Kelas :
BAHAN AJAR
Satuan Pendidikan :
Mata Pelajaran :
METERI
Kerajaan Kutai (4 M)
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia, diperkirakan muncul pada abad 4 M.
Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai
diambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menggambarkan kerajaan tersebut.
Keberadaan kerajaan berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu berupa prasasti yang berbentuk
yupa / tiang batu berjumlah 7 buah. Yupa yang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa sansekerta
tersebut. Adapun isi prasati tersebut menyatakan bahwa raja pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga.
Ia mempunyai seorang putra bernama Asawarman yang disebut sebagai wamsakerta (pembentuk
keluarga). Setelah meninggal, Asawarman digantikan oleh Mulawarman. Penggunaan nama Asawarman
dan nama-nama raja pada generasi berikutnya menunjukkan telah masuknya pengaruh ajaran Hindu
dalam Kerajaan Kutai dan hal tersebut membuktikan bahwa raja-raja Kutai adalah orang Indonesia asli
yang telah memeluk agama Hindu.
a. Politik
- Aswawarman
Sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta yang artinya
pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah
Mulawarman. Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa
pemerintahan Mulawarman, wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan
Timur. Hal itu dibuktikan dengan adanya upacara Asmaweda, yaitu pelepasan kuda yang
berfungsi untuk menentukan batas wilayah kekuasaan kerajaan Kutai.
- Mulawarman
Merupakan anak dari Aswawarman dan cucu Kundungga. Kerajaan Kutai mencapai puncak
kejayaan pada masa pemerintahan Mulawarman. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana di dalam tanah yang
suci bernama Waprakeswara. Waprakeswara adalah tempat suci untuk memuja dewa Syiwa.
b. Ekonomi
Kehidupan ekonomi Kerajaan Kutai di perkirakan telah maju. Hal itu terbukti dengan adanya
kesanggupan kerajaan memberikan sedekah 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana. Kemampuan
tersebut menunjukan bahwa mata pencaharian masyarakat Kutai adalah berternak. Mata pencaharian
lainnya adalah bertani dan berdagang, mengingat letak kerajaan Kutai yang berada di tepi sungai
Mahakam.
Kerajaan-kerajaan Maritim Bercorak Hindu-Buddha | 1
Ria Enelia, S.Pd
c. Sosial-Budaya
Karena Kerajaan Kutai telah mendapat pengaruh agama Hindu, Salah satu contohnya adalah
pelaksanaan upacara penghinduan atau pemberkatan seseorang yang memeluk agama Hindu yang
disebut Vratyastoma. Upacara tersebut dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman dan dipimpin
oleh para Brahmana dari India. Baru pada masa pemerintahan Mulawarman, upacara tersebut
dipimpin oleh kaum Brahmana dari Indonesia. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa
kaum brahmana dari Indonesia ternyata memiliki tingkat intelektual yang tinggi karena mampu
menguasai bahasa Sanskerta. Karena, bahasa ini bukanlah bahasa yang dipakai sehari-hari oleh rakyat
India melainkan bahasa resmi kaum brahmana untuk masalah keagamaan.
Kerajaan Kutai berakhir pada saat pemerintahan Raja Maharaja Dharma Setia. Raja Dharma Setia
tewas dalam peperangan melawan Aji Pangeran Anum Panji Mendapa Raja Kutai Kartanegara ke-13.
Kerajaan Kutai atau disebut dengan Kutai Martadipura berbeda dengan Kutai Kertanegara. Kerajaan
Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai
Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai
Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.
Kerajaan Tarumanegara (5 M)
Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan Hindu yang berdiri pada abad ke 5 M, terletak di Jawa Barat,
di tepi Sungai Citarum sekitar kota Bogor sekarang. Kata Tarumanegara berasal dari kata Tarum yaitu,
nama sungai yang membelah kawasan Jawa Barat yang sekarang lebih dikenal dengan sungai Citarum
dan Nagara yang artinya Negara atau Kerajaan. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru
Jayasingawarman pada tahun 358 yang kemudian digantikan oleh putranya Dharmayawarman. Maharaja
Purnawarman adalah raja ketiga kerajaan Tarumanegara.
Sumber Luar Negeri
Berita Cina berupa catatan perjalanan Fa-Hien (penjelajah dari Cina) pada awal abad ke-5 M. Dalam
buku yang ditulisnya berjudul Fa-Kuo-Chi terdapat catatan bahwa di Ye-Po-Ti banyak dijumpai
orang-orang Brahmana. Menurut para ahli yang dimaksud Ye-Po-Ti ini adalah Jawadwipa atau Pulau
Jawa atau Tarumanegara.
Berita asing lainnya juga berasal dari Cina berupa catatan Dinasti Sui, dalam catatan itu menerangkan
bahwa telah datang utusan dari To-mo-lo yang menghadap kaisar Cina pada tahun 528, 535, 630, dan
669. Sesudah tahun itu, nama To-mo-lo tidak terdengar lagi. To-mo-lo diidentifikasikan sebagai
Kerajaan Taruma (Tarumanegara).
Sumber Dalam Negeri
Sumber dalam negeri adalah berupa tujuh buah prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Dari
peninggalan prasasti-prasasti inilah dapat diketahui bahwa Kerajaan Tarumanegara mendapatkan
pengaruh kuat dari kebudayaan Hindu. Prasasti ini menggunakan huruf Pallawa dan bahasa
Sansekerta.
1) Prasasti Ciaruteun
2) Prasasti Tugu
3) Prasasti Pasir Jambu
4) Prasasti Lebak
5) Prasasti Kebun Kopi
6) Prasasti Pasir Awi
7) Prasasti Muara Cianten
a. Politik
- Jayasingawarman (358-382) Kerajaan Tarumanegara didirikan tahun 358 M di tepi Sungai
Gomati
- Dharnayawarman
- Purnawarman Purnawarman membangun ibu kota kerajaan baru di Sundapura. Kekuasaan
dilambangkan dengan cap telapak kaki yang terdapat pada Prasasti Jambu dan Prasasti Ciaruteun.
Wilayah kekuasaan meliputi daerah Banten, hingga ke Cirebon. Pada tahun 417 M, ia
Kerajaan Tarumanegara diperkirakan runtuh sekitar abad ke 7 M. Hal ini didasarkan pada fakta
bahwa setelah abad ke 7, berita mengenai kerajaan ini tidak pernah terdengar lagi baik dari sumber dalam
negeri maupun luar negeri. Para ahli berpendapat runtuhnya Kerajaan Tarumanegara kemungkinan besar
disebabkan karena adanya tekanan dari kerajaan Sriwijaya yang terus melakukan ekspansi wilayah.
Kerajaan Kalingga/Holing (7 M)
Kerajaan Kalingga diperkirakan berkembang sekitar abad ke 7-9 M. Nama Kalingga berawal dari
nama kerajaan di India Selatan. Kerajaan Kalingga/Holing diperkirakan terletak di Jawa Tengah,
Kecamatan Keling. Sumber utama mengenai kerajaan Kalingga adalah berita Cina (Dinasti Tang), I-Tsing
dan Prasasti Tuk Mas.
a. Politik
Raja yang paling terkenal pada masa Kerajaan Kalingga adalah seorang raja wanita yang bernama
Ratu Sima. Ratu Sima dikenal sebagai raja yang tegas, jujur dan sangat bijaksana. Hukum
dilaksanakan dengan tegas dan seadil-adilnya. Untuk menguji kejujuran rakyatnya, Ratu Sima
meletakan kantong emas di pinggir jalan dekat dengan pasar, hingga waktu yang sangat lama tidak
ada yang berani menyentuh kantong mas tersebut atau mengambilnya.
Pada suatu ketika putra mahkota melakukan perjalanan untuk melihat kehidupan masyarakat. Namun
tanpa sengaja putra mahkta tersandung kantung mas tersebut. Ratu Sima memerintahkan untuk
menjatuhkan hukuman mati kepada putra mahkota. Akan tetapi berkar nasihat para pejabat istana
hukuman itu diperingan dengan hukuman potong kaki. Kisah ini menunjukan, begitu tegas dan
adilnya Ratu Sima. Ia tidak membedakan antara rakyat dan anggota kerabatnya sendiri.
b. Ekonomi
Perdagangan dan perlayaran karena letak kerajaan di Semenanjung Melayu. Menurut berita
Dinasti Tang disebutkan bahwa Kerajaan Kalingga menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula
badak, dan gading gajah. Hal tersebut menunjukan mata pencaharian masyarakat Kalingga adalah
berburu, nelayan, perdagangan, dan pertambangan. Kemungkinan besar bidang kerajinan,
kemampuan mengolah logam, dan pertukangan sudah dikuasai rakyat Kalingga. Penduduknya juga
mampu membuat minuman keras dari bunga kelapa.
c. Sosial-Budaya
Sumber-Sumber Prasasti
Prasasti-prasasti yang menjelaskan tentang keberadaan kerajaan Mataram tersebut yaitu antara lain:
1. Prasasti Canggal ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Canggal berangka tahun 723
M dalam bentuk Candrasagkele. Isinya menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di
desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya dan di samping itu juga diceritakan bahwa yang menjadi raja
mula-mula Sanne kemudian digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara perempuan Sanne).
2. Prasasti Kalasan ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778 M. Isinya
menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh raja
Panangkaran atas permintaan keluarga Syaelendra dan Panangkaran juga menghadiahkan desa
Kalasan untuk para Sanggha (umat Budha). Bangunan suci seperti yang tertera dalam prasasti
Kalasan tersebut ternyata adalah candi Kalasan yang terletak di sebelah Timur Yogyakarta.
3. Prasasti Mantyasih/Belitung ditemukan di Mantyasih Kedu, Jateng berangka tahun 907 M. Isi dari
prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja Mataram yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran,
Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, Rakai
Watuhumalang, dan Rakai Watukura Dyah Balitung. Untuk itu prasasti Mantyasih/Kedu ini juga
disebut dengan prasasti Belitung.
4. Prasasti Klurak ditemukan di desa Prambanan berangka tahun 782 M. isinya menceritakan
pembuatan arca Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya. Menurut para
ahli bahwa yang dimaksud dengan arca Manjusri adalah Candi Sewu yang terletak di Komplek
Prambanan dan nama raja Indra tersebut juga ditemukan pada Prasasti Ligor dan Prasasti Nalanda
peninggalan kerajaan Sriwijaya.
a. Politik
Kerajaan Mataram diperintah oleh dua dinasti atau wangsa yaitu wangsa Sanjaya yang beragama
Hindu Syiwa dan wangsa Syaelendra yang beragama Buddha. Pada awalnya mungkin yang berkuasa
adalah wangsa Sanjaya, hal ini sesuai dengan prasasti Canggal. Tetapi setelah perkembangan
berikutnya muncul keluarga Syaelendra. Menurut para ahli, keluarga Sanjaya terdesak oleh Keluarga
Syaelendra, tetapi mengenai pergeseran kekuasaan tersebut tidak diketahui secara pasti, yang jelas
kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa Tengah dan memiliki hubungan yang erat, hal ini sesuai
dengan prasasti Kalasan. Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Syaelendra seperti yang tertera dalam
prasasti Ligor, Nalanda maupun Klurak adalah Bhanu, Wisnu, Indra, dan Samaratungga atau
Samaragrawira. Sedangkan raja-raja dari dinasti Sanjaya yang tertera dalam prasasti Mantyasih.
Berdasarkan candi-candi peninggalan kerajaan Mataram yang berasal dari abad 8-9 yang
bercorak Hindu yang terletak di Jateng bagian utara dan yang bercorak Budha terletak di Jateng
Selatan, untuk itu dapatlah disimpulkan bahwa kekuasaan dinasti Sanjaya di Jateng bagian utara, dan
kekuasaan dinasti Syaelendra di Jateng selatan. Kedua dinasti tersebut akhirnya bersatu dengan
adanya pernikahan Rakai Pikatan dengan Pramudyawardani yang bergelar Sri Kahulunan.
Pramudyawardani tersebut adalah putri dari Samaratungga. Raja Samaratungga selain mempunyai
putri Pramudyawardani, juga mempunyai putera yaitu Balaputradewa (karena Samaratungga menikah
c. Sosial-Budaya
Kerajaan Mataram Kuno meskipun keagamaannya terdiri atas agama Hindu dan agama Buddha,
masyarakatnya tetap hidup rukun dan saling bertoleransi. Sikap itu dibuktikan ketika mereka
bergotong royong dalam membangun Candi Borobudur. Masyarakat Hindu yang sebenarnya tidak
ada kepentingan dalam membangun Candi Borobudur, tetapi karena sikap toleransi dan bergotong
royong yang telah mendarah daging turut juga dalam pembangunan tersebut.
Dalam kehidupan budaya, tentu teknologi yang dicapai Mataram sudah maju, bahkan masyarakat
Mataram berhasil mengembangkan budaya asing menjadi budaya baru yang bercirikan Indonesia. Hal
ini terlihat adanya penggunaan berbagai huruf dan bahasa yang beraneka ragam dalam prasasti yang
dibuatnya. Kemajuan teknologi yang dicapai Mataram dapat Anda rasakan/nikmati sampai sekarang
contohnya dapat Anda lihat pada candi Borobudur yang merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia.
d. Masa Kemunduran
Pada masa pemerintahan Raja Balitung (907) wilayah Kerajaan Mataram Kuno juga telah
meliputi daerah-daerah di Jawa Timur terutama Lembah Sungai Brantas yang subur. Daerah itu amat
penting untuk pertanian dan pelayaran sungai menuju Laut Jawa. Sementara itu, kedudukan ibu kota
Mataram Kuno makin tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan:
Tidak memiliki pelabuhan laut sehingga sulit berhubungan dengan dunia luar,
Sering dilanda bencana alam oleh letusan Gunung Merapi,
Sering terjadi perebutan kekuasaan sehingga kewibawaan kerajaan berkurang,
Mendapat ancaman serangan dari Kerajaan Sriwijaya.
Sumber-Sumber
Prasasti Sirah Keting (1104 M), Prasasti ini berisi tentang pemberian penghargaan berupa tanah
dari Jayawarsa kepada rakyat desa sebab telah berjasa.
Prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan Kertosono yang berisi masalah keagamaan,
diperkirakan berasal dari Raja Bameswara (117-1130 M).
Prasasti Ngantang (1135), Prasasti ini berisi tentang pemberian hadiah berupa tanah nan dibebaskan
dari pajak oleh Jayabaya. Prasasti ini ditujukan buat rakyat Desa Ngantang sebab telah mengabdi
buat Kemajuan Kediri.
Prasasti Jaring (1181 M) Prasasti ini dibuat oleh Raja Gandra. Isinya ialah nama-nama nan berasal
dari nama hewan, seperti Tikus Jinada, Kebo Waruga, dan sebagainya. Hal ini memunculkan
adanya birokrasi kerajaan.
Prasasti Kamulan (1194 M), yang menyatakan bahwa pada masa pemerintahan Raja Kertajaya,
Kerajaan Kediri telah berhasil mengalahkan musuh yang telah memusuhi istana di Katang-katang.
Prasasti Padelegan, Prasasti ini dibuat oleh Raja Kameshwara guna mengenang rasa bakti penduduk
Padelegan pada raja.
Prasasti Panumbangan, Prasasti ini berisi tentang pemberian anugerah raja buat penduduk
Panumbangan sebab telah mengabdi kepada rakyat.
Prasasti Talan, Prasasti ini berisi tentang diberikannya hak istimewa oleh raja kepada penduduk
Desa Talan dengan cara membebaskan rakyat dari pajak.
Berita Asing, merupakan kumpulan cerita dari pedagang Cina yang melakukan perdagangan di
Kerajaan Kediri.
a. Politik
1. Airlangga
Airlangga adalah pendiri Kerajaan Kahuripan, dengan gelar abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu
Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa. Pada masa akhir pemerintahannya,
kerajaannya dibelah menjadi dua Kerajaan Kadiri/Panjalu dan Kerajaan Janggala bagi kedua
putranya.
2. Samarawijaya
Samarawijaya adalah putra Airlangga. Ia merupakan Raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan
Kediri, Samarawijaya tidak diketahui dengan pasti berlangsung berapa lama masa
pemerintahannya. Kemungkinan Raja Samarawijaya memulai pemerintahannya pada saat
pemisahan Kerajaan oleh Airlangga, yaitu sekitar tahun 1042. Tahun itu merupakan tahun yang
sama dengan tahun yang tertulis di Prasasti Pamwatan.
3. Jayaswara
Masa pemerintahan Jayawarsa (1104) melalui Prasasti Sirah Keting bahwa Raja Jayawarsa sangat
besar perhatiannya kepada rakyatnya dan berupaya meningkatkan kesejahteraan hidup rakyatnya
4. Bameswara
Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun
1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang. Kerajaan Singasari
merupakan kerajaan yang bercorak Buddha.
a. Politik
1. Ken Arok/Angkrok (1222-1227)
Ken Arok (Angkrok) ini merupakan pendiri Kerajaan Singasari dan Raja pertama. Ia telah
berhasil menggulingkan Kertajaya raja terakhir dari Kerajaan Kadiri. Dalam pararaton Ken Arok,
sebelum menjadi raja berkedudukan sebagai seorang akuwu di Tumapel pengganti Tunggul Ametung.
Pada akhirnya Ken Arok tertarik pada istri Tunggul Ametung yaitu Ken Dedes, sehingga ia
membunuhnya dengan menikamkan keris buatan Mpu Gandring. Dalam kitab Nagarakretagama Ken
Arok selaku raja bergelar Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra. Sedangkan dalam kitab Pararaton,
Ken Arok menyandang gelar Sri Rajasa Bhattara Sang Amurwabhuni.
Kepemimpinan Ken Arok tetap berorientasi pada kerakyatan yang setia pada janji, berwatak
tabah, kokoh, toleran dan senantiasa bersifat sosial. Berdasarkan dalam kitab Pararaton, Ken Arok
tewas di tangan putra Tunggul Ametung dan Ken Dedes. Ken Arok hanya memerintah selama lima
tahun (1222-1227) dan ia didharmakan dalam bangunan suci agama Siwa dan Budha. Sesudah Ken
Arok meninggal melalui keris buatan Mpu Gandring, Anusapati menjadi raja Singasari bergelar
Bhantara Anusapati.
2. Anusapati (1227-1248)
Dari pararaton dapat diketahui bahwa Anusapati bukanlah keturunan dari Ken Arok dengan Ken
Dedes melainkan keturunan dari Tunggul Ametung dengan Ken Dedes. Pada waktu Ken Dedes
diambil oleh Ken arok, Ken Dedes dalam kondisi hamil, berumur 3 bulan. Selang beberapa bulan,
lahirlah bayi tersebut yang diberi nama Anusapati. Setelah ia dewasa, ia mendengar bahwa ia
bukanlah anak dari Ken Arok dan ia mendengar tentang kematian ayah kandungnya. Dan akhirnya
Anusapati menuntut balas atas kematian ayahnya dengan membunuh Ken Arok.
Dalam pemerintahaannya Anusapati tidak melakukan pembaharuan, karena Anusapasti larut
dengan kesenangannya sendiri yakni menyabung ayam. Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya
terbongkar dan sampai juga ke Tohjoyo (putra Ken Arok dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui
bahwa Anusapati suka menyabung ayam, maka diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa (tempat
kediamanan Tohjoyo) untuk mengadakan pesta menyabung ayam. Pada saat Anusapati sedang asyik
menyaksikan aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut keris Empu Gandring yang
dibawanya dan langsung menusuk Anusapati. Dengan demikian meninggallah Anusapati dan
didharmakan di Candi Kidal.
4. Ranggawuni (1248-1254)
Ranggawuni naik takhta kerajaan Singasari pada tahun 1248 dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardana
oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang diberi kedudukan sebagai Ratu
Angabhaya dengan gelar Narasinghamurti. Pemerintahan mereka membawa ketenteraman dan
kesejahteran rakyat. Pada tahun 1254, Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama
5. Kertanagara (1254-1292)
Pada masa pemerintahan Kertanagara, Kerajaan Singasari mengalami masa keemasan. Stabilitas
yang dibangun sejak pemerintahan masa Ranggawuni ayah Kertanagara semakin dimapankannya.
Raja Kertanagara yang mempunyai gagasannya untuk menyatukan semua kerajaan yang ada di
wilayah Nusantara. Raja Kertanagara Singasari yang sangat terkenal dalam bidang politik dan
keagamaan. Dalam bidang keagamaan ia sangat dikenal sebagai seorang penganut agama Siwa dan
Budha. Agama Buddha yang dianutnya adalah agama Budha aliran Tantrayana.
Dalam bidang politik Raja Kertanagara melakukan perluasaan wilayah kekuasaan dan
pengaruhnya sampai ke luar jawa dengan mengadakan relasi persahabatan terhadap negara-negara
lain. Untuk merealisasikan cita-citanya ini, ia melancarkan ekspedisi-ekspedisinya ke luar Jawa.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Kertanagara dalam mewujudkan gagasan penyatuan
nusantara adalah sebagai mana berikut:
a) Melaksanakan ekspedisi ke Malayu (1275-1286) untuk menguasai Kerajaan Melayu serta
melemahkan posisi Sriwijaya di Selat Malaka. Pada tahun 1275 ia mengirim pasukan Ekspedisi
Pamalayu untuk menjadikan pulau Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi
ekspansi bangsa Mongol. Saat itu penguasa pulau Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya
(kelanjutan dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya tunduk dengan ditemukannya bukti arca
Amoghapasa yang dikirim Kertanagara sebagai tanda persahabatan kedua negara. Pada tahun
1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun 1289 Kaisar
Kubilai Khan mengirim utusan ke Singasari meminta agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol.
Namun permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara.
b) Politik perkawinan dan persahabatan. Dalam politik perkawinannya, Kertanagara mengawinkan
putrinya sendiri, Dewi Tapasi, dengan Raja Campa. Sebab, raja Campa merupakan benteng
pertama untuk membendung pengaruh Khubilai Khan. Sedangkan, usaha politik persahabatan
diawali dengan pengiriman sebuah Arca Amoghaapaca oleh raja Kertanagara ke Raja Melayu
untuk memperkokoh persahabatan dalam menghadapi kemungkinan serangan tentara Khubilai
Khan.
c) Menguasai Bali pada tahun 1284 M dan Jawa Barat tahun 1289 M.
d) Menguasai daerah Pahang (Malaya) dan Tanjung Pura (Kalimantan). Tujuan mengusai daerah
tesebut adalah:
Menguasai lalu lintas perdagangan dan pelayaran di Laut Cina Selatan.
Sebagai daerah pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan Cina-Mongol, serta
Mengepung wilayah kekuasaan Sriwijaya.
b. Ekonomi
Pusat Kerajaan Singasari berada di Lembah Sungai Brantas dapat diduga bahwa rakyat Singasari
banyak menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian. Keadaan itu juga didukung oleh hasil
bumi yang melimpah sehingga menyebabkan Raja Kertanegara memperluas wilayah terutama
tempat-tempat yang strategis untuk lalu lintas perdagangan. Keberadaan Sungai Brantas dapat juga
digunakan sebagai sarana lalu lintas perdagangan dari wilayah pedalaman dengan dunia luar. Dengan
demikian, perdagangan juga menjadi andalan bagi pengembangan perekonomian Kerajaan Singasari.
c. Sosial-Budaya
Ken Arok menjadi akuwu di Tumapel, terjaminnya kehidupan sosial masyarakat Tumapel
mengakibatkan bergabungnya daerah-daerah yang berada di daerah sekitar Tumapel. Pada masa
pemerintahan Wisnuwardhana kehidupan masyarakat Singasari teratur, rakyat dapat hidup tentram
dan damai. Kertanegara juga berusaha menstabilkan keadaan didalam negeri kerajaan Singasari
dengan meningkatkan taraf kehidupan masyarakat.
d. Masa Kemunduran
Pada tahun 1292 dalam Kerajaan Singasari terjadi perubahan politik. Raja Jayakatwang
melakukan pemberontakan terhadap Kertanagara. Ia adalah raja Kadiri yang merupakan wilayah
bagian dari Kerajaan Singasari. Ditegaskan dalam kidung Harsa-Wijaya disebutkan bahwa raja
Jayakatwang sebagai abdi yang taat kepada atasannya (Kertanagara).
Jayakatwang membunuh Raja Kertanagara dikarenakan Aria Wiraraja menghasut dan
mempengaruhi Jayakatwang agar membuat perhitungan terhadap Kertanagara. Aria Wiraraja
melakukan hal tersebut dikarenakan ia tidak puas dengan kebijakan Kertanagara yang memindahkan
Wiraraja ke Sumenep sebagai adipati.
Aria Wiraraja mengetahui bahwa Jayakatwang menaruh dendam kepada Kertanagara, sebab
Kertajaya (Dandang Gendis) nenek moyangnya dikalahkan oleh Ken Arok nenek moyang
Kertanagara. Jayakatwang mengirimkan bala tentaranya ke Singasari saat pasukan Kertanagara
melakukan ekspansi ke luar Jawa. Akhirnya Kertanagara dan Kerajaan Singasari dapat dikalahkan
oleh pasukan Jayakatwang
Seperti yang disebutkan dalam kitab Pararaton dan Nagarakretagama bahwa Jayakatwang
melakukan serangan pada tahun 1292 menyerang Singasari dari dua arah, yaitu dari arah utara dan
selatan. Setibanya pasukan Jayakatwang di Istana Singasari, mereka mendapati raja Kertanagara
dengan patihnya sedang pesta mabuk-mabukkan. Pada saat itulah, pasukan Jayakatwang dengan
mudah membunuh raja Kertanagara. Sejak saat itulah kekuasaan Kertanagara jatuh ke tangan
Jayakatwang, dan menjadi tanda berakhirnya Kerajaan Singasari.
Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu terbesar di Indonesia, Raden Wijaya sebagai pendiri
Kerajaan Majapahit merupakan salah seorang pangeran dari Kerajaan Singasari yang berhasil meloloskan
diri ketika Jayakatwang dari Kediri menghancurkan Singasari. Majapahit didirikan pada tahun 1292 M
berawal didaerah tarik, sekitar muara Sungai Brantas Mojokerto Jawa Timur.
Faktor-faktor yang mendorong lahirnya Kerajaan Majapahit sebagai
kerajaan besar ialah sebagai berikut :
Letak Majapahit secara geografis sangat baik, yaitu di tengah-tengah
wilayah Indonesia, sehingga mudah memainkan peran dalam menyatukan
Indonesia baik secara politik maupun ekonomi.
Pusat kerajaan di tepi sungai besar yang mudah dilayari, sehingga hubungan dengan dunia luar
sangat mudah.
Tanahnya subur dan banyak menghasilkan bahan-bahan ekspor, khususnya hasil pertanian
utamanya beras dan kacang-kacangan.
Sebelum Majapahit telah adanya kerajaan-kerajaan Jawa Timur yang merintisnya, khususnya
Singasari di bawah Kertanegara. Gagasan Nusantara telah diperoleh dan pelaksanaannya sebagian
telah dilakukan.
Timbulnya tokoh-tokoh negarawan seperti R. Wijaya, Hayam Wuruk, dan Patih Gajah Mada yang
melaksanakan gagasan Nusantara dengan "Sumpah Palapa"nya.
Tidak ada lagi saingan kerajaan di Indonesia, Sriwijaya sudah makin lemah setelah serangan dari
Cholamandala; sedangkan Kediri makin lemah akibat siasat yang dilakukan oleh R. Wijaya.
Di luar Indonesia tidak ada lagi kerajaan besar yang dapat menjadi penghalang. Kerajaan
Cholamandala di India dan dinasti Yuan di Cina terpecah-pecah setelah raja/kaisar besarnya
meninggal.