Disusun Oleh:
2019
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena
hanya dengan rahmat, hidayah, kasih sayang, dan barokah-Nya kami dapat
menguraikan sedikit makalah ini. Shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sebagai pemberikan syafaat kepada
kita beserta keluarga, para sahabat dan umatnya sampai hari kiamat.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dari berbagai pemikiran dan
sumber yang ada. sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan. Semoga tulisan ini bermanfaat. Amin.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I : PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
A. Simpulan 14
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Buddha adalah agama yang lahir dan berkembang sekitar 6 abad
sebelum Masehi. Agama ini muncul berkaitan dengan situasi sebagai reaksi
terhadap sistem upacara agama Hindu yang terlampau kaku. Dari latar
belakang munculnya, agama Buddha mempunyai kaitan erat dengan agama
Hindu. Sebagai agama, ajaran Buddha tidak bertolak dari Tuhan dan
hubungan-Nya dengan alam dan seluruh isinya.
Agama ini memiliki pemahaman mengenai kehidupan, yakni keyakinan
bertolak dari keadaan yang nyata yang dibatasi oleh lingkaran dukha yang
selalu mengikuti kehidupan orang tersebut. Pada mulanya ajaran ini bukan
merupakan agama tetapi hanya suatu ajaran untuk melepaskan diri dari
sangsara (samsara) dengan tenaga sendiri, sebagaimana dilakukan sang
Budha. Tetapi ajaran ini kemudian berubah manjadi agama yang banyak
penganutnya dan mempengaruhi daya pikir banyak orang. Disini kita akan
membahas sejarah adanya agama Budha, ajaran, inti ajaran dan pakarnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah agama Budha?
2. Bagaimana sejarah agama Budha Di Indonesia?
3. Apa saja ajaran ajaran agama Budha?
4. Siapakah pakar pakar agama Budha?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah agama Budha.
2. Untuk mengetahui sejarah agama Budha di Indonesia.
3. Untuk mengetahui ajaran ajaran agama Budha.
4. Untuk mengetahui pakar pakar agama Budha.
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
Sudrajat, Sejarah Indonesia Masa Hindu Budha, (Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta, 2011), hlm. 20.
2
Ibid., hlm. 20.
5
raya ini dimeriahkan untuk memperingati Peristiwa kelahiran,
menerima penerangan agung, dan kematian Sidharta yang terjadi
pada tanggal yang bersamaan, yaitu waktu bulan purnama di bulan Mei.3
3
Ibid., hlm. 21.
4
Ufi Saraswati, Teori Masuknya Agama Hindu-Budha Ke Indonesia, (Pendalaman Materi
Sejarah Indonesia PPG Dalam Jabatan, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia ), hlm. 19.
5
Ibid., hlm. 20.
6
lewat kegiatan perdagangan yang berkembang antara bangsa Nusantara,
India, dan juga Cina.
Masuknya agama Buddha di Indonesia itu sekitar awal abad pertama
atau saat dimulainya perdagangan melalui jalur laut, namun itu hanyalah
perkiraan kedatangan para pedagang dari India atau pun dari China.
Sedangkan bukti-bukti yang menyebutkan adanya orang Indonesia yang
memeluk agama Budha itu sekitar adab ke-4 M. Ditemukan Prasasti dan
Ruphang Buddha (Abad ke-4) Sebuah Prasasti berasal dari abad ke-4
dekat bukit meriam di Kedah, sebuah lempengan batu berwarna
ditemukan di satu puing rumah bata yang diperkirakan mungkin
merupakan kamar bhiksu Buddha. Lempengan batu itu berisi 2 syair
Buddhist dalam bahasa Sanskerta ditulis dengan huruf abjad Pallawa tertua.
Tulisan yang kedua dari lempengan batu tersebut berbunyi: ”Karma
bertambah banyak karena kurang pengetahuan dharma Karma menjadi
sebab tumimbal lahir Melalui pengetahuan dharma menjadikan akibat
tiada karma Dengan tiada karma maka tiada tumibal lahir”.
Bukti-bukti tertua dikatakan sekitar tahun 400 M., di Kalimantan
Timur, dilembah-lembah Sungai Kapuas Mahakam dan Rata, terdapat
tanda-tanda lain dari pengaruh India terlihat dalam bentuk patung Buddha
dalam gaya Gupta. Sebelum abad ke-5, di Kedah Sulawesi, Jawa Timur
dan Palembang, patung-patung Buddha gaya Amaravati ditemukan (ini
dihubungkan dengan tempat-tempat tertua, Amarawati di Sungai Kitsna
kira-kira 80 mil dari pantai timur India, adalah negeri aliran besar patung
Buddha yang berkembang dari tahun 150 sampai 250 M.), namun adanya
negara Buddha di daerah-daerah itu belum ada yang mengetahui tentang
kemungkinannya. Sebuah kerajaan bernama Kan-to-li juga disebut oleh
orang-orang tionghoa. Tahun 502 seorang Raja Buddha telah memerintah
di sana dan tahun 519 putra raja Vijayavarman mengirim utusan ke
Tiongkok. Kerajaan ini diperkirakan berada di Sumatera. Lewat berbagai
7
bukti tersebut telah diketahui bahwa kebudayaan India yang bercorak
Buddha ditemukan di berbagai wilayah di Nusantara.6
Hal ini menandakan adanya perdagangan yang menjadi sarana
penting dalam penyebaran agama Buddha ke wilayah Nusantara.
Dharmaduta. Selain perdagangan, dalam agama Buddha dikenal pula
istilah dharmaduta sebagai penyebar agama Buddha ke seluruh penjuru
dunia.
Dharmaduta merupakan utusan agamawan Buddha yang memang
bertugas menyebarkan agama Buddha. Keberadaan dharmaduta menjadi
penting karena mereka merupakan sosok yang mendalami ajaran
Buddha dan hidup penuh kesederhanaan. Seseorang yang menjadi
dharmaduta diharuskan memenuhi kriteria khusus dan harus mendapat
pengajaran khusus sebelum diperbolehkan untuk menyebarkan agama
ke berbagai wilayah. Mereka terbiasa berjalan dan mengunjungi
berbagai tempat guna menyebarkan ajaran dan kebaikan dharma
Buddha. Sampai saat ini keberadaan dharmaduta masih memegang
peranan utama sebagai utusan agama Buddha sekaligus penyiar agama
Buddha yang tersebar ke seluruh penjuru dunia. Satu di antaranya adalah
penyebutan Suvarnabhumi untuk menunjuk kawasan Sumatera di kitab
Jataka tulisan orang India.
Hubungan pelayaran dan perdagangan ini berpengaruh terhadap
masuknya budaya India ke Indonesia. Dalam bidang agama, masyarakat
Nusantara mengenal agama Hindu dan Buddha. Dalam bidang sosial,
budaya, dan politik dikenal berbagai tatanan baru di Nusantara. Agama
Budha disebarluaskan ke Indonesia oleh para bhiksu khusus yang
disebut Dharmaduta.7
C. Ajaran Agama Budha
Ajaran agama Budha diantaranya sebagai berikut:
1. Ajaran tentang Budha
6
Ibid., hlm. 21.
7
Ibid., hlm. 21.
8
Dalam kepercayaan Buddhis, hiduplah sang Buddha sebagai
perorangan. Budaha adalah sebuah gelar, suatu jabatan atau seoarang
tokoh yang sudah pernah menjelma pada seseoarang. Dalam pengertian
secara bahasa, Buddha berasal dari kata “Buddh” yang mempunyai arti
bangun atau bangkit dan juga berarti pergi dari kalangan orang bawah
(awam). Sedangkan kata kerjanya, “bujjhati”, yang berarti bangun,
mendapatkan pencerahan, mengetahui, mengenal atau mengerti.
Dari beberapa pengertian di atas, maka kata Buddha memiliki
pengertian yaitu orang yang telah mencapai penerangan atau pencerahan
semprna, orang yang memperoleh kebijaksanaan sempurna, sadar diri
secara spiritual serta siap menyadarkan orang lain, serta dirinya bersih
dari kebencian, serakah dan kegelapan. Pada tiap zaman memiliki
Buddhanya sendiri-sendiri. Menurut Jemaat Selatan sebelum Buddha
Gautama, sudah ada 24 Buddha yang mendahuluinya. Tetapi menurut
Jemaat Utara ada lebih banyak lagi. 8
Siddharta dilahirkan pada tahun 563 sebelum Masehi, namun
Gautama bukan baru pertama kali datang ke dunia. Sebelum itu ia telah
hidup berjuta-juta abad dengan nama Sumedha. Pernah ia dilahirkan
kembali sebagai bintang, sebagai manusia, dan sebagai dewa.
Selanjutnya tentang tokoh Buddha diajarkan, bahwa tokoh ini
sebenarnya berasal dari satu asas rohani “ Kebuddhaan”, atau suatu
tabiat kebuddhaan yang tersembunyi di dalam diri tiap orang yang
menjadi Buddha.
Di dalam diri manusia Siddharta terdapat tubuh yang lain, yang
disebut tubuh kegirangan, atau tubuh yang tak dapat berubah. Tubuh
kegirangan ini dipandang sebagai tubuh yang tinggi 18 kaki, berwarna
keemasan, di antara kedua keningnya di bagian atas terdapat terdapat
suatu ikalan yang lembut seperti kapas yang disebut urna, selanjutnya di
atas kepala terdapat usnisa, semacam serban di atas kepala.
8
Nurul Fadillah, Sejarah Agama Budha Dan Pakarnya, (Salatiga: IAIN Salatiga, 2017),
hlm. 9-10.
9
Akhirnya di sekitar kepala ada lingkaran sinar, yang menandai
kesucian dan sifat Ilahinya. Tubuh yang mulia ini tidak menderita,
sekalipun mengenakan sifat tubuh jasmani yang terbatas. Tubuh ini
dapat bergerak di dalam ruang yang tidak lebih besar daripada sebiji
sawi, tetapi juga dapat bergerak diruang yang jauh lebih luas.
Demikianlah tubuh kegirangan, yang ada pada tiap Buddha sebagai
manusia.9
2. Ajaran tentang Dharma atau Dhamma
Dharma adalah doktrin atau pokok ajaran. Dalam hal ini juga dapat
dimaknai sebagai kesimpulan ajaran Buddha atau berupa bahan berupa
tugas hidup sebagai anggota masyarakat di alam ini. Inti ajaran agama
Buddha dirumuskan di dalam “Empat Kebenaran yang Mulia” atau
“Empat Aryasatyani” antara lain:
a. Dukha
Dukha ialah penderitaan. Maksudnya dalam hal ini adalah
kelahiran, umur tua, sakit, mati, disatukan dengan yang tidak
dikasihi dan tidak mencapai yang diinginkan adalah sebuah
penderitaan.
b. Samudaya
Samudaya adalah sebab. Penderitaan ada sebabnya. Yang
menyebabkan orang dilahirkan kembali adalah keinginan pada
hidup, dengan disertai nafsu yang mencari kepuasan disana-sini,
yaitu kehausan pada kesenangan, yang ada, dan kekuasaan.21 Hal
inilah yang nampak terjadi karena katidaktahuan atau awidya
mengenai tabiat asasi alam semesta, yang memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1) Bahwa alam semesta penuh dengan penderitaan (dukha).
2) Bahwa alam semesta adalah fana (anitya atau anicca).
9
Ibid., hlm. 11.
10
Kata anitya berarti tidak kekal. Doktrin ini mengajarkan bahwa
di dalam dunia tiada sesuatu yang kekal. Semua adalah fana.
3) Bahwa tiada jiwa di dalam dunia ini (anatman atau anatta).
Kata anatman berarti tiada jiwa. Ajaran ini tidak dapat
dipisahkan dari ajaran tentang anitya, yang mengajarkan bahwa
tiada sesuatu yang dapat berubah. Jika tidak ada sesuatu yang
dirubah, maka juga tiada jiwa yang kekal. Demikianlah
ketidaktahuan (awidya) yang meliputi sifat-sifat asasi dunia
yaitu bahwa hidup adalah penderitaan, bahwa segala sesuatu di
dalam dunia adalah fana atau tidak tetap, dan bahwa tiada jiwa
yang ada di belakang sesuatu.
c. Nirodha
Norodha ialah pemadaman. Pemadaman kesengsaraan terjadi
dengan penghapusan keinginan secara sempurna, pembuangan
keinginan itu, penyangkalan terhadapnya, pemisahannya dari
dirinya, dan tidak memberi tempat kepadanya.
d. Marga
Marga ialah jalan kelepasan. Jalan menuju pemadaman penderitaan
ada delapan, antara lain:
1) Percaya yang benar.
11
Demikianlah yang dimaksud dengan “Empat Kebenaran yang
Mulia” atau “Empat Aryasatyani”.10
3. Ajaran tentang Sangha
Pengikut agama Buddha dibagi menjadi dua bagian, yaitu para biksu
atau para rahib dan kaum awam.
a. Para rahib
Seluruh persekutuan para rahib disebut Sangha atau jemaat.
Hidup kerahiban diatur dalam Kitab Wiyana Pitaka. Dari kitab ini
kita dapat mengetahui bahwa hidup para rahib ditandai oleh tiga hal,
yaitu; kemiskinan, hidup membujang, dan ahimsa (tanpa
perkosaan).
b. Kaum awam
Mereka adalah orang-orang yang mengakui Buddha sebagai
pemimpin keagamaannya, yang menerima ajarannya, namun tetap
hidup di dalam masyarakat dengan berkeluarga. Pada hakekatnya
pera kaum awam tidak dapat mencapai nirwana di dalam hidupnya.
Namun mereka sudah berusaha berada pada awal menuju jalan
kelepasan dangan memalingkan keduanawian.11
10
Ibid., hlm. 12.
11
Ibid., hlm. 13.
12
Harun Hadiwijono. Agama Hindu dan Budha, Cet. Ke-XV. (Jakarta: Gunung Mulia.
2008). hlm. 86.
12
berkuasa di Pulau Jawa mulai sekitar tahun 750. Ayah Balaputradewa
bernama Samaragrawira dan ibunya bernama Tara. Balaputradewa
kemudian bergelar Sri Wirawairimathana.
2. Sakyakirti
Sakyakirti adalah seorang mahaguru agama Buddha yang ada di
Kerajaan Sriwijaya. Menurut kesaksian I-Tsing Sriwijaya telah menjadi
pusat agama Buddha. Di sana ada lebih dari seribu pendeta yang belajar
agama Buddha. Diperkirakan di Sriwijaya sudah berdiri sebuah
perguruan Buddha. Perguruan ini mempunyai hubungan baik dengan
perguruan Buddha yang ada di Nalanda, India.
3. Kertanegara
Kertanegara adalah raja terakhir dari Kerajaan Singasari. Beliau
adalah cicit Ken Arok. Kertanegara memerintah tahun 1268-1292.
Kertanegara bergelar Maharajadhiraja Sri Kertanegara Wikrama
Dharmottunggadewa. Kertanegara adalah raja yang sangat terkenal baik
dalam bidang politik maupun keagamaan. Kertanegara menganut agama
Buddha Tantrayana Tahun 1275 Kertanegara mengirim pasukan untuk
menaklukkan Kerajaan Sriwijaya. Pengiriman pasukan itu dikenal
dengan ekspedisi Pamalayu. Ketika Kertanegara memerintah, Kerajaan
Singasari sempat menguasai Sumatera, Bakulapura (Kalimantan Barat),
Jawa Barat (Sunda), Madura, Bali, dan Gurun (bagian Indonesia Timur).
Pemerintahan Kertanegara berakhir ketika diserang oleh Jayakatwang
dari Gelang-gelang. Setelah Kertanegara gugur, seluruh kerajaan
Singasari dikuasai oleh Jayakatwang.13
BAB III
PENUTUP
13
http://buddhisme03.blogspot.com/2012/06/tokoh-tokoh-buddha.html diakses pada hari
kamis pukul 19:08 WIB
13
A. KESIMPULAN
Munculnya agama Budha dilatarbelakangi oleh seorang anak
raja yang prihatin akan rakyatnya yang menderita. Anak raja
tersebut bernama Sidartha Gautama. Sidartha Gautama lalu
mengasingkan diri ke sebuah pohon dan bertapa disana.
Kemudian ia mendapatkan wahyu untuk disampaikan kepada
umatnya.
Agama Budha masuk ke Indonesia diperkirakan melalui
jalur perdagangan dan dharmaduta (orang yang telah diberi ilmu
untuk menyampaikan dan menyebarkan agama keseluruh
dunia).
Dalam agama budha juga terdapat 3 ajaran yaitu ajaran
tentang Budha, ajaran dharma dan dhamma dan ajaran tentang
Sangha.
Agama Budha juga memiliki pakar pakar dalam agamanya
yaitu Bala Putra Dewa, Sayakirti, dan kartanegara.
B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini, kami merasa masih banyak
kesalahan dalam pembuatannya, oleh karena itu kami minta
kritik dan saran dari para pembaca agar makalah kami bisa
menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
14
Darajat, Zakiyah. 1996.Perbandingan Agama Jakarta: Bumi
Aksara.
Handiwijoyo, Harun. 2008. Agama Hindu dan Budha, cet. Ke-
XV. Jakarta: Gunung Mulia.
Jr, A.G. Honing. 1993. Ilmu Agama.
TerjemahanolehM.D.Kusumosusastro. Jakarta: Gunung Mulia
Sudrajat. 2011. Sejarah Indonesia masa Hindu Budha.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Manaf, Mudjahid Abdul, 1996.Sejarah Agama-Agama.jakarta:
PT Geafindo Persada.
http://buddhisme03.blogspot.com/2012/06/tokoh-tokoh-
buddha.html
Saraswati, Ufi. Teori Masuknya Agama Hindu-Budha ke
Indonesia, (Pedalama Materi Sejarah Indonesia PPG Dalam
Jabatan, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Republik Indonesia.
15