telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah landasan pendidikan ini. Akhir kata kami
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah agama Buddha mulai dari abad ke-6 SM sampai sekarang dari
lahirnya sang Buddha Siddharta Gautama. Dengan ini, ini adalah salah satu agama
tertua yang masih dianut di dunia. Selama masa ini, agama ini sementara
berkembang, unsur kebudayaan India, ditambah dengan unsur-unsur kebudayaan
Helenistik (Yunani), Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara. Dalam proses
perkembangannya ini, agama ini praktis telah menyentuh hampir seluruh benua
Asia. Sejarah agama Buddha juga ditandai dengan perkembangan banyak aliran dan
madzhab, serta perpecahan-perpecahan. Yang utama di antaranya adalah aliran
tradisi Theravada , Mahayana, dan Vajrayana (Bajrayana), yang sejarahnya ditandai
dengan masa pasang dan surut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asal Usul Agama Budha ?
2. Siapa pendiri agama budha ?
3. Bagaimana Konsep ketuhanan agama budha ?
4. Apa kitab suci agama budha ?
5. Apa saja sekte - sekte agama budha ?
6. Bagaimana doktrin - doktrin agama budha ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui asal Usul agama budha
2. Untuk mengetahui siapa pendiri agama budha
3. Untuk mengetahui bagaimana Konsep ketuhanan agama budha
4. Untuk mengetahui apa kitab suci agama budha
5. Untuk mengetahui apa saja sekte - sekte agama budha
6. Untuk mengetahui bagaimana doktrin - doktrin agama budha
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
gantung di moncong keledai. Tarolah itu yang gembel. Sedangkan yang berpunya
pun sering kehinggapan rasa tak puas, waswas gelisah, kecewa dan murung karena
dihantui serba penyakit yang setiap waktu menyeretnya ke liang lahat. Siddhartha
berpikir, keadaan ini mesti dirobah. Mesti terwujud makna hidup dalam arti kata
yang sesungguhnya, dan bukan sekedar kesenangan yang bersifat sementara yang
senantiasa dibayangi dengan penderitaan dan kematian.
Tatkala berumur dua puluh sembilan tahun, tak lama sesudah putra
pertamanya lahir, Gautama mengambil keputusan dia mesti meninggalkan
kehidupan istananya dan menghambakan diri kepada upaya mencari kebenaran
sejati yang bukan sepuhan. Berpikir bukan sekedar berpikir, melainkan bertindak.
Dengan lenggang kangkung dia tinggalkan istana, tanpa membawa serta anak-bini,
tanpa membawa barang dan harta apa pun, dan menjadi gelandangan dengan tidak
sepeser pun di kantong. Langkah pertama, untuk sementara waktu, dia menuntut
ilmu dari orang-orang bijak yang ada saat itu dan sesudah merasa cukup
mengantongi ilmu pengetahuan, dia sampai pada tingkat kesimpulan pemecahan
masalah ketidakpuasan manusia.
2.3 Sistem Ketuhanan Agama Budha
Dalam ajaran agama Budha, Sang Budha bukanlah Tuhan dalam agama
Budha yang bersifat non-teis (yakni, pada umumnya tidak mengajarkan keberadaan
Tuhan sang pencipta, atau bergantung kepada Tuhan sang pencipta demi dalam
usaha mencapai pencerahan, Sang Buddha adalah pembimbing atau guru yang
menunjukkan jalan menuju nirwana). Pandangan umum tentang Tuhan
menjelaskan suatu keberadaan yang tidak hanya memimpin tetapi juga menciptakan
alam semesta. Pemikiran dan konsep tentang inilah yang sering diperdebatkan oleh
banyak Buddhis dalam perpecahan agama Budha.
3
a. Sutta Pitaka, berisi khutbah-khutbah atau ajaran Buddha kepada pengikutnya.
b. Vinaya Pitaka, berisi peraturan-peraturan yang mengatur kehidupan Sangha dan
para penganutnya.
c. Abhidharma Pitaka, berisi ajaran ilmu jiwa dan metafisika agama Buddha.3[3]
3[3] Drs. Mudjahid Abdul Manaf, SEJARAH AGAMA- AGAMA, Jakarta:PT Raja
Grafindo,1994, hal 26-27
4
penganutnya banyak terdapat di negara India, Nepal, Tibet, Mongolia, Tiongkok,
Korea, Jepang dan Indonesia.
Tujuan dalam aliran ini bukan menjadi Arahat, tetapi menjadi Boddhisatva.
Seorang Boddhisatva sebenarnya bisa langsung menikmati kebahagiaan di
Nirwana, tetapi ia belum mau menetap di Nirwana, melainkan masih ingin turun ke
dunia guna menyelamatkan umat manusia yang percaya dari penderitaan.
Dari tujuan tersebut, aliran Mahayana bukanlah kelepasan individual, melainkan
kelepasan bersama-sama orang banyak sehingga aliran itu diberi nama “kendaraan
besar” karena mempunyai jangkauan untuk menyelamatkan lebih banyak umat
manusia. 4[4]
4[4] Drs H. Abu Ahmadi, Perbandingan Agama, Jakarta: PT. RINEKA CIPTA,1991, hal
140-141
5
penderitaan itu adalah karena manusia diliputi Keserakahan, Kebencian dan
Kegelapan Batin, sehingga mengakibatkan kelahiran yang berulang-ulang dari
masa ke masa dari satu alam ke alam berikutnya.
Manusia banyak yang tidak menyadari bahwa ada kebebasan dari semua
bentuk penderitaan yang dapat dicapai ketika masih hidup. Mereka kebanyakan
melekat pada kesenangan-kesenangan nafsu indera, menghancurkan kehidupan
makhluk lain, menganut pandangan salah yang menyesatkan banyak orang dan
menjanjikan kebahagiaan semu dan sementara, hidupnya tidak diarahkan dengan
baik, tidak membuka diri untuk belajar lebih dalam tentang kebenaran universal,
menjadi orang dungu yang hanya tahu tapi tidak mempraktekkan apa yang ia
ketahui, menjadi orang bodoh yang tidak mampu membedakan kebaikan dan
kejahatan. Inilah sebab penderitaan yang menyelimuti kebanyakan umat
manusia, yaitu Nafsu yang tiada henti (Tanha), dan Avijja (kebodohan batin)
yang menjadi sebab kelahiran berulang-ulang bagi dirinya.
6
mengikis habis nafsu-nafsu indera, dan memunculkan kebijaksanaan paling
tinggi dalam kehidupannya dan menjadikan dirinya sendiri sebagai Orang Suci
meskipun masih bergaul dengan banyak orang dan berpenghidupan di
masyarakat luas. Kelak ketika ia meninggal dunia, maka tidak akan ada lagi
orang yang mengetahui kemana ia pergi, karena Nibbana bukanlah suatu tempat.
Sebagaimana api itu ada, namun tidak seorang pun yang dapat mengetahui
kemana perginya api setelah padam.
Jika diibaratkan sebuah lilin yang menyala, apinya adalah kebencian,
keserakahan, dan kegelapan batin dan batang lilin adalah badan jasmani, maka
ketika nyala lilin padam bersamaan dengan habisnya batang lilin yang terbakar,
saat itulah fenomena-fenomena selanjutnya dari lilin tersebut tidak dapat
diketahui oleh siapapun. Inilah gambaran Nibbana secara sederhana. Jadi sangat
mungkin Kebahagiaan Sejati dapat dicapai bukan setelah meninggal dunia,
tetapi juga ketika masih hidup.
d. Dukkha Nirodha Gamini Patipada Magga (Kebenaran Ariya tentang Jalan
yang menuju Terhentinya Dukkha)
Cara melenyapkan Dukkha adalah dengan memiliki 8 unsur berikut
(disebut juga Jalan Mulia Berunsur Delapan):
1) Pengertian Benar
2) Pikiran Benar
3) Ucapan Benar
4) Perbuatan Benar
5) Mata Pencaharian Benar ( Penghidupan Benar bagi bhikku / bhikkuni /
samanera / samaneri )
6) Usaha Benar
7) Perhatian Benar
8) Konsentrasi Benar
2. Nirwana
Nirwana merupakan tujuan terakhir setiap pemeluk agama budha adalah
mencapai nirwana, di mana seseorang telah terlepas dari samsara, yang berarti ia
lepas dari penderitaan, dan selanjutnya ia akan merasakan kebahagiaan yang abadi.
7
Dalam Agama Budha nirwana adalah merupakan suatu keadaan yang lebih baik
dari segala keadaan yang dapat di nikmati di dunia. Tidak mudah untuk mencapai
nirwana, karena untuk mencapai nirwana harus hidup suci dan mampu
melenyapkan tanha sama sekali. Jika seseorang telah dapat melakukan hidup suci
dan melenyapkan tanha secara maksimal, maka akan sampailah ia ke Nirwana,
sebelum mencapai tingkat yang maksimal, maka ia harus mengalami reinkarnasi
yang berulang-ulang.
Bagi orang yang ingin mencapai nirwana, maka pokok-pokok etika ini yang
harus di taati:
a. Nirwana yang dapat di capai oleh seseorang pada waktu itu ia masih hidup yaitu
pada saat lenyapnya tanha, yang berarti ia telah mencapai arahat. Keadaan ini di
sebut Upadhisesa
b. Nirwana dalam arti berhentinya segala hal proses hidup.
3. Arahat
Seseorang arahat adalah seseorang yang telah melenyapakan segala hawa
nafsu dan keinginanya, sehingga ia tidak teringat oleh apapun.
Sebelum seseorang mencapai tingkat Arahat maka keadaan yang mendekatinya
dapat di bagi 3 yaitu :
1) Sotapatti, yaitu tingkatan di mana seseorang harus menjelma tujuh kali lagi
sebelum mencapai nirwana
2) Sekadagami magga, yaitu tingkat seseorang tinggal satu kali lagi menjelma
sebelum mencapai nirwana
3) Anagami, yaitu tingkatan di mana seseorang sudah tidak akan menjelma
lagi.5[5]
4. Tri ratna
Dalam syahadat (ucapan kesaksian) agama budha yang di sebut triratna,
berbunyi :
“Aku berlindung kepada Budha “
8
“Aku berlindung kepada Dharma “
“Aku berlindung kepada Sangha “
Dalam susunan kalimat ini kesaksian tersebut tidak di sebut nama Tuhan.6[6]
5. Karma
Menurut apa yang di lukiskan sang Budha, karma adalah hukum tanpa
pengadilan dan konsekuensi yang tak memihak, atau secara lebih sederhana adalah
hukum tentang akibat yang mengikuti sebab.
9
b. Vipassana Bhavana
Meditasi yang bertujuan untuk mencapai pandangan terang. Hasil
meditasi ini adalah Kesucian atau Nibbana. Obyek meditasi ini adalah Nama /
Rupa (Batin / Jasmani)
Manfaat dari meditasi antara lain :
1) pikiran tenang dan terkendali
2) wajah berseri-seri
3) bangun tidur dengan segar
4) tidak mudah marah-marah
5) sabar menghadapi segala permasalahan
6) membangkitkan keberanian
7) menumbuhkan rasa percaya diri, dan sebagainya.
2) Kebaktian
Dalam Agama budha puja bhakti dapat diartikan memuja segala
kebesarannya serta berbakti kehadapannya. Dan umat budha mewajibkan
melaksanakan puja bakti / kebaktian sesuai dengan tuntutan dan tujuanya. Agar
umat budha selalu waspada dan mengontrol dalam melalukan sesuatu
perbuatan yaitu Peralatan Ibadat
Untuk melakukan peribadatan diperlukan perlatan diantaranya adalah:
1) Tempat Kebaktian yaitu : Vihara atau Cetia. Vihara biasanya lebih
lengkap dan lebih besar dari cetia.
2) Patung sang Buddha, patung tersebut diletakkan diatas altar. Hal ini
bukan berarti umat Buddha menyembah patung sebab mereka menyadari
bahwa patung tetaplah patung yang tetap dihargai sebagai apa adanya.
3) Lilin, ditaruh diatas altar sebagai lambang penerangan, dengan
penerangan seseorang akan mampu membedakan yang baik dan yang
tidak baik.
4) Air, merupakan lambang kesucian sebab air yang sedemikian keruhnya
bila ditenangkan beberapa saat maka air itupun akan menjadi bersih dan
suci.
10
5) Dupa, bila dupa dinyalakan akan mengeluarkan asap yang berbau harum
yang memberikan suasana segar dalam kebaktian.
6) Bunga, persembahan ini mengingatkan akan adanya karma yakni apapun
yang telah diingat manusia.
7) Buah-buahan, persembahan ini mengingatkan akan adanya karma yakni
apaun yang telah dilakukan manusia.
8) Kue-kue, persembahan ini mengingatkan hendaknya dalam mencari
kehidupan atau bermata pencaharian dengan jalan Tuhan Yang Maha
Esa.
11
b. Cetana Sampada : Kesempurnaan dalam kehendak
c. Dakkhineyya Sampada : Kesempurnaan dalam objek pemujaan
2) Patipatti Puja
Yaitu pemujaan dengan pelaksanan, sering juga di sebut sebagai Dhamma
puja. Menurut kitab paramatthajotika, yangg dimaksud “pelaksanaan” dalam hal ini
adalah :
a. Berlindung pada Tisarana ( tiga perlindungan ), yakni Buddha, Dhamma, dan
Arya Sangha
b. Serta bertekad untuk melaksanakan Pancasila Buddhist ( lima kemoralan ) yakni
pantangan untuk membunuh, mencuri, berbuat asusila, berkata yg tidak benar,
mengkonsumsi makanan/minuman yg melemahkan kesadaran (kewaspadaan)
c. Bertekad melaksanakan Attahanga sila ( delapan sila ) pada hari-hari uposattha
d. Berusaha menjalankan Parisuddhi Sila (Kemurniaan Sila), yaitu :
1. Pengendalian diri dalam tata tertib
2. Pengendalian enam indera
3. Mencari nafkah hidup secara benar
4. Pemenuhan kebutuhan hidup yg layak
12
5. Magga Puja, dirayakan tiap bulan Februari saat bulan purnama sidhi.
13
mengambil ritual mandi sesaat sebelum melahirkan dan di mana Pangeran
Siddhartha pun mandi untuk pertama kalinya - serta terdapat pula sisa-sisa istana
Kapilavastu. Di situs lain dekat Lumbini merupakan tempat Buddha sebelum
Buddha Gautama, menurut cerita; lahir, mencapai pencerahan dan akhirnya
melepaskan bentuk keduniawian.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejarah agama Buddha mulai dari abad ke-6 SM sampai sekarang dari
lahirnya sang Buddha Siddharta Gautama. Dengan ini, ini adalah salah satu agama
tertua yang masih dianut di dunia. Selama masa ini, agama ini sementara
berkembang, unsur kebudayaan India, ditambah dengan unsur-unsur kebudayaan
Helenistik (Yunani), Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara. Dalam proses
perkembangannya ini, agama ini praktis telah menyentuh hampir seluruh benua
Asia. Sejarah agama Buddha juga ditandai dengan perkembangan banyak aliran dan
madzhab, serta perpecahan-perpecahan. Yang utama di antaranya adalah aliran
tradisi Theravada , Mahayana, dan Vajrayana (Bajrayana), yang sejarahnya ditandai
dengan masa pasang dan surut.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari banyak kekurangan dan
kesalahan dalam penyampaian maupun penulisan kalimat. Oleh karena itu, kami
sebagai penulis makalah ini meminta kritik dan saran sehingga kedepannya kami
dapat menulis makalah ini dengan baik. Diantara maksud penulisan makalah ini
adalah agar kita bisa memahami agama - agama lain, walaupun kita umat muslim
dan supaya kita bisa membedakan antara agama yang satu dengan agama yang lain.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awrjczw4FvFi.Q0rEotXNyoA;_ylu=Y29sbwNnc
TEEcG9zAzEEdnRpZANEMTEyNF8xBHNlYwNzcg--
/RV=2/RE=1659995833/RO=10/RU=https%3a%2f%2fdenawanto.blog
spot.com%2f2018%2f12%2fmakalah-sejarah-agama-buddha-
dan.html%3fhl%3dar/RK=2/RS=dgRBS5UtFPWcLHktUufFjVUmFpQ
-
https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awrjczw4FvFi.Q0rK4tXNyoA;_ylu=Y29sbwNn
cTEEcG9zAzUEdnRpZANEMTEyNF8xBHNlYwNzcg--
/RV=2/RE=1659995833/RO=10/RU=https%3a%2f%2fritahardianti.blo
gspot.com%2f2012%2f04%2fmakalah-agama-buddha-dasar-budha-
darma.html/RK=2/RS=jbpHLBePWTcaim3gGp35tPSHczM-
https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awrjczw4FvFi.Q0rIItXNyoA;_ylu=Y29sbwNnc
TEEcG9zAzQEdnRpZANEMTEyNF8xBHNlYwNzcg--
/RV=2/RE=1659995833/RO=10/RU=https%3a%2f%2fwww.academia.
edu%2f40712181%2fMAKALAH_HINDU_DAN_BUDDHA_DI_IND
ONESIA/RK=2/RS=OK6QNgQZL9.L2NhyK_1B0DFEAjY-
16