Anda di halaman 1dari 54

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kuliah kerja lapangan (KKL) merupakan salah satu pengintegrasian kegiatan


pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat sesuai dengan isi Tri Dharma
Perguruan Tinggi.

Kegiatan KKL ini dilakukan untuk memperoleh pengetahuan dan ilmu yang tidak
hanya didapat melalui belajar dengan teori, namun dengan praktik langsung ke
lapangan. Selain itu, dengan adanya kegiatan ini, diharapkan agar mahasiswa
sebagai calon guru mendapat menambah pengetahuan menghadapi dunia kerja
melalui pengamatan yang di lakukan dengan membandingkan dimensi hukum
dan kemasyarakatan yang di mulai dari tempat pemberangkatan sampai pada
seluruh tempat tujuan.

Tempat-tempat yang kami kunjungi dapat kita jadikan sebagai pengetahuan dan
wawasan karena mempunyai nilai-nilai sejarah perjuangan para pahlawan kita
untuk mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1.2 Maksud Dan Tujuan

Selain untuk memenuhi syarat perkuliahan kegiatan ini dilaksanakan dengan


harapan agar mahasiswa program studi PKn mengetahui dimensi hukum dan
kemasyarakatan yang ada di berbagai tempat yang di kunjungi dan juga dapat
2

mengaplikasikan teori yang di terima dalam perkuliahan dengan keadaan yang


sebenarnya di lapangan.

Adapun tujuan KKL secara khusus adalah :

a. Mengembangkan wawasan dan pengetahuan secara langsung .


b. Membina hubungan yang harmonis antara Universitas Lampung
khususnya Program Studi PPKn dengan Universitas Negeri Yogyakarta
yang menjadi lokasi Studi Banding.
c. Mahasiswa dapat mengetahui tentang objek-objek wisata yang ada di
Yogyakarta, Bandung dan Jakarta sebagai bahan untuk mencari teori
pembelajaran.
d. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembelajaran dengan rekreasi agar tidak
monoton.
e. Meningkatkan rasa cinta budaya nasional kepada mahasiswa.

1.3 Rumusan Masalah

Selama kegiatan ini kami tidak hanya menemukan fenomena yang ideal akan
tetapi kami juga menemukan masalah-masalah yang ternyata tidak sesuai dengan
apa yang kami ketahui tentang tempat tersebut baik di lihat dari dimensi hukum
maupun kemasyarakatan. Sebagai calon guru besar harapan kami agar masalah-
masalah yang terjadi di tempat tersebut dapat terselesaikan dengan memberi
penyadaran pada individu-individu dari pihak terkait, seperti pihak kepolisian,
pihak pemerintah dan sekolah. agar tidak menjalar ke tempat lain. Khususnya di
tempat kami tinggal karena hal ini dapat meminimalisir kekacauan dan
perpecahan di NKRI.
Permasalahan yang akan dibahas dalam karya tulis ini adalah

a. Bagaimana penerapan dimensi hokum dan kemasyarakatan dalam


kehidupan sosial di tempat yang dikunjungi ?
3

b. Bagaimana perbedaan penerapan perbedaan masyarakat lampung dengan


tempat yang dikunjungi ?
c. Apa saja Kekhasan masing – masing budaya yang ada masyarakat pada
budaya daerah masing-masing ?

1.4 WAKTU PELAKSANAAN KKL

Pelaksanaan KKL dilaksanakan pada:

a. Hari : Minggu – Sabtu


b. Tanggal : 22 Januari – 28 Januari 2017
c. Tempat :Yogyakarta (Museum Dirgantara TNI AU, Prambanan keratin
Yogyakarta, Benteng Verderburg, Parangtritis, Monjali,
Borobudur), Bandung (Tangkuban Perahu) dan Jakarta
(Monumen Pancasila)
4

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini dilakukan dengan menguraikan empat dimensi
dalam pendidikan kewarganegaraan dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan
sehari hari. dimensi yang dimaksud yaitu:

2.1 Pendidikan nilai dan moral

Pada kegiatang KKL PPKn Universitas Lampung, kelompok 1 mendapatkan bagian


untuk mengamati dimensi pendidikan nilai dan moral. Dimensi pendidikan nilai dan
moral adalah salah satu dimesi yang terdapat dalam pembelajaran kewarganegaraan ,
dimana Nilai tersebut memiliki arti realitas abstrak sebagai perinsip – perinsip yang
menjadi pedoman dalam hidup . Nilai juga berfungsi sebagai acuan perilaku setiap
individu. Moral adalah aturan yang bersumber dari hati nuurani untuk membimbing
perilaku dan cara berfikir.

Melalui proses pendidikan, manusia diharapkan dapat memperoleh ‘kemanusiaannya’,


sehingga dapat menyadari realitas sosial yang terjadi disekitarnya dan menyadari
perannya untuk berperilaku sebagaimana mestinya atas realitas sosial tersebut.

2.2 Hukum dan kemasyarakatan

Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi
dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam
hubungan sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum
pidana yang berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum
menyediakan kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia
5

dan memperluas kekuasaan politik serta cara perwakilan di mana mereka yang akan
dipilih Hukum dapat dibagi dalam berbagai bidang, antara lain hukum pidana/hukum
publik, hukum perdata/hukum pribadi, hukum acara, hukum tata negara, hukum
administrasi negara/hukum tata usaha negara, hukum internasional, hukum adat,
hukum islam, hukum agraria, hukum bisnis, dan hukum lingkungan.

Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum Eropa, hukum agama,
dan hukum adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana
berbasis pada hukum Eropa, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu
Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia-Belanda
(Nederlandsch-Indie). Hukum agama karena sebagian besar masyarakat Indonesia
menganut Islam, maka dominasi hukum atau syariat Islam lebih banyak terutama di
bidang perkawinan, kekeluargaan, dan warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku
sistem hukum adat yang diserap dalam perundang-undangan atau yurisprudensi, yang
merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya
yang ada di wilayah nusantara.

Masyarakat adalah pergaulan hidup manusia, sehimpunan manusia yang hidup


bersama dalam sesuatu tempat dengan aturan ikatan-ikatan yang tentu. Bermasyrakat
adalah merupakan masyarakat yang bersekutu. Permasyarakatan adalah lembaga yang
mengurus orang hukuman. Kemasyarakatan adalah mengenai masyarakat, sifat-sifat
atau hal masyarakat.

2.3 Politik dan kewarganegaraan

Ilmu politik dapat diartikan sebagai ilmu Negara yang didalamnya dibahas atau dikaji
tentang hubungan sesama individu warga Negara yang diatur oleh hukum, hubungan
antara individu dengan kelompok, dengan Negara dan hubungan Negara dengan
Negara.
6

Dilihat dari sisi tujuan civics atau ilmu kewarganegaraan, dimana civics bertujuan
untuk membentuk warga Negara yang baik (to be good citizenship). Civics sebagai
bagian dari disiplin ilmu politik memiliki persyaratan-persyaratan ilmu, walaupun
belum sampai pada teori-teori sebab civics membahas tentang hubungan manusia
dengan manusia dan juga masalah- masalah individu.
Selanjutnya kembali kepada tujuan pembelajaran civics yakni pembentukan
warganegara yang baik. Warga Negara yang baik tersebut salah satunya harus
berpartisipasi dalam khidupan masyarakat dan negaranya. Untuk membentuk
warganegara partisipatif yakni warga Negara yang mampu melibatkan diri dalam
konteks pembangunan masyarakat, bangsa dan Negara, maka pendidikan politik
(political education) bagi setiap warga Negara merupakan syarat harus dipenuhi atau
dilaksanakan dengan baik

2.4 Pembelajaran dan pendidikan kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan atau disingkat PKn merupakan bidang kajian yang


bersifat multifaset yang bidang keilmuannya bersifat multidimensional. Sifat
multidimensionalitas inilah yang membuat bidang studi PKn dapat disikapi sebagai:
pendidikan kewarganegaraan, pendidikan politik, pendidikan nilai dan moral,
pendidikan kebangsaan, pendidikan kemasyarakatan, pendidikan hukum, hak azasi
manusia, dan pendidikan demokrasi.

Sedangkan secara khusus, peran pendidikan termasuk di dalamnya


persekolahan,Pengajaran dan belajar, dalam proses penyiapan warga negara terseb
ut. Sebagai mata kuliah dalam program pendidikan tenaga kependidikan, PKn
mempunyai misi sebagai pendidikan nilai Pancasila dan pendidikan kewarganegaraan
dan sebagai“subject-specific pedagogy” atau pembelajaran materi subjek untuk guru
PKn. Pendidikan kewarganegaraan sangat erat kaitannya dengan dua disiplin ilmu
yang erat dengan kenegaraan, yakni Ilmu Politik dan Hukum yang terintegrasi dengan
humaniora dan dimensi keilmuan lainnya yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis
untuk kepentingan pembelajaran di sekolah.
7

Oleh karena itu, PKn ditingkat persekolahan bertujuan untuk mempersiapkan para
peserta didik sebagai warga negara yang cerdas dan baik (to be smart dan good citizen).
Warga negara yang dimaksud adalah warga negara yang menguasai pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai(attitudes and values) yang dapat
dimanfaatkan untuk menumbuhkan rasa kebsangsaan dan cinta tanah air. PKn
menekankan pada pengembangan kualitas warga negara secara utuh, dalam aspek-
aspek: kemelek-wacanaan kewarganegaraan (civic literacy), komunikasi sosial kultural
kewarganegaraan (civic engagement); pemecahan masalah kewarganegaraan (civic
skill and participation), penalaran kewarganegaraan (civic knowledge), dan partisipasi
kewarganegaraan secara bertanggung jawab (civic participation and civic
responsibility

Pendidikan Kewarganegaraan atau disingkat PKn merupakan bidang kajian yang


bersifat multifaset yang bidang keilmuannya bersifat multidimensional. Sifat
multidimensionalitas inilah yang membuat bidang studi PKn dapat disikapi sebagai:
pendidikan kewarganegaraan, pendidikan politik, pendidikan nilai dan moral,
pendidikan kebangsaan, pendidikan kemasyarakatan, pendidikan hukum, hak azasi
manusia, dan pendidikan demokrasi.

Sedangkan secara khusus, peran pendidikan termasuk di dalamnya


persekolahan,Pengajaran dan belajar, dalam proses penyiapan warga negara terseb
ut. Sebagai mata kuliah dalam program pendidikan tenaga kependidikan, PKn
mempunyai misi sebagai pendidikan nilai Pancasila dan pendidikan kewarganegaraan
dan sebagai“subject-specific pedagogy” atau pembelajaran materi subjek untuk guru
PKn. Pendidikan kewarganegaraan sangat erat kaitannya dengan dua disiplin ilmu
yang erat dengan kenegaraan, yakni Ilmu Politik dan Hukum yang terintegrasi dengan
humaniora dan dimensi keilmuan lainnya yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis
untuk kepentingan pembelajaran di sekolah.

Pendidikan Kewarganegaraan atau disingkat PKn merupakan bidang kajian yang


bersifat multifaset yang bidang keilmuannya bersifat multidimensional. Sifat
8

multidimensionalitas inilah yang membuat bidang studi PKn dapat disikapi sebagai:
pendidikan kewarganegaraan, pendidikan politik, pendidikan nilai dan moral,
pendidikan kebangsaan, pendidikan kemasyarakatan, pendidikan hukum, hak azasi
manusia, dan pendidikan demokrasi.

Sedangkan secara khusus, peran pendidikan termasuk di dalamnya


persekolahan,Pengajaran dan belajar, dalam proses penyiapan warga negara terseb
ut. Sebagai mata kuliah dalam program pendidikan tenaga kependidikan, PKn
mempunyai misi sebagai pendidikan nilai Pancasila dan pendidikan kewarganegaraan
dan sebagai“subject-specific pedagogy” atau pembelajaran materi subjek untuk guru
PKn. Pendidikan kewarganegaraan sangat erat kaitannya dengan dua disiplin ilmu
yang erat dengan kenegaraan, yakni Ilmu Politik dan Hukum yang terintegrasi dengan
humaniora dan dimensi keilmuan lainnya yang dikemas secara ilmiah dan pedagogis
untuk kepentingan pembelajaran di sekolah.

Sesuai dengan dimensi tersebut, maka tema dalam Kuliah Kerja Lapangan ini yaitu
menanamkan rasa cinta budaya nasional untuk menjadikan mahasiswa smart and good
citizenship. Selama kegiatan berlangsung, beraneka sikap masyarakat yang berkaitan
dengan dengan dimensi sering dijumpai. Ada dari mereka yang berlaku positif terhadap
dimensi-dimensi Pendidikan kewarganegaraan dan ada pula yang berlaku negatif.
Dengan adanya fenomena ini maka kuliah kerja lapangan (KKL) dilakukan agar
mahasiswa dapat terjun langsung kelapangan dan apa yang telah didapat tentang
pembelajaran dan pendidikan kewarganegaraan dalam realita yang ada dimasyarakat
dapat diimplementasikan kedalam kehidupan sehari- hari. Dalam hal ini juga
diharapkan implementasi juga bisa berguna saat menjadi Guru di sekolah masing-
masing.
9

BAB III
METODE PENELITIAN
10

Dalam Laporan ini terdapat beberapa metode penelitian yang digunakan dalam
pengumpulan data berdasarkan bukti dan fakta. Metode – metode tersebut diantaranya
sebagai berikut :

3.1 Metode Observasi


Dalam metode ini data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung, hal-hal
yang berkaitan dengan objek-objek yang diamati secara langsung dan kemudian
mencari data – data yang di perlukan sebagai bahan untuk menyusun laporan.

3.2 Metode Wawancara

Dalam metode ini data diperoleh melalui tanya jawab atau wawancara kepada
petugas dan pemandu wisata terkait dengan tempat objek wisata yang dikunjungi
pada saat KKL.

3.3 Studi Literatur


Merupakan metode yang dilakukan dengan cara mempelajari, mencatat dan
menyalin literatur–literatur yang berkaitan dengan penulisan laporan ini. Dalam
mencari dan mengumpulkan data dari buku-buku dan referensi lain yang
berhubunganya dengan objekwisata yang diamati dalam pelaksanaan KKL.

BAB IV
PEMBAHASAN
11

4.1 YOGYAKARTA
4.1.1 Museum Dirgantara Mandala

Museum Pusat TNI AU "Dirgantara Mandala" adalah museum yang digagas oleh TNI
Angkatan Udara untuk mengabadikan peristiwa bersejarah dalam lingkungan TNI AU,
bermarkas di kompleks Pangkalan Udara Adi Sutjipto, Yogyakarta..

Atas gagasan pimpinan TNI AU, maka didirikanlah Museum Pusat TNI AU
“Dirgantara Mandala” sebagai tempat untuk mengabadikan dan mendokumentasikan
seluruh kegiatan dan peristiwa bersejarah di lingkungan TNI AU. Museum ini telah
diresmikan pada tanggal 4 April 1969 oleh Panglima Angkatan
Udara Laksamana Roesmin Noerjadin. Awalnya, museum berada di Jalan Tanah
Abang Bukit, Jakarta. Akan tetapi, museum kemudian dipindahkan ke Yogyakarta
karena dianggap sebagai tempat penting lahirnya TNI AU dan pusat kegiatan TNI AU.
Dengan pertimbangan bahwa koleksi Museum Pusat TNI AU “Dirgantara Mandala”,
terutama Alutsista Udara berupa pesawat terbang yang terus berkembang sehingga
gedung museum di Kesatrian AKABRI Bagian Udara tidak dapat menampung dan
pertimbangan lokasi museum yang sukar dijangkau pengunjung, maka Pimpinan TNI-
AU memutuskan untuk memindahkan museum ini lagi.

Pimpinan TNI-AU kemudian menunjuk gedung bekas pabrik gula di Wonocatur Lanud
Adisutjipto yang pada masa pendudukan Jepang digunakan sebagai gudang logisitik
sebagai Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala. Pada tanggal 17
Desember 1982, Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Ashadi
Tjahjadi menandatangani sebuah prasasti. Hal ini diperkuat dengan surat perintah
12

Kepala Staf TNI-AU No.Sprin/05/IV/1984 tanggal 11 April 1984 tentang rehabilitasi


gedung ini untuk dipersiapkan sebagai gedung permanen Museum Pusat TNI-AU
Dirgantara Mandala. Dalam perkembangan selanjutnya pada tanggal 29
Juli 1984 Kepala Staf TNI-AU Marsekal TNI Sukardimeresmikan penggunaan
gedung yang sudah direnovasi tersebut sebagai gedung Museum Pusat TNI AU
“Dirgantara Mandala” dengan luas area museum seluruhnya kurang lebih 4,2 Ha. Luas
bangunan seluruhnya yang digunakan 8.765 M2.

Museum ini menyimpan sejumlah foto tokoh-tokoh sejarah serta diorama peristiwa
sejarah Angkatan Udara Indonesia. Sejumlah pesawat tempur dan replikanya juga
terdapat di museum ini yang kebanyakan berasal dari masa Perang Dunia II dan
perjuangan kemerdekaan, diantaranya:

 Pesawat Ki-43 buatan Jepang


 Pesawat PBY-5A (Catalina).
 Replika pesawat WEL-I RI-X (pesawat pertama hasil produksi Indonesia)
 Pesawat A6M5 Zero Sen buatan Jepang.
 Pesawat pembom B-25 Mitchell, B-26 Invader, TU-16 Badger.
 Helikopter Hillier 360 buatan AS.
 Pesawat P-51 Mustang buatan AS.
 Pesawat KY51 Cureng buatan Jepang.
 Replika pesawat Glider Kampret buatan Indonesia.
 Pesawat TS-8 Dies buatan AS.
 Pesawat Lavochkin La-11, Mig-15, MiG-17 dan MiG-21 buatan Russia.
 Rudal SA-75

Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala baru-baru ini mendapat tambahan koleksi
berupa Prototype Bom sejumlah 9 buah buatan Dislitbangau yang bekerjasama
dengan PT. Pindad dan PT. Sari Bahari. Bom-bom tersebut merupakan bom latih
13

(BLA/BLP) dan bom tajam (BT) yang memiliki daya ledak tinggi (high explosive),
sebagai senjata Pesawat Sukhoi Su-30, F-16, F-5, Sky Hawk, Super Tucano dll.

4.1.2 CANDI PRAMBANAN

Candi Prambanan merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada
abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, yakni Rakai Pikatan dan Rakai Balitung.
Candi ini berketinggian 47 meter. Candi ini terletak 17 km dari pusat kota Yogyakarta.
Candi ini adalah sebuah situs warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO mulai
tahun 1991. Antara lain hal ini berarti bahwa kompleks ini terlindung dan memiliki
status istimewa, misalkan juga dalam situasi peperangan.

Candi Prambanan merupakan kelompok candi yang dibangun oleh raja-raja Dinasti
Sanjaya pada abad IX. Ditemukannya tulisan nama Pikatan pada candi menimbulkan
pendapat bahwa candi ini dibangun oleh Rakai Pikatan yang kemudian diselesaikan
oleh Rakai Balitung berdasarkan prasasti berangka 856 M “Prasasti Siwargrarha”
sebagai manifest politik untuk meneguhkan kedudukannya sebagai raja yang besar.
Prasasti Siwargrarha tahun 856 M yang dikeluarkan oleh Rakai Pikatan tidak diketahui
asalnya, kini disimpan di Museum Nasional Jakarta. Candi Prambanan mempunyai 3
halaman yaitu halaman pertama berdenah bujur sangkar,merupakan halaman yang
palung suci karena halaman tersebut terdapat 3 candi utama yaitu Candi Wisnu,
14

Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan
Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu candi
pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk
Brahma, dan Garuda untuk Wisnu.

Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara,
halaman kedua juga berdenah bujur sangkar, letaknya lebih rendah dari halaman
pertama. Pada halaman ini terdapat 224 buah candi perwara yang disusun atas 4 deret
dengan perbandingan jumlah 68, 60, 52 dan 44 candi. Susunan demikian membentuk
susunan yang konsentris menuju halaman pusat.
Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi, kita akan
menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan
yang lain masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan
Ganesha (putra Siwa). Keenam candi itu merupakan 2 kelompok yang saling
berhadapan, terletak pada sebuah halaman berbentuk bujur sangkar, dengan sisi
sepanjang 110 meter. Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, kita
hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga Candi
Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, kita juga hanya akan menemukan
satu ruangan berisi arca Brahma.

a. Dimensi Pendidikan Nilai dan Moral.


Pendidikan nilai dan moral yang kami dapatkan dari mengunjungi candi prambanan :

 Nilai Spiritual

Masyarakat masih percaya akan hal-hal gaib dan mistis yang berkaitan dengan
keberadaan candi prambanan tersebut. Di dalam candi prambanan itu juga merupakan
tempat penguburan abu terhadap patung yang ada di atasnya. Contohnya abu hasil
pembakaran Siwa Maha Dewa, perhiasan, dan air sungai Gangga yang di kubur
dibawah arca Siwa Maha Dewa.
15

 Nilai Budaya

Adanya tradisi zaman dahulu yang masih dipertahankan oleh masyarakat asli
(pribumi). Dan juga dengan adanya candi prambanan ini masyarakat tetap harus
menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah dan kebudayaan-kebudayaan pada
zaman dahulu. Contohnya bunyian-bunyian gamelan dan suara nyinden.

 Nilai Agama

Candi prambanan adalah tempat peribadahan terbesar umat hindu di Indonesia dan
merupakan tempat pemujaan dan upacara adat umat hindu, sehingga umat hindu
menganggap candi prambanan itu sebagai tempat suci bagi mereka.candi prambanan
itu juga merupakan tempat para Brahma/pemimpin bagi umat hindu.

 Nilai Estetika

Candi prambanan memiliki nilai seni yang tinggi dengan bentuk relief-relief yang
berada didinding-dinding candi yang memiliki makna tersendiri dalam setiap gambar-
gambarnya yang menceritakan Ramayana dalam kisah cinta Rama dan Sinta. Selain
itu juga stupa yang menbentuk kerucut dalam candi prambanan mengidentitaskan
bahwa candi tersebut merupakan tempat suci bagi umat hindu. Candi prambanan itu
juga merupakan candi tercantik di dunia karena memiliki sturktur candi yang indah dan
diluar benteng candi prambanan tersebut seharusnya memiliki 224 candi perwara
dengan ketinggian masing-masing candi 17 meter.

 Nilai Kedisiplinan

Setiap wisatawan wajib mengikuti peraturan yang ada. Contonya untuk masuk candi
harus mengantri terlebih dahulu dan memakai helm pada saat akan masuk ke dalam
candi karena candi dalam perbaikan.

 Nilai Kebersihan

Para petugas candi prambanan menyediakan tempat pembuangan sampah dengan


terpisan antara sampah organik dan anorganik agar tetap terjaga kebersihan sekitar
16

candi.

 Nilai Tanggung Jawab

Bagi para wisatawan yang mengunjungi candi prambanan memiliki tanggungjawab


untuk selalu mengikuti panduan dari petugas keamnan candi prambanan. Dan juga
pengunjung secara tidak langsung diajarkan bertanggung jawab terhadap barang-
barang yang telah dipinjamkan oleh para petugas

 Nilai Kesopanan

Wisatawan candi prambanan harus memiliki tingkat kesopanan karena masyarakat


sekitar candi prambanan menerima wisatawaan dengan ramah-tamahdan juga para
pengunjung dipinjamkan oleh para petugas selendang batik untuk menjaga kesopanan
saat berada di area candi prambanan tersebut.

b. Dimensi Hukum dan Kemasyarakatan.


Pada saat kami berkunjung ke candi prambanan kami wajib mengunakan alat pelindung
kepala dan kami harus bergilir menungu untuk dapatkan alat pelindung kepala dari
pengunjung lain yang telah selesai karena jumlahnya terbatas. Hal ini diwajibkan
karena pada saat kami berkunjung kondisi pada saat itu sering terjadi gempa hal ini
yang membuat kami harus mengunakan pelindung kepala.
Selain itu juga pada saat kami memasuki gerbang atau pagar candi prambanan terdapat
pos saptman yang bertugas untuk menjaga keamanan disekitar candi bukan hanya itu
saja kami telah diarahakan dengan papan yang berisi sebuah peraturan bahwa ada
aturan untuk masuk dan keluar yang telah ditentukan jalurnya. Pada saat kami masuk
melalui pintu masuk ada beberapa pengunjung yang keluar melalui pintu masuk dan
mendapat teguran dari pihak keamanan candi hal ini dapat dikatakan bahwa
pengunjung masih banyak melakukan hal-hal yang dilarang atau melanggar aturan
yang telah ditetapkan. Masyarakat tidak begitu memahami dan membaca papan aturan
yang telah diarahkan, namun sebagian besar pengunjung menaati sesuai aturan.
17

Objek studi di candi prambanan mangajarkan kita untuk menaati peraturan yang ada
apabila peraturan itu dilanggar ada berupa sanksi berupa teguran atau berupa hukum
sesuai perundang-undangan apabila bentuk pelanggaran yang berat seperti merusak
situs sejarah. sedangkan dari kemasyarakatan atau Manusia dari hasil pengamatan
banyak masyarakat yang memahami peraturan dan ada juga masyarakat yang
melakukan pelanggaran.

Kemasyarakatan merupakan wadah atau tempat bagi berlakunya suatu hukum. Tidak
mungkin ada atau berlakunya suatu hukum kalau masyarakatnya tidak ada.Hukum
dalam kelompok masyarakat adalah menerapkan mekanisme control sosial untuk
mempertahankan eksistensi kelompok masyarakat tersebut.

c. Dimensi Politik dan Kewarganegaraan.

Di sekitar komplek candi prambanan terasa cukup asri serta kebersihannya terjaga
dengan baik. Selain itu di obyek wisata candi prambanan juga terdapat pasar seni yang
juga sangat menarik minat wisatawan asing maupun lokal, dengan adanya pasar seni
ini mempermudah wisatawan untuk mendapatkan cinderamata yang berkaitan dengan
obyek wisata candi prambanan. Namun pasar seni yang berada di sepanjang jalan
keluar dari candi ini jika terjadi hujan akan di genangi oleh air, serta terdapat banyak
atap yang mengalami kebocoran sehingga kondisi ini sangat mengganggu para wisatan
yang akan berjalan keluar maupun yang akan berbelanja cinderamata.

Hal yang kurang, yaitu adanya fasilitas untuk beristirahat atau tempat untuk berteduh
bagi para pengunjung/wisatawan, serta kurangnya fasilitas-fasilitas lain yang
menunjang bagi pengunjung seperti saat di salah satu candi di sediakan fasilitas helm
untuk keselamatan pengunjung namun karena kurang banyaknya jumlah helm hingga
ada pengunjung yang berebut untuk mendapatkannya. Selain itu, juga terdapat
beberapa candi yang belum disusun hanya bertumpukan di sekitar candi, hal itu bisa
saja mengganggu pemandangan indah candi-candi yang telah di susun.Yang perlu
diperbaiki di objek wisata candi prambanan adalah menambah berbagai fasilitas mulai
dari fasilitas untuk beristirahat hingga fasilitas untuk keamanan pengunjung, Serta
18

memperbaiki kekurangan-kekurangan yang masih ada. Yang sangat perlu di perhatikan


adalah mengenai kondisi jalan keluar atau jalan sepanjang pasar seni ketika hujan
karena sangat mengganggu aktifitas yang ada di situ.

d. Dimensi Pembelajaran dan Pendidikan Kewarganegaraan.

Candi prambanan memiliki bangunan yang tertata dengan baik dan terawat. Batu-batu
yang tersusun dari sejak zaman dahulu dan perenovasian yang dilakukan berulang-
ulang tidak mengubah tata bangunan yang ada.Kami melihat-lihat setiap bangunan
candi yang ada, serta masuk ke dalam beberapa ruangan candi yang didalamnya
terdapat patung-patung.

Dari sisi pembelajaran dan pendidikan kewarganegaraan, candi prambanan


mangajarkan kita untuk terus menjaga dan mempertahankan kualitas budaya yang ada,
serta menjadi warga negara yang memiliki sikap mengapresiasi dan menghargai
budaya masyarakat Indonesia. Bangunan wisata bersejarah seperti Prambanan harus
dijaga keberadaan serta kualitasnya, dan hal itu bisa didukung melalui sikap
pengunjung yang mematuhi peraturan yang ada dikawasan tersebut.

4.1.3 Keraton Yogyakarta


19

Kota Yogyakarta menjadi salah satu kota budaya yang banyak meninggalkan warisan
sejarah pada perjalan KKL kami ini, kami mengunjungi salah satu tempat yang
bersejarah di Yogyakarta yaitu Keraton Yogyakarta (Karaton Ngayogyakarta
Hadiningrat). Dalam sejarah Sebelum berdirinya kasultanan Yogyakarta, kadipaten
Mangkunegaraan, dan kadipaten Pakualaman, pada waktu itu hanya ada kraton
Kasunanan Surakarta, pindahan dari kraton mataram kartasura. Ketika masih berada di
kartasura, terjadi pemberontakan orang-orang China (Geger Pacina) pada tahun 1740-
1743. Paku Buwono II tidak berdaya menghadapi pemberontakan ini, dan hanya
dengan bantuan Belandalah peristiwa itu bisa diatasi, pada peristiwa tersebut istana
Kartasura mengalami rusak parah sehingga ibukota di pindahkan ke Desa Solo, yang
kemudian disebut Surakarta. Pada masa pemerintahan Sunan Paku Buwono II di
keraton Surakarta (1744), masih terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh
Tumenggung Martopuro melawan keraton Surakarta, namun oleh pangeran
Mangkubumi (Adik Paku Buwono II) Tumenggung Martopuro dapat di taklukanya.

Belanda yang telah merasa berjasa atas bantuanya meredam pemberontakan akhirnya
datang kembali untuk menuntut atas jasa yang telah dilakukanya dalam sebuah
perundingan antara Paku Buwono II yang didampingi Pangeran Mangkubumi
(Penasehat Kepercayaanya) dan dengan pihak Belanda yang diwakili oleh Mr.
Hoogendorf, utusan Belanda itu meminta Paku Buwono II untuk menyerahkan seluruh
wilayah pesisir utara jawa kepada VOC. Permintaan itu sebagai tuntutan atas jasa
Belanda ketika berhasil memadamkan pemberontakan orang-orang China di Kartasura.
Pangeran Mangkubumi tidak meyetujui permintaan itu, meski ia tahu bahwa saat itu
kedudukan Paku Buwono II sangat sulit. Karena itu Pangeran Mangkubumi memohon
izin dan doa restu untuk mengankat senjata melawan kompeni belanda /VOC. Setelah
mendapatkan restu dari Paku Buwono II akhirnya Pangeran Mangkubumi
meninggalkan keraton . dalam perlawananya itu, Pangeran Mangkubumi bergabung
dengan RM. Said (Pangeran Sambernyawa) Yang sudah lebih dahulu menentang
keputusan Paku Buwono II dan VOC. Sebelum Paku Buwono II wafat, seluruh tanah
Jawa telah diserahkan kepada VOC (16 Desember 1749). Oleh karena itu yang
20

menobatkan raja-raja di tanah jawa adalah VOC. Setelah Paku Buwono wafat VOC
mengangkat RM. Suryadi (putra Mahkota) sebagai Sunan Paku Buwono III, ia praktis
hanya jadi boneka belanda, karena menurut kontrak politik, raja tersebut hanya sebagai
peminjam tanah VOC.

Ketika pemerintahan Paku Buwono III ini, perlawanan pangeran mangkubumi makin
menghebat. Setiap pertempuran belanda selalu terdesak. Bahkan pada pertempuran di
sungai Bogowonto seluruh pasukan belanda beserta komandanya tewas terbunuh.
Akhirnya belanda meminta untuk berunding. Kemudian terjadilah perundingan antara
pihak belanda/VOC, pangeran mangkubumi , dan Paku Buwono III. Perjanjian tersebut
terjadi di desa Giyanti (Salatiga) pada tanggal 13 Februari 1755, maka disebut
PERJANJIAN GIYANTI. Akibat perjanjian itu kerajaan mataram dibagi menjadi dua
yaitu Keraton Kasunanan Surakarta dan Keraton Kasultanan Yogyakarta.

Selanjutnya dengan daerah barunya itu, Pangeran Mangkubumi mendirikan kerajaan


Mataram Yogyakarta di wilayah Beringan, pada tahun 1756. Dan beliau kemudian
bergelar SRI SULTAN HAMENGKUBUWONO I. Gelar lengkapnya adalah Ngarsa
Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono
Senopati Ing Ngalodo Ngabdurahman Sayidin Panotogomo Khalifatullah Ingkang
Jumeneng Ngayogyakarta Hadiningrat. Dan akhirnya terbentuklah wilayah kraton
Yogyakarta membentang antara Tugu (batas utara) dan Krapyak (batas selatan), antara
sungai Code (sebelah timur) dan sungai Winongo (sebelah barat), antara Gunung
Merapi dan Laut Selatan.

a. Dimensi pendidikan dan moral.

Di Yogyakarta kami menemukan nilai-nilai kebudayaan yang baik. Dimana ciri khas
masyarakatnya yang ditunjukkan dengan kelemah lembutan dalam bertutur, saling sapa
satu sama lain serta hormat-menghormati antar umat beragama. Akan tetapi, Kami
sempat menemukan nilai yang kurang baik dari tukang foto yang ada di sekitar keratin.
Tukang foto tersebut mengambil gambar kami dan para pengunjung tanpa izin untuk
kemudian di print dan diperjualbelikan. Karena hal itu, mau tak mau kami membeli
21

foto tersebut sehingga seperti ada unsur pemaksaan. Meskipun begitu kami menyadari
bahwa mereka melakukan itu karena memang pekerjaan yang mereka tekuni sebagai
tukang foto sudah tidak menjanjikan karena di era moden saat ini para pengunjung
lebih senang mengabadikan suatu momen dengan smartphone yang dimilikinya.
Sehingga tukang foto pun mencari cara bagaimana agar tetap bisa mendapatkan
penghasilan dengan melakukan hal tersebut.

b. Dimensi Hukum dan Kewarganegaraan.

Selama kami berkunjung dan tinggal di dekat wilayah keraton kasultanan Yogyakarta
kami melihat dan menemukan berbagai fenomena terkait dengan hukum dan
kemasyarakatan. Ketika kami berjalan memasuki keraton ada pemandu yang
membimbing kami yang menjelaskan peraturan dan bagian-bagian dan wilayah keraton
dari situ kita bisa mengambil bahwa ada peraturan disitu yang harus ditaati, dijelaskan
bahwa pada awalnya kraton Yogyakarta menggunakan hukum islam hingga aturan
yang dipakai adalah aturan islam di tandai dengan adanya algojo untuk mengeksekusi
yang bersalah, sebelum aturan tersebut akhirnya dihilangkan. Bahkan tidak hanya itu
saja peraturan yang ada di kraton pun bisa dilihat hanya dari bangunanya seperti tempat
para abdi yang seperti pendopo dibuat rendah sehingga mau tak mau mereka harus
menunduk ketika hendak masuk itu menunjukan aturan untuk hormat sehingga sultan
tidak perlu repot-repot untuk selalu mengajari para abdinya tatakrama, aturan yang
jelas mengenai tempat duduk sultan patih dan putra mahkotapun diatur. Untuk tempat
tinggal pun diatur ada bangunan dan wilayah yang memang khusus untuk tempat
tinggal laki-laki dan ada pula yang khusus untuk perempuan.

Namun dalam setiap aturan yang ada ketika kami bekunjung di keraton Yogyakarta
memang pelanggaran selalu ada meskipun jumlahnya hanya sedikit karena sebagian
besar pengunjung sudah mentaatinya seperti larangan untuk tidak naik atau duduk
(Don’t Step it) di berbagai tempat di keraton masih saja ada yang melanggar untuk
hanya sekedar berfoto dan semacamnya bahkan dari rombongan KKL mahasiswapun
ada yang juga ikut-ikut melanggar.
22

Kemudian selama kami berada di wilayah sekitar keraton kami melihat bahwa
kesadaran masyarakat taat berlalu lintas cukup tinggi terutama kami melihat pada
setiap lampu merah yang ada di jalan Yogyakarta sangat sedikit bahkan hampir
dikatakan tidak ada kendaraan bermotor yang menerobos lampu merah dan mereka
berhenti di garis hijau yang telah ada di jalan namun masih banyak pelanggaran yang
tidak taat terhadap rambu-rambu dilarang parkir, kami melihat banyak kendaraan
bermotor yang parkir bahkan tepat di samping rambu-rambu dilarang parkir kecuali
becak dan parkir di bahu jalan. Hal ini banyak terjadi khususnya di tempat-tempat
ramai seperti pasar. Pemicu dari pelanggaran tersebut adalah selain kesadaran dari
setiap individu juga karena kurangnya lahan untuk parkir.

c. Dimensi Politik dan Kewarganegaraan.

Dari segi politik yang terlihat jelas bahwa sistem pemerintahannya di yogyakarta
memakai sistem pemerintahan monarki yaitu raja atau sultan yang memimpin secara
turun – temurun dari garis keturunan keluarga sultan sebelumnya. Akan tetapi karena
negara kita berbentuk republik, maka kesultanan atau keraton yogyakarta tunduk
mengikuti aturan pemerintahan RI. Meski begitu yogyakarta diberi daerah otonomi
sendiri sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta dan hanya ada dua daerah di Indonesia
yang mendapatkan otonomi sebagai daerah istimewa yaitu Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Daerah Istimewa Aceh.

Dari segi kewarganegaraan, kehidupan yang ada di sekeliling keraton Yogyakarta


terlihat lebih teratur serta masih mempertahankan nilai-nilai tradisi budaya setempat.
Orang-orangnya pun sangat ramah dan santun dengan siapapun baik dari tingkah laku
dan tutur katanya walaupun dengan orang yang baru dikenal. Hal ini yang membuat
kami menjadi nyaman saat berkunjung dan bercengkrama dengan mereka. Disana
masih sangat mempercayai adanya unsur-unsur magis sehingga kita harus berhati-hati
serta menjaga tingkah laku.

Namun demikian di keraton Yogyakarta ada hal-hal yang dirasa kurang baik seperti
adanya beberapa oknum tour guide kurang ramah terhadap para pengunjung serta
23

kurangnya waktu kunjungan sehingga ada informasi yang terlewati dan ada juga
tempat-tempat di dalam keraton yang belum di lihat. Selain itu, wisatawan khususnya
wisatawan mancanegara mengeluhkan kurangnya keterangan tertulis yang
menggunakan Bahasa Inggris sebagai informasi pendukung di Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat, sehingga mereka banyak mengalami kesulitan dalam memahami objek
yang dilihat.

Petugas keraton Yogyakarta harus senantiasa meningkatkan dan memperbaiki


pelayanan demi kenyamanan pengunjung agar mereka puas setelah kunjungannya,
informasi diharapkan menggunakan dua bahasa yaitu bahasa indonesian dan inggris
agar wisatawan asing juga dapat mengerti berbagai informasi yang ada di keraton
tersebut. Harapannya agar wisatawan yang berkunjung semakin banyak dan
mendapatkan manfaat setelah melakukan kunjungan.

d. Dimensi Pembelajaran dan Pendidikan Kewarganegaraan.

Dari dimensi pembelajaran dan pendidikan kewarganegaraan, keraton Yogyakarta


mengajarkan kita bahwa sebagai warga negara yang baik, harus mengenali sejarah serta
tokoh-tokoh yang ada dibelakang sejarah tersebut, selain itu juga kita diajarkan untuk
menghargai setiap kepemimpinan serta taat terhadap kepemimpinan yang ada dan
menjadi warga negara yang aktif. Pengabdia rakyat terhadap pemimpinnya diajarkan
oleh abdi dalem dengan dibuktikan kisaran gaji Abdi Dalem Keraton Yogyakarta
hanyalah antara Rp. 2.000 - Rp. 20.000/bulannya.

Tentu banyak tafsiran beragam akan kenyataan ini.Namun ketika hal ini dikaitkan
dengan semangat pengabdian dan cinta yang besar terhadap junjungannya yaitu Raja
Yogyakarta maka tentu saja nilai nominal tersebut tidaklah menjadi sesuatu yang
aneh.Sejak 30 Oktober 1945 pemerintahan Keraton hanya terbatas pada keraton dan
berstatus sebagai penjaga nilai budaya. Dalam pemerintahannya keraton dibantu oleh
rayi dalem (adik-saudara sultan) dan Abdi Dalem’.Abdi dalem itu sendiri ternyata
24

terbagi dalam 2 golongan besar yaitu abdi dalem Punokawan dan abdi dalem
Kaprajan. Kalau abdi dalem Punokawan betul-betul pengabdi kraton. Sedangkan abdi
dalem Kaprajan adalah kebalikannya. Pengakuan dan penggajian adalah dari negara
RI, dan mereka tidak memiliki beban tugas dari pihak kraton.

Seperti yang dibahas di atas, kami menyoroti abdi dalam Punokawan yang bekerja dan
mengabdi serta mendapat gaji dari keraton. Dengan gaji yang jauh dari standar tentu
saja bukan materi yang mereka kejar dari pekerjaannya di keraton, namun pengabdian
yang tulus akan junjungannya yaitu raja Yogyakarta. Bagi abdi dalem gaji yang
diterima adalah berkah dan tanda cinta kasih sultan, maka tidaklah aneh bila kita
mendengar gaji itu tidak pernah mereka pakai untuk memenuhi kebutuhannya
melainkan disimpan dan akan dipakai bila kondisi memaksakan.Dari segi batiniah,
alasan mereka menjadi seorang abdi dalem adalah pandangan dan prinsip bahwa
menjadi abdi dalem dapat membuat hati tenang dan dapat mengendalikan hawa nafsu
keduniawian. Gaji yang jauh di bawah standar tidak pernah menjadi penghambat
mereka dalam melaksanakan tugas, karena yang mereka cari bukanlah materi
melainkan berkah dari sultan atas kehidupannya.

4.1.4 BENTENG VREDEBURG

Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengan lahirnya Kasultanan


Yogyakarta. Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berhasil menyelesaikan
25

perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi (Sultan


Hamengku Buwono I kelak) adalah merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin
ikut campur urusan dalam negeri raja-raja Jawa waktu itu.

Melihat kemajuan yang sangat pesat akan kraton yang didirikan oleh Sultan Hamengku
Buwono I, rasa kekhawatiran pihak Belanda mulai muncul. Pihak Belanda
mengusulkan kepada sultan agar diijinkan membangun sebuah benteng di dekat kraton.
Pembangunan tersebut dengan dalih agar Belanda dapat menjaga keamanan kraton dan
sekitarnya. Akan tetapi dibalik dalih tersebut maksud Belanda yang sesungguhnya
adalah untuk memudahkan dalam mengontrol segala perkembangan yang terjadi di
dalam kraton.

Letak benteng yang hanya satu jarak tembak meriam dari kraton dan lokasinya yang
menghadap ke jalan utama menuju kraton menjadi indikasi bahwa fungsi benteng dapat
dimanfaatkan sebagai benteng strategi, intimidasi, penyerangan dan blokade. Dapat
dikatakan bahwa berdirinya benteng tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila
sewaktu-waktu Sultan memalingkan muka memusuhi Belanda. Besarnya kekuatan
yang tersembunyi dibalik kontrak politik yang dilahirkan dalam setiap perjanjian
dengan pihak Belanda seakan-akan menjadi kekuatan yang sulit dilawan oleh setiap
pemimpin pribumi pada masa kolonial Belanda. Dalam hal ini termasuk pula Sri Sultan
Hamengku Buwono I. Oleh karena itu permohonan izin Belanda untuk membangun
benteng dikabulkan.

- Tahun 1765 – 1788

Periode ini merupakan periode penyempurnaan Benteng yang lebih terarah pada satu
bentuk benteng pertahanan. Menurut rencana pembangunan tersebut akan diselesaikan
tahun itu juga. Akan tetapi dalam kenyataannya proses pembangunan tersebut berjalan
sangat lambat dan baru selesai tahun 1787. Hal ini terjadi karena pada masa tersebut
Sultan yang bersedia mengadakan bahan dan tenaga dalam pembangunan benteng,
sedang disibukkan dengan pembangunan Kraton Yogyakarta. Setelah selesai bangunan
26

benteng yang telah disempurnakan tersebut diberi nama Rustenburg yang berarti
'Benteng Peristirahatan'.

- Tahun 1816 – 1942

Pada tahun 1867 di Yogyakarta terjadi gempa bumi yang dahsyat sehingga banyak
merobohkan beberapa bangunan besar seperti Gedung Residen (yang dibangun tahun
1824), Tugu Pal Putih, dan Benteng Rustenburg serta bangunan-bangunan yang lain.
Bangunan-bangunan tersebut segera dibangun kembali. Benteng Rustenburg segera
diadakan pembenahan di beberapa bagian bangunan yang rusak. Setelah selesai
bangunan benteng yang semula bernama Rustenburg diganti menjadi Vredeburg
yang berarti 'Benteng Perdamaian'. Nama ini diambil sebagai manifestasi hubungan
antara Kasultanan Yogyakarta dengan pihak Belanda yang tidak saling menyerang
waktu itu.

Dengan pertimbangan bahwa bangunan bekas Benteng Vredeburg tersebut merupakan


bangunan bersejarah yang sangat besar artinya maka pada tahun 1981 bangunan bekas
Benteng Vredeburg ditetapkan sebagai benda cagar budaya berdasarkan Ketetapan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0224/U/1981 tanggal 15 Juli 1981.

Piagam perjanjian serta surat Sri Sultan Hamengku Buwono IX Nomor 359/HB/85
tanggal 16 April 1985 menyebutkan bahwa perubahan-perubahan tata ruang bagi
gedung-gedung di dalam kompleks benteng Vredeburg diijinkan sesuai dengan
kebutuhan sebagai sebuah museum. Untuk selanjutnya dilakukan pemugaran bangunan
bekas benteng dan kemudian dijadikan museum. Tahun 1987 museum telah dapat
dikunjungi oleh umum.

a. Dimensi Pendidikan Nilai dan Moral.

Benteng vredeburg mengajarkan pemahaman kepada kita bahwa masyarakat


Yogyakarta dulu memiliki sikap yang bermoral dan peduli terhadap daerah mereka
terbukti dengan kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono mereka sigap bersatu
27

secara damai demi Yogyakarta yang aman dan tentram.Terlebih lagi keadaanan serta
sikap para penjaga atau orang-orang yang bekerja di benteng tersebut memiliki sikap
yang ramah terhadap pengunjung, serta berusaha menjaga kebersihan benteng tersebut.
Pemandu pun menjelaskan dengan baik, bagaimana proses dibangunnya benteng
vredeburg serta perjuangan pahlawan dahulu baik secara diplomasi maupun
nondiplomasi dimana sikap patriotism dan cinta tanah airnya patut dicontoh oleh kita
sebagai generasi masa depan yang bermoral.

Dan untuk pendidikan nilai nya terdapat nilai-nilai sejarah, nilai wisata, nilai budaya,
nilai sosial pada benteng vredeburg. Semua kandumgan pendidikan nilai tersebut
bergabung menjadi satu yang haris dilestarikan keberadaanya.

b. Dimensi Hukum dan Kemasyarakatan.

Berdasarkan dari sejarah Pada masa Agresi Militer Belanda II (19 Desember 1948)
Benteng Vredeburg yang waktu itu dijadikan markas militer RI HANKAM kepada
Pemerintah Daerah Yogyakarta. Pada periode ini Benteng Vredeburg pernah
dipergunakan sebagai ajang Jambore Seni (26 – 28 Agustus 1978), Pendidikan dan
latihan Dodiklat POLRI. Juga pernah dipergunakan sebagai markas Garnisun 072 serta
markas TNI AD Batalyon 403. Hal ini sudah terlihat jelas bahwa dari segi hukum dan
masyarakat benteng vredeburg dibangun untuk suatu saran hukum yang dibantu oleh
masyarakat dengan adanya pelatihan dan pendidikan militer pada masa itu sebagai alat
pertahanan yang memiliki kekuatan hukum.

c. Dimensi Politik dan Kewarganegaraan.

Dari segi politik bangunan ini dibangun dengan tujuan untuk memata-matai pusat
pemerintahan Indonesia yang ketika itu terletak diseberang benteng Vredeburg.
Belanda meminta ijin untuk mendirikan bangunan tersebut dengan dalih sebagai pusat
kebudayaan di kota yogyakarta, tetapi tujuan sebenarnya adalah agar lebih mudah
memantau pemerintahan Indonesia.
28

Sampai sekarang masih banyak pengunjung yang datang berkunjung ke benteng ini.
Ini berarti masih banyak warga masyarakat yang peduli dan mau mengetahui lebih
dalam mengenai peristiwa maupun tempat yang mempunyai nilai sejarah penting di
daerahnya. Juga sebagai perbandingan mengenai kehidupan masyarakat di daerah
tersebut dengan daerah lain di Indonesia.

d. Dimensi Pembelajaran dan Pendidikan Kewarganegaraan.


Dari sisi pembelajaran dan pendidikan kewarganegaraan, benteng vredeburg
mengajarkan kita tentang kecerdasan pemimpin kita terdahulu tentang strategi perang
dan taktik melawan para penjajah, serta semangat rela berkorban yang mereka miliki.
Pembelajaran yang terlihat jelas adalah semangat nasionalisme dan patriotisme para
pemimpin di Yogyakarta demi menjaga kesatuan wilayahnya, serta kerjasama erat
yang terkait antara sesama masyarakat Yogyakarta. Berbeda dengan masa sekarang
yang hampir dirasakan oleh seluruh daerah, justru perpecahan terjadi dimana-mana
hingga menyebabkan ketidaknyamanan dan keributan antar sesama masyarakat.
Seharusnya, jika kita mempunyai rasa nasionalisme tentu hal tersebut tidak akan terjadi
atau setidaknya diminimalisir.

4.1.5 PANTAI PARANGTRITIS

Sejarah nama Parangtritis bisa dibilang cukup menarik. Konon, ada seorang pelarian
dari Kerajaan Majapahit bernama Dipokusumo yang melakukan semedi di kawasan
ini. Ketika sedang bersemedi, ia melihat air yang menetes (tumaritis) dari celah-celah
29

batu karang (parang). Kemudian ia memberi nama daerah tersebut Parangtritis yang
berarti air yang menetes dari batu.

Pantai Parangtritis diyakini merupakan perwujudan dari kesatuan trimurti yang terdiri
dari Gunung Merapi, Keraton Jogja, dan Pantai Parangtritis itu sendiri. Masyarakat
setempat meyakini Pantai Parangtritis merupakan bagian dari daerah kekuasaan Ratu
Selatan atau yang dikenal dengan nama Nyai Roro Kidul. Menurut mereka, Nyai Roro
Kidul menyukai warna hijau, oleh karena itu wisatawan yang berkunjung ke
Parangtritis disarankan tidak memakai baju berwarna hijau. Selain sarat dengan kisah
misteri Nyai Roro Kidul, Pantai Parangtritis juga dikisahkan sebagai tempat
bertemunya Panembahan Senopati dengan Sunan Kalijaga sesaat setelah Panembahan
Senopati selesai menjalani pertapaan. Selain terkenal sebagai tempat rekreasi,
Parangtritis juga merupakan tempat keramat. Banyak pengunjung yang datang untuk
bermeditasi. Pantai ini merupakan salah satu tempat untuk melakukan upacara Labuhan
dari Keraton Jogjakarta.

a. Dimensi Pendidikan Nilai dan Moral.


 Pantai Parangtritis diyakini merupakan perwujudan dari kesatuan trimurti yang
terdiri dari Gunung Merapi, Keraton Jogja, dan Pantai Parangtritis itu sendiri
 Pantai Parangtritis merupakan bagian dari daerah kekuasaan Ratu Selatan atau
yang dikenal dengan nama Nyai Roro Kidul
 Pantai Parangtritis merupakan bagian dari daerah kekuasaan Ratu Selatan atau
yang dikenal dengan nama Nyai Roro Kidul
 Selain terkenal sebagai tempat rekreasi, Parangtritis juga merupakan tempat
keramat. Banyak pengunjung yang datang untuk bermeditasi. Pantai ini
merupakan salah satu tempat untuk melakukan upacara Labuhan dari Keraton
Jogjakarta

b. Dimensi Hukum dan Kemasyarakatan.


30

Dari segi hukum, hampir tidak ada yang buruk di pantai ini, karena baik pengunjung
dan warga asli maupun pedagang sangat menghormati dan menaati hukum adat yang
sedikit masih di berlakukan. Hal ini terbukti dari brsihnya pantai, peraturan yang ditaati
juga menjadi salah satu fenomena yang patut dibanggakan. Masyarakat di pantai ini
juga cukup ramah. Terbukti dari salah satu pak kusir yang rela meluangkan waktunya
untuk megambil foto kami. Pedagang yang lain pun ramah dan tidak mematok harga
dagangannya dengan harga yang mahal. Menurut kami, hal ini terjadi karena warga
sekitar masyarakat yang masih meyakini hukum adat di pantai tersebut.

c. Dimensi Politik dan Kewarganegaraan.

Dari segi politik yang kami dapat, bahwa masyarakat yang tinggal di sekitar pantai
tersebut berpenghasilan sebagai pedagang yang menjual berbagai barang maupun
fasilitas lain yang memanjakan pengunjung disana. Di pinggir pantai ada persewaan
ATV (All-terrain Vechile), tarifnya sekitar Rp. 50.000 - 100.000 per setengah jam. Hal
lain juga terlihat dengan banyaknya warung-warung makan atau jajan, juga ada yang
menjual berbagai cinderamata untuk menambah daya tarik pengunjung.

Dari segi kewarganegaraan yang kami dapat,di parangtritis dapat dilihat dari mitos
yang beredar membuat banyak yang berfikir bahwa laut tersebut dikuasai oleh
kekuatan magis (Ratu Kidul) sehingga tidak diperkenankan untuk para pengunjung
yang mengenakan baju berwarna hijau, kebanyakan dari mereka masih memercayai
hal-hal tersebut. Selain itu tradisi lain yang berhubungan dengan kepercayaan tersebut
juga masih dijalankan.

d. Dimensi Pembelajaran dan Pendidikan Kewarganegaraan.


Dari sisi pembelajaran dan pendidikan kewarganegaraan, dapat kita lihat dari beberapa
peraturan yang ada di parangtritis yaitu antara lain untuk tidak berenang. Sebagai warga
negara yang baik, kita tentu harus taat pada peraturan tersebut dan menyikapi dengan
rasa menghargai kepercayaan dan aturan yang sudah ditetapkan tersebut.
31

4.1.6 Monumen Jogja Kembali (Monjali)

Monumen Yogya Kembali dibangun pada tanggal 29 Juni 1985, dengan Upacara
Tradisional penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan
Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII. Dipilihnya nama “Yogya
Kembali” dengan pengertian yang luas, berfungsinya pemerintah Republik Indonesia
dan sebagai tetenger peristiwa sejarah ditarik mundurnya tentara Belpengguna dari
Ibukota Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949 dan kembalinya Presiden Soekarno,
Wakil Presiden, Pimpinan Negara yang lain pada tanggal 6 Juli 1949 di Yogyakarta.
Hal ini dapat dippenggunang sebagai titik awal bangsa Indonesia secara nyata bebas
dari cengkeraman penjajah khususnya Belpengguna dan merupakan tonggak sejarah
yang menentukan bagi kelangsungan hidup Negara Indonesia yang merdeka dan
berdaulat.

Dilihat dari bentuknya Monumen Yogya Kembali berbentuk kerucut / gunungan


dengan ketinggian 31,80 meter adalah sebagai gambaran “Gunung Kecil” ditempatkan
di sebuah lereng Gunung Merapi. Gunung Merapi ini sangat berarti bagi masyarakat
Yogyakarta baik secara simbolik maupun faktual.Monumen Yogya Kembali terletak
di Jalan Lingkar Utara, dusun Jongkang, desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik,
kabupaten Sleman, Yogyakarta.Didirikan di atas lahan seluas 49.920 m2. lokasi ini
ditetapkan oleh Sri Paduka Hamengku Buwono IX dengan alternative diantaranya
32

terletak digaris poros antara gunung Merapi - Monumen Yogya Kembali - Tugu Pal
Putih - Kraton - Panggung Krapyak - Laut Selatan, yang merupakan “Sumbu Imajiner”
yang pada kenyataannya sampai sekarang masih dihormati oleh masyarakat
Yogyakarta, dan menurut kepercayaan bersatunya Lingga dan Yoni akan menimbulkan
kemakmuran di tempat ini sebagai batas akhir ditariknya mundur tentara Belpengguna
kearah utara, usaha kesinambungan tata kota kegiatan dan keserasian Daerah
Yogyakarta.

a. Analisis Pendidikan dan Moral

Monumen Yogya Kembali memberikan gambaran yang lebih jelas bagaimana


kemerdekaan itu tercapai.Melihat berbagai diorama, relief yang terukir atau koleksi
pakaian hingga senjata yang pernah dipakai oleh para pejuang kemerdekaan. Satu
tempat yang akan memuaskan segala keingin tahuan tentang perjalanan Bangsa
Indonesia meraih kemerdekaan.

Dari uraian diatas, adapun tujuan dan makna dibangunnya monumen tersebut :

1. Monumen Yogya Kembali berfungsi sebagi salah salah satu sarana


pewaris jiwa semangat parapejuang bangsa
2. Dengan adanya Monumen Yogya Kembali berarti bangsa Indonesia telah
menghargai jasa para pahlawan
3. Melalui Monumen Yogya Kembali dapat dimanfaat kan oleh generasi
muda dalam Rangka pembinaan bangsa secara utuh sampai masa yang
akan datang.

Dari paparan diatas kita bisa menarik sebuah acuan dari sejarah dan berdirinya
monumen Jogya kembali ini, terkait mengenai nilai dan norma yang bisa kita petik dan
dijadikan sebagai bahan acuan dilingkungan kehidupan terutama untuk para pelajar
serta menghormati jasa para pahlawan yang dahulu berjuang keras untuk sebuah
kemerdekaan dan kita wajib mempertahankannya. Seperti hal nya terdapat nilai
kesatuan tentang bagaimana perjuangan para pahlawan membuat berbagai macam
33

strategi untuk mengusir dan mengalahkan penjajahan bangsa belanda khususnya di


Yogyakarta. Seperti yang terdapat dalam sejarahnya para pejuang bangsa
indonesiamenggempur pertahanan Belanda setelah mendapat persetujuan dari Sri
Sultan Hamengku Buwono IX selaku penggagas serangan.Selama enam jam Tentara
Nasional Indonesia (TNI) berhasil menduduki Kota Yogyakarta. Dari masyarakat
bawah sampai pimpinanpun bahu menbahu bersatu untuk satu misi yaitu mengusir
pemerintahan belanda.Berkat dari nilai persatuan tersebut akhirnya satu misi itu dapat
terwujud dan ini merupakan salah satu hal yang harus kita petik dari kejadian ini.Dari
peristiwa inilah dibangunnya Monumen Yogya Kembali ini sebagai bentuk apreasiasi
kita khususnya para pelajar menghormati para pahlawan.

Disamping itu, kita juga bisa memetik satu diantaranya nilai kemanusiaan. Dimana
perlakuan dari penjajahan di Yogya ini yang tidak sama sekali ada rasa kemanusiaan
kejam terhadap siapapun bahkan melebihi dari binatang. Dari sinilah kita sebagai
makhluk sosial harus peduli terhadap sesama makhluk hidup terutama manusia karena
manusia itu membutuhkan manusia yang lain. Tidak halnya dengan penjajah yang
sangat kejam merampas harta dan jiwa.kita harus jadikan perlakuan yang tidak baik
dari orang lain sebagai pandangan kita dimasa depan untuk menaikkan derajat kita
bukan berbalik seperti penjajah.

Dengan demikian dari berbagai macam peristiwa tersebut, kita sebagai para pelajar
harus menanamkan jiwa sosial yang tinggi terhadap orang lain. Jika berbicara
mengenai penjajah memang melebihi kejamnya bukan seperti manusia. Namun kita
harus ingat penjajahan yang dilakukan orang lain kita harus bersatu untuk mencapai
sebuah kemerdekaan. Karena dengan persatuan dapat memperkokoh suatu hubungan.

b. Analisis Hukum dan Kemasyarakatan

Monumen Jogja kembali (monjali) beralamat di jl. Lingkar Utara, Yogyakarta 55581,
Indonesia, Phone : (0274) 868 225, 868 239. Dibuat oleh Sri Sultan Hamengku Buwono
IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII pada tahun 1985. Daalam Monumen Jogja Kembali
34

( Monjali) mempunya peraturan-peraturan yang harus di taati oleh pengunjung.


Sebagai contok ketika kita memasuki ruangan harap melapor kepada petugas yang
menjaga, tujuannya adalah mencegah adanya tindah kejahat dan maksud yang tidak
baik. Selain itu juga kita melihat bayak foto, gambar dan benda benda peninggalan
sejarah ketika mau pun dalam pembuatan Monumen Jogja kembali. Di dalamnya ada
peraturan barang atau benda benda yang tidak boleh di pegang. Peraturan tersebut
kesemua di patuhi oleh masyarakat maupun pengunjung yang datang ke Monumen
Jogja Kembali ini.

Adanya Monumen Jogja Kembali ini mempunyai makna yang sangat dalam bagi
masyarakat jogja dan sekitarnya. Bentuk kerucutnya melambangkan bentuk gunung
yang menjadi perlambang kesuburan masyarakat jogja selain memiliki makna
melestarikan budaya nenek moyang pra-sejarah. bagi daerah Istimewa Yogyakarta dan
sekitarnya. Kaitanya dalam ilmu pendidikan kewarganegarannya bawasanya kita harus
senantiasa melestarikan dan melindungai peninggalan sejarah dulu.

Untuk pengelola Monjali, harus mempertegas apabila ada pengunjung yang melanggar
aturan di sana dan untuk masyarakatnya harus dapat mempertahankan adat asli ataupun
kebiasaan di monjali tersebut.

c. Analisis Politik dan Kewarganegaraan

Monumen ini sangat tepat menjadi sarana kita untuk memahami sejarah tanpa harus
merasa digurui karena peran pemandu dalam menyampaikan setiap cerita dalam
diorama sangat menarik dan tidak menjemukan. Disini pengunjung akan disegarkan
kembali ingatannya akan sejarah perjuangan bangsa dan mengetahui siapa saja tokoh-
tokoh dibalik perjuangan itu. Tidak salah apabila anda mengunjungi monumen ini
bersama keluarga karena selain semua tempat yang telah disebutkan monumen ini juga
dilengkapi dengan taman yang terletak di bagian barat dan timur. Beberapa pentas seni
seperti keroncong dan campur sari sering diselenggarakan ditaman monumen ini
terutama dalam perayaan-perayaan seperti Hari Raya Idul Fitri. Monumen ini dibuka
35

setiap hari Selasa - Minggu pada jam 08.00 – 16.00 WIB tetapi pada masa liburan
sekolah monumen ini juga tetap buka pada hari Senin seperti hari biasa. Dengan biaya
masuk Rp 7.500 untuk wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Letaknya yang strategis di Jalan Lingkar Utara, Dusun Jongkang, Desa Sariharjo,
Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Keberadaan Monumen Jogja
Kembali ini terbilang mudah aksesnya. Tambah lagi jika akan dijangkau dengan
menggunakan kendaraan yang bentuknya relatif besar seperti bus pariwisata. Tidak
akan sulit untuk mencari jalan menuju ke tempat tersebut. Letaknya berada di jalur ring
road utara Yogyakarta, jalan tersebut sering kali menjadi jalan yang digunakan.
Kondisi jalan yang baik, berakibat jalan tersebut menjadi jalan alternatif. Trans Jogja
juga memudahkan para wisatawan yang menginginkan berkunjung ke Monumen Jogja
Kembali. Tiket harga yang sangat terjangkau di tempat ini, sehingga di tempat ini
sering menjadi pilihan sekolah tingkat TK sebagai tujuan wisata. Tidak mencapai
seratus ribu rupiah bisa mendapatkan ilmu pengetahuan terkait kepahlawan serta dapat
merasakan rekreasi. Bentuk kerucut yang tinggi juga membuat para pengguna jalan
yang melintasi ring road utara penasaran untuk mengunjunginya. Sekilas apabila
melihat maka banyak pertanyaan yang akan tersirat dalam benak wisatawan sehingga
akan minat untuk mengunjungi. Dan tentunya esensi dari Monumen Jogja Kembali
sangatlah baik, untuk dikenalkan kepada generasi muda. Nilai-nilai sejarah yang
termuat sangat 35ember manfaat bagi penanaman nilai-nilai budaya yang dimiliki
bangsa Indonesia. Bahkan dari temapat tersebut dapat kita temui ilmu-ilmu baru yang
bisa dijadikan sebagai bahan penelitian. Tetapi karena adanya pasar malam monjali
membuatnya kotor dan terlihat semrawut namun hal ini dapat menimbulkan hal positif
karena menghilangkan kesan kaku yg melekat pada museum. Karyawan yang
menumpuk di suatu tempat. Saat kunjungan karyawan monjali terlihat menumpuk si
satu tempat hal ini membuat tempat lain ada yg ter abaikan , namun pelayanan ramah
tetap di berikan para karyawan monjali ketika berkunjung.
36

d. Analisis Pembelajaran dan Pendidikan Kewarganegaraan

Dari sisi pembelajaran dan pendidikan kewarganegaraan, monjali mengajarkan pada


kita bahwa jasa-jasa para pahlawan, semangat rela berkorban dan cinta tanah airnya
adalah sikap yang patut dicontoh oleh kita sebagai generasi masa depan harapan
bangsa. Apalagi, perjuangan kita juga tentu lebih ringan dibanding perjuangan mereka
dahulu. Kini kita hanya dituntut untuk menjadi warga negara yang baik, taat hukum,
serta bela negara melalui profesi.

4.1.7 CANDI BOROBUDUR

Candi Borobudur merupakan candi Budha, terletak di desa Borobudur kabupaten


Magelang, Jawa Tengah, dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan
Mataram Kuno, keturunan Wangsa Syailendra. Nama Borobudur merupakan gabungan
dari kata Bara dan Budur. Bara dari bahasa Sansekerta berarti kompleks candi atau
biara. Sedangkan Budur berasal dari kata Beduhur yang berarti di atas, dengan
demikian Borobudur berarti Biara di atas bukit. Sementara menurut sumber lain berarti
sebuah gunung yang berteras-teras (budhara), sementara sumber lainnya mengatakan
Borobudur berarti biara yang terletak di tempat tinggi.

Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat, berukuran


123 x 123 meter. Tingginya 42 meter sebelum direnovasi dan 34,5 meter setelah
direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan. Candi Budha ini
memiliki 1460 relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Enam tingkat paling bawah
37

berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di atasnya berbentuk lingkaran dan satu
tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha yang menghadap ke arah barat. Setiap
tingkatan melambangkan tahapan kehidupan manusia. Sesuai mahzab Budha
Mahayana, setiap orang yang ingin mencapai tingkat sebagai Budha mesti melalui
setiap tingkatan kehidupan tersebut.

Kamadhatu, bagian dasar Borobudur, melambangkan manusia yang masih terikat


nafsu. Rupadhatu, empat tingkat di atasnya, melambangkan manusia yang telah dapat
membebaskan diri dari nafsu namun masih terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat
tersebut, patung Budha diletakkan terbuka. Arupadhatu, tiga tingkat di atasnya dimana
Budha diletakkan di dalam stupa yang berlubang-lubang. Melambangkan manusia
yang telah terbebas dari nafsu, rupa, dan bentuk. Arupa, bagian paling atas yang
melambangkan nirwana, tempat Budha bersemayam. Setiap tingkatan memiliki relief-
relief yang akan terbaca secara runtut berjalan searah jarum jam (arah kiri dari pintu
masuk candi). Pada reliefnya Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang sangat
melegenda, bermacam-macam isi ceritanya, antara lain ada relief-relief tentang
wiracarita Ramayana, ada pula relief-relief cerita jātaka. Selain itu, terdapat pula relief
yang menggambarkan kondisi masyarakat saat itu. Misalnya, relief tentang aktivitas
petani yang mencerminkan tentang kemajuan sistem pertanian saat itu dan relief kapal
layar merupakan representasi dari kemajuan pelayaran yang waktu itu berpusat di
Bergotta (Semarang). Keseluruhan relief yang ada di candi Borobudur mencerminkan
ajaran sang Budha. Seorang budhis asal India bernama Atisha, pada abad ke 10, pernah
berkunjung ke candi yang dibangun 3 abad sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 4
abad sebelum Katedral Agung di Eropa ini. Berkat mengunjungi Borobudur dan
berbekal naskah ajaran Budha dari Serlingpa (salah satu raja Kerajaan Sriwijaya),
Atisha mampu mengembangkan ajaran Budha. Ia menjadi kepala biara Vikramasila
dan mengajari orang Tibet tentang cara mempraktekkan Dharma.

Sekitar tiga ratus tahun lampau, tempat candi ini berada masih berupa hutan belukar
yang oleh penduduk sekitarnya disebut Redi Borobudur. Untuk pertama kalinya, nama
Borobudur diketahui dari naskah Negarakertagama karya Mpu Prapanca pada tahun
38

1365 Masehi, disebutkan tentang biara di Budur. Kemudian pada Naskah Babad Tanah
Jawi (1709-1710) ada berita tentang Mas Dana, seorang pemberontak terhadap Raja
Paku Buwono I, yang tertangkap di Redi Borobudur dan dijatuhi hukuman mati.
Kemudian pada tahun 1758, tercetus berita tentang seorang pangeran dari Yogyakarta,
yakni Pangeran Monconagoro, yang berminat melihat arca seorang ksatria yang
terkurung dalam sangkar.

Pada tahun 1814, Thomas Stamford Raffles mendapat berita dari bawahannya tentang
adanya bukit yang dipenuhi dengan batu-batu berukir. Berdasarkan berita itu Raffles
mengutus Cornelius, seorang pengagum seni dan sejarah, untuk membersihkan bukit
itu. Setelah dibersihkan selama dua bulan dengan bantuan 200 orang penduduk,
bangunan candi semakin jelas dan pemugaran dilanjutkan pada 1825. Pada 1834,
Residen Kedu membersihkan candi lagi, dan tahun 1842 stupa candi ditinjau untuk
penelitian lebih lanjut.

a. Dimensi Pendidikan Nilai dan Moral.

Candi Borobudur berhasil menampilkan diri sebagai pusat wisata yang mampu
menyerap tingginya kunjungan wisatawan, yaitu kurang lebih 6.333,95 orang/ hari
pada tahun 1997 dengan 13% wisatawan mancanegara dan sisanya 87% wisatawan
nusantara.5 Kemegahan, keagungan, keindahan dan keunikan arsitektur Candi
Borobudur yang dibalut dengan nilai-nilai penting dari sisi agama, budaya dan sejarah
telah menjadi fokus perhatian umat Buddha, baik di Indonesia maupun luar negeri,
serta wisatawan pada umumnya untuk datang berkunjung. Dengan kata lain Candi
Borobudur mendatangkan banyak devisa untuk negara. Candi Borobudur merupakan
salah satu simbol dari tempat ibadah bagi agama Budha. Dan agama Budha adalah satu
dari 5 keyakinan yang ada di Indonesia. Hal ini mencerminkan beraneka ragamnya
masyarakat yang hidup menetap di Indonesia sehingga nilai saling menghargai dan
toleransi menjadi hal yang harus senantiasa diimplementasikan dengan baik.

b. Dimensi Hukum dan Kemasyarakatan.


39

Umat Buddha dianjurkan untuk menjalankan 5 sila (Pancasila Buddhis)

 Aku bertekad melatih diri menghindari pembunuhan


 Aku bertekad melatih diri menghindari pengambilan barang yang tidak
diberikan
 Aku bertekad melatih diri menghindari perbuatan asusila
 Aku bertekad melatih diri menghindari ucapan bohong
 Aku bertekad melatih diri menghindari konsumsi hal-hal yg memabukkan /
melemahkan kesadaran

Hal di atas bukanlah perintah atau larangan, tidak ada keharusan untuk menjalankan,
namun hanya anjuran. Jika dilaksanakan ada buah karmanya, jikapun tidak, ada buah
karmanya sendiri pula.

Ajaran Budha sendiri, penggambaran di Kamadhatu dimaksudkan untuk menjelaskan


tentang hukum karma. Panel tersebut menerangkan dengan mengikuti hawa nafsu,
maka akan ada akibatnya (buah karma). Hukum karma tidak akan menutup mata. Kamu
melakukan hal yang buruk, maka tinggal tunggu kapan buah karma buruk matang dan
menimpa diri kamu. Begitu juga bila kamu berbuat baik, maka buah karma baik juga
akan melindungi kamu. Buah karma tidak bisa dihindari, tidak bisa hilang dengan cara
memohon ataupun meminta maaf sekalipun. Dunia ini penuh dengan hawa nafsu dan
manusia penuh dengan kegelapan batin (kebencian, keserakahan dan kegelapan batin).
Orang yg selalu mengikuti kegelapan batinnya, maka akan terus terlahir di alam yang
penuh dengan hawa nafsu. Alam surgapun masih terdapat hawa nafsu. Saat seseorang
sudah bisa menghilangkan kegelapan batin, maka dicapailah pencerahan
(Nibbana) dan tidak akan terlahir lagi (disimbolkan dengan ujung stupa Borobudur
paling tinggi tanpa lubang.

Turis asing yang berkunjung ke Borobudur, kerap punya pengalaman mengesalkan


karena bertemu penduduk setempat yang menjual pernak-pernik dengan cara
memaksa. Hal itu terjadi karena masyarakat sekitar objek wisata tidak merasakan
dampak positif secara ekonomi. Pasalnya, sebagian besar pengunjung Borobudur
40

memang hanya mampir sejenak. Kebanyakan menghabiskan waktu dalam waktu


singkat, satu hingga tiga jam. Setelahnya, mereka biasa bertolak ke daerah Yogyakarta.
Hanya dua persen yang memilih untuk menyusuri tempat sekitar Borobudur.

c. Dimensi Politik dan Kewarganegaraan.

Keadaan di sekitar Candi Borobudur tidak berbeda jauh dengan kondisi di sekitar candi
prambanan, lingkungan di sekitar candi borobudur juga terlihat rapi dan bersih. Selain
itu, di tempat ini juga terdapat tempat khusus untuk para turis asing sehingga membuat
turis asing nyaman karena di sediakan tempat khusus untuk mereka beristirahat,
sehingga mereka tidak akan kecewa datang berkunjung jika mendapat pelayanan yang
baik.

Namun masih ada fasilitas untuk para pengunjung yang masih kurang memadai, seperti
fasilitas berteduh maupun tempat-tempat duduk untuk melepaskan lelah karena telah
berkeliling di sekitar Candi. Tempat-tempat orang berjualan tidak terlalu teratur jika di
bandingkan dengan pasar seni yang ada di Candi Prambanan. Tak banyak yang kami
ketahui karena cuaca yang tidak mendukung sehingga menghambat langkah kami
untuk mengenal lebih mengenai apa saja yang ada di Candi Borobudur.

Dari segi kewarganegaraan , candi ini berfungsi baik sebagai media belajar tentang
peninggalan sejarah masa dulu. Para pengunjung dapat belajar memahami betapa
baiknya sejarah itu untuk diketahui, dan kami pun termasuk orang-orang yang
beruntung dapat mengunjungi objek wisata dan belajar ini.

d. Dimensi Pembelajaran dan Pendidikan Kewarganegaraan.

Dari sisi pembelajaran dan pendidikan kewarganegaraan, sama halnya dengan candi
Prambanan, candi Borobudur pun mengajarkan kita untuk terus menjaga dan
mempertahankan kualitas budaya yang ada, serta menjadi warga negara yang memiliki
sikap mengapresiasi dan menghargai budaya masyarakat Indonesia.
41

4.2 BANDUNG

4.3.2 TANGKUBAN PERAHU

Cerita Sangkuriang dan Dayang Sumbi, di mana diceritakan dalam cerita itu
Sangkuriang adalah anak dari Dayang Sumbi. Sangkuriang dan Dayang Sumbi
(ibunya) berpisah sekian lama. Pada suatu waktu, Tuhan mempertemukan kembali
antara ibu dan anak itu. Sangkuriang pun tidak menyadari, jika yang dicintainya itu
adalah ibunya sendiri. Jelas, Dayang Sumbi menolak dicintai oleh Sangkuriang karena
Dayang Sumbi tahu betul yang mencintainya itu adalah anaknya kandungnya sendiri.

Namun, saking terpesonanya Sangkuriang dengan kecantikan ibunya itu, Sangkuriang


bersikukuh untuk mendapatkan cintanya Dayang Sumbi. Sangkuriang pun tidak
percaya, yang dicintainya itu pun adalah ibu kandungnya sendiri. Sangkuriang terus
ngotot mendapatkan cinta Dayang Sumbi. Hingga akhirnya, Dayang Sumbi
memberlakukan persyaratan yang harus dikerjakan Sangkuriang, yakni, membuat
perahu dalam waktu satu malam. Jika perahu itu selesai dalam satu malam,
Sangkuriang diperbolehkan Dayang Sumbi untuk menikahinya.

Dengan senang hati, Sangkuriang menyanggupi persyaratan itu. Sangkuriang pun


berpikir, tidak mungkin menyelesaikan pekerjaannya itu (membuat perahu)
diselesaikan dalam jangka waktu satu malam. Akhirnya, Sangkuriang meminta bantuan
jin untuk membantu dan mempercepat pekerjaannya itu.Sementara, Dayang Sumbi pun
tak tinggal diam, saking tidak mau dinikahi oleh anaknya sendiri. Dayang Sumbi pun
42

memanjatkan doa tak henti kepada Yang Kuasa selama Sangkuriang membuat perahu
agar pekerjaan membuat perahu tidak selesai dimalam itu. Berkat doa Dayang Sumbi,
akhirnya perjalanan malam berlangsung sangat cepat dan akhirnya terbitlah fajar.

Sementara, meskipun Sangkuriang dibantu jin, pekerjaannya pun tidak selesai, padahal
tinggal sedikit lagi. Ternyata, pagi datang begitu cepat. Persyaratan pun gagal dipenuhi
Sangkuriang, sehingga keinginan Sangkuriang menikahi Dayang Sumbi pun gagal.
Gagal memenuhi persyaratan yang diminta Dayang Sumbi, Sangkuriang marah besar.

Saking marahnya, Sangkuriang menendang sangat keras perahu yang dibuatnya hampir
selesai itu. Perahu ditendang hingga terbang melayang dan terjatuh terbalik. Dan
dimitoskan, perahu yang terbalik yang ditendang Sangkuriang itu, sekarang yang
menjadi Gunung Tangkuban Parahu.

a. Dimensi Pendidikan Nilai dan Moral.

Nilai moral terlihat pada sikap Dayang Sumbi yang teguh (konsisten) dalam menepati
janji yang telah diucapkannya, yaitu bersedia menikah dengan siapa pun yang
mengambilkan gulungan benangnya, yang ternyata adalah seekor anjing. Dari sini
dapat di petik sebuah pelajaran bahwa betapa pun pahit akibat yang akan
ditanggungnya, seseorang harus teguh menepati janjinya.

Nilai sosial yang terkandung dalam cerita di atas adalah bahwa di kalangan masyarakat
Sunda (Jawa Barat), percintaan atau pernikahan antara ibu dengan anak (incest)
merupakan perbuatan yang dilarang (haram). Sebab, jika hal tersebut terjadi, maka
nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat akan hancur. Hal ini dapat dilihat pada
usaha yang telah dilakukan Dayang Sumbi dalam menggagalkan pernikahannya
dengan putranya sendiri.
43

b. Dimensi Hukum dan Kewarganegaraan.

Lalu lintas yang menuju ke gunung tangkuban perahu memang tidak terjadi kemacetan
di karenakan bukan hari libur tetapi pada saat hari libur kemacetan dan kesemerawutan
menjadi pengambat lokasi yang akan di tuju. Saat kami menuju ke kawah putih, kami
menaiki mobil yang disediakan oleh tempat wisata tersebut. Namun sayangnya, mobil
yang kami naiki ini tidak memenuhi standar keselamatan penumpang dan tentu saja
melanggar hukum. Hasil pengamatan kami, hal ini terjadi karena jalan yang ditempuh
bukanlah jalan lintas. Masyarakat penduduk sekitar yang ramah membuat pengujung
menjadi nyaman dengan budaya yang kental membuat para wisatan tau apa budaya
yang ada di dalamnya.

c. Dimensi Politik dan Kewarganegaraan.

Dari segi politik yang dapat kami pelajari dan amati di sekitaran Tangkuban Perahu,
terdapat unsur politik yaitu politik jual beli. Dimana disekitaran Tangkuban Perahu
terdapat banyak penjual pakaian, masker, topi dan barang cenderamata lainnya yang
menawarkan dagangannya kepada pembeli dengan berbagaiharga. Ketika kami berniat
membeli salah satu barang, kami mencoba menawar harga barang tersebut agar lebih
murah. Proses tawar menawar inilah yang menurut kami mengandung adanya unsure
politik, yaitu politik jual beli.

Dari segi kewarganegaraan kami menemukan contoh tentang sikap seorang pedagang
masker yang mencerminkan seorang warga Negara yang tidak jujur. Saat kami
memasuki pintu gerbang Tangkuban Perahu, ada seorang pedagang masker yang
menawarkan dagangannya kepada rombongan kami dengan harga Rp.5.000 per
masker. Ketika kami menawar harga masker itu, pedagang tersebut mengatakan jika
didalam areal Tangkuban Perahu harganya lebih mahal, dan kami diharuskan memakai
masker karena bau belerangnya yang sangat menyengat sehingga dapat mengganggu
pernapasan. Nah alasan inilah yang membuat rombongan kami banyak yang membeli
masker tersebut. Ketika kami sudah sampai diareal Tangkuban Perahu, ternyata banyak
44

pedagang masker yang menawarkan masker dengan harga 2.500 per masker. Ternyata
menjadi warganegara yang baik itu jarang di dapat di daerah tersebut.

d. Dimensi Pembelajaran dan Pendidikan Kewarganegaraan.

Dari segi pembelajaran, legenda sangkuriang menceritakan bahwa seorang anak


menyukai ibu kandungnya sendiri, hal ini jelaslah menyalahi kodrat dari Sang Ilahi,
ibu adalah orang yang seharusnya kita hormati dan kita sayangi. Kemudian dari segi
pendidikan kewarganegaraan, dilokasi tangkuban penduduk setempat bersikap ramah
tamah sehingga membuat kami nyaman, tentunya hal ini sesuai dengan kultur Negara
kita yang terkenal sebagai keramah tamahannya sehingga harus tetap kita pertahanka.

4.3 JAKARTA

4.3.1 Monumen Pancasila Sakti

Monumen Pancasila Sakti mulai dibangun pada tahun 1967, sedangkan penyelesaian
pembangunan dan peresmiannya pada tahun 1972. Tujuan dan hakekat spirituil
pembangunan Monumen pancasilaSakti adalah sebagai berikut :
45

1. Untuk mengenang jasa pahlawan yang gugur dalam membela negara, bangsa
dan pancasila sampai titik darah penghabisan.
2. Membina semangat Korsa dikalangan prajurit TNI.
3. Monumen peringatan bagi perjuangan Nasional.
4. Cermin perjuangan Bangsa Indonesia kepada dunia internasional.

Selain pembangunan monumen pancasila Sakti, maka untuk mencapai tujuan tersebut
setiap tanggal 1 Oktober dijadikan dan ditetapkan serta dilaksanakan Upacara Hari
Kesaktian Pancasila atau Mengenang Tragedi Nasional akibat Pengkhianatan terhadap
pancasila. Pahlawan Revolusi adalah gelar yang diberikan kepada sejumlah perwira
militer yang gugur dalam tragedi G30S yang terjadi di Jakarta dan Yogyakarta pada
tanggal 30 September 1965. Para pahlawan tersebut adalah:
 Jenderal TNI (Anumerta) Achmad Yani
 Letjen. (Anumerta) Mas Tirtodarmo Harjono
 Letjen. (Anumerta) Siswondo Parman
 Letjen. (Anumerta) Suprapto
 Mayjen. (Anumerta) Donald Isaac Pandjaitan
 Mayjen. (Anumerta) Sutojo Siswomihardjo
 Aipda (Anumerta) Karel Satsuit Tubun
 Kapten CZI (Anumerta) Pierre Tendean
 Kolonel Inf. (Anumerta) Sugiono - wafat di Yogyakarta
 Brigjen. (Anumerta) Katamso Darmokusumo - wafat di Yogyakarta

Monumen yang terletak di daerah Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur ini,
berisikan bermacam-macam hal dari masa pemberontakan G30S - PKI, seperti pakaian
asli para Pahlawan Revolusi. Sesudah kejadian tersebut, 30 September diperingati
sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September. Hari berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan
sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Pada masa pemerintahan Soeharto, biasanya sebuah
film mengenai kejadian tersebut juga ditayangkan di seluruh stasiun televisi di
Indonesia setiap tahun pada tanggal 30 September. Selain itu pada masa Soeharto
biasanya dilakukan upacara bendera di Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya dan
46

dilanjutkan dengan tabur bunga di makam para pahlawan revolusi di TMP Kalibata.
Namun sejak era Reformasi bergulir, film itu sudah tidak ditayangkan lagi dan hanya
tradisi tabur bunga yang dilanjutkan.

a. Analisis Pendidikan Nilai dan Moral

Monumen Pancasila Sakti mulai dibangun pada tahun 1967, sedangkan penyelesaian
pembangunan dan peresmiannya pada tahun 1g72.Tujuan dan hakekat spirituil
pembangunan Monumen pancasilaSakti adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengenang jasa pahlawan yang gugur dalam membela negara, bangsa
dan pancasila sampai titik darah penghabisan.
2. Membina semangat Korsa dikalangan prajurit TNI.
3. Monumen peringatan bagi perjuangan Nasional.
4. Cermin perjuangan Bangsa Indonesia kepada dunia internasional.

Selain pembangunan monumen pancasila Sakti, maka untuk mencapai tujuan tersebut
setiap tanggal 1 Oktober dijadikan dan ditetapkan serta dilaksanakan Upacara Hari
Kesaktian Pancasila atau Mengenang Tragedi Nasional akibat Pengkhianatan terhadap
pancasila. Pahlawan Revolusi adalah gelar yang diberikan kepada sejumlah perwira
militer yang gugur dalam tragedi G30S yang terjadi di Jakarta dan Yogyakarta pada
tanggal 30 September 1965.

b. Analisis Hukum dan Kemasyarakatan

Adapun Dimensi hukum dan kemasyarakatan yang ada pada monument pancasila sakti
di lubang buaya yaitu seperti peraturan peraturan yang di langgar oleh pengunjung
museum tersebut misal nya pengunjung di larang turun dan melewati pagar pembatas
sumur yang ada pada museum sebagai pembuangan mayat para pahlawan saat
pembantaian namun masih ada saja pengunjung yang melewati pagar pembatas
47

tersebut dan melihat seberapa dalam dan ngerinya sumur tersebut. Timbul pertanyaan
dari kami, sebenarnya apakah pengunjung yang melanggar peraturan tersebut tidak
membaca atau mereka membaca tetapi tidak mengetahui bahaya dan masalah yang
akan di timbulkan seperti terganggunya pernafasan mereka saat menghirup udara dari
sumur tersebut karena sebelum melihat sumur tersebut mereka telah mendapat
penjelasan dari tour guide museum yang mengatakan bahwa sumur tersebut
mengandung gas yang berbahaya yang di timbulkan dari cairan-cairan, darah, bahkan
nanah yang di keluarkan dari para jassad yang di buang ke dalam sumur tersebut maka
dari itu di khwatirkan aka nada masalah-masalah yang tidak di harapkan.

Menanggapi pelanggaran peraturan tersebut, agar tidak terjaddi pelanggaran peraturan


sebaiknya pagar pembatas terbuat dari kawat yang di aliri arus listrik bertegangan
rendah untuk keamanan dan keselamatan pengunjung.

Selain itu dari pola tingkah laku pengunjung dan petugas yang ada pada museum
pancasila pun tidak luput dari pengamatan kami banyaknya pengunjung museum yang
mencari kesempatan yang ada dari sepi dan luasnya area museum itu untuk di
manfaatkan sebagai ajang pacaran tetapi pengunjung pun kurang memiliki etika yang
baik selayaknya sebagai warga Negara Indonesia yang baaik seperti pada saat kami
mengamati tempat-tempat bersejarah yang ada di museum tersebut jangankan melihat
kami dan menyapa tetapi mereka malah asyik dengan pasangan mereka masing-
masing dan malahan melihat kami seperti makhluk aneh yang mengganggu dengan
tatapan sinis seperti ingin mengusir kami. Selain itu ada beberapa petugas dari museum
pun kurang bersahaja, padahal sebagai petugas mereka seharusnya menyambut
pengunjung dengan senyuman dan tatap muka yang enak untuk di pandang.

Untuk mengatasi hal-hal yang kurang ideal di museum yang di sebabkan oleh
pengunjung dan petugas pun mungkin dari pihak museum lebih menambah petugas
keamanan untuk menghindari penyimpangan social yang di lakukan oleh pengunjung
dan mengeluarkan peraturan untuk petugas museum agar lebih bersahaja dalam
menyambut pengunjung-pengunjung yang datang.
48

c. Analisis Politik dan Kewarganegaraan

Dari segi politik sejarahnya G 30 S/ PKI merupakan gerakan komunis yang dam
aksinya melakukan hal-hal :.

1. PKI berusaha menggulingkan pemerintahan yang sah dan berusaha mengganti


dasar Negara Pancasila.
2. PKI mempergunakan berbagai cara seperti mengadu domba antara aparat
Pemerintah, ABRI dan ORPOL, serta memfitnah mereka yang dianggap lawan-
lawannya serta menyebarkan berbagai isyu yang tidak benar seperti KABIR,
setan desa dan lain-lain.
3. Di pemberontakan PKI yang Ke-2 mereka melakukan tindakan yang kejam
bahkan tergolong sadis.

Tinjauan ketika di monumen :

1. Disekitaran tempat parkir kendaraan terdapat banyak pedagang makanan dan


minuman yang kurang tertata.
2. Pemandunya mempunyai wawasan yang luas sehingga kita nyaman
mendengarkan pemaparan beliau.
3. Kurangnya penjagaan sehingga dikhawatirkan adanya tindakan kriminal yang
dapat mengurangi eksistensi monumen pancasila sakti.
4. Petugas kebersihan kurang cermat membersihkan lantai terutama lantai dari
museum penyiksaan menuju sumur penyiksaan, sehingga banyak mahasiswa
yang terpeleset ketika melewati jalan tersebut.
Harapan kami petugas lebih giat lagi dalam bekerja menjaga, membersihkan serta
merawat museum ini, karena museum ini banyak menyimpan saksi sejarah para
pejuang dalam membela NKRI. Patut kita acungi jempol karena pejuang-pejuang
dahulu yang gagah berani dalam mempertahankan kedaulatan negaranya dan berani
menyerahkan jiwa-raganya hanya demi keselamatan bangsa. Banyak pelajaran yang
49

kami dan teman-teman lainnya petik bahwasanya orang-orang atau pejuang yang
dikenang tersebut karena mereka bermanfaat dan berguna bagi khalayak banyak.

d. Analisis Pembelajaran dan Pendidikan Kewarganegaraan

Usaha terhadap Pemerintah RI dan mengganti dasar negara Pancasila telah dua kali
dijalankan, yang pertama pada tahun 1948, dikenal sebagai pemberontakan PKI Muso
di Madiun dan yang kedua ialah pemberontakan G 30 S PKI dalam bulan September
1965. Selain itu tempat ini juga terdapat Foto ke 7 Pahlawan Revolusi, yang ukuran
foto tersebut sudah diperbesar dari aslinya. Dan adanya Ruang Relik yang merupakan
tempat dipamerkannya barang-barang, terutama pakaian yang mereka kenakan ketika
mereka d culik, di siksa, sampai akhirnya di bunuh, berikut dengan hasil visum dari
dokter. Selain itu terdapat pula Aqualung sebuah alat bantu pernapasan yang
digunakan untuk mengangkat jenazah 7 Pahlawan Revolusi dari dalam sumur tua.

Selain itu terdapat pula Ruang Teater yang memutar rekaman


bersejarah pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi, Pemakaman ke Taman Makam
Pahlawan Kalibata, dan lain-lain, masa putar rekaman ini kurang lebih 30 menit.Dan
terdapat Ruang pameran Foto yang menyajikan foto-foto
pengangkatan Jenazah Pahlawan Revolusi dan pemakamannya di Taman Makam
Pahlawan Kalibata.

Dari segi dimensi pembelajaran dan pendidikan kewarganegaraan, dapat di simpulkan


bahwa Indonesia yang merupakan Negara berideologi Pancasila, dan berbeda dengan
Negara lain tidak mungkin dapat melaksanakan sebuah ideology yang bukan berasal
dari kepribadian bangsa Indonesia itu sendiri terlebih Ideology Komunis. Sebuah
Ideology yang bertentangan sekali dengan Pancasila. Negara Indonesia merupakan
Negara yang sangat menghargai perbedaan, menghargai kepentingan kelompok
maupun pribadi. di sisi lain Negara Indonesia yang memiliki agama yang itu tidak
terdapat dalam Ideology komunis
50

BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2017
dan selesai pada tanggal 28 Januari 2017, dirasa sudah sangat baik. Di mana
hubungan antar mahasiswa semakin terjalin. Tujuan Kuliah Kerja Lapangan
(KKL) ini yakni Lampung-Jogjakarta-Bandung-Jakarta-Lampung.
51

Adapun obyek kunjungan yang dikunjungi oleh mahasiswa program studi


Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yaitu tentang hal yang berbau pendidikan,
budaya, serta sejarah diantaranya Candi Borobudur, Candi Prambanan, Monjali,
museum mandala TNI AU, Keraton Yogyakarta, Museum Vredeburg, dan
Monumen Pancasila Sakti. Sedangkan objek kunjungan yang berbau wisata
diantaranya Gunung Tangkuban Perahu,, Malioboro, dan Pantai Parangtritis.

Banyak yang kita dapatkan tentunya dari kegiatan KKL 2017 ini, banyak hal yang
tidak ketahui tentang daerah-daerah di Indonesia yang ternyata unik jika dipelajari
ragamnya. Sepanjang perjalanan bnyak hal baru yang kita temui dan harus kami
catat sebagai laporan kunjungan kami.

Ternyata di daerah-daerah yang kita kunjungi dan saat ini masih menjadi ingatan
kami adalah adanya penegakan hukum yang baik, dan masyarakat yang mematuhi
peraturan hukum yang berlaku. Hukum akan berjalan dengan baik apabila
masyarakatnya sadar akan pentingnya hukum. Nah disitulah salah satu unsur
hukum dan kemasyarakatan.

5.2 SARAN

Harapan kami semoga KKL ini bermanfaat untuk kami, dan semoga KKL selanjutnya
lebih berjalan dengan baik lagi dan semoga lebih tempat untuk menimba ilmunya
berganti-ganti setiap tahunnyaa. Kemudian semoga laporan KKL ini bisa bermanfaat
bagi teman-teman yang membaca laporan ini.
52

LAMPIRAN
53
54

Anda mungkin juga menyukai