Anda di halaman 1dari 14

Nama :

Kelas :

BAHAN AJAR

Satuan Pendidikan :
Mata Pelajaran :

METERI

Kerajaan-Kerajaan Maritim Bercorak Hindu- Budha di Indonesia

Kerajaan Kutai (4 M)
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia, diperkirakan muncul pada abad 4 M.
Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai
diambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menggambarkan kerajaan tersebut.
Keberadaan kerajaan berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu berupa prasasti yang berbentuk
yupa / tiang batu berjumlah 7 buah. Yupa yang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa sansekerta
tersebut. Adapun isi prasati tersebut menyatakan bahwa raja pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga.
Ia mempunyai seorang putra bernama Asawarman yang disebut sebagai wamsakerta (pembentuk
keluarga). Setelah meninggal, Asawarman digantikan oleh Mulawarman. Penggunaan nama Asawarman
dan nama-nama raja pada generasi berikutnya menunjukkan telah masuknya pengaruh ajaran Hindu
dalam Kerajaan Kutai dan hal tersebut membuktikan bahwa raja-raja Kutai adalah orang Indonesia asli
yang telah memeluk agama Hindu.
a. Politik
- Aswawarman
Sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta yang artinya
pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah
Mulawarman. Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa
pemerintahan Mulawarman, wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan
Timur. Hal itu dibuktikan dengan adanya upacara Asmaweda, yaitu pelepasan kuda yang
berfungsi untuk menentukan batas wilayah kekuasaan kerajaan Kutai.
- Mulawarman
Merupakan anak dari Aswawarman dan cucu Kundungga. Kerajaan Kutai mencapai puncak
kejayaan pada masa pemerintahan Mulawarman. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana di dalam tanah yang
suci bernama Waprakeswara. Waprakeswara adalah tempat suci untuk memuja dewa Syiwa.
b. Ekonomi
Kehidupan ekonomi Kerajaan Kutai di perkirakan telah maju. Hal itu terbukti dengan adanya
kesanggupan kerajaan memberikan sedekah 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana. Kemampuan
tersebut menunjukan bahwa mata pencaharian masyarakat Kutai adalah berternak. Mata pencaharian
lainnya adalah bertani dan berdagang, mengingat letak kerajaan Kutai yang berada di tepi sungai
Mahakam.
Kerajaan-kerajaan Maritim Bercorak Hindu-Buddha | 1
Ria Enelia, S.Pd
c. Sosial-Budaya
Karena Kerajaan Kutai telah mendapat pengaruh agama Hindu, Salah satu contohnya adalah
pelaksanaan upacara penghinduan atau pemberkatan seseorang yang memeluk agama Hindu yang
disebut Vratyastoma. Upacara tersebut dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman dan dipimpin
oleh para Brahmana dari India. Baru pada masa pemerintahan Mulawarman, upacara tersebut
dipimpin oleh kaum Brahmana dari Indonesia. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa
kaum brahmana dari Indonesia ternyata memiliki tingkat intelektual yang tinggi karena mampu
menguasai bahasa Sanskerta. Karena, bahasa ini bukanlah bahasa yang dipakai sehari-hari oleh rakyat
India melainkan bahasa resmi kaum brahmana untuk masalah keagamaan.

Kerajaan Kutai berakhir pada saat pemerintahan Raja Maharaja Dharma Setia. Raja Dharma Setia
tewas dalam peperangan melawan Aji Pangeran Anum Panji Mendapa Raja Kutai Kartanegara ke-13.
Kerajaan Kutai atau disebut dengan Kutai Martadipura berbeda dengan Kutai Kertanegara. Kerajaan
Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai
Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai
Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.
Kerajaan Tarumanegara (5 M)
Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan Hindu yang berdiri pada abad ke 5 M, terletak di Jawa Barat,
di tepi Sungai Citarum sekitar kota Bogor sekarang. Kata Tarumanegara berasal dari kata Tarum yaitu,
nama sungai yang membelah kawasan Jawa Barat yang sekarang lebih dikenal dengan sungai Citarum
dan Nagara yang artinya Negara atau Kerajaan. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru
Jayasingawarman pada tahun 358 yang kemudian digantikan oleh putranya Dharmayawarman. Maharaja
Purnawarman adalah raja ketiga kerajaan Tarumanegara.
 Sumber Luar Negeri
Berita Cina berupa catatan perjalanan Fa-Hien (penjelajah dari Cina) pada awal abad ke-5 M. Dalam
buku yang ditulisnya berjudul Fa-Kuo-Chi terdapat catatan bahwa di Ye-Po-Ti banyak dijumpai
orang-orang Brahmana. Menurut para ahli yang dimaksud Ye-Po-Ti ini adalah Jawadwipa atau Pulau
Jawa atau Tarumanegara.
Berita asing lainnya juga berasal dari Cina berupa catatan Dinasti Sui, dalam catatan itu menerangkan
bahwa telah datang utusan dari To-mo-lo yang menghadap kaisar Cina pada tahun 528, 535, 630, dan
669. Sesudah tahun itu, nama To-mo-lo tidak terdengar lagi. To-mo-lo diidentifikasikan sebagai
Kerajaan Taruma (Tarumanegara).
 Sumber Dalam Negeri
Sumber dalam negeri adalah berupa tujuh buah prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Dari
peninggalan prasasti-prasasti inilah dapat diketahui bahwa Kerajaan Tarumanegara mendapatkan
pengaruh kuat dari kebudayaan Hindu. Prasasti ini menggunakan huruf Pallawa dan bahasa
Sansekerta.
1) Prasasti Ciaruteun
2) Prasasti Tugu
3) Prasasti Pasir Jambu
4) Prasasti Lebak
5) Prasasti Kebun Kopi
6) Prasasti Pasir Awi
7) Prasasti Muara Cianten

a. Politik
- Jayasingawarman (358-382) Kerajaan Tarumanegara didirikan tahun 358 M di tepi Sungai
Gomati
- Dharnayawarman
- Purnawarman Purnawarman membangun ibu kota kerajaan baru di Sundapura. Kekuasaan
dilambangkan dengan cap telapak kaki yang terdapat pada Prasasti Jambu dan Prasasti Ciaruteun.
Wilayah kekuasaan meliputi daerah Banten, hingga ke Cirebon. Pada tahun 417 M, ia

Kerajaan-kerajaan Maritim Bercorak Hindu-Buddha | 2


Ria Enelia, S.Pd
memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga yang bertujuan untuk sarana
pengairan dan pencegahan banjir.
b. Ekonomi
Berdasarkan berita dari Cina berupa catatan perjalanan bernama Fa Hien, awal abad ke 5
diketahui kehidupan ekonomi masyarakat kerajaan ini adalah pertanian, peternakan, perburuan
binatang, dan perdagangan cula badak, kulit penyu dan perak. Berdasarkan berita yang tertulis di
Prasasti Tugu raja Purnawarman memerintahkan rakyatnya untuk membangun sebuah sungai
sepanjang 6.122 busur atau 12 KM yang bisa diselesaikan dalam waktu 21 hari. Sungai ini diberi
nama sungai Gomati saluran ini juga dihubungkan dengan sungai Chandrabaga. Pembangunan sungai
ini bertujuan mengairi daerah persawahan penduduk, mencegah banjir, dan sebagai sarana lalu lintas
barang dari pedalaman ke daerah luar yang berbatasan dengan pantai.
c. Sosial-Budaya
Prasasti Tugu, dalam prasasti ini disebutkan Raja Purnawarman memimpin penggalian atau
pembuatan saluran Gomati untuk kepentingan sosial. Penggalan ini melibatkan banyak orang dan
membutuhkan pengorganisasian masyarakat yang baik. Hal tersebut dapat dilakukan dengan baik.
Terbukti kehidupan sosial masyarakat Tarumanegara relative tertip dan aman sehingga masyarakat
dapat bergotong-royong mengerjakan perintah raja.
Berita Cina Fa Hien, masyarakat Tarumanegara menganut dua ajaran yaitu Hindu dan Buddha,
membuktikan adanya toleransi yang hidup dalam suasana sosial masyarakat Tarumanegara. Namun
rakyat Tarumanegara yang memeluk agama Hindu-Buddha sedikit sekali dan terbatas pada keluarga
kerajaan, bangsawan dan para pedagang. Sebagian besar rakyat masih memeluk kepercayaan nenek
moyang (animism dan dinamisme)

Kerajaan Tarumanegara diperkirakan runtuh sekitar abad ke 7 M. Hal ini didasarkan pada fakta
bahwa setelah abad ke 7, berita mengenai kerajaan ini tidak pernah terdengar lagi baik dari sumber dalam
negeri maupun luar negeri. Para ahli berpendapat runtuhnya Kerajaan Tarumanegara kemungkinan besar
disebabkan karena adanya tekanan dari kerajaan Sriwijaya yang terus melakukan ekspansi wilayah.
Kerajaan Kalingga/Holing (7 M)
Kerajaan Kalingga diperkirakan berkembang sekitar abad ke 7-9 M. Nama Kalingga berawal dari
nama kerajaan di India Selatan. Kerajaan Kalingga/Holing diperkirakan terletak di Jawa Tengah,
Kecamatan Keling. Sumber utama mengenai kerajaan Kalingga adalah berita Cina (Dinasti Tang), I-Tsing
dan Prasasti Tuk Mas.
a. Politik
Raja yang paling terkenal pada masa Kerajaan Kalingga adalah seorang raja wanita yang bernama
Ratu Sima. Ratu Sima dikenal sebagai raja yang tegas, jujur dan sangat bijaksana. Hukum
dilaksanakan dengan tegas dan seadil-adilnya. Untuk menguji kejujuran rakyatnya, Ratu Sima
meletakan kantong emas di pinggir jalan dekat dengan pasar, hingga waktu yang sangat lama tidak
ada yang berani menyentuh kantong mas tersebut atau mengambilnya.
Pada suatu ketika putra mahkota melakukan perjalanan untuk melihat kehidupan masyarakat. Namun
tanpa sengaja putra mahkta tersandung kantung mas tersebut. Ratu Sima memerintahkan untuk
menjatuhkan hukuman mati kepada putra mahkota. Akan tetapi berkar nasihat para pejabat istana
hukuman itu diperingan dengan hukuman potong kaki. Kisah ini menunjukan, begitu tegas dan
adilnya Ratu Sima. Ia tidak membedakan antara rakyat dan anggota kerabatnya sendiri.
b. Ekonomi
Perdagangan dan perlayaran karena letak kerajaan di Semenanjung Melayu. Menurut berita
Dinasti Tang disebutkan bahwa Kerajaan Kalingga menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula
badak, dan gading gajah. Hal tersebut menunjukan mata pencaharian masyarakat Kalingga adalah
berburu, nelayan, perdagangan, dan pertambangan. Kemungkinan besar bidang kerajinan,
kemampuan mengolah logam, dan pertukangan sudah dikuasai rakyat Kalingga. Penduduknya juga
mampu membuat minuman keras dari bunga kelapa.
c. Sosial-Budaya

Kerajaan-kerajaan Maritim Bercorak Hindu-Buddha | 3


Ria Enelia, S.Pd
Berdasarkan berita Cina Dinasti Tang, diketahui bahwa masyarakat Kalingga membuat benteng-
benteng kayu dan rumah-rumah beratap daun kelapa. Raja tinggal disebuah bangunan bertingkat,
beratapkan daun palem. Mereka memiliki kebiasaan makan tidak menggunakan sendok atau sumpit
tetapi menggunakan tangan.Berdasarkan Prasasti Tuk Mas bertuliskan huruf palawa berbahasa
sangsekerta, sebagian masyarakat Kalingga telah mempunyai kepandaian menulis huruf palawa dan
juga terampil berbahasa sangsekerta sebagai bahasa keagamaan. Masyarakat diduga telah mengenal
ilmu perbintangan.
Masyarakat Kalingga menganut agama Hindu dan Buddha. Hal ini dibuktikan dengan kedatangan
Hwi Ning dari Cina untuk menerjamahkan kitab suci agama Buddha Hinayana selama tiga tahun.
Bukti masyarakat Kalingga memluk agama Hindu adanya Prasasti Tuk Mas yang melukiskan
gambar-gambar trisula, kapak, kendi, sangkha, cakra, dan bunga teratai. Semua gambar tersebut
melambangkan dewa agama Hindu
Kerajaan Kalingga tidaklah runtuh atau hancur tetapi setelah Maharani Shima meninggal di tahun 732
M, Sanjaya mengantikan buyutnya dan menjadi Raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut
Bumi Mataram. Sanjaya merupakan putra dari Sanaha yang menikah dengan raja kerajaan Galuh
Bratasenawa. Sanaha merupakan cucu dari ratu Sima yang beribukan Parwati. Pada tahun 752, kerajaan
Kalingga menjadi wilayah taklukan kerajaan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan
perdagangan Hindu.

Kerajaan Sriwijaya (7-9 M)


Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang menguasai jalur dagang di Laut Cina Selatan dan
hampir seluruh wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan karena letak Sriwijaya yang sangat strategis dan
dekat dengan jalur perdagangan antar bangsa yakni Selat Malaka. Selat Malaka merupakan jalur
perdagangan yang menghubungkan pedagang-pedagang Cina dengan India. Sumber-sumber yang
mendukung keberadaan kerajaan Sriwijaya;
1. Sumber Cina
I-Tsing 671 M, dalam catatan menyebutkan bahwa pendeta Cina tinggal selama 6 bulan di Sriwijaya
untuk belajar bahasa Sangsekerta, setelah itu ia berangkat ke Nalanda, India.
2. Sumber Arab
Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan besar, dengan tentara yang
sangat banyak.
3. Sumber India
Sriwijaya menjalin hubungan dengan raja-raja dari kerajaan-kerajaan di India seperti kerajaan
Nalanda dan Chola. Dalam prasasti Nalanda dinyatakan bahwa raja Nalanda Raja Dewa Paladewa
menghadiahkan sebidang tanah untuk mendirikan asrama bagi para perlajar dari Sriwijaya yang
belajar di Nalanda.
4. Sumber dalam Negeri
- Prasasti Kota Kapur 682 M, menceritakan tentang kisah perjalanan suci Dapunta Hyang dari
Minana dengan perahu, sumber lain menyatakan prasasti ini berisi tentang penaklukan Bumi
Jawa yang tidak setia kepada Sriwijaya
- Prasasti Kedudukan Bukit 683 M, menyebutkan bahwa raja Sriwijaya Dapunta Hyang berhasil
menundukan Minangatamwan.
- Prasasti Talang Tuo 684 M, menyebutkan tentang pembuatan Taman Srikesetra atas perintah raja
Dapunta Hyang
- Prasasti Karang Berahi 686 M, menyebutkan tentang penguasaan Sriwijaya atas daerah
pedalaman Jambi
- Prasasti Ligor 775 M, menyebutkan tentang ibu kota Ligor yang difungsikan untuk mengawasi
pelayaran perdagangan di Selat Malaka
- Prasasti Nalanda, menyebutkan raja Balaputra Dewa sebagai raja terakhir dari dinasti Sanjaya,
prasasti ini juga menyebutkan bahwa raja Balaputra Dewa berkenan membebaskan 5 buah desa
dari pajak untuk membiayai para mahasiswa Sriwijaya yang belajat di Nalanda

Kerajaan-kerajaan Maritim Bercorak Hindu-Buddha | 4


Ria Enelia, S.Pd
- Prasasti Telaga Batu 1918 M ditemukan disekitar Palembang, prasasti ini digunakan untuk
pelaksanaan upacara sumpah kesetian dan kepatuhan para calon pejabat.
a. Faktor pendorong perkembangan kerajaan Sriwijaya
- Letak yang Strategis, keberhasilan Sriwijaya menguasai perairan yang strategis di Selat Malaka,
Selat Sunda, Semenanjung Malaya, dan Tanah Genting Kra, sangat menguntungkan dilihat dari
segi perdagangan dan militer
- Kemajuan kegiatan perdagangan antara Cina dan India, perdagangan yang dilakukan India dan
Cina melalui Selat Malaka membuat posisi Sriwijaya semakin penting.
- Keruntuhan kerajaan Fu-Nan, politik luar negeri yang dijalankan melakukan persahabatan dengan
negara-negara luar.
b. Politik
- Dapunta Hyang Sri Yayanaga, Pada masa pemerintahannya raja Dapunta Hyang berhasil
memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke wilayah Minangatamwan, Jambi. Sejak awal
pemerintahannya, raja Dapunta Hyang telah mencita-citakan agar kerajaan Sriwijaya menjadi
kerajaan maritim.
- Balaputra Dewa, pada masa pemerintahannya kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan.
Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya mengadakan hubungan dengan kerajaan Chola dan
Nalanda dalam bidang pengembangan agama Buddha, bahkan menjadi pusat penyebaran agama
Buddha di Asia Tenggara.
- Raja Sanggrama Wijayattunggawarman, pada masa pemerintahannya Sriwijaya mengalami
ancaman dari kerajaan Chola. Kerajaan Chola melakukan penyerangan dan berhasil merebut
kerajaan Sriwijaya. Raja Sanggrama Wijayattunggawarman berhasil ditawan. Namun pada masa
pemerintahan raja Kulottungga I di kerajaan Chola, Raja Sanggrama Wijayattunggawarman
dibebaskan kembali.
c. Ekonomi
Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan terbesar di Indonesia, kerajaan Sriwijaya
mampu mengembangkan diri sebagai negara maritim yang menguasai lalu lintas perlayalaran dan
perdagangan internasional dengan menguasai Selat Malaka,
Selat Sunda, dan Laut Jawa. Setiap perlayaran dan perdagangan dari Asia Barat ke Asia Timur
atu sebalinya harus melewati wilayah kerajaan Sriwijaya yang meliputi seluruh Sumatera, Jawa, dan
Semenanjung Malaysia.
Ramainya perdagangan India dan Cina melalui Selat Malaka sangat menguntungkan Sriwijaya.
Para pedagang dari kedua bangsa tersebut singgah dipelabuhan milik Sriwijaya. Selain membayar bea
masuk, mereka melakukan transaksi jual beli dengan pedagang-pedagang Sriwijaya. Barang
dagangan dari Sriwijaya berupa emas, perak, gading, penyu, kemenyan, kapulaga, kapur barus, kayu
gaharu, kayu cendana, lada, dan damar. Para pedagang asing menukarkannya dengan kain katun atau
sutera.
d. Sosial-Budaya
Berdasarkan berita dari Cina I-Tsing, diperkirakan sejak abad ke 7 M, kerajaan Sriwijaya telah
dikenal sebagai pusat pendidikan agama Buddha Mahayana. Seorang pendeta Cina yang pernah
tinggal di kerajaan Sriwijaya selama enam bulan. Pendeta cina tersebut datang ke Sriwijaya untuk
belajar bahasa Sangsekerta dan menyalin kitab-kitab suci agama Buddha.
Sriwijaya sebagai pusat perkembangan agama Buddha Mahayana yang terpenting di Asia
Tenggara dan Asia Timur. Sebagai bukti adalah kedatangan seorang pendeta dari Tibet bernama
Attisa ke Sriwijaya. Tujuannya adalah untuk belajar agama Buddha kepada guru besar Sriwijaya yang
terkenal pada masa itu, yaitu Dharmakirti.
e. Faktor Penyebab Kemunduran Kerajaan Sriwijaya
- Adanya serangan dari Jawa, yaitu serangan dari Raden Dharmawangsa pada tahun 990 M yang
mengirimkan tentaranya ke Sriwijaya
- Adanya serangan kerajaan Chola tahun 1023 M, 1030 M, dan 1068 M
- Mundurnya perekonomian dan perdagangan Sriwijaya akibat Bandar-bandar penting melepaskan
diri dari Sriwijaya

Kerajaan-kerajaan Maritim Bercorak Hindu-Buddha | 5


Ria Enelia, S.Pd
- Terdesak oleh perkembangan Kerajaan Thai di Thailand serta pengaruh kerajaan Singasari yang
menjalankan Ekspedisi Pamalayu untuk menjalin hubungan dengan Kerajaan Melayu dan Jambi
dengan tujuan mengepung kedudukan Sriwijaya
- Adanya serangan dari kerajaan Majapahit pada tahun 1477. Raja Majapahit mengirimkan
tentaranya untuk menaklukan raja-raja Sumatera yang memberontak terhadap Majapahit, salah
satunya adalah Sriwijaya
- Munculnya kerajaan Islam Samudera Pasai yang berhasil mengambil alih pengaruh Sriwijaya

Kerajaan Mataram Kuno


Kerajaan Mataram Kuno atau disebut dengan Bhumi Mataram. Pada awalnya terletak di Jawa
Tengah. Daerah Mataram dikelilingi oleh banyak pegunungan dan di tengahnya banyak mengalir sungai
besar diantaranya sungai Progo, Bogowonto, dan Bengawan Solo. Keadaan tanahnya subur sehingga
pertumbuhan penduduknya cukup maju.

Sumber-Sumber Prasasti
Prasasti-prasasti yang menjelaskan tentang keberadaan kerajaan Mataram tersebut yaitu antara lain:
1. Prasasti Canggal ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Canggal berangka tahun 723
M dalam bentuk Candrasagkele. Isinya menceritakan tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di
desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya dan di samping itu juga diceritakan bahwa yang menjadi raja
mula-mula Sanne kemudian digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha (saudara perempuan Sanne).
2. Prasasti Kalasan ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778 M. Isinya
menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh raja
Panangkaran atas permintaan keluarga Syaelendra dan Panangkaran juga menghadiahkan desa
Kalasan untuk para Sanggha (umat Budha). Bangunan suci seperti yang tertera dalam prasasti
Kalasan tersebut ternyata adalah candi Kalasan yang terletak di sebelah Timur Yogyakarta.
3. Prasasti Mantyasih/Belitung ditemukan di Mantyasih Kedu, Jateng berangka tahun 907 M. Isi dari
prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja Mataram yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran,
Rakai Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, Rakai
Watuhumalang, dan Rakai Watukura Dyah Balitung. Untuk itu prasasti Mantyasih/Kedu ini juga
disebut dengan prasasti Belitung.
4. Prasasti Klurak ditemukan di desa Prambanan berangka tahun 782 M. isinya menceritakan
pembuatan arca Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya. Menurut para
ahli bahwa yang dimaksud dengan arca Manjusri adalah Candi Sewu yang terletak di Komplek
Prambanan dan nama raja Indra tersebut juga ditemukan pada Prasasti Ligor dan Prasasti Nalanda
peninggalan kerajaan Sriwijaya.
a. Politik
Kerajaan Mataram diperintah oleh dua dinasti atau wangsa yaitu wangsa Sanjaya yang beragama
Hindu Syiwa dan wangsa Syaelendra yang beragama Buddha. Pada awalnya mungkin yang berkuasa
adalah wangsa Sanjaya, hal ini sesuai dengan prasasti Canggal. Tetapi setelah perkembangan
berikutnya muncul keluarga Syaelendra. Menurut para ahli, keluarga Sanjaya terdesak oleh Keluarga
Syaelendra, tetapi mengenai pergeseran kekuasaan tersebut tidak diketahui secara pasti, yang jelas
kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa Tengah dan memiliki hubungan yang erat, hal ini sesuai
dengan prasasti Kalasan. Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Syaelendra seperti yang tertera dalam
prasasti Ligor, Nalanda maupun Klurak adalah Bhanu, Wisnu, Indra, dan Samaratungga atau
Samaragrawira. Sedangkan raja-raja dari dinasti Sanjaya yang tertera dalam prasasti Mantyasih.
Berdasarkan candi-candi peninggalan kerajaan Mataram yang berasal dari abad 8-9 yang
bercorak Hindu yang terletak di Jateng bagian utara dan yang bercorak Budha terletak di Jateng
Selatan, untuk itu dapatlah disimpulkan bahwa kekuasaan dinasti Sanjaya di Jateng bagian utara, dan
kekuasaan dinasti Syaelendra di Jateng selatan. Kedua dinasti tersebut akhirnya bersatu dengan
adanya pernikahan Rakai Pikatan dengan Pramudyawardani yang bergelar Sri Kahulunan.
Pramudyawardani tersebut adalah putri dari Samaratungga. Raja Samaratungga selain mempunyai
putri Pramudyawardani, juga mempunyai putera yaitu Balaputradewa (karena Samaratungga menikah

Kerajaan-kerajaan Maritim Bercorak Hindu-Buddha | 6


Ria Enelia, S.Pd
dengan keturunan raja Sriwijaya). Kegagalan Balaputradewa merebut kekuasaan dari Rakai Pikatan,
maka menyingkir ke Sumatera menjadi raja Sriwijaya. Untuk selanjutnya pemerintahan kerajaan
Mataram dikuasai oleh dinasti Sanjaya dengan rajanya yang terakhir yaitu Wawa.
Pada masa pemerintahan Wawa sekitar abad 10, Mataram di Jateng mengalami kemunduran dan
pusat penerintahan dipindahkan ke Jawa Timur oleh Mpu Sendok. Dengan adanya perpindahan
kekuasaan dari Jateng ke Jatim oleh Mpu Sendok, maka Mpu Sendok mendirikan dinasti baru yaitu
dinasti Isyana dengan kerajaannya adalah Medang Mataram/Medang Kemulan. Pada tahun 1017 M
kerajaan Medang pada masa Dharmawangsa mengalami pralaya/ kehancuran akibat serangan dari
Wurawari dan yang berhasil meloloskan diri dari serangan tersebut adalah Airlangga. Tahun 1023
Airlangga dinobatkan oleh pendeta Budha dan Brahmana (pendeta Hindu) menjadi raja Medang
menggantikan Dharmawangsa.
Pada awal pemerintahannya Airlangga berusaha menyatukan kembali daerah-daerah yang pernah
dikuasai oleh Dharmawangsa, dan melakukan pembangunan di dalam negeri dengan memindahkan
ibukota kerajaan Medang dari Wutan Mas ke Kahuripan tahun 1031, serta memperbaiki pelabuhan
Hujung Galuh, dan membangun bendungan Wringin Sapta. Dengan demikian usaha-usaha yang
dilakukan oleh Airlangga mendatangkan keamanandan kemakmuran bagi rakyatnya. Tetapi kemudian
tahun 1041, Airlangga mundur dari tahtanya dan memerintahkan untuk membagi kekuasaan menjadi
2 kerajaan. Kedua kerajaan tersebut adalah Jenggala dan Panjalu. Pada awalnya pembagian kerajaan
tersebut dalam rangka menghindari perebutan kekuasaan diantara putera-putera Airlangga. Tetapi
ternyata hal ini yang menjadi penyebab kerajaan Medang mengalami kehancuran.
b. Ekonomi
Kerajaan Mataram mengembangkan perekonomian agraris karena letaknya di pedalaman dan
daerah yang subur tetapi pada perkembangan berikutnya, Mataram mulai mengembangkan kehidupan
pelayaran, hal ini terjadi pada masa pemerintahan Balitung yang memanfaatkan sungai Bengawan
Solo sebagai lalu lintas perdagangan menuju pantai utara Jawa Timur.
Prasasti Wonogiri (903 M) menceritakan tentang dibebaskannya desa-desa di daerah pinggiran
sungai Bengawan Solo apabila penduduk setempat mampu menjamin kelancaran lalu lintas di sungai
tersebut. Terjaminnya sarana pengangkutan atau transportasi merupakan kunci untuk
mengembangkan perekonomian dan membuka hubungan dagang dengan dunia luar. Dengan
demikian, usaha-usaha mengembangkan sektor perekonomian

c. Sosial-Budaya
Kerajaan Mataram Kuno meskipun keagamaannya terdiri atas agama Hindu dan agama Buddha,
masyarakatnya tetap hidup rukun dan saling bertoleransi. Sikap itu dibuktikan ketika mereka
bergotong royong dalam membangun Candi Borobudur. Masyarakat Hindu yang sebenarnya tidak
ada kepentingan dalam membangun Candi Borobudur, tetapi karena sikap toleransi dan bergotong
royong yang telah mendarah daging turut juga dalam pembangunan tersebut.
Dalam kehidupan budaya, tentu teknologi yang dicapai Mataram sudah maju, bahkan masyarakat
Mataram berhasil mengembangkan budaya asing menjadi budaya baru yang bercirikan Indonesia. Hal
ini terlihat adanya penggunaan berbagai huruf dan bahasa yang beraneka ragam dalam prasasti yang
dibuatnya. Kemajuan teknologi yang dicapai Mataram dapat Anda rasakan/nikmati sampai sekarang
contohnya dapat Anda lihat pada candi Borobudur yang merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia.
d. Masa Kemunduran
Pada masa pemerintahan Raja Balitung (907) wilayah Kerajaan Mataram Kuno juga telah
meliputi daerah-daerah di Jawa Timur terutama Lembah Sungai Brantas yang subur. Daerah itu amat
penting untuk pertanian dan pelayaran sungai menuju Laut Jawa. Sementara itu, kedudukan ibu kota
Mataram Kuno makin tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan:
 Tidak memiliki pelabuhan laut sehingga sulit berhubungan dengan dunia luar,
 Sering dilanda bencana alam oleh letusan Gunung Merapi,
 Sering terjadi perebutan kekuasaan sehingga kewibawaan kerajaan berkurang,
 Mendapat ancaman serangan dari Kerajaan Sriwijaya.

Kerajaan-kerajaan Maritim Bercorak Hindu-Buddha | 7


Ria Enelia, S.Pd
Oleh karena itu, pada tahun 929 ibu kota Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur (dibagian hilir
Sungai Brantas) oleh Empu Sindok. Kerajaan itu kemudian dikenal sebagai Kerajaan Mataram Kuno
di Jawa Timur.
Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri adalah sebuah kerajaan besar di Jawa Timur yang berdiri pada abad ke-12. Kerajaan
ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Pusat kerajaanya terletak di tepi Sungai Brantas pada
masa itu menjadi jalur pelayaran yang ramai. Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar
Kota Kediri sekarang. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Pusat kerajaanya
terletak di tepi Sungai Brantas yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yang ramai. Melalui
Pelabuhan Canggu, aktivitas perekonomian rakyat sangat lancar sehingga mendatangkan kemakmuran.
Daerahnya subur dan aliran sungainya dipakai sebagai sarana transportasi. Wilayahnya semakin luas
setelah Jenggala dapat dikuasai sehingga membuat Kediri sebagai satu-satunya kerajaan di Jawa Timur.
Wilayah kekuasaannya, meliputi Kediri, Madiun, dan bagian barat Medang Kamulan.

Sumber-Sumber
 Prasasti Sirah Keting (1104 M), Prasasti ini berisi tentang pemberian penghargaan berupa tanah
dari Jayawarsa kepada rakyat desa sebab telah berjasa.
 Prasasti yang ditemukan di Tulungagung dan Kertosono yang berisi masalah keagamaan,
diperkirakan berasal dari Raja Bameswara (117-1130 M).
 Prasasti Ngantang (1135), Prasasti ini berisi tentang pemberian hadiah berupa tanah nan dibebaskan
dari pajak oleh Jayabaya. Prasasti ini ditujukan buat rakyat Desa Ngantang sebab telah mengabdi
buat Kemajuan Kediri.
 Prasasti Jaring (1181 M) Prasasti ini dibuat oleh Raja Gandra. Isinya ialah nama-nama nan berasal
dari nama hewan, seperti Tikus Jinada, Kebo Waruga, dan sebagainya. Hal ini memunculkan
adanya birokrasi kerajaan.
 Prasasti Kamulan (1194 M), yang menyatakan bahwa pada masa pemerintahan Raja Kertajaya,
Kerajaan Kediri telah berhasil mengalahkan musuh yang telah memusuhi istana di Katang-katang.
 Prasasti Padelegan, Prasasti ini dibuat oleh Raja Kameshwara guna mengenang rasa bakti penduduk
Padelegan pada raja.
 Prasasti Panumbangan, Prasasti ini berisi tentang pemberian anugerah raja buat penduduk
Panumbangan sebab telah mengabdi kepada rakyat.
 Prasasti Talan, Prasasti ini berisi tentang diberikannya hak istimewa oleh raja kepada penduduk
Desa Talan dengan cara membebaskan rakyat dari pajak.
 Berita Asing, merupakan kumpulan cerita dari pedagang Cina yang melakukan perdagangan di
Kerajaan Kediri.

a. Politik
1. Airlangga
Airlangga adalah pendiri Kerajaan Kahuripan, dengan gelar abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu
Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa. Pada masa akhir pemerintahannya,
kerajaannya dibelah menjadi dua Kerajaan Kadiri/Panjalu dan Kerajaan Janggala bagi kedua
putranya.
2. Samarawijaya
Samarawijaya adalah putra Airlangga. Ia merupakan Raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan
Kediri, Samarawijaya tidak diketahui dengan pasti berlangsung berapa lama masa
pemerintahannya. Kemungkinan Raja Samarawijaya memulai pemerintahannya pada saat
pemisahan Kerajaan oleh Airlangga, yaitu sekitar tahun 1042. Tahun itu merupakan tahun yang
sama dengan tahun yang tertulis di Prasasti Pamwatan.
3. Jayaswara
Masa pemerintahan Jayawarsa (1104) melalui Prasasti Sirah Keting bahwa Raja Jayawarsa sangat
besar perhatiannya kepada rakyatnya dan berupaya meningkatkan kesejahteraan hidup rakyatnya
4. Bameswara

Kerajaan-kerajaan Maritim Bercorak Hindu-Buddha | 8


Ria Enelia, S.Pd
Pada masa pemerintahannya, Raja Bameswara (1117-1130) banyak meninggalkan prasasti-
prasasti yang ditemukan di daerah Tulungagung dan Kertosono. Prasasti-prasasti tersebut memuat
masalah keagamaan.
5. Jayabhaya
Sri Jayabhaya yang disebutkan dalam Prasasti Hantang (1135), Prasasti Talan (1136), dan
Kakawin Bharatayuddha (1157). Jayabhaya merupakan Raja yang menjadi kenangan bagi
rakyatnya, karena pada masa pemerintahnnya Kerajaan Kediri berhasil menaklukan Kerajaan
Jenggala dan berhasil mencapai puncak kejayaan Kerajaan Kediri.
6. Raja Gandra
Masa pemerintahan Raja Gandra 1181 berhasil diketahui dari Prasasti Jaring, yaitu penggunaan
nama hewan dalam kepangkatan seperti nama Gajah, Kebo atau Tikus.
7. Raja Kameswara
Pada masa pemerintahan Raja Kameswara (1182-1185), seni sastra mengalami perkembangannya
yang sangat pesat. Diantaranya Empu Dharmaja mengarang Kitab Smaradhana. Bahkan pada
masa pemerintahannya juga dikenal cerita-cerita panji seperti Panji Semirang
8. Kertajaya
Pada masa pemerintahan Ketajaya Kerajaan Kediri mulai mengalami kemunduran. Raja Kertajaya
membuat kebijakan yang tidak populer dengan mengurangi hak-hak brahmana. Kondisi ini
menyebabkan banyak brahmana yang mengungsi ke wilayah Tumapel yang dkuasai oleh Ken
Arok. Melihat kejadian ini Kertajaya memutuskan untuk menyerang Tumapel. Akan tetapi
pertempuran di Desa Ganter, pasukan Kediri mengalami kekalahan dan Kertajaya terbunuh. Sejak
saat itu Kerajaan Kediri berakhir dan kedudukannya digantikan oleh Singasari.
b. Ekonomi
Perekonomian di Kediri bertumpu pada sektor pertanian dan perdagangan. Sebagai kerajaan
agraris, Kediri memiliki lahan pertanian yang baik di sekitar Sungai Brantas. Pertanian menghasilkan
banyak beras dan menjadikannya komoditas utama perdagangan. Sektor perdagangan Kediri
dikembangkan melalui jalur pelayaran Sungai Brantas. Selain beras, barang-barang yang
diperdagangkan di Kediri antara lian emas, perak, kayu cendana, rempah-rempah, dan pinang.
Berita dari pedagang Cina menyatakan :
- Kediri banyak menghasilkan beras
- Barang-baramg dagangan seperti emas, perak, kayu cendana, dll
- Pajak rakyat terdiri dari hasil bumi seperti beras dan kayu
c. Sosial-Budaya
Kehidupan budaya Kerajaan Kediri terutama dalam bidang sastra berkembang pesat. Pada masa
pemerintahan Jayabaya kitab Bharatayuda berhasil digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Pada
masa pemerintahan Kameswara muncul kitab Smaradhahana yang ditulis oleh Mpu Dharmaja serta
kirab Lubdaka dan Wertasancaya yang ditulis oleh Mpu Tanakung. Pada masa pemerintahan
Kertajaya terdapat Pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis kitab Sumansantaka dan Mpu
Triguna yang menulis kitab Kresnayana.
Berita Cina menyatakan kehidupan sosial masyarakat Kediri:
 Rakyat Kediri pada umumnya telah memiliki tempat tinggal yang baik
 Hukuman yang dilaksanakan ada 2 macam, yaitu hukuman denda dan hukuman mati (khusus
pencuri dan perampok)
 Kalau sakit, rakyat tidak mencari obat, tetapi cukup memuja para dewa
d. Masa Kemunduran
Pada masa pemerintahan Raja Kertajaya, keadaan Kediri menjadi tidak aman. Kestabilan
kerajaan menurun. Hal ini disebabkan Raja Kertajaya mempunyai maksud mengurangi hak-hak kaum
Brahmana. Hal ini ditentang oleh kaum Brahmana. Kedudukan kaum Brahmana di Kerajaan Kediri
semakin tidak aman.
Kaum Brahmana banyak yang lari dan minta bantuan ke Tumapel yang saat itu diperintah oleh
Ken Arok. Raja Kertajaya yang mengetahui bahwa kaum Brahmana banyak yang lari dan minta
bantuan ke Tumapel, mempersiapkan pasukkannya untuk menyerang Tumapel. Sementara itu, Ken
Arok dengan dukungan kaum Brahmana melakukan serangan ke Kerajaan Kediri. Kedua pasukan itu

Kerajaan-kerajaan Maritim Bercorak Hindu-Buddha | 9


Ria Enelia, S.Pd
bertemu di dekat Genter (1222 M). Dalam pertempuran itu pasukan Kediri berhasil dihancurkan. Raja
Kertajaya berhasil meloloskan diri.
Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan kerajaan Kediri. Akhirnya kerajaan Kediri menjadi
daerah bawahan Kerajaan Tumapel. Selanjutnya berdirilah Kerajaan Singasari dengan Ken Arok
sebagai raja pertama.

Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun
1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang. Kerajaan Singasari
merupakan kerajaan yang bercorak Buddha.
a. Politik
1. Ken Arok/Angkrok (1222-1227)
Ken Arok (Angkrok) ini merupakan pendiri Kerajaan Singasari dan Raja pertama. Ia telah
berhasil menggulingkan Kertajaya raja terakhir dari Kerajaan Kadiri. Dalam pararaton Ken Arok,
sebelum menjadi raja berkedudukan sebagai seorang akuwu di Tumapel pengganti Tunggul Ametung.
Pada akhirnya Ken Arok tertarik pada istri Tunggul Ametung yaitu Ken Dedes, sehingga ia
membunuhnya dengan menikamkan keris buatan Mpu Gandring. Dalam kitab Nagarakretagama Ken
Arok selaku raja bergelar Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra. Sedangkan dalam kitab Pararaton,
Ken Arok menyandang gelar Sri Rajasa Bhattara Sang Amurwabhuni.
Kepemimpinan Ken Arok tetap berorientasi pada kerakyatan yang setia pada janji, berwatak
tabah, kokoh, toleran dan senantiasa bersifat sosial. Berdasarkan dalam kitab Pararaton, Ken Arok
tewas di tangan putra Tunggul Ametung dan Ken Dedes. Ken Arok hanya memerintah selama lima
tahun (1222-1227) dan ia didharmakan dalam bangunan suci agama Siwa dan Budha. Sesudah Ken
Arok meninggal melalui keris buatan Mpu Gandring, Anusapati menjadi raja Singasari bergelar
Bhantara Anusapati.

2. Anusapati (1227-1248)
Dari pararaton dapat diketahui bahwa Anusapati bukanlah keturunan dari Ken Arok dengan Ken
Dedes melainkan keturunan dari Tunggul Ametung dengan Ken Dedes. Pada waktu Ken Dedes
diambil oleh Ken arok, Ken Dedes dalam kondisi hamil, berumur 3 bulan. Selang beberapa bulan,
lahirlah bayi tersebut yang diberi nama Anusapati. Setelah ia dewasa, ia mendengar bahwa ia
bukanlah anak dari Ken Arok dan ia mendengar tentang kematian ayah kandungnya. Dan akhirnya
Anusapati menuntut balas atas kematian ayahnya dengan membunuh Ken Arok.
Dalam pemerintahaannya Anusapati tidak melakukan pembaharuan, karena Anusapasti larut
dengan kesenangannya sendiri yakni menyabung ayam. Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya
terbongkar dan sampai juga ke Tohjoyo (putra Ken Arok dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui
bahwa Anusapati suka menyabung ayam, maka diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa (tempat
kediamanan Tohjoyo) untuk mengadakan pesta menyabung ayam. Pada saat Anusapati sedang asyik
menyaksikan aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut keris Empu Gandring yang
dibawanya dan langsung menusuk Anusapati. Dengan demikian meninggallah Anusapati dan
didharmakan di Candi Kidal.

3. Apanji Tohjaya (1248)


Tohjoyo memerintah Kerajaan Singasari tidak lama, sebab anak Anusapati yang bernama
Ranggawuni berusaha membalas kematian ayahnya. Dengan bantuan Mahesa Cempaka dan para
pengikutnya, Ranggawuni berhasil menggulingkan Tohjoyo dan kemudian menduduki singgasana.

4. Ranggawuni (1248-1254)
Ranggawuni naik takhta kerajaan Singasari pada tahun 1248 dengan gelar Sri Jaya Wisnuwardana
oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang diberi kedudukan sebagai Ratu
Angabhaya dengan gelar Narasinghamurti. Pemerintahan mereka membawa ketenteraman dan
kesejahteran rakyat. Pada tahun 1254, Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama

Kerajaan-kerajaan Maritim Bercorak Hindu-Buddha | 10


Ria Enelia, S.Pd
Kertanegara sebagai yuwaraja (raja muda) untuk mempersiapkannya menjadi raja di Kerajaan
Singasari. Pada tahun 1268 Wisnuwardha meninggal dunia dan didharmakan di Jajaghu atau
CandiJago sebagai Buddha Amogapasa dan di Candi Waleri sebagai Siwa.

5. Kertanagara (1254-1292)
Pada masa pemerintahan Kertanagara, Kerajaan Singasari mengalami masa keemasan. Stabilitas
yang dibangun sejak pemerintahan masa Ranggawuni ayah Kertanagara semakin dimapankannya.
Raja Kertanagara yang mempunyai gagasannya untuk menyatukan semua kerajaan yang ada di
wilayah Nusantara. Raja Kertanagara Singasari yang sangat terkenal dalam bidang politik dan
keagamaan. Dalam bidang keagamaan ia sangat dikenal sebagai seorang penganut agama Siwa dan
Budha. Agama Buddha yang dianutnya adalah agama Budha aliran Tantrayana.
Dalam bidang politik Raja Kertanagara melakukan perluasaan wilayah kekuasaan dan
pengaruhnya sampai ke luar jawa dengan mengadakan relasi persahabatan terhadap negara-negara
lain. Untuk merealisasikan cita-citanya ini, ia melancarkan ekspedisi-ekspedisinya ke luar Jawa.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Kertanagara dalam mewujudkan gagasan penyatuan
nusantara adalah sebagai mana berikut:
a) Melaksanakan ekspedisi ke Malayu (1275-1286) untuk menguasai Kerajaan Melayu serta
melemahkan posisi Sriwijaya di Selat Malaka. Pada tahun 1275 ia mengirim pasukan Ekspedisi
Pamalayu untuk menjadikan pulau Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi
ekspansi bangsa Mongol. Saat itu penguasa pulau Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya
(kelanjutan dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya tunduk dengan ditemukannya bukti arca
Amoghapasa yang dikirim Kertanagara sebagai tanda persahabatan kedua negara. Pada tahun
1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun 1289 Kaisar
Kubilai Khan mengirim utusan ke Singasari meminta agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol.
Namun permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara.
b) Politik perkawinan dan persahabatan. Dalam politik perkawinannya, Kertanagara mengawinkan
putrinya sendiri, Dewi Tapasi, dengan Raja Campa. Sebab, raja Campa merupakan benteng
pertama untuk membendung pengaruh Khubilai Khan. Sedangkan, usaha politik persahabatan
diawali dengan pengiriman sebuah Arca Amoghaapaca oleh raja Kertanagara ke Raja Melayu
untuk memperkokoh persahabatan dalam menghadapi kemungkinan serangan tentara Khubilai
Khan.
c) Menguasai Bali pada tahun 1284 M dan Jawa Barat tahun 1289 M.
d) Menguasai daerah Pahang (Malaya) dan Tanjung Pura (Kalimantan). Tujuan mengusai daerah
tesebut adalah:
 Menguasai lalu lintas perdagangan dan pelayaran di Laut Cina Selatan.
 Sebagai daerah pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan Cina-Mongol, serta
 Mengepung wilayah kekuasaan Sriwijaya.

b. Ekonomi
Pusat Kerajaan Singasari berada di Lembah Sungai Brantas dapat diduga bahwa rakyat Singasari
banyak menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian. Keadaan itu juga didukung oleh hasil
bumi yang melimpah sehingga menyebabkan Raja Kertanegara memperluas wilayah terutama
tempat-tempat yang strategis untuk lalu lintas perdagangan. Keberadaan Sungai Brantas dapat juga
digunakan sebagai sarana lalu lintas perdagangan dari wilayah pedalaman dengan dunia luar. Dengan
demikian, perdagangan juga menjadi andalan bagi pengembangan perekonomian Kerajaan Singasari.

c. Sosial-Budaya
Ken Arok menjadi akuwu di Tumapel, terjaminnya kehidupan sosial masyarakat Tumapel
mengakibatkan bergabungnya daerah-daerah yang berada di daerah sekitar Tumapel. Pada masa
pemerintahan Wisnuwardhana kehidupan masyarakat Singasari teratur, rakyat dapat hidup tentram
dan damai. Kertanegara juga berusaha menstabilkan keadaan didalam negeri kerajaan Singasari
dengan meningkatkan taraf kehidupan masyarakat.

Kerajaan-kerajaan Maritim Bercorak Hindu-Buddha | 11


Ria Enelia, S.Pd
Kehidupan kebudayaan masyarakat Singasari dapat diketahui dari peninggalan candi-candi dan
patung-patung yang berhasil dibangunnya. Candi, di antaranya Candi Kidal, Candi Jago dan Candi
Singasari. Patung, antara lain Patung Ken Dedes sebagai perwujudan dari Prajnyaparamita lambang
kesempurnaan ilmu, Patung Kertanegara dalam wujud patung Joko Dolog.
Kerajaan Singasari berkembang ajaran Tantrayana (Syiwa Buddha) dengan kitab suci Tantra.
Ajaran ini berkembang sejak periode pemerintahan Wisnuwardhana hingga Kertanegara. Bahkan,
saat Jayakatwang menyerang Singasari, tengah dilakukan upacara Tantrayana bersama mahamantri
bersama para pendeta.

d. Masa Kemunduran
Pada tahun 1292 dalam Kerajaan Singasari terjadi perubahan politik. Raja Jayakatwang
melakukan pemberontakan terhadap Kertanagara. Ia adalah raja Kadiri yang merupakan wilayah
bagian dari Kerajaan Singasari. Ditegaskan dalam kidung Harsa-Wijaya disebutkan bahwa raja
Jayakatwang sebagai abdi yang taat kepada atasannya (Kertanagara).
Jayakatwang membunuh Raja Kertanagara dikarenakan Aria Wiraraja menghasut dan
mempengaruhi Jayakatwang agar membuat perhitungan terhadap Kertanagara. Aria Wiraraja
melakukan hal tersebut dikarenakan ia tidak puas dengan kebijakan Kertanagara yang memindahkan
Wiraraja ke Sumenep sebagai adipati.
Aria Wiraraja mengetahui bahwa Jayakatwang menaruh dendam kepada Kertanagara, sebab
Kertajaya (Dandang Gendis) nenek moyangnya dikalahkan oleh Ken Arok nenek moyang
Kertanagara. Jayakatwang mengirimkan bala tentaranya ke Singasari saat pasukan Kertanagara
melakukan ekspansi ke luar Jawa. Akhirnya Kertanagara dan Kerajaan Singasari dapat dikalahkan
oleh pasukan Jayakatwang
Seperti yang disebutkan dalam kitab Pararaton dan Nagarakretagama bahwa Jayakatwang
melakukan serangan pada tahun 1292 menyerang Singasari dari dua arah, yaitu dari arah utara dan
selatan. Setibanya pasukan Jayakatwang di Istana Singasari, mereka mendapati raja Kertanagara
dengan patihnya sedang pesta mabuk-mabukkan. Pada saat itulah, pasukan Jayakatwang dengan
mudah membunuh raja Kertanagara. Sejak saat itulah kekuasaan Kertanagara jatuh ke tangan
Jayakatwang, dan menjadi tanda berakhirnya Kerajaan Singasari.
Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu terbesar di Indonesia, Raden Wijaya sebagai pendiri
Kerajaan Majapahit merupakan salah seorang pangeran dari Kerajaan Singasari yang berhasil meloloskan
diri ketika Jayakatwang dari Kediri menghancurkan Singasari. Majapahit didirikan pada tahun 1292 M
berawal didaerah tarik, sekitar muara Sungai Brantas Mojokerto Jawa Timur.
Faktor-faktor yang mendorong lahirnya Kerajaan Majapahit sebagai
kerajaan besar ialah sebagai berikut :
 Letak Majapahit secara geografis sangat baik, yaitu di tengah-tengah
wilayah Indonesia, sehingga mudah memainkan peran dalam menyatukan
Indonesia baik secara politik maupun ekonomi.
 Pusat kerajaan di tepi sungai besar yang mudah dilayari, sehingga hubungan dengan dunia luar
sangat mudah.
 Tanahnya subur dan banyak menghasilkan bahan-bahan ekspor, khususnya hasil pertanian
utamanya beras dan kacang-kacangan.
 Sebelum Majapahit telah adanya kerajaan-kerajaan Jawa Timur yang merintisnya, khususnya
Singasari di bawah Kertanegara. Gagasan Nusantara telah diperoleh dan pelaksanaannya sebagian
telah dilakukan.
 Timbulnya tokoh-tokoh negarawan seperti R. Wijaya, Hayam Wuruk, dan Patih Gajah Mada yang
melaksanakan gagasan Nusantara dengan "Sumpah Palapa"nya.
 Tidak ada lagi saingan kerajaan di Indonesia, Sriwijaya sudah makin lemah setelah serangan dari
Cholamandala; sedangkan Kediri makin lemah akibat siasat yang dilakukan oleh R. Wijaya.
 Di luar Indonesia tidak ada lagi kerajaan besar yang dapat menjadi penghalang. Kerajaan
Cholamandala di India dan dinasti Yuan di Cina terpecah-pecah setelah raja/kaisar besarnya
meninggal.

Kerajaan-kerajaan Maritim Bercorak Hindu-Buddha | 12


Ria Enelia, S.Pd
a. Politik
1. Raden Wijaya (1293-1309 M)
Raden Wijaya sempat memperistri ke empat putri Kertanegara, yaitu Tribhuwana,
Narendraduhita, prajnaparamita, dan Gayatri. Pada awal pemerintahannya terjadi pemberontakan-
pemberontakan yang dilakukan oleh teman-teman seperjuangan Raden Wijaya seperti, Sora,
Ranggalawe, dan Nambi. Pemberontakan-pemberontakan itu terjadi karena rasa tidak puas atas
jabatan-jabatan yang diberikan oleh raja. Akan tetapi, pemberontakan itu dapat dipadamkan.
2. Raja Jayanegara (1309-1328 M)
Jayanagara adalah raja yang lemah. Oleh karena itu, pada masa pemerintahannya terus
dirongrong oleh sejumlah pemberontakan. Pemberontakan Kuti merupakan pemberontakan yang
paling membahayakan dan hampir meruntuhkan kerajaan Majapahit. Jayanegara terpaksa mengungsi
ke desa Bedander. Berkat ketangkasan dan siasat Gajah Mada pemberontakan ini akhirnya dapat
ditumpas. Pada tahun 1328 M, Raja Jayanegara dibunuh oleh Tanca (seorang tabib kerajaan). Tanca
kemudian dibunuh oleh Gajah Mada. Peristiwa itu disebut Patanca. Jayanegara didharmakan di Candi
Srenggapura di Kapopongan.
3. Raja Tribhuwanatunggadewi (1328-1350 M)
Pada masa pemerintahannya, meletus pemberontakan Sadeng (1331 M). Nama Sadeng sendiri
adalah nama sebuah daerah yang terletak di Jawa Timur. Pemberontakan Sadeng dapat dipadamkan
oleh Gajah mada dan Adityawarman. Karena jasa dan kecakapannya, Gajah Mada diangkat menjadi
Patih Amangkubhumi Majapahit menggantikan Arya Tadah. Saat upacara pelantikan, Gajah Mada
mengucapkan sumpahnya yang terkenal dengan nama sumpah Palapa (Tan Amukti Palapa) yang
menyatakan bahwa Gajah Mada tidak akan hidup mewah sebelum Nusantara berhasil disatukan
dibawah panji Kerajaan Majapahit. Sejak saat itu, Gajah Mada menjadi pejabat pemerintahan
tertinggi sesudah raja. Ia mempunyai wewenang untuk menetapkan politik pemerintahan Majapahit.
4. Raja Hayam Wuruk (1350-1389 M)
Pada masa pemerintahannya, Gajah Mada tetap merupakan salah satu tiang utama kerajaan
Majapahit dalam mencapai kejayaannya. Bahkan Kerajaan Majapahit dapat disebut sebagai Kerajaan
nasional setelah Kerajaan Sriwijaya.
Hayam Wuruk adalah raja yang cakap dan didampingi oleh patih yang gagah berani. Pada masa
pemerintahan Raja Hayam Wuruk Majapahit mencapai puncak kejayaan. Wilayah kekuasaannya
hampir seluruh wilayah Nusantara. Bahkan, pengaruhnya sampai keluar Nusantara, yaitu sampai ke
Thailand (Campa), Indocina, dan Filipina Selatan.
Pada saat pemerintahan Raja Hayam Wuruk, ada satu daerah di Pulau Jawa yang belum tunduk
kepada Majapahit, yaitu Kerajaan Sunda di Jawa Barat. Kerajaan Sunda itu diperintah oleh Sri
Baduga Maharaja. Gajah Mada ingin menundukkan secara diplomatis dan kekeluargaan. Pada tahun
1357 Raja Hayam Wuruk bermaksud meminang putri Sri Baduga yang bernama Dyah Pitaloka untuk
dijadikan permaisuri. Lamaran itu diterimanya. Dyah Pitaloka dengan diantarkan oleh Sri Baduga
beserta prajuritnya berangkat ke Majapahit. Akan tetapi, ketika sampai di Bubat, Gajah Mada
menghentikan rombongan pengantin. Gajah Mada menghendaki agar putri Kerajaan Sunda itu
dipersembahkan kepada Hayam Wuruk sebagai tanda tunduk Raja Sunda kepada Majapahit. Tentu
saja maksud Gajah Mada itu ditentang oleh raja dan kaum bangsawan Sunda. Akibatnya, terjadilah
pertempuran sengit yang tidak seimbang. Sri Baduga beserta para pengikutnya gugur, Dyah Pitaloka
bunuh diri di tempat itu juga. Peristiwa itu terkenal dengan nama Perang Bubat.
b. Ekonomi
Majapahit merupakan negara agraris dan juga sebagai negara maritim. Kedudukan sebagai negara
agraris tampak dari letaknya di pedalaman dan dekat aliran sungai. Kedudukan sebagai negara
maritim tampak dari kesanggupan angkatan laut kerajaan itu untuk menanamkan pengaruh Majapahit
diseluruh Nusantara.
Kegiatan ekonomi yang dijalankan oleh rakyat dan pemerintah Kerajaan Majapahit adalah
sebagai berikut :

Kerajaan-kerajaan Maritim Bercorak Hindu-Buddha | 13


Ria Enelia, S.Pd
 Di Pulau Jawa dititikberatkan pada sektor pertanian rakyat yang banyak menghasilkan bahan
makanan.
 Di luar Jawa, terutama bagian timur (Maluku), dititikberatkan pada tanaman rempah-rempah dan
tanaman perdagangan lainnya.
 Di sepanjang sungai-sungai besar berkembang kegiatan perdagangan yang menghubungkan
daerah pantai dan pedalaman.
 Di kota-kota pelabuhan, seperti Tuban, Gresik, Sedayu, Ujung Galuh, Canggu, dan Surabaya,
dikembangkan perdagangan antarpulau dan dengan luar negeri, seperti Cina, Campa, dan India.
Dari kota-kota pelabuhan, pemerintah menerima bea cukai, sedangkan dari raja-raja daerah
pemerintah menerima pajak dan upeti dalam jumlah yang cukup besar.
c. Sosial-Budaya
Pada waktu tertentu diselenggarakan upacara Srada di ibu kota kerajaan dengan tujuan
menghormati arwah nenek moyang. Upacara Srrada yang paling besar diselenggarakan pada tahun
1362, yaitu pada saat memperingati 12 tahun meninggalnya Rajapatni atas perintah ibunda Raja
Tribuwanatunggadewi. Pada masa Kerajaan Majapahit berkembang agama Hindu Syiwa dan Buddha.
Kedua umat beragama itu memiliki toleransi yang besar sehingga tercipta kerukunan umat beragama
yang baik. Raja Hayam Wuruk beragama Syiwa, sedangkan Gajah Mada beragama Buddha. Namun,
mereka dapat bekerja sama dengan baik. Empu Tantular menyatakan bahwa kedua agama itu
merupakan satu kesatuan yang disebut Syiwa–Buddha. Hal itu ditegaskan lagi dalam kitab Sutasoma
dengan kalimat Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa. Artinya, walaupun beraneka
ragam, tetap dalam satu kesatuan, tidak ada agama yang mendua.
Pada masa Majapahit bidang seni budaya berkembang pesat, terutama seni sastra. Karya seni
sastra yang dihasilkan pada masa Majapahit, antara lain sebagai berikut.
 Kitab Negarakertagama karangan Empu Prapanca pada tahun 1365
 Kitab Sutasoma karangan Empu Tantular
 Kitab Arjunawijaya karangan Empu Tantular
 Kitab Kunjarakarna dan Parthayajna
Di samping seni sastra, seni bangunan juga berkembang pesat. Bermacammacam candi didirikan
dengan ciri khas Jawa Timur, yaitu dibuat dari bata, misalnya Candi Panataran, Candi Tigawangi,
Candi Surawana, Candi Jabung, dan Gapura Bajang Ratu.
d. Masa Kemunduran
Kemunduran Majapahit berawal sejak wafatnya Gajah Mada pada tahun 1364. Hayam Wuruk
tidak dapat memperoleh ganti yang secakap Gajah Mada. Jabatan-jabatan yang dipegang Gajah Mada
(semasa hidupnya, Gajah Mada memegang begitu banyak jabatan) diberikan kepada tiga orang.
Setelah Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389, Majapahit benar-benar mengalami kemunduran.
Masa sesudah Prabu Hayam Wuruk dan Gajah Mada merupakan masa kemunduran Kerajaan
Majapahit. Beberapa hal yang menyebabkan kemunduran Majapahit adalah sebagai berikut.
1) Tidak ada tokoh pengganti yang cakap dan berwibawa sesudah wafatnya Hayam Wuruk (1389)
dan Gajah Mada (1364).
2) Perang Paregreg (1401-1406) antara Bhre Wirabhumi dan Wikramawardhana telah melemahkan
Majapahit secara keseluruhan.
3) Banyak negeri bawahan Majapahit yang mencoba melepaskan diri.
4) Armada Cina dibawah pimpinan Laksamana Ceng-ho sering membuat kekacauan di wilayah laut
Majapahit.
5) Berkembangnya agama Islam di pesisir pantai utara Pulau Jawa telah mengurangi dukungan
terhadap Kerajaan Majapahit.
6) Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai
berkurang. Pada saat bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam,
yaitu Kesultanan Malaka.
7) Kekuatan Majapahit telah melemah akibat konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya kekuatan
kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa

Kerajaan-kerajaan Maritim Bercorak Hindu-Buddha | 14


Ria Enelia, S.Pd

Anda mungkin juga menyukai