Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

STUDY TOUR YOGYAKARTA


(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu tugas bahasa indonesia)

Di susun oleh :
 Leni
 Ratih rahayu
 Dini maelani

Smp Negeri 2 Cihaurbeuti


2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ilahi robbi atas limpahan rahmat dan karunia‐Nya, serta
anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta petunjuk‐Nya sehingga memberikan
kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam menyusunan karya tulis ini.

Didalam karya tulis ini kami selaku penyusun hanya sebatas pengetahuan yang bisa kami sajikan,
sebagai salah satu tugas bahasa indonesia “STUDY TOUR YOGYAKARTA”. Dimana didalam tema
tersebut ada beberapa hal yang bisa kita pelajari khususnya tempat – tempat wisata yang ada di
Yogyakarta yang indah dan menawan.

Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami tentang Kota Yogyakarta,
menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan penjabaran yang lebih dalam tentang masalah
ini, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan karya tulis ini.

Harapan kami, semoga karya tulis ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya untuk sekedar
membuka pola berpikir kita tentang budaya dan sosial yang ada di kota Yogyakarta.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
pembuatan ini. Terutama kepada rekan satu kelompok atas kerjasamanya, dan Guru pembimbing yang
telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini.

Cihaurbeuti,................ 2019

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN MASALAH

1.1 Borobudur......................................................................................................
1.2 Taman Pintar...............................................................................................
1.3 Malioboro.....................................................................................................
1.4 Gembira Loka Jogja, Wisata Edukasi di Kebun Binatang Mini...................
1.5 Museum Dirgantara Mandala........................................................................
1.6 Kraton Yogyakarta

BAB III PENUTUP

2.1 Simpulan.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya ilmiah adalah suatu kegiatan penelitian secara langsung terhadap suatu tempat ataupun sarana
yang menjadi objek penelitian. Kegiatan ini dilakukan untuk menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan yang lebih luas maka dilakukaan penelitian karya ilmiah, dengan mengunjungi Daerah
istimewa yogyakarta atau yang lebih dikenal dengan nama Jogja, merupakan kota yang terkenal
dengan sejarah dan warisan budaya.

Yogyakarta merupakan pusat kerajaan mataram, dan sampai saat ini masih ada keraton yang masih
berfungsi dalam arti sesungguhnya. Jogja juga memiliki banyak candi yang berusia ribuan tahun yang
merupakan peninggalan kerajaan besar zaman dahulu, salah satunya adalah candi borobudur yang
dibangun pada abad ke 9 oleh dinasti syailendra, sedangkan arsitek dari candi tersebut adalah
gunadharma.Selain itu Pegunungan,pantai-pantai, hamparan sawah yang hijau dan udara yang sejuk
menghiasi keindahan kota Jogja. Masyarakat jogja hidup dengan damai dan mempunyai keramahan
yang khas.

Tak heran apabila kota Jogja sangat terkenal dan merupakan salah satu tujuan utama para wisatawan
mancanegara, untuk berlibur dan mengabiskan sisa waktu istirahatnya di Jogja.

Adapun dalam karya ilmiah ini telah menghasilkan data penelitian yang meliputi unsur budaya, sosial,
sejarah, dan unsur-unsur estetika yang ada dalam ornamen-ornamen bangunan yang ada di saerah
istimewa Yogyakarta.
BAB II

PEMBAHASAN MASALAH

1.1 CandiBorobudur

A. Sejarah Candi Borobudur

Didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa
pemerintahan wangsa Syailendra. Dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya 504 arca
Buddha. Candi Borobudur ini adalah sebagai model alam semesta yang dibangun sebagai tempat suci
untuk memuliakan Buddha. Berdasarkan bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-
14. Ditemukan pada tahun 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang menjabat sebagai Gubernur
Jenderal Inggris atas Jawa. .

Penamaan Borobudur pertama kali ditulis dalam buku "Sejarah Pulau Jawa" karya Sir Thomas
Raffles.Nama Bore-Budur, yang kemudian ditulis BoroBudur,kemungkinan ditulis Raffles dalam tata
bahasa Inggris untuk menyebut desa terdekat dengan candi itu yaitu desa Bore (Boro) Raffles juga
menduga bahwa istilah 'Budur' mungkin berkaitan dengan istilah Buda dalam bahasa Jawa yang
berarti "purba" maka bermakna,"Boro purba".

Ahli Sejarah J.G. de Casparis dalam disertasi doktor pada tahun 1950 berpendapat bahwa Borobudur
adalah tempat pemujaan yang didirikan oleh Raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama
Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru dapat
diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan
memakan waktu setengah abad. Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam
bahasa Sanskerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa", adalah
nama asli Borobudur.

Menurut legenda masyarakat setempat perancang Borobudur bernama Gunadharma,sedikit yang


diketahui tentang arsitek misterius ini. Namanya lebih berdasarkan dongeng dan legenda Jawa dan
bukan berdasarkan prasasti bersejarah. Legenda Gunadharma terkait dengan cerita rakyat mengenai
perbukitan Menoreh yang bentuknya menyerupai tubuh orang berbaring. Dongeng lokal ini
menceritakan bahwa tubuh Gunadharma yang berbaring berubah menjadi jajaran perbukitan Menoreh,
tentu saja legenda ini hanya fiksi dan dongeng belaka.

B. Arti Nama Borobudur


Nama Borobudur berasal dari gabungan kata-kata Boro dan Budur,Boro berasal dari kata sansekerta
''vihara'' yang berarti komplek candi dan bihara atau juga asrama (menurut poerbatjaraka dan
stutterhim).Sedangkan budur dalam bahasa bali ''beduhur'' yang artinya atas. Jadi nama borobudur
berarti asrama/bihara (kelompok candi yang terletak di atas bukit).
Memang di halaman barat laut dari candi Borobudur sewaktu di adakan penggalian di temukan sisa-
sisa bekas sebuah bangunan yang dimungkinkan bangunan bihara. Pendapat lain dikemukakan oleh
casparis berdasarkan prasasti Sri kahuluan (842 M). Di dalam prasasti tersebut terdapat nama sebuah
kuil ''Bhumisambhara'' yang menurutnya nama itu tidak lengkap. Agaknya masih ada lagi sepatah kata
untuk''gunung'' di belakangnya, sehingga nama seharusnya''Bhumisambhara Budhara'' Dari kata inilah
akhirnya terjadi nama Borobudur.

Dari beberapa pendapat yang ada, dapat disebutkan berbagai pendapat dari para ahli yaitu :

1) Kitab Negara kartagama

Naskah dari tahun 1365 M yaitu kitab Negara kartagama karangan Mpu prapanca meyebutkan kata
“Budur” untuk sebuah Budha dari aliran Wajradha. Kemungkinan yang ada nama “Budur” tersebut
tidak lain adalah candi Borobudur.

2) SirThomas Stamford Raffles

Raffles manafsirkan Borobuduir berati bahwa Budur merupakaan bentuk lain dari “Budo”.yang dalam
bahasa jawa berarti Kuno. tetapi bila dikaitkan dengan Borobudur berati “Boro Jaman Kuno” Namaun
karena “Bhara” dalam bahas jawa kuno berati banyak, maka Borobudur juga berarti “Budha yang
Banyak” jika dikaji secara teliti maka keterangan yang ditemukan oleh raffles memang tidak ada yang
memuaskan. Boro jaman kuno” kurang mengena maupun “Budha yang banyak” Kurang mencapai
sasaran.

3) Poebatjaraka

Menurut beliau “Boro” berarti “Biara” dengan demikian Borobudur berarti “Biara Budur”. Penafsiran
ini sangat menarik karena mendekati kebenaran berdasarkan bukti-bukti yang ada.Selanjutnya jika di
hubungkan dengan kitab Negara Kartagama mengenai “Budur” maka besar kemungkinan penafsiran
Poerbatjaraka adalah benar dan tepat.

4) DE Casparis

De Casparis menemukan kata majemuk dalam sebuah prasati yang kemungkinan merupakan asal kata
dari Borobudur. Dalam sebuah prasasti SrI Kahulunan yang berangka 842 M dijumpai kata “Bhumi
Sambhara Budhara” yaitu satu sebutan untuk bangunan suci pemujaan nenek moyang atau disebut
kuil.

5) Drs. Soediman

Bahwa Borobudur berasal dari dua kata yaitu Bara dan Budur. Bara berasal dar bahasa sanksekerta
Vihara yang berarti komplek candi dan Bihara yang berarti asrama. Budur dalam bahasa bali bedudur
yang artinya di atas. Jadi nama Borobudur berarti asrama atau vihara dan komplek candi yang terletak
di atas tanah yang tinggi atau bukit.

C. Letak Geografis Candi Borobudur


Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur,Kabupaten Magelang, Propinsi
Jawa Tengah.Secara astronomis terletak di 70.361.2811 LS dan 1100.121.1311 BT. Lingkungan
geografis Candi Borobudur dikelilingi oleh Gunung Merapi dan Merbabu di sebelah Timur,Gunung
Sindoro dan Sumbing di sebelah Utara, dan pegunungan Menoreh di sebelah Selatan, serta terletak di
antara Sungai Progo dan Elo.Candi Borobudur didirikan di atas bukit yang telah dimodifikasi, dengan
ketinggian 265 dp

D.Tahap-Tahap Pembangunan Candi Borobudur

Ada beberapa tahap dalam pembangunan candi borobudur diantaranya :

Tahap pertama

Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada
awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi
kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar.

Tahap Kedua

Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran yang
langsung diberikan stupa induk besar.

Tahap ketiga

Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan dan diganti tiga undak
lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.

Tahap keempat dan kelima

Ada sedikit perubahan pada monumen, termasuk penambahan relief-relief baru dan perubahan pada
tangga dan patung di sepanjang jalan. Simbol pada monumen tetap sama, dan perubahan sebagian
besar hanya pada dekorasinya.

Lalu, dimanakah letak kesalahan desain Candi Borobudur? Menurut Dirjen Kebudayaan, I Gusti
Ngurah Anom dalam “Simposium Rahasia di Balik Keagungan Borobudur” yang diselenggarakan
Dhammasena Universitas Trisakti di Jakarta,pertengahan Maret lalu, kesalahan desain itu diperbaiki
dengan membuat “kaki tambahan” dan menutupi kaki aslinya. Hal ini dilakukan pada tahap kedua
pembangunan Borobudur.

Adanya dua kaki itu pertama kali diketahui oleh Yzerman (1885) ketika mengadakan penelitian untuk
penyelamatan Candi Borobudur dari bahaya kerusakan. Kaki tambahan seperti yang terlihat sekarang,
bentuknya sangat sederhana dan sering disebut teras lebar. Teras lebar ini menutupi relief di kaki asli,
yang terdiri dari 160 pigura. Di beberapa pigura terdapat tulisan singkat sebagai petunjuk ringkas bagi
pemahatnya dalam huruf Jawa Kuna. Ternyata kata-kata yang dipergunakan itu juga terdapat dalam
kitab Mahakarmavibhangga yang memuat cerita tentang cara kerja hukum karma dalam kehidupan.

Mengapa relief di kaki asli Candi Borobudur ditutup memang masih menjadi polemik di kalangan
para arkeolog. Sebagian berpendapat bahwa penutupan ini sekedar masalah teknis agar candi itu tidak
longsor, mengingat kaki aslinya sangat curam. Sebagian lagi mengatakan bahwa penutupan ini karena
alasan keagamaan. Argumentasinya,karena relief di kaki asli menggambarkan kehidupan sehari-hari
yang terkadang berkesan sadis,seronok,dan sebagainya. Hal ini dianggap tidak patut diketahui oleh
umat Buddha yang berkunjung ke Borobudur.

E. Seni Relief Dalam Candi Borobudur

Relief adalah seni pahat dan ukiran 3-dimensi yang biasanya dibuat di atas batu. Bentuk ukiran ini
biasanya dijumpai pada bangunancandi, kuil, monumen dan tempat bersejarah kuno. Di Indonesia,
relief pada dinding candi Borobudur merupakan salah satu contoh yang dipakai untuk
menggambarkan kehidupan sang Buddha dan ajaran-ajarannya. Relief ini bisa merupakan ukiran yang
berdiri sendiri, maupun sebagai bagian dari panel relief yang lain,membentuk suatu seri cerita atau
ajaran. Pada Candi Borobudur sendiri misalkan ada lebih dari 1400 panel relief ini yang dipakai untuk
menceritakan semua ajaran sang Buddha Gautama.

Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga,salah satu raja kerajaan Mataram Kuno,keturunan
Wangsa Syailendra. Berdasarkan prasasti Kayumwungan, seorang Indonesia bernama Hudaya
Kandahjaya mengungkapkan bahwa Borobudur adalah sebuah tempat ibadah yang selesai dibangun
26 Mei 824, hampir seratus tahun sejak masa awal dibangun. Nama Borobudur sendiri menurut
beberapa orang berarti sebuah gunung yang berteras-teras (budhara), sementara beberapa yang lain
mengatakan Borobudur berarti biara yang terletak di tempat tinggi.

Bangunan Borobudur berbentuk punden berundak terdiri dari 10 tingkat. Tingginya 42 meter sebelum
direnovasi dan 34,5 meter setelah direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai penahan.
Enam tingkat paling bawah berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di atasnya berbentuk lingkaran
dan satu tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha yang menghadap ke arah barat. Setiap tingkatan
melambangkan tahapan kehidupan manusia. Sesuai mahzab Budha Mahayana, setiap orang yang
ingin mencapai tingkat sebagai Budha mesti melalui setiap tingkatan kehidupan tersebut.

Bagian dasar Borobudur, disebut Kamadhatu,melambangkan manusia yang masih terikat nafsu.
Empat tingkat di atasnya disebut Rupadhatu melambangkan manusia yang telah dapat membebaskan
diri dari nafsu namun masih terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat tersebut,patung Budha diletakkan
terbuka.Sementara, tiga tingkat di atasnya dimana Budha diletakkan di dalam stupa yang berlubang-
lubang disebut Arupadhatumelambangkan manusia yang telah terbebas dari nafsu, rupa, dan bentuk.
Bagian paling atas yang disebut Arupa melambangkan nirwana,tempat Budha bersemayam.

Setiap tingkatan memiliki relief-relief indah yang menunjukkan betapa mahir pembuatnya. Relief itu
akan terbaca secara runtut bila anda berjalan searah jarum jam (arah kiri dari pintu masuk candi). Pada
reliefnya Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang sangat melegenda,yaitu Ramayana.Selain itu,
terdapat pula relief yang menggambarkan kondisi masyarakat saat itu.Misalnya, relief tentang
aktivitas petani yang mencerminkan tentang kemajuan sistem pertanian saat itu dan relief kapal layar
merupakan representasi dari kemajuan pelayaran yang waktu itu berpusat di Bergotta (Semarang).

Keseluruhan relief yang ada di candi Borobudur mencerminkan ajaran sang Budha. Karenanya, candi
ini dapat dijadikan media edukasi bagi orang-orang yang ingin mempelajari ajaran Budha. Berkat
mengunjungi Borobudur dan berbekal naskah ajaran Budha dari Serlingpa (salah satu raja Kerajaan
Sriwijaya),Atisha mampu mengembangkan ajaran Budha. Ia menjadi kepala biara Vikramasila dan
mengajari orang Tibet tentang cara mempraktekkan Dharma. Enam naskah dari Serlingpa pun
diringkas menjadi sebuah inti ajaran disebut “The Lamp for the Path to Enlightenment” atau yang
lebih dikenal dengan nama Bodhipathapradipa.
Salah satu pertanyaan yang kini belum terjawab tentang Borobudur adalah bagaimana kondisi sekitar
candi ketika dibangun dan mengapa candi itu ditemukan dalam keadaan terkubur. Beberapa
mengatakan Borobudur awalnya berdiri dikitari rawa kemudian terpendam karena letusan Merapi.
Dasarnya adalah prasasti Kalkutta bertuliskan ‘Amawa’ berarti lautan susu. Kata itu yang kemudian
diartikan sebagai lahar Merapi. Beberapa yang lain mengatakan Borobudur tertimbun lahar dingin
Merapi.

Pada dinding candi di setiap tingkatan kecuali pada teras-teras Arupadhatu dipahatkan panel-panel
bas-relief yang dibuat dengan sangat teliti dan halus. Relief dan pola hias Borobudur bergaya naturalis
dengan proporsi yang ideal dan selera estetik yang halus. Relief-relief ini sangat indah, bahkan
dianggap sebagai yang paling elegan dan anggun dalam kesenian dunia Buddha. Relief Borobudur
juga menerapkan disiplin senirupa India, seperti berbagai sikap tubuh yang memiliki makna atau nilai
estetis tertentu. Relief-relief berwujud manusia mulia seperti pertapa, raja dan wanita bangsawan,
bidadari atapun makhluk yang mencapai derajat kesucian laksana dewa,seperti tara dan boddhisatwa,
seringkali digambarkan dengan posisi tubuh tribhanga. Posisi tubuh ini disebut “lekuk tiga” yaitu
melekuk atau sedikit condong pada bagian leher, pinggul, dan pergelangan kaki dengan beban tubuh
hanya bertumpu pada satu kaki, sementara kaki yang lainnya dilekuk beristirahat. Posisi tubuh yang
luwes ini menyiratkan keanggunan, misalnya figur bidadari Surasundari yang berdiri dengan sikap
tubuh tribhanga sambil menggenggam teratai bertangkai panjang.

Relief Borobudur menampilkan banyak gambar seperti sosok manusia baik bangsawan, rakyat jelata,
atau pertapa, aneka tumbuhan dan hewan,serta menampilkan bentuk bangunan vernakular tradisional
Nusantara.Borobudur tak ubahnya bagaikan kitab yang merekam berbagai aspek kehidupan
masyarakat Jawa kuno. Banyak arkeolog meneliti kehidupan masa lampau di Jawa kuno dan
Nusantara abad ke-8 dan ke-9 dengan mencermati dan merujuk ukiran relief Borobudur. Bentuk
rumah panggung,lumbung,istana dan candi, bentuk perhiasan, busana serta persenjataan,aneka
tumbuhan dan margasatwa, serta alat transportasi, dicermati oleh para peneliti.Salah satunya adalah
relief terkenal yang menggambarkan Kapal Borobudur. Kapal kayu bercadik khas Nusantara ini
menunjukkan kebudayaan bahari purbakala. Replika bahtera yang dibuat berdasarkan relief
Borobudur tersimpan di Museum Samudra Raksa yang terletak di sebelah utara Borobudur.

Relief-relief ini dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa
Kuna yang berasal dari bahasa Sanskertadaksina yang artinya ialah timur. Relief-relief ini bermacam-
macam isi ceritanya, antara lain relief-relief cerita jātaka. Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa
dimulai, dan berakhir pada pintu gerbang sisi timur di setiap tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan
berakhir di sebelah kanan pintu gerbang itu. Maka secara nyata bahwa sebelah timur adalah tangga
naik yang sesungguhnya (utama) dan menuju puncak candi, artinya bahwa candi menghadap ke timur
meskipun sisi-sisi lainnya serupa benar.

Salah satu ukiran Karmawibhangga di dinding candi Borobudur (lantai 0 sudut tenggara)Sesuai
dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung
tersebut menggambarkan hukum karma. Karmawibhangga adalah naskah yang menggambarkan
ajaran mengenai karma, yakni sebab-akibat perbuatan baik dan jahat. Deretan relief tersebut bukan
merupakan cerita seri (serial), tetapi pada setiap pigura menggambarkan suatu cerita yang mempunyai
hubungan sebab akibat.Relief tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela
manusia disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya, tetapi juga perbuatan baik manusia
dan pahala.Secara keseluruhan merupakan penggambaran kehidupan manusia dalam lingkaran lahir –
hidup – mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang
akan diakhiri untuk menuju kesempurnaan.Kini hanya bagian tenggara yang terbuka dan dapat dilihat
oleh pengujung. Foto lengkap relief Karmawibhangga dapat disaksikan di Museum Karmawibhangga
di sisi utara candi Borobudur.

LalitawistaraPangeran Siddhartha Gautama mencukur rambutnya dan menjadi pertapa. Merupakan


penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-relief (tetapi bukan merupakan riwayat
yang lengkap) yang dimulai dari turunnya Sang Buddha dari surga Tushita,dan berakhir dengan
wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota Banaras. Relief ini berderet dari tangga pada sisi sebelah
selatan, setelah melampui deretan relief sebanyak 27 pigura yang dimulai dari tangga sisi timur. Ke-
27 pigura tersebut menggambarkan kesibukan,baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan untuk
menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha.Relief tersebut
menggambarkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini sebagai Pangeran Siddhartha,putra Raja
Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu. Relief tersebut berjumlah 120 pigura,
yang berakhir dengan wejangan pertama,yang secara simbolis dinyatakan sebagai Pemutaran Roda
Dharma,ajaran Sang Buddha di sebut dharma yang juga berarti “hukum”, edangkan dharma
dilambangkan sebagai roda.

Jataka dan Awadana.Jataka adalah berbagai cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai
Pangeran Siddharta.Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan-perbuatan baik, seperti sikap rela
berkorban dan suka menolong yang membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk lain manapun juga.
Beberapa kisah Jataka menampilkan kisah fabel yakni kisah yang melibatkan tokoh satwa yang
bersikap dan berpikir seperti manusia. Sesungguhnya,pengumpulan jasa atau perbuatan baik
merupakan tahapan persiapan dalam usaha menuju ketingkat ke-Buddha-an.

Sedangkan Awadana, pada dasarnya hampir sama dengan Jataka akan tetapi pelakunya bukan Sang
Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun dalam kitab Diwyawadana yang berarti
perbuatan mulia kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau seratus cerita Awadana.Pada relief candi
Borobudur Jataka dan Awadana, diperlakukan sama, artinya keduanya terdapat dalam deretan yang
sama tanpa dibedakan. Himpunan yang paling terkenal dari kehidupan Sang Bodhisattwa adalah
Jatakamala atau untaian cerita Jataka, karya penyair Aryasura yang hidup dalam abad ke-4 Masehi.

Gandawyuha.Merupakan deretan relief menghiasi dinding lorong ke-2, adalah cerita Sudhana yang
berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari Pengetahuan Tertinggi tentang Kebenaran
Sejati oleh Sudhana. Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada kitab suci Buddha
Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian penutupnya berdasarkan cerita kitab lainnya
yaitu Bhadracari

F. Pemugaran Candi Borobudur

Pemugaran candi Borobudur dimulai tanggal 10 Agustus 1973 prasasti dimulainya pekerjaan
pemugaran candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut menghadap ke Timur, karyawan
pemugaran tidak kurang dari 600 orang diantaranya ada tenaga-tenaga muda lulusan SMA dan SIM
bangunan yang memang diberikan pendidikan khususnya mengenai teori dan praktek dalam bidang
Chemika Arkeologi (CA) dan Teknologi Arkeologi (TA).

Teknologi Arkeologi bertugas membongkar dan memasang batu-batu candi Borobudur sedangkan
Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta memperbaiki batu-batu yang sudah retak dan
pecah,pekerjaan-pekerjaan di atas bersifat arkeologi semua ditangani oleh badan pemugaran candi
Borobudur, sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis seperti penyediaan transportasi pengadaan
bahan-bahan bangunan ditangani oleh kontraktor (PT. NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION
and DEVELOVMENT CORPORATION OF THE FILIPINE).Bagian-bagian candi Borobudur yang
dipugar ialah bagian Rupadhatu yaitu tempat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur
sangkar,sedangkan kaki candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut dipugar, pemugaran
selesai pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan Dr. Soekmono dengan ditandai sebuah
batu prasasti peresmian selesainya pemugaran berada di halaman barat dengan batu yang sangat besar
dibuatkan dengan dua bagian satu menghadap ke Utara satu lagi menghadap ke Timur penulisan
dalam prasasti tersebut ditangani langsung oleh tenaga yang ahli dan terampil dari Yogyakarata yang
bekerja pada proyek pemugaran candi Borobudur.

Pemugaran Pertama Candi Borobudur

Karena keadaan Candi Borobudur kian memburuk maka pada tahun 1900 dibentuk suatu panitia
khusus, diketuai Dr. J.L.A. Brandes. Sangat disayangkan bahwa Dr. J.L.A. Brandes meniggal tahun
1905 namun laporan bersama yang disusun tahun 1902 membuahkan rancangan pemugaran. Tahun
1907 dimulai pemugaran besar-besaran yang pertama kali dan dipimpin oleh Van Erp. Pekerjaan ini
berlangsung selama empat tahun sampai tahun 1911 dengan biaya sekitar 100.000 Gulden dan
sepersepuluhnya digunakan untuk pemotretan.

Kegiatan Van Erp antara lain memperbaiki system drainase,saluran-saluran pada bukit diperbaiki dan
pembuatan canggal untuk mengarahkan aliran air hujan. Pada tingkat rupadhatu, lantai yang melesak
diratakan dengan menutup bagian yang melesak dengan campuran pasir dan tras atau semen sehingga
air hujan mengalir melalui dwarajala atau gorgoyie.Batu-batu yang runtuh dikembalikan dan beberapa
bagian yang miring atau membahayakan diberi penguat. Pada tingkat rupadhatu, 72 buah stupa terus
dibongkar dan disusun kembali setelah dasarnya di ratakan, demikian juga pada stupa induknya.

Pada tahun 1926 diadakan pengamatan,diketahui adanya pengrusakan sengaja yang dilakukan oleh
wisatawan asing yang rupanya ingin memiliki tanda mata dari Borobudur. Kemudian pada tahun 1926
dibentuklah panitia khusus untuk mengadakan penelitian terhadap batu dan relief-reliefnya. Penelitian
panitia menyimpulkan ada tiga macam kerusakan yang masing-masing di sebabkan oleh:

1) Korosi, yang disebabkan oleh pengaruh iklim;

2) Kerja mekanis,yang disebabkan tangan manusia atau kekuatan lain yang datang dari luar

3) Kekuatan tekanan,kerusakan karena tertekan atau tekanan batu-batunya berupa retak-


retak,bahkan pecah.

Pemugaran Kedua Candi Borobudur

Usaha penyelamatan berikutnya dilakukan pada tahun 1963 oleh pemerintah Republik Indonesia
dengan adanya pemberontakan G-30-S/PKI.Pada tahun 1968 Pemerintah Republik Indonesia
membentuk Panitia Nasional untuk membantu melaksanakan pemugaran Candi Borobudur. Pada
tahun itu juga UNISCO akan membantu pemugaran.Pada tahun 1969 Presiden membubarkan Panitia
Nasional dan membebankan tugasnya kepada Mentri Perhubungan, bahkan pada tahun 1970 atas
prakarsa UNISCO diadakan diskusi panel di Yogyakarta untuk membahas rencana
pemugaran.Kesepakatan yang diperoleh adalah membongkar dan kemudian memasang kembali batu-
batu bagian Rupadhatu.

Kemudian pada tanggal 10 Agustus 1973 Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran
Candi Borobudur. Persiapan pemugaran memakan waktu selama dua tahun dan kegiatan fisiknya
yaitu dimulai pembongkaran batu-batu candi dimulai tahun 1975. Dengan menggerakan lebih dari 600
pekerja serta batu sebanyak 1 juta buah. Bangunan Candi yang di pugar adalah bangunan rupadhatu
yaitu empat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar.Kegiatan ini memakan waktu 10 tahun.
Dan pada tanggal 23 Februari 1983 pemugaran Candi Borobudur dinyatakan selesai dengan
diresmikan oleh Presiden Soeharto dengan ditandai penandatangan prasati. Usaha-usaha
menyelamatkan Candi Borobudur dengan berjuta-juta dollar mempunyai banyak manfaat bagi bangsa
ini. Menurut Prof. Soekmono, sesungguhnya Candi Borobudur mempunyai nilai lain dari pada
sekedar sebagai objek wisata yaitu sebagai benteng pertahanan budaya kita. Seperti peninggalan
purbakala lainnya, Candi Borobudur menjadi penegak kepribadian bangsa kita dan candi sebagai
bukti nyata dari prasasti nenek moyang kita sehingga menjadi kewajiban dan tanggung jawab bangsa
kita untuk meneruskan keagungan Candi Borobudur kepada anak cucu kita.

G. Struktur Bangunan Candi Borobudur

Monumen ini dilengkapi dengan sistem drainase yang cukup baik untuk wilayah dengan curah hujan
yang tinggi. Untuk mencegah genangan dan kebanjiran, 100 pancuran dipasang disetiap sudut,
masing-masing dengan rancangan yang unik berbentuk kepala raksasa makara. Sekitar 55.000 meter
kubik batu andesit diangkut dari tambang batu dan tempat penatahan untuk membangun monumen
ini. Batu ini dipotong dalam ukuran tertentu, diangkut menuju situs dan disatukan tanpa menggunakan
semen.Struktur Borobudur tidak memakai semen sama sekali, melainkan sistem interlock (saling
kunci) yaitu seperti balok-balok lego yang bisa menempel tanpa perekat.Batu-batu ini disatukan
dengan tonjolan dan lubang yang tepat dan muat satu sama lain, serta bentuk "ekor merpati" yang
mengunci dua blok batu.Relief dibuat di lokasi setelah struktur bangunan dan dinding rampung.

Borobudur amat berbeda dengan rancangan candi lainnya, candi ini tidak dibangun di atas permukaan
datar, tetapi di atas bukit alami. Akan tetapi teknik pembangunannya serupa dengan candi-candi lain
di Jawa. Borobudur tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada ialah
lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding mengelilingi
candi tingkat demi tingkat. Secara umum rancang bangun Borobudur mirip dengan
piramida berundak. Di lorong-lorong inilah umat Buddha diperkirakan melakukan upacara berjalan
kaki mengelilingi candi ke arah kanan.Borobudur mungkin pada awalnya berfungsi lebih sebagai
sebuah stupa, daripada kuil atau candi.Stupa memang dimaksudkan sebagai bangunan suci untuk
memuliakan Buddha. Terkadang stupa dibangun sebagai lambang penghormatan dan pemuliaan
kepada Buddha. Sementara kuil atau candi lebih berfungsi sebagai rumah ibadah. Rancangannya yang
rumit dari monumen ini menunjukkan bahwa bangunan ini memang sebuah bangunan tempat
peribadatan. Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur teras bertingkat-tingkat ini diduga
merupakan perkembangan dari bentuk punden berundak, yang merupakan bentuk arsitektur asli dari
masa prasejarah Indonesia.

Menurut legenda setempat arsitek perancang Borobudur bernama Gunadharma, sedikit yang diketahui
tentang arsitek misterius ini. Namanya lebih berdasarkan dongeng dan legenda Jawa dan bukan
berdasarkan prasasti bersejarah. Legenda Gunadharma terkait dengan cerita rakyat mengenai
perbukitan Menoreh yang bentuknya menyerupai tubuh orang berbaring. Dongeng lokal ini
menceritakan bahwa tubuh Gunadharma yang berbaring berubah menjadi jajaran perbukitan Menoreh,
tentu saja legenda ini hanya fiksi dan dongeng belaka.

Perancangan Borobudur menggunakan satuan ukur tala, yaitu panjang wajah manusia antara ujung
garis rambut di dahi hingga ujung dagu, atau jarak jengkal antara ujung ibu jari dengan ujung jari
kelingking ketika telapak tangan dikembangkan sepenuhnya. Tentu saja satuan ini bersifat relatif dan
sedikit berbeda antar individu, akan tetapi satuan ini tetap pada monumen ini. Penelitian pada 1977
mengungkapkan rasio perbandingan 4:6:9 yang ditemukan di monumen ini. Arsitek menggunakan
formula ini untuk menentukan dimensi yang tepat dari suatu fraktal geometri perulangan swa-serupa
dalam rancangan Borobudur. Rasio matematis ini juga ditemukan dalam rancang bangun Candi
Mendut dan Pawon di dekatnya. Arkeolog yakin bahwa rasio 4:6:9 dan satuan tala memiliki fungsi
dan makna penanggalan, astronomi, dan kosmologi.

1.2 Taman Pintar

A. Latar Belakang Taman Pintar

Sejak terdirinya ledakan perkembangan sais, sekitar tahun 90-an, terutama teknologi informasi pada
giliranya telah menghantarkan peradaban manusia menuju area tanpa batas Perkembangan Sains ini
adalah sesuatu yang patut disyukuri dan tentunya menjanjikan kemudahan-kemudahan bagi bagi
perbaikan kualitas hidup manusia.

Menghadapi realitas perkembangan dunia semacam itu dan wujud kepedulian terhadap pendidikan,
maka pemerintah kota Yogyakarta menggas sebuah ide untuk pembangunan “Taman Pintar” Dengan
target pembangunan taman pintar adalah memperkenalkan Science kepada siswa dari dini, harapan
lebih luas, kreatifitas anak didik terus diasah, sehingga bangsa Indonesia tidak hanya menjadi sasaran
ekspoliasi pasar teknologi sendiri. Bangunan taman pintar ini dibangun adanya keterkaitan yang erat
anatara taman pintar dengan fungsi dan kegiatan bangunan disekitarnya, seperti taman budaya dan
Benteng Vrebuderg Sudibyo.

Pembangunan tahap II adalah gedung oval lantai I dan II. Serta gedung kotak lantai I diresmikan
dalam Soft Opening II tanggal 9 Juni 2007 oleh Mendiknas Bambang Sudibyodan Menristek
Kusmanto Kadiman serta dihadiri oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubono X.

Pembangunan tahap III adalah : gedung kotak lantai II dan III tampak Presiden dan gedang
memorabilia. Dengan selesainya tahapan pembangunan, grand opening taman pintar dilaksanakan
pada tanggal, 16 Desember 2008 yang diresmikan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudoyono.

B. Logo Taman Pintar

Kembang api adalah simbolisasi dari intelegensi,dalam imajinasi bahasa Jawa, kembang api
menggambarkan “MLETIK = Pintar = PADHANG MAK BYAR = Pintar”.Kembang api merupakan
sesuatu yang menyenangkan, menghibur, sesuai dengan visi taman pintar sebagai wahana ekspresi,
apresiasi, dan kreasi sains dalam suasana yang menyenangkan.

Gambar logo yang keluar mengandung makna “OUT WARD LOOKING”, selalu melihat keluar
untuk terus belajar mengikuti dinamika perubahan diluar dirinya. Gambar logo tampak seperti
matahari mengandung makna menyinari sepanjang masa.Efek Perspektif adalah simbolisasi sesuatu
yang tinggi “cita – cita”, pengharapan bak taman pintar akan generasi muda Indonesia, khususnya
Yogyakarta dalam meraih cita-citanya.

Wahana gabungan HIJAU – BIRU melambangkan pertumbuhan tak terbatas. Maskof taman pintar
adalah burung hantu bernama tepi. Burung hantu adalah spesies burung yang banyak melakukan
aktifitas di malam hari. Dengan kepekaan yang dimilikinya. Ia mempelajari dalam sekitarnya dengan
merasakan semua kejadian alam yang ada di sekelilingnya.

D. Zona Yang Ada Di Dalam Taman Pintar

1. Playground Sebagai ruang publik dan penyambutan bagi pengunjung Taman Pintar. Menyediakan
berbagai peralatan peraga yang menyenangkan bagi anak dan keluarga. Dapat diakses secara cuma-
cuma/gratis

2. Gedung PAUD Barat dan Gedung PAUD TimurMenampilkan peralatan peraga dan permainan
edukasi bagi anak-anak, khususnya anak usia Pra-TK sampai dengan TK.

3. Gedung Oval – Kotak Menampilkan berbagai peralatan peraga berbasis edukasi sains yang dikemas
menyenangkan dan dapat diperagakan. Dapat diakses oleh semua lapisan pengunjung.

4. Gedung Memorabilia Menampilkan peralatan peraga tentang pengetahuan sejarah Indonesia,


seperti sejarah Kasultanan dan Paku Alaman Yogyakarta, Tokoh-tokoh Pendidikan, dan Tokoh-tokoh
Presiden RI hingga saat ini.

5. Planetarium Menampilkan peralatan peraga berbentuk pertunjukan film pengetahuan tentang


antariksa dan tata surya.

1.3 Malioboro

A. Sejarah Malioboro
Jalan Malioboro adalah saksi sejarah perkembangan Kota Yogyakarta dengan melewati jutaan detik
waktu yang terus berputar hingga sekarang ini. Membentang panjang di atas garis imajiner Kraton
Yogyakarta, Tugu dan puncak Gunung Merapi. Malioboro adalah detak jatung keramaian kota
Yogyakarta yang terus berdegup kencang mengikuti perkembangan jaman. Sejarah penamaan
Malioboro terdapat dua versi yang cukup melegenda, pertama diambil dari nama seorang bangsawan
Inggris yaitu Marlborough, seorang residen Kerajaan Inggris di kota Yogjakarta dari tahun 1811 M
hingga 1816 M. Versi kedua dalam bahasa sansekerta Malioboro berarti “karangan bunga”
dikarenakan tempat ini dulunya dipenuhi dengan karangan bunga setiap kali Kraton melaksanakan
perayaan. Lebih dari 250 tahun yang lalu Malioboro telah menjelma menjadi sarana kegiatan ekonomi
melalui sebuah pasar tradisional pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I. Dari tahun
1758 – sekarang Malioboro masih terus bertahan dengan detak jantung sebagai kawasan perdagangan.

Sejak awal degup jantung Malioboro berdetak telah menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian
perkotaan. Setiap bagian dari jalan Malioboro ini menjadi saksi dari sebuah jalanan biasa hingga
menjadi salah satu titik terpenting dalan sejarah kota Yogyakarta dan Indonesia. Bangunan Istana
Kepresidenan Yogyakarta yang dibangun tahun 1823 menjadi titik penting sejarah perkembangan
kota Yogyakarta yang merupakan soko guru Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari bangunan ini
berbagai perisitiwa penting sejarah Indonesia dimulai dari sini. Pada tanggal 6 Januari 1946,
Yogyakarta resmi menjadi ibukota baru Republik Indonesia yang masih muda. Istana Kepresidenan
Yogyakarta sebagai kediaman Presiden Soekarno beserta keluarganya. Pelantikan Jenderal Soedirman
sebagai Panglima Besar TNI (pada tanggal 3 Juni 1947), diikuti pelantikan sebagai Pucuk Pimpinan
Angkatan Perang Republik Indonesia (pada tanggal 3 Juli 1947), serta lima Kabinet Republik yang
masih muda itu pun dibentuk dan dilantik di Istana ini pula. Benteng Vredeburg yang berhadapan
dengan Gedung Agung. Bangunan yang dulu dikenal dengan nama Rusternburg (peristirahatan)
dibangun pada tahun 1760. Kemegahan yang dirasakan saat ini dari Benteng Vredeburg pertama
kalinya diusulkan pihak Belanda melalui Gubernur W.H. Van Ossenberch dengan alasan menjaga
stabilitas keamanan pemerintahan Sultan HB I. Pihak Belanda menunggu waktu 5 tahun untuk
mendapatkan restu dari Sultan HB I untuk menyempurnakan Benteng Rusternburg tersebut.
Pembuatan benteng ini diarsiteki oleh Frans Haak. Kemudian bangunan benteng yang baru tersebut
dinamakan Benteng Vredeburg yang berarti perdamaian.

Sepanjang jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang berkunjung di kawasan ini,
menikmati pengalaman wisata belanja sepanjang bahu jalan yang berkoridor (arcade). Dari produk
kerajinan lokal seperti batik, hiasan rotan, wayang kulit, kerajinan bambu (gantungan kunci, lampu
hias dan lain sebagainya) juga blangkon (topi khas Jawa/Jogja) serta barang-barang perak, hingga
pedagang yang menjual pernak pernik umum yang banyak ditemui di tempat lain. Pengalaman lain
dari wisata belanja ini ketika terjadi tawar menawar harga, dengan pertemuan budaya yang berbeda
akan terjadi komunikasi yang unik dengan logat bahasa yang berbeda. Jika beruntung, bisa berkurang
sepertiga atau bahkan separohnya. Tak lupa mampir ke Pasar Beringharjo, di tempat ini kita banyak
dijumpai beraneka produk tradisional yang lebih lengkap. Di pasar ini kita bisa menjumpai produk
dari kota tetangga seperti batik Solo dan Pekalongan. Mencari batik tulis atau batik print, atau sekedar
mencari tirai penghias jendela dengan motif unik serta sprei indah bermotif batik. Tempat ini akan
memuaskan hasrat berbelanja barang-barang unik dengan harga yang lebih murah. Berbelanja di
kawasan Malioboro serta Beringharjo, pastikan tidak tertipu dengan harga yang ditawarkan. Biasanya
para penjual menaikkan harga dari biasanya bagi para wisatawan.

Malioboro terus bercerita dengan kisahnya, dari pagi sampai menjelang tengah malam terus berdegup
mengiringi aktifitas yang silih berganti. Tengah malam sepanjang jalan Malioboro mengalun lebih
pelan dan tenang. Warung lesehan merubah suasana dengan deru musisi jalanan dengan lagu-lagu
nostalgia. Berbagai jenis menu makanan ditawarkan para pedagang kepada pengunjung yang
menikmati suasana malam kawasan Malioboro. Perjalanan terus berlanjut sampai dikawasan nol
kilometer kota Yogyakarta, yang telah mengukir sejarah di setiap ingatan orang-orang yang pernah
berkunjung ke kota Gudeg ini. Bangunan-bangunan bersejarah menjadi penghuni tetap kawasan nol
kilometer yang menjamu ramah bagi pengunjung yang memiliki minat di bidang arsitektur dan
fotografi.

B. Asal Usul Jalan Malioboro

Asal usul malioboro Asal usul malioboro – Malioboro adalah sebuah Jalan sepanjang tidak lebih dari
2 Kilo Meter yang membentang mulai dari persimpangan Rel Kereta Api Stasiun Tugu Yogyakarta
diujung utara hingga pertigaan pojokan Gedung Agung diujung Selatan. Malioboro adalah sebuah
Jalan legendaris yang menjadi ikon Kota Yogyakarta dengan kehidupan kontras antara siang dan
malamnya. Saat siang hari, ruas Jalan Malioboro dipadati kendaraan para pelancong maupun warga
Yogyakarta yang beraktifitas disekitar Jalan Malioboro, sementara dikanan-kiri jalan adalah toko-toko
berbagai macam kebutuhan pokok, serta sepanjang trotoar kaki limanya dijejali lapak-lapak penjaja
souvenir khas Yogyakarta, kemudian diujung selatannya ada pasar Beringharjo, tak ketinggalan
sejumlah pusat perbelanjaan dan hotel yang mengguratkan kehidupan perekonomian warga
Yogyakarta. Sebaliknya pada malam hari, Malioboro dipenuhi aroma berbagai sajian kuliner yang
menggugah selera, yang terhampar di ratusan tikar Warung lesehan dengan menu khas Gudeg Yogya,
Bakmi Jawa, dan berbagai pilihan Ayam/ Burung dara/ Bebek bakar dan goreng. Keriuhan suasana
lesehan akan ditimpali oleh alunan sejumlah seniman yang melantunkan musik dan lagu secara
nomaden….dalam istilah kuno disebut sebagai “mbarang” atau pengamen. Sejarah Asal usul
malioboro Jogja Ditinjau dari segi bahasa, kata malioboro berasal dari bahasa sansakerta yg berarti
karangan bunga. Dahulu kawasan Malioboro dikembangkan oleh Sri Sultan HB I pada th 1758,
kawasan itu sebelumnya dipakai untuk sarana perdagangan melalui pasar tradisional, dahulu di
kawasan itu banyak terdapat karangan bunga sebagai daya tarik, maka sangat wajar jika kemudian
kawasan itu dinamakan Malioboro.Ditinjau dari segi letaknya, Malioboro berada berada segaris
dengan gunung merapi, kraton dan pantai parang tritis jogja. Asal usul malioboro Malioboro terletak
800 meter dari Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat. Jalan maliboro yogyakarta dulunya pernah
menjadi basis perjuangan tentara Indonesia saat terjadi agresi militer belanda. Jalan malioboro diapit
oleh bangunan gedung perkantoran dan gedung pertokoan sehingga malioboro bisa berkembang
menjadi pusat bisnis seperti sekarang ini di Yogyakarta. Malioboro juga menjadi tempat
berkumpulnya para seniman dan sastrawan dari berbagai daerah yang bermukim di Yogyakarta, ujar
suwarto 54 warga jogja yang berprofesi sebagai tukang becak di kawasan malioboro.

Kawasan Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja andalan kota Jogja, ini didukung oleh
adanya pertokoan, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan tak ketinggalan para pedagang kaki
limanya. Untuk pertokoan, pusat perbelanjaan dan rumah makan yang ada sebenarnya sama seperti
pusat bisnis dan belanja di kota-kota besar lainnya, yang disemarakan dengan nama-merk besar dan
ada juga nama-nama lokal. Barang yang diperdagangkan dari barang import maupun lokal, dari
kebutuhan sehari-hari sampai dengan barang elektronika, mebel dan lain sebagainya. Juga
menyediakan aneka kerajinan, misal batik, wayang, ayaman, tas dan lain sebagainya. Terdapat pula
tempat penukaran mata uang asing, bank, hotel bintang lima hingga tipe melati. Keramaian dan
semaraknya Malioboro juga tidak terlepas dari banyaknya pedagang kaki lima yang berjajar
sepanjang jalan Malioboro menjajakan dagangannya, hampir semuanya yang ditawarkan adalah
barang/benda khas Jogja sebagai souvenir/oleh-oleh bagi para wisatawan. Mereka berdagang
kerajinan rakyat khas Jogjakarta, antara lain kerajinan ayaman rotan, kulit, batik, perak, bambu dan
lainnya, dalam bentuk pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit, hiasan rotan, wayang kulit, gantungan
kunci bambu, sendok/garpu perak, blangkon batik [semacan topi khas Jogja/Jawa], kaos dengan
berbagai model/tulisan dan masih banyak yang lainnya. Para pedagang kaki lima ini ada yang
menggelar dagangannya diatas meja, gerobak adapula yang hanya menggelar plastik di lantai.
Sehingga saat pengunjung Malioboro cukup ramai saja antar pengunjung akan saling berdesakan
karena sempitnya jalan bagi para pejalan kaki karena cukup padat dan banyaknya pedagang di sisi
kanan dan kiri. Dan ini juga perlu di waspadai atau mendapat perhatian khusus karena kawasan
Malioboro menjadi rawan akan tindak kejahatan, ini terbukti dengan tidak sedikitnya laporan ke pihak
kepolisian terdekat soal pencopetan atau penodongan, dan tidak jarang pula wisatan asing juga
menjadi korban kejahatan dan ini sangat memalukan sebenarnya.

B.Manfaat Malioboro

Berkembang pesatnya Malioboro sebagai denyut nadi perdagangan dan pusat belanja, menuntut
macam-macam pelayanan dan fasilitas yang semakin meningkat baik jumlah dan ragamnya. Hal ini
memberi dampak positif dari segi ekonomi bagi penduduk, pengusaha dan pemerintah setempat
seperti:

1. Penerimaan Devisa : Masuknya wisatawan mancanegara akan membawa valuta asing, yang berarti
akan memperkuat neraca pembayaran dan perdagangan. Penerimaan devisa negara dari pariwisata
bersumber dari : Uang yang dikeluarkan atau dibelanjakan oleh wisatawan asing selama yang
bersangkutan melakukan kunjungan, berupa pengeluaran untuk penginapan (akomodasi), makan dan
minum, transportasi lokal dan tour, cenderamata, tip, dan lain-lain. Biaya yang diterima oleh
perusahaan penerbangan dimana wisatawan yang berkunjung dimasukkan sebagai penerimaan sektor
pariwisata. Investasi bidang pariwisata. Biaya promosi pariwisata dari negara lain.

2. Kesempatan Berusaha : Kesempatan berusaha menjadi terbuka luas, baik usaha yang langsung
untuk memenuhi kebutuhan wisatawan maupun yang tidak langsung. Lapangan usaha langsung
seperti usaha akomodasi, restoran dan rumah makan, biro perjalanan, toko cenderamata, sanggar-
sanggar kerajinan dan seni, pramuwisata, pusat perbelanjaan, dan lain sebagainya. Lapangan usaha
tidak langsung seperti pertanian, perikanan, peternakan, perindustrian dan kerajinan, industri olah
raga, industri pakaian jadi, dan lapangan usaha lain yang berkaitan dengan kebutuhan manusia.

3. Terbukanya Lapangan Kerja : Luasnya kesempatan dalam berusaha, berarti akan membuka
lapangan kerja baik lapangan kerja diberbagai usaha yang langsung memenuhi kebutuhan wisatawan
maupun yang tidak langsung. Sektor pariwisata merupakan sektor padat karya, karena kegiatannya
lebih banyak pelayanan jasa yang membutuhkan tenaga manusia. Lapangan kerja yang tidak langsung
seperti peternak, petani sayur mayur, pengrajin, seniman, penjual eceran, dan lain-lain yang menyerap
banyak tenaga kerja.

4. Meningkatnya Pendapatan Masyarakat Dan Pemerintah : Wisatawan yang datang berkunjung akan
mengeluarkan sebagian dari uangnya untuk keperluan selama perjalanannya. Hal ini akan menambah
pendapatan masyarakat setempat, seperti biaya penginapan, angkutan local, makan minum,
cenderamata dan pembelian jasa-jasa, dan barang lainnya. Disamping itu pemerintah setempat pun
akan memperoleh pendapatan berupa pajak-pajak dari perusahaan dan dari uang asing yang
dibelanjakan oleh wisatawan.

5. Mendorong Pembangunan Daerah : Berkembangnya kepariwisataan di daerah akan mendorong


pemerintah daerah dan masyarakat mempersiapkan dan membangun prasarana dan sarana yang
diperlukan seperti pembangunan dan perbaikan jalan, instalasi air, instalasi listrik, pembenahan obyek
dan daya tarik wisata, perbaikan lingkungan, pengkondisian masyarakat, penataan kelembagaan dan
pengaturan, dan lain sebagainya. Selain itu juga akan mendorong investor untuk menanamkan
modalnya dalam pembangunan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana akomodasi, usaha jasa biro
perjalanan, restoran dan rumah makan serta lain-lain.

6. Dengan adanya tempat pariwisata Malioboro ini maka pembangunan dan pengembangan pariwisata
akan mempunyai dampak positif dalam bidang sosial budaya, seperti : Pelestarian budaya dan adat
istiadat salah satu sasaran wisatawan dalam melakukan perjalanan adalah untuk menikmati,
mengagumi dan mempelajari kebudayaan, dan adat istiadat serta sejarah suatu bangsa.

7. Oleh karena itu seni dan budaya serta tata cara hidup yang unik dan khas perlu dipertahankan dan
dikembangkan. Apalagi Yogyakarta terkenal dengan kota yang penuh dengan seniman jalanan serta
orang-orangnya yang ramah. Itu menyebabkan akan lebih banyak lagi wisatawan yang ingin
berkunjung ke Yogyakrta. Hal tersebut dapat meningkatkan kecerdasan masyarakat yang dikunjungi
karena penduduk asli akan banyak belajar dari wisatawan yang berkunjung, demikian pula dengan
yang datang berkunjung akan banyak belajar dari kunjungannya dengan cara melihat, mendengar, dan
merasakan segala sesuatu yang dijumpai selama dalam perjalanannya. Dengan demikian,
pengembangan pariwisata merupakan salah satu cara untuk menambah pengetahuan dan pengalaman.

8. Dampak positif lainnya dengan adanya tempat pariwisata yaitu dapat mengurangi konflik sosial
sering terjadi saling curiga antara suatu penduduk dengan penduduk lainnya, karena kurang saling
mengenal, baik dalam soal adatistiadat, budaya sejarah, kebiasaan maupun perbedaan tingkat sosial.
Salingberkunjung melalui berwisata dapat mengurangi atau menghilangkan saling curiga dan
kecemburuan sosial, karena terjadinya komunikasi dan saling mengenal satu sama lainnya.

1.4 Gembira Loka Jogja, Wisata Edukasi di Kebun Binatang Mini

Wisata Jogja adalah kota yang lengkap dengan berbagai macam sejarah budaya yang masih melekat
erat dalam benak warganya. Berkunjung Kota Gudeg ini memang tidak ada bosannya. Selalu ada saja
wisata yang belum dikunjungi meski sudah datang berkali-kali. Seperti penuturuan dari Kontributor
Travelingyuk, Rizky Nusantara yang sudah bertandang ke Gembira Loka Jogja. Simak yuk ada apa
saja di dalamnya.

Sejarah Singkat Gembira Loka Jogja

Gembira Loka Zoo (C) Rizky Nusantara/Travelingyuk


Tidak banyak yang tahu jika Gembira Loka adalah sebuah museum satwa di Jogja. Bahkan, Museum
ini merupakan yang tertua setelah Museum Sonobudoyo.

Pada Tahun 1933 Sri Sultan VIII menginginkan akan adanya sebuah tempat hiburan di Jogja. Beliau
ingin membangun sebuah taman yang luas, dipenuhi dengan flora dan fauna. Lahirlah Kebun Rojo
yang kemudian diteruskan pembangunannya oleh Sri Sultan IX yang dibantu oleh Ir. Karsten, arsitek
ternama berasal dari Belanda.

Hanya saja, pembangunan Kebun Rojo harus terhenti karena Belanda yang dipukul mundur dan
hadirnya Jepang. Setelah masa kemerdekaan, pembangunannya pun dilanjutkan kembali dengan
pembentukan Yayasan Gembira Loka. Tahun 1978, Gembira Loka Jogja resmi berdiri dan memiliki
berbagai macam satwa.

Daya Tarik

Buaya di Gembira Loka (C) Rizky Nusantara/Travelingyuk

Setelah melewati loket, wisatawan akan disambut dengan sebuah taman yang cukup luas. Di antara
jalan ini ada sebuah museum yang sedang dikembangkan lebih baik lagi, sehingga bisa dijadikan
sarana pembelajaran tentang hewan. Taman yang disajikan oleh pihak pengelola pun cukup luas,
dengan danau yang tak kalah luas di tengahnya, membuat pemandangan pun terasa sejuk
menyegarkan mata.

Banyak wahana yang bisa dicoba, seperti speed boat, naik jerapah, becak air, berkeliling dengan
menggunakan kereta mini atau naik gajah dan foto dengan burung-burung yang imut dan lucu.
Berbagai macam wahana ini bisa dinikmati dengan membayar Rp20 ribu saja.

Ada berbagai macam koleksi hewan yang bisa dinikmati di tempat ini. Mereka berada dalam sebuah
kandang yang disesuaikan dengan kondisi alam mereka. Sehingga, para binatang pun tetap nyaman.

Jalan-jalan Sambil Belajar

Taman di Gembira Loka (C) Rizky Nusantara/Travelingyuk

Sebagai taman hiburan yang informatif, setiap kandang diberi papan informasi tentang penyebaran
hewan dan bagaimana keadaan hewan saat ini. Para wisatawan pun bisa belajar banyak dari papan-
papan ini.

Ada pula atraksi para hewan yang pasti akan memukau setiap wisatawan yang berkunjung. Ada jam
jadwal pertunjukan khusus, sehingga Teman Traveler harus menyesuaikannya.

Jangan lupa pula untuk menikmati Kebun Botani. Disuguhkan keanekaragaman Flora yang sangat
penting untuk kebutuhan bioteknologi, penelitaian, budidaya dan juga pendidikan.

1.5 Museum Dirgantara Mandala

Mungkin banyak dari kita mengetahui nama Marsekal Muda Anumerta Agustinus Adisutjipto,
Marsekal Muda Anumerta Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, Marsekal Muda Anumerta Abdul Halim
Perdanakusuma, dan Marsekal Muda Anumerta Iswahjudi hanya sekedar nama bandara udara di
berbagai kota yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, untuk mengetahui beliau berempat secara lebih
mendalam kita bisa berkunjung di Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala atau Museum
Dirgantara. Di museum ini, kita bisa melakukan perjalanan melewati relung masa lalu dengan melihat
koleksi peninggalan sejarah perjuangan TNI AU. Dengan jumlah koleksi hampir mendekati angka
10000 kita bisa merasakan nafas perjuangan para pendiri TNI AU melalui dokumentasi berupa foto,
prasasti, patung founding fathers TNI AU, model pakaian dinas serta tidak ketinggalan pula wahana
diorama. Museum ini juga memiliki koleksi peralatan perjuangan mulai dari beragam jenis Alutsita
(Alat Utama Sistem Senjata), hingga teknologi informasi (radio pemancar dan radar). Untuk
memudahkan pengunjung dalam melihat koleksi Museum Dirgantara ini, pihak pengelola membagi
tujuh ruangan yang berbeda, antara lain Ruang Utama, Ruang Kronologi I dan II, Ruang Alutsista,
Ruang Paskhas, Ruang Diorama dan Ruang Minat Dirgantara.

Salah satu koleksi pesawat yang di Museumkan

Sejarah Museum Dirgantara Mandala

Museum Perjuangan TNI AU adalah cikal bakal dari Museum Dirgantara Mandala yang pertama
kalinya diresmikan oleh Panglima Angkatan Udara Laksamana Roesmin Noerjadin, pada tanggal 4
April 1969 di Markas Komando Udara V Tanah Abang Bukit Jakarta. Perpindahan museum dari
Jakarta menuju Yogyakarta didasarkan pada faktor sejarah perjuangan kota Yogyakarta pada periode
1945-1949 sebagai pusat latihan bagi Taruna Akademi Udara. Museum Dirgantara Mandala adalah
gabungan dari Museum Perjuangan TNI AU dengan Musem Ksatrian yang sudah ada di Yogyakarta.
Peresmian kedua museum ini dilakukan oleh Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menjadi Museum Pusat
TNI AU Dirgantara Mandala pada tanggal 29 Juli 1978 yang bertepatan dengan peringatan Hari
Bhakti TNI AU. Perpindahan museum dari Jakarta ke Yogyakarta masih menyisakan permasalahan
tempat untuk menyimpan koleksi Alutsista yang ada, maka Museum Dirgantara Mandala berpindah
untuk ketiga kalinya yaitu di gudang bekas pabrik gula di Wonocatur di kawasan Landasan Udara
Adisutjipto. Gedung museum baru itu kemudian diresmikan pada tanggal 29 Juli 1984 oleh oleh
Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI Sukardi.

Memasuki kawasan Museum Dirgantara, para pengunjung akan mendapati sambutan beberapa
pesawat tempur dan cargo yang dipajang di halaman museum. Pesawat tempur tipe A4-E Skyhawk
menjadi salah satu dari tim penyambutan para pengunjung yang dipajang di muka gedung museum.
Setelah memasuki ruang utama, para pengunjung akan disambut oleh empat patung tokoh perintis
TNI-AU, yaitu Marsekal Muda Anumerta Agustinus Adisutjipto, Marsekal Muda Anumerta Prof. Dr.
Abdulrachman Saleh, Marsekal Muda Anumerta Abdul Halim Perdanakusuma, dan Marsekal Muda
Anumerta Iswahjudi.
Sebagai menu pembuka kunjungan, para pengunjung pertama kalinya memasuki Ruang Kronologi I.
Di ruangan ini pengungjung akan mendapatkan informasi sejarah awal pembentukan angkatan udara
di Indonesia. Berbagai peristiwa terdokumentasi di ruang ini, Penerbangan pertama pesawat merah
putih pada 27 Oktober 1945 sebagai serangan balasan terhadap Belanda, berdirinya Sekolah
Penerbangan Pertama di Maguwo pada 07 November 1945 yang dipimpin oleh Adisutjipto, berdirinya
TRI Angkatan Udara pada 9 April 1946. Masih dalam satu ruangan yang sama juga dipamerkan
berbagai peralatan radio dan foto penumpasan berbagai pemberontakan di tanah air, seperti
pemberontakan DI/TII, Penumpasan G 30 S/PKI, serta Operasi Seroja. Pada ruangan selanjutnya,
dipajang berbagai jenis pakaian dinas yang biasa digunakan oleh para personel TNI-AU, meliputi
pakaian tempur, pakaian dinas sehari-hari, hingga pakaian untuk tugas penerbangan.

Memasuki ruangan dengan rancang bangun hangar pesawat, para pengunjung disuguhkan dengan
koleksi Alutsista atau Alat Utama Sistem Senjata yang pernah digunakan oleh TNI-AU. Dari pesawat
tempur pesawat tempur dan pesawat angkut, model mesin-mesin pesawat, radar pemantau wilayah
udara, serta senjata jarak jauh seperti rudal. Berbagai macam koleksi pesawat yang diproduksi dari
berbagai negara mulai dari pesawat buatan Amerika, Eropa hingga buatan dalam negeri. Dari
berbagai koleksi yang dipamerkan terdapat salah satu jenis pesawat tempur seri P-51 Mustang buatan
Amerika Serikat. Pesawat ini memiliki sejarah panjang di dunia kedirgantaraan di Indonesia.
Digunakan dalam berbagai operasi menjaga integrasi negara dalam penumpasan pemberontakan
DI/TII, Permesta, Operasi Trikora dan Dwikora serta penumpasan G 30 S/PKI. Pesawat lainnya yang
tak kalah menarik adalah pesawat buatan Inggris, namanya Vampire tipe DH-115. Pesawat ini
merupakan pesawat jet pertama yang diterbangkan di Indonesia pada tahun 1956 oleh Letnan Udara I
Leo Wattimena.
Salah satu koleksi yang sangat penting dalam sejarah cikal bakal TNI AU adalah replika pesawat
Dakota C-47 dengan nomor seri VT-CLA yang ditembak jatuh oleh Belanda di daerah Ngoto,
Bangunharjo, Sewon Bantul pada tanggal 29 Juli 1947. Jatuhnya pesawat tersebut menewaskan para
pionir Angkatan Udara, antara lain Komodor Muda Udara Adisutjipto, Komodor Muda Udara Prof.
Dr. Abdulrahman Saleh, serta Opsir Muda Udara I Adisumarmo Wirjokoesoemo.

Museum ini buka tiap hari Minggu hingga Kamis pukul 08.00?13.00 WIB dan hari Jumat sampai
Sabtu pukul 08.00-12.00 WIB. Sedangkan pada hari Senin dan libur nasional tutup.

1.6 Kraton Yogyakarta

Bangunan Kraton dengan arsitektur Jawa yang agung dan elegan ini terletak di pusat Kota
Yogyakarta. Bangunan ini didirikan oleh Pangeran Mangkubumi, yang kemudian bergelar Sri Sultan
Hamengku Buwono I, pada tahun 1775. Beliau yang memilih tempat tersebut sebagai tempat untuk
membangun bangunan tersebut, tepat di antara sungai Winongo dan sungai Code, sebuah daerah
berawa yang dikeringkan.
Bangunan Kraton membentang dari utara ke selatan. Halaman depan dari Kraton disebut alun-alun
utara dan halaman belakang disebut alun-alun selatan. Desain bangunan ini menunjukkan bahwa
Kraton, Tugu dan Gunung Merapi berada dalam satu garis/poros yang dipercaya sebagai hal yang
keramat. Pada waktu lampau Sri Sultan biasa bermeditasi di suatu tempat pada poros tersebut sebelum
memimpin suatu pertemuan atau memberi perintah pada bawahannya.

Yang disebut Kraton adalah tempat bersemayam ratu-ratu, berasal dari kata : ka + ratu + an = kraton.
Juga disebut kadaton, yaitu ke + datu + an = kedaton, tempat datu-datu atau ratu-ratu. Bahasa
Indonesianya adalah istana, jadi kraton adalah sebuah istana, tetapi istana bukanlah kraton. Kraton
ialah sebuah istana yang mengandung arti keagamaan, arti filsafat dan arti kulturil (kebudayaan).

Dan sesungguhnya Kraton Yogyakarta penuh dengan arti-arti tersebut diatas. Arsitektur bangunan-
bangunannya, letak bangsal-bangsalnya, ukiran-ukirannya, hiasannya, sampai pada warna gedung-
gedungnyapun mempunyai arti. Pohon-pohon yang ditanam di dalamnya bukan sembarangan pohon.
Semua yang terdapat disini seakan-akan memberi nasehat kepada kita untuk cinta dan menyerahkan
diri kita kepada Tuhan yang Maha Esa, berlaku sederhana dan tekun, berhati-hati dalam tingkah laku
kita sehari-hari dan lain-lain.

Siapakah gerangan arsitek dari kraton ini? Beliau adalah Sri Sultan Hamengkubuwono I sendiri.
Waktu masih muda, baginda bergelar pangeran Mangkubumi Sukowati dan dapat julukan, menurut
Dr.F.Pigeund dan Dr.L.Adam dimajalah Jawa tahun 1940:"de bouwmeester van zijn broer Sunan P.B
II" ("arsitek dari kakanda Sri Sunan Paku Buwono II").

Komplek kraton terletak di tengah-tengah, tetapi daerah kraton membentang antara Sungai Code dan
Sungai Winanga, dari utara ke selatan adalah dari Tugu sampai Krapyak. Namun kampung-kampung
jelas memberi bukti kepada kita bahwa ada hubungannya antara penduduk kampung itu dengan
tugasnya di kraton pada waktu dahulu, misalnya Gandekan = tempat tinggal gandek-gandek (kurir)
dari Sri Sultan, Wirobrajan tempat tinggal prajurit kraton wirobrojo, Pasindenan tempat tinggal
pasinden-pasinden (penyanyi-penyanyi) kraton.

Luas Kraton Yogyakarta adalah 14.000 meter persegi. Didalamnya terdapat banyak bangunan-
bangunan, halaman-halaman dan lapangan-lapangan.

Kita mulai dari halaman kraton ke utara:


1. Kedaton/Prabayeksa
2. Bangsal Kencana
3. Regol Danapratapa (pintu gerbang)
4. Sri Manganti
5. Regol Srimanganti (pintu gerbang)
6. Bangsal Ponconiti (dengan halaman Kemandungan)
7. Regol Brajanala (pintu gerbang)
8. Siti Inggil
9. Tarub Agung
10. Pagelaran (tiangnya berjumlah 64)
11. Alun-alun Utara dihias dengan
12. Pasar (Beringharjo)
13. Kepatihan
14. Tugu

Angka 64 itu menggambarkan usia Nabi Muhammad 64 tahun Jawa, atau usia 62 tahun Masehi.
Kalau dari halaman kraton pergi ke selatan maka akan kita lihat:
15. Regol Kemagangan (pintu gerbang)
16. Bangsal Kemagangan
17. Regol Gadungmlati (pintu gerbang)
18. Bangsal Kemandungan
19. Regol Kemandungan (pintu gerbang)
20. Siti Inggil
21. Alun-alun Selatan
22. Krapyak

Catatan:
1. Regol =pintu gerbang
2. Bangsal =bangunan terbuka
3. Gedong =bangunan tertutup (berdinding)
4. Plengkung =pintu gerbang beteng
5. Selogilang =lantai tinggi dalam sebuah bangsal semacam podium rendah, tempat duduk Sri Sultan
atau tempat singgasana Sri Sultan
6. Tratag =bangunan, biasanya tempat berteduh, beratap anyam-anyaman bamboo dengan tiang-tiang
tinggi, tanpa dinding.

Komplek kraton itu dikelilingi oleh sebuah tembok lebar, beteng namanya. Panjangnya 1 km
berbentuk empat persegi, tingginya 3,5 m, lebarnya 3 sampai 4 m. di beberapa tempat di beteng itu
ada gang atau jalan untuk menyimpan senjata dan amunisi, di ke-empat sudutnya terdapat bastion-
bastion dengan lobang-lobang kecil di dindingnya untuk mengintai musuh. Tiga dari bastion-bastion
itu sekarang masih dapat dilihat. Beteng itu di sebelah luar di kelilingi oleh parit lebar dan dalam.

Lima buah plengkung atau pintu gerbang dalam beteng menghubungkan komplek kraton dengan
dunia luar. Plengkung-plengkung itu adalah:
1. Plengkung Tarunasura atau plengkung Wijilan di sebelah timur laut.
2. Plengkung Jogosuro atau Plengkung Ngasem di sebelah Barat daya.
3. Plengkung Jogoboyo atau Plengkung Tamansari di sebelah barat.
4. Plengkung Nirboyo atau Plengkung Gading di sebelah selatan.
5. Plengkung Tambakboyo atau Plengkung Gondomanan di sebelah timur.

SEJARAH
Pada tahun 1955, perjanjian Giyanti membagi dua kerajaan Mataram menjadi Ksunanan Surakarta
dibawah pemerintah Sunan Pakubuwono III dan Kasultanan Ngayogyakarta dibawah pemerintah
Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengkubuwono I. Pesanggrahan Ayodya
selanjutnya dibangun menjadi Kraton Kasultanan Yogyakarta .
Lebih dari 200 tahun yang lalu, tempat dimana Kraton Yogyakarta sekarang berada merupakan daerah
rawa yang dikenal dengan nama Umbul Pachetokan, yang kemudian dibangun menjadi pesanggrahan
yang bernama Ayodya. Kraton Yogyakarta menghadap ke arah utara, pada arah poros Utara selatan,
antara gunung merapi dan laut selatan. Di dalam balairung kraton, dapat disaksikan adegan pisowanan
(persidangan agung) dimana Sri Sultan duduk di singgasana dihadap para pemangku jabatan istana.

Regol Donopratomo yang menghubungkan halaman Sri Manganti dengan halaman inti kraton, dijaga
oleh 2 (dua) patung dwarapala yang diberi nama Cingkarabala dan Balaupata, yang melambangkan
kepribadian baik manusia, yang selalu menggunakan suara hatinya agar selalu berbuat baik dan
melarang perbuatan yang jahat. Di dalam halaman inti kraton, dapat dilihat tempat tinggal Sri Sultan
yang biasa digunakan untuk menerima tamu kehormatan dan menyelenggarakan pesta. Di tempat ini
juga terdapat keputren atau tempat tinggal putri-putri Sultan yang belum menikah.

Kraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1256 atau tahun Jawa 1682, diperingati dengan sebuah
condrosengkolo memet di pintu gerbang Kemagangan dan di pintu Gading Mlati, berupa dua ekor
naga berlilitan satu sama lainnya. Dalam bahasa jawa : "Dwi naga rasa tunggal" Artinya: Dwi=2,
naga=8, rasa=6, tunggal=I, Dibaca dari arah belakang 1682. warna naga hijau, Hijau ialah symbol dari
pengharapan.

Disebelah luar dari pintu gerbang itu, di atas tebing tembok kanan-kiri ada hiasan juga terdiri dari dua
(2) ekor naga bersiap-siap untuk mempertahankan diri. Dalam bahasa Jawa: "Dwi naga rasa wani",
artinya: Dwi=2, naga=8, rasa=6, wani=1 jadi 1682.

Tahunnya sama, tetapi dekorasinya tak sama. Ini tergantung dari arsitektur, tujuan dan sudut yang
dihiasinya. Warna naga merah. Merah ialah simbol keberanian. Di halaman Kemegangan ini dahulu
diadakan ujian-ujian beladiri memakai tombak antar calon prajurit-prajurit kraton. Mestinya mereka
pada waktu itu sedang marah dan berani.

Jam Buka

 Setiap hari mulai pukul 09.00 -14.00 WIB

 Kecuali hari Jum�at Kraton hanya buka sampai dengan pukul; 11.00 WIB

Harga Tiket Masuk

 Turis lokal: Rp 7.000,00

 Turis mancanegara: Rp. 12.500,-

Fasilitas

 Pemandu Wisata (dikenakan biaya tambahan)

 Toilet

 Toko cinderamata

Kegiatan

 Pertunjukan Gamelan pada hari senin dan selasa pukul 10.00-12.00 WIB

 Pertunjukan Wayang Kulit pada hari sabtu pukul 09.00-13.00 WIB

 Pertunjukan Tarian pada hari minggu dan kamis pukul 19.00-12.00 WIB
 Pembacaan Puisi pada hari jum�at pukul 10.00-11.30 WIB

 Pertunjukan Wayang Golek pada hari rabu pukul 09.00-12.00 WIB


BAB III

PENUTUP

2.1 Simpulan

Maka dapat disimpulkan bahwa tempat-tempat pariwisata yang ada di Yogyakarta itu sangat banyak,
dan kita harus senantiasa menjaga serta merawatnya agar tetap asri seperti aslinya. agar menarik para
wisatawan untuk berlibur ke jogja.

Selain itu, kota jogja yang menawan itu tidak harus kita tambahkan dengan budaya-budaya barat yang
kita rasa sangat bagus atau trendy. tapi justru itu salah,kita harus tetap menjaga budaya asli itu
sendiri,agar mempunyai keaslian yang khas dimata dunia.

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu kota favorit para wisatawan untuk berlibur dan
menghabiskan sisa waktu istirahatnya di tempat-tempat wisata yang ada di Yogyakarta. walaupun
banyak cerita-cerita mistis yang beredar di masyarakat luas, para wisatawan tetap antusias menikmati
tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja.

3.2 Saran

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ini banyak ditemui kesulitan, oleh karena itu
kami mengharapkan saran dan kritik agar kami dapat menyempurnakan karya tulis ini.

Demikianlah Kesimpulan dan saran dalam pembuatan karya tulis ini. Dalam pembuatan karya tulis ini
banyak sekali kekurangan-kekurangan, untuk itu penulis sebagai manusia biasa mohon maaf atas
segala keurangan dan kekhilafan. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua.

Anda mungkin juga menyukai