AGAMA BUDDHA
Oleh:
1. Monica Nauli Chrissensia 2031150084
2. Natania Ristanti Sanflora Nehe 2032150018
3. Sesa Friend Thalia Br Bangun 2032150056
4. Ruth Ayu Meyriana 2031150001
5. Rani Kurnia Priskila Yonathan 2032150014
6. Nurfriani Molisabet. N 2032150053
7. Semifon Arikson L. Kambue 2031150039
8. Suprianti Sitinjak 2032150013
KELAS C
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA (UKI) CAWANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur marilah kita panjatkan kepada hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan begitu banyak nikmat yang mana makhluk – Nya pun tidak akan
menyadari begitu banyak nikmat yang telah di dapatkan dari Tuhan Yang Maha Esa. Selain
itu, penulis juga merasa sangat bersyukur karena telah mendapatkan hidayah-Nya.
Dengan nikmat dan hidayah-Nya pula kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini yang merupakan tugas mata kuliah Pendidikan Agama Kristen. Penulis
sampaikan sebesar – besarnya kepada dosen pengampu Pendidikan Agama Kristen, Ibu
Esther Rela Intarti, Dra., MTh., Pdt. Dan semua pihak yang turut membantu proses
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih begitu banyak kekurangan-
kekurangan dan kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisnya, oleh karena itu
penulisnya sangat mengharapkan kritik dan saran positif untuk memperbaikinya di kemudian
hari.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Pembahasan......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 2
2.1 Sejarah Agama Buddha.................................................................................... 2
2.2 Pandangan Tuhan Dalam Agama Buddha....................................................... 3
2.3 Ajaran-Ajaran Dalam Agama Buddha............................................................. 6
2.4 Aliran Dalam Agama Buddha.......................................................................... 9
2.5 Hari Besar Agama Buddha.............................................................................. 11
2.6 Kitab Suci Agama Buddha............................................................................... 12
2.7 Cara Berdoa Agama Buddha........................................................................... 13
2.8 Simbol-Simbol Agama Buddha....................................................................... 15
2.9 Pendapat Umat Agama Buddha....................................................................... 17
BAB III PENUTUP....................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan...................................................................................................... 19
3.2 Saran................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
Agama Buddha merupakan salah satu agama utama dunia. Buddhisme muncul
di India bagian Utara pada abad ke-6 SM dan berdasar pada ajaran Siddhartha
Gautama yang setelah pencerahan-Nya diberi julukan Buddha.
Di Indonesia agama Buddha mulai diperkenalkan pada abad ke V Masehi oleh
para pedagang yang berasal dari India. Agama Buddha pernah mengukir sejarah
kejayaan bangsa di masa silam. Banyak bukti-bukti sejarah yang merupakan bukti
kejayaan agama Buddha, di antaranya Candi Borobudur yang terkenal sampai ke
seluruh dunia. Namun setelah runtuhnya kerajaan Majapahit agama Buddha
mengalami kemunduran dan digantikan oleh Islam. Baru pada tahun 1954 Agama
Buddha kembali muncul ditandai dengan pentahbisan bhikkhu pertama Indonesia
yaitu Ashin Jinarakkhita oleh Ven. Mahasi Sayadaw di Myanmar. Kemudian Agama
Buddha mendapat pengakuan resmi dan perlindungan dari pemerintah serta bantuan
yang sama seperti agama lainnya di Indonesia, sesuai dengan ketetapan Presiden No.
1 tahun 1963.
Saat ini agama Buddha mulai kembali tumbuh dan berkembang. Agama
Buddha terbagi menjadi beberapa aliran/tradisi seperti Theravada, Mahayana,
Tantrayana. Kesemuanya ada dan berkembang di Indonesia serta mengalami
akulturasi. Salah satu penyebabnya ialah sifat dasar bangsa Indonesia yaitu gotong
royong dan toleransi. Umat Buddha di Indonesia menginginkan suatu bentuk agama
Buddha yang menggabungkan berbagai tradisi.
PEMBAHASAN
Sejauh ini masih banyak yang mempertanyakan, dalam agama Buddha itu
Tuhannya yang mana? Bagaimana pula karakteristiknya? Mengapa pula dalam sutta-
sutta ataupun ceramah Dhamma, konsep tentang Tuhan ini sangat jarang disinggung?
Bagaimana sesungguhnya konsep mengenai Tuhan dalam agama Buddha?
Dalam teori Buddhis, memang tidak dikenal adanya konsep Tuhan dengan
definisi sebagai pencipta dan pengatur alam semesta beserta segala isinya dengan
watak atau sifat-sifat seperti manusia, yang bisa marah, senang, benci, sayang, dsb.
Sehingga agama Buddha sering disebut Atheis.
Tentunya konsep ini sangat tidak memuaskan beberapa pihak dan orang-orang
yang sudah terlanjur melekat pada pandangan Tuhan sebagai pribadi atau makhluk
Yang Agung, Maha Tinggi dan Maha segala-galanya, dimana menuntut setiap agama
harus mempunyai konsep yang sama seperti itu. Namun, cara pandang ajaran Buddha
terhadap konsep Tuhan ini memang sangat berbeda dibanding agama-agama lainnya.
Dalam hal ini agama Buddha termasuk agama Theistik (ber-Tuhan). “Yang
Mutlak” itu sendiri adalah istilah falsafah, bukan istilah yang biasa dipakai dalam
kehidupan keagamaan. Dalam kehidupan keagamaan “Yang Mutlak” itulah yang
disebut dengan “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Yang Maha Esa dalam bahasa Pali adalah "Atthi Ajatang Abhutang Akatang
Asamkhatang" yang artinya "Sesuatu Yang Tidak Dilahirkan,Tidak menjelma,Tidak
tercipta dan Yang Mutlak".Dalam hal ini,Ketuhanan Yang Mahaesa adalah suatu yang
“Tanpa Aku” (anatta/anatman),yang tidak dapat dipersonifikasikan (disamakan
dengan suatu sosok yang berkepribadian) dan yang tidak dapat digambarkan dalam
bentuk apapun.Tetapi dengan adanya Yang Mutlak,yang tidak berkondisi (asamkhata)
maka manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran
kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.
• Lobha ( Keserakahan )
• Dosa ( Kebencian )
• Moha ( Kegelapan batin )
Karena tidak berkondisi dan bebas dari Lobha, Dosa dan Moha, maka sifat
Tuhan adalah Maha Esa, karena hanya satu-satunya dan Maha Suci. Karena itu,
Tuhan bisa dikatakan bersifat Impersonal (bukan pribadi), yaitu memahami Yang
Mutlak/Tuhan sebagai Anthropomorphisme (tidak dalam ukuran bentuk manusia).
Jika masih berpandangan bahwa Tuhan bersifat Personal, maka berarti masih
berkondisi, yang berarti masih ada Dukkha (Penderitaan). Dengan demikian, bisa
timbul pandangan bahwa Tuhan dapat disalahkan, sehingga kita tidak dapat
mendudukkan Tuhan dalam proporsi yang sebenarnya dan mengaburkan kembali
pandangan yang semula bahwa Tuhan adalah yang Tertinggi, Maha Suci, Maha Esa,
Maha Tahu, dan sebagainya.
Pada dasarnya dalam Buddhisme tidak terdapat ajaran mengenai Tuhan dalam
pemahaman pengertian sebagai Penguasa,Pengatur alam semesta yang berkepribadian
yang dipercaya memiliki Super Power. Tidak ada satupun pengertian dari Tuhan
diatas yang dapat kita jumpai dalam teks-teks awal Buddhisme, kecuali beberapa sifat
tertentu.
Sesungguhnya dan ini adalah fakta, bahwa didalam Kitab Suci Nasrani dalam
bahasa aslinya Ibrani, menyebut Tuhan sebagai Yahwe, sedangkan Al Quran
menyebut Tuhan dengan Allah, Weda/Hindu menyebut Tuhan dengan Sang Trimurti.
Jadi, atas dasar apa kata Yahwe, Allah, Sang Trimurti lalu diterjemahkan menjadi
kata Tuhan, apakah sosok Tuhannya sama ? Berbeda dengan kata Water, Sui, Banyu
yang bisa diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan kata Air karena mengacu
pada benda yang sifat dan bentuknya sama.
Lalu apakah Tuhan dari agama-agama tersebut mengacu pada Tuhan yang
sama ? Tentu jawabnya Tidak !, karena pada prinsipnya setiap agama memiliki
konsep yang berbeda dan cukup signifikan. Kalau toh ada seseorang yang mengatakan
bahwa Tuhan dari agama-agama yang berlainan itu adalah sama saja/Tuhan yang
sama, lalu mengapa Tuhan yang sama itu memberikan aturan-aturan, perintah-
perintah, wahyu, Firman yang sangat berbeda diantara agama-agama tersebut, yang
justru tak jarang pula perbedaan itu menimbulkan perdebatan-perdebatan, perpecahan
bahkan peperangan diantara UmatNya? Oleh karena itu, wajar dan sah saja bila
konsep Tuhan didalam agama Buddha berbeda dengan konsep Tuhan di agama-agama
lain.
Dalam agama Buddha, Tuhan tidak dipandang sebagai suatu Pribadi. Sang
Buddha tidak mengajarkan paham yang menempatkan suatu kekuasaan Adikodrati
merencanakan dan menakdirkan kehidupan semua Makhluk .
Jika ada suatu “Makhluk” yang merancang hidup dan kehidupan semua
makhluk di alam semesta ini, maka semua tindakan kebajikan dan kejahatan di dunia
ini berarti sudah ditentukan sebelumnya, maka sesungguhnya manusia tiada lain
hanyalah sebagai “Alat” dari kehendakNya dan jika demikian, apapun yang dilakukan
oleh manusia, perbuatan bajik atau jahat, tentu saja seharusnya “Makhluk itulah” yang
bertanggung jawab sepenuhnya.
c) Vajrayana/Tantrayana
Vajrayana adalah suatu ajaran Buddha yang di Indonesia lebih sering
dikenal dengan nama Tantra atau Tantrayana. Namun banyak juga istilah lain
yang digunakan, seperti misalnya: mantrayana, ajaran mantra rahasia, ajaran
Buddha eksoterik. Vajrayana adalah merupakan ajaran yang berkembang dari
ajaran Buddha Mahayana, dan berbeda dalam hal praktek, bukan dalam hal
filosofi. Dalam ajaran Vajrayana, latihan meditasi sering dibarengi dengan
visualisasi.
d) Buddhayana
Buddhayana adalah terminologi teknis yang dipakai untuk merujuk dan
merangkum pandangan, aliran ajaran, ataupun pengertian agama Buddha secara
keseluruhan. Dengan demikian setara dengan agama Buddha itu sendiri.
Terminologi Buddhayana dipakai untuk mengikis kekeliruan pandangan bahwa
agama Buddha seolah-olah terpecah dalam sekian banyak aliran ajaran yang
berbeda-beda dan terpisah-pisah, serta mencerminkan kebenaran yang berlainan.
Konsep berdoa dalam Agama Buddha yang termuat dalam Samyutta Nikaya I,
227:
“Sesuai dengan benih yang ditabur, demikian pulalah buah yang dituai.
Pembuat kebajikan akan mendapatkan kebajikan, dan pembuat kejahatan akan
menerima kejahatan pula. Tertaburlah olehmu biji-biji benih, dan engkau pulalah
yang akan memetik buah-buah daripadanya.”
5. Pohon/Daun Bodhi
Pohon Bodhi menghasilkan udara segar. Selama berabad-abad, pepohonan
telah menyediakan naungan dan perlindungan bagi manusia maupun binatang.
Pohon Bodhi adalah pohon tempat naungan Petapa Gautama ketika Beliau
mencapai penerangan sempurna, menjadi Yang Agung Buddha. Saat ini, pohon
Bodhi dihormati sebagai pencerminan keagungan dan kebijaksanaan Guru Agung
Buddha. Pohon Bodhi ini juga dilambangkan sebagai pohon kehidupan.
Menghormat pada pohon Bodhi merupakan salah satu cara untuk menunjukkan
rasa penghormatan dan syukur kita, umat Buddha, atas kebijaksanaan dan ajaran
yang telah dibabarkan oleh Guru Agung Buddha. Oleh sebab itu Pohon Bodhi
mempunyai makna penerangan sempurna. Bodhi artinya penerangan sempurna.
6. Jejak Kaki Buddha
Jejak kaki Guru Agung Buddha ini sangatdihargai di seluruh Negara
Buddhis. Secara garis besar, jejak kaki yang sangat skematis ini memperlihatkan
seluruh jari kaki yang sama panjang dan terpahat di atas batu. Biasanya, jejak kaki
ini memperlihatkan tanda-tanda, baik itu Dharmachakra atau Chakra di tengah
telapak kaki, maupun menunjukkan tiga puluh dua (32), seratus delapan (108),
atau seratus tiga puluh dua (132) dari tanda-tanda istimewa Guru Agung Buddha.
Jejak kaki Guru Agung Buddha ini digunakan sebagai perlambangan atas diri
Guru Agung Buddha sebelum perlambangan Guru Agung Buddha dalam bentuk
patung manusia (Buddha Rupang) dibuat.
Kesimpulannya adalah Jejak kaki Buddha adalah lambang dari kehadiran
Buddha dalam mengajarkan Dharma di dunia. Kita sebaiknya melaksanakan atau
mempraktikan ajaran Buddha.
7. Bendera Buddhist
Bendera Buddhist ada enam warna. Keenam warna itu berasal dari sinar
tubuh Buddha saat bermeditasi.
a. Biru berarti bakti
b. Kuning berarti bijaksana
c. Merah berarti cinta kasih
d. Putih berarti suci
e. Jingga berarti semangat
f. Campuran lima warna berarti kegiatan praktik dari makna kelima warna
bendera Buddhist
8. Swastika
“Saya lahir dari keluarga yang pada dasarnya itu beragama Buddha dan
Kristen katolik, jadi sewaktu kecil saya bukan budhis tapi saya seorang kristiani.
Sejak duduk di bangku SMP saya baru bisa menerima Budhha sebagai agama saya.
Menurut saya, agama Budhha itu unik ya, karena apa? Karena jika dalam agama lain
itu pasti ada yang Kitab Suci disetiap rumah umatnya akan tetapi umat Buddha sama
sekali tidak punya Kitab Suci dirumahnya. Bahkan di wihara pun hanya ada kutipan-
kutipan kitabnya. Karena setau saya kitab Budhha itu belum diubah ke dalam Bahasa
Indonesia jadi ya mungkin itu salah satu alasan mengapa disetiap rumah budhis itu
tidak ada Kitab Suci seperti umat agama lainnya. Ajaran dalam Buddha itu sendiri
cukup simple ya menurut saya, kenapa saya katakana demikian karena dalam agama
Budhha itu sendiri tidak ada yang istilah surga ataupun neraka. Dalam agama Budhha
itu ada 31 kehidupan tapi yang paling tinggi itu tidak terlahir kembali. Jadi dalam
hidup ini itu jika kamu ingin diperlakukan baik, maka lakukan juga hal yang baik.
Kalau kamu mencuri barang orang lain ya pastinya barang milik kamu juga akan
dicuri juga gitu. Bisa dikatakan hukumnya itu timbal balik. Kurangi perbuatan buruk,
perbanyak perbuatan yang baik, sucikan hati dan pikiran, itu adalah jalan menuju
pantai bahagia. Dalam Budhha tidak ada perintah-perintah yang harus di taati seperti
agama lain, tetapi lebih ke menghimbau seluruh umatnya supaya berbuat baik agar
jika nanti meninggal tidak terlahir kembali. Soalnya terlahir dalam manusia itu
merupakan cerminan penderitaan. Bayi yang menangis saat baru lahir kedunia itu
merupakan cerminan dari penderitaan yang akan dialami bayi itu sendiri. Ada
beberapa hal dasar yang membawa kesengsaraan contohnya, durhaka sama orang tua,
menyakiti alam apalagi menyakiti sesama manusia.”
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari uraian mengenai agama Buddha di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
agama Buddha dibawa oleh seseorang bernama Sidarta Gautama yang telah
memperoleh pencerahan setelah melalui berbagai tahap peristiwa yang dialaminya.
Ajaran pokok agama Buddha mencakup 3 batu permata yang disebut Triratna yaitu,
Buddha, Darma, dan Sangha. Aliran Agama Buddha yang paling dikenal menjadi dua
aliran besar yaitu aliran Hinayana dan Mahayana. Aliran tersebut berkembang dan
menyebar ke negara-negara lain. Sejarah mengenai masuknya agama Buddha ke
Indonesia tidak dapat diketahui secara pasti. Bukti-bukti seperti prasasti dan sumber
dari Negara lain mengatakan bahwa agama Budhha sudah ada di Indonesia sejak
sebelum abad ke V masehi namun belum berbentuk sebuah kerajaan. Baru pada
abad ke V dan VI agama Buddha tampil dalam bentuk kerajaan yaitu Kerajaan
Sriwijaya di Sumatra dan Kerajaan dari Wangsa Sailendra di Jawa.
3.2 SARAN
http://bhayangkari.or.id/artikel/asal-usul-agama-buddha/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Agama_Buddha#:~:text=dikenal%20sebagai
%20Theravada.-,Kitab%20suci%20ajaran%20Buddha,Kanon%20Pali%20(Pali%20Canon)
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tipi%E1%B9%ADaka
https://swatihotu.blogspot.com/2017/12/simbol-simbol-agama-buddha.html?m=1
https://cittadhammo.wordpress.com/2017/08/12/apa-dan-bagaimana-berdoa-menurut-agama-
buddha/
http://digilib.uinsby.ac.id/9081/5/bab.%20ii.pdf