Anda di halaman 1dari 16

Kerajaan Hindu-Budha

di Nusantara
Dyo Aji Pranata
2023131018
5 teori masuknya hindhu-budha
dinusantara

 Teori Ksatria: Menurut teori ksatria agama Hindu dibawa ke


Indonesia oleh kaum militer atau prajurit dan bangsawan yang
saat itu memegang kekuasaan di wilayah India. Teori ksatia
dikemukakan oleh C.C. Berg, Mookerji, dan J.L. Moens,teori ini
menyatakan agama Hindu dan Buddha dibawa oleh kaum
ksatria yang melalukan ekspedisi militer ke Indonesia.
 Teori Waisya : Teori ini menyatakan kalau agama Hindu Buddha
dibawa oleh pada pedagang India ke Indonesia. Agama Hindu
masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang India. Teori ini
dikemukakan oleh N.J. Krom, yang berpendapat bahwa agama
Hindu-Buddha masuk ke Indonesia dibawa oleh pedagang dari
India.Agama Hindu dan Buddha disebarkan dengan cara
pernikahan, hubungan dagang, atau interaksi dengan penduduk
setempat saat pedagang dari India dan bermukim di Nusantara  Teori Arus Balik : Teori yang dikemukakan oleh F.D.K Bosch
yang secara spesifik merujuk kepada Indonesia atau kepulauan menyatakan bahwa agama Hindu Buddha dibawa oleh orang
Indonesia di masa sekarang. Indonesia yang pergi belajar ke India dan ketika kembali dari
 Teori Brahmana: Teori brahmana pertama kali dikemukakan India, mereka menyebarkan agama Hindu Buddha ke Indonesia.
oleh Jc.Van Leur. Teori ini menyatakan bahwa agama Hindu  Teori Sudra : Teori sudra dikemukakan oleh van Faber. Teori ini
Buddha dibawa oleh kaum brahmana dengan dua cara, yaitu menjelaskan bahwa penyebaran agama dan kebudayaan Hindu
kaum brahmana dari India diundang raja-raja Indonesia dan Buddha di Indonesia diawali oleh para kaum sudra atau budak
kaum brahmana datang dari India bersama para pedagang ke yang bermigrasi ke wilayah Indonesia
Nusantara
Kerajaan Kutai

Fdokumen.com

• Raja pertama Kerajaan Kutai adalah Raja Kudungga Setelah Raja Kudungga mangkat, pemerintahan digantikan oleh
putranya yang bernama Aswawarman. Kerajaan Kutai mengalami masa Kejayaan pada saat pemerintahan berada pada
tangan Raja Mulawarman yang tak lain adalah putra dari Raja Aswawarwan.
• Agama yang dianut oleh Raja Mulawarman adalah agama Hindu aliran Syiwa, yang dapat diketahui dari salah satu
prasasti Yupa yang menyebutkan tempat dalam tanah yang sangat suci yang di beri nama Waprakeswara (tempat suci
untuk memuja Dewa Syiwa). Tempat ini selalu berhubungan dengan tiga dewa utama yaitu Brahmana, Wisnu, dan
Siwa.
Penemuan Prasasti
 Prasasti Yupa 1 (D.2a atau Muarakaman I) Yupa Muarakaman I berpahatkan 12
baris di salah satu sisinya. Prasasti Yupa pertama ini berisikan tentang silsilah Raja
Mulawarman. Di bagian awal prasasti disebutkan bahwa Sri Maharaja Kundungga
berputra Aswawarman memiliki tiga orang anak. Yang terkemuka di antara
ketiganya adalah Mulawarman, raja yang berperadaban baik, kuat, dan berkuasa.
 Prasasti Yupa 2 (D.2b atau Muarakaman II) Prasasti Muarakaman II terdiri dari 8
baris tulisan yang dipahat di sisi depan. Prasasti Muarakaman II adalah yupa yang
paling tinggi di antara 7 prasasti kerajaan Kutai. Prasasti Yupa II berisikan cerita Prasasti Yupa peninggalan Kerajaan
tentang Sri Mulawarman sebagai raja mulia dan terkemuka, telah memberikan Kutai.(Kemdikbud)
sedekah berupa 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.  Prasasti Yupa 5 (D.175 atau Muarakaman V)
 Prasasti Yupa 3 (D.2c atau Muarakaman III) Prasasti Muarakaman III terdiri dari 8 Prasasti Muarakaman V terdiri dari 4 baris tulisan
baris tulisan. Saat ini Prasasti Yupa Nomor Inventaris D.2c berada di lantai 1 gedung yang dipahat di bagian depan. Aksaranya masih
baru Museum Nasional, Jakarta. Isi Prasasti Muarakaman III menyebutkan tentang terbaca. Namun, terdapat bercak putih di salah
kebaikan budi dan kebesaran Raja Mulawarman. Ia dipuja sebagai raja besar yang satu aksaranya. Di bagian bawah prasasti, banyak
mulia. terdapat bercak coklat tua.
 Prasasti Yupa 4 (D.2d atau Muarakaman IV) Prasasti Muarakaman IV terdiri dari 11  Prasasti Yupa 7 (D.177 atau Muarakaman VII)
baris tulisan yang dipahat di bagian sisi depan. Hurufnya sudah tidak terbaca lagi Prasasti Muarakaman VII terdiri dari 8 baris tulisan
karena telah aus. Namun masih terlihat bekas kepala hurufnya. Di bagian bawah yang dipahatkan di sisi depan. Inskripsi dalam
prasasti banyak bercak putih, sedangkan di bagian belakang ada beberapa bercak prasasti ini menceritakan bahwa Raja Mulawarman
berwarna kekuningan dan putih. telah menaklukkan raja-raja lain. Yupa ketujuh ini
 Prasasti Yupa 5 (D.175 atau Muarakaman V) Prasasti Muarakaman V terdiri dari 4 memuat keterangan bahwa Mulawarman telah
baris tulisan yang dipahat di bagian depan. menaklukkan Raja Yudhistira (mirip nama putra
tertua Pandawa dalam epos Mahabharata).
Pemerintahan dan
Kehidupan Masyarakat
Kerajaan Kutai menganut
sistem pemerintahan monarki
absolut. Hal ini berarti
bahwa raja memiliki
kekuasaan mutlak dalam
mengambil keputusan politik,
sosial, dan agama.

Pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai memiliki sejarah


Kutai mengalami yang kuat akan kepercayaan Ketopong Sultan Kutai.(Gunawan Kartapranata)
zaman keemasan.Kutai terletak di animisme dan dinamisme serta
tepi sungai,sehingga Hindu sebagai agama pendatang.
masyarakatnya melakukan pertanian. Terbukti pada peninggalan Yupa
Selain itu,mereka banyak yang dianggap sebagai
yang melakukan perdagangan.Bahkan peninggalan masa megalitikum,
diperkirakan sudah terjadi menhir dan punden berundak.
hubungan dagang dengan luar.Jalur
perdagangan internasional
dari India melewati Selat
Makassar, Filipina,dan Cina.
Kerajaan Tarumanegara

Wilayah Tarumanegara(Gunawan Kartapranata)

Sejarah tertua yang berkaitan dengan pengendalian banjir dan sistem pengairan adalah pada masa Kerajaan Tarumanegara. Untuk
mengendalikan banjir dan usaha pertanian yang diduga di wilayah Jakarta saat ini, maka Raja Purnawarman menggali Sungai Candrab .
Purnawarman adalah raja terkenal di Tarumanegara. Kalau mengingat namanya Tarumanegara, dan kata taruma mungkin berkaitan
dengan kata tarum yang artinya nila. Kata tarum dipakai sebagai nama sebuah sungai di Jawa Barat, yakni Sungai Citaru.
Sumber sejarah Tarumanegara yang utama adalah beberapa prasasti yang telah ditemukan. Berkaitan dengan perkembangan
Kerajaan Tarumanegara, telah ditemukan tujuh buah prasasti. Prasasti – prasasti itu berhuruf pallawa dan berbahasa sangsekerta. Prasasti
itu adalah:
Penemuan Prasasti

Prasasti Tugu di Musium Nasional Prasasti Jambu di bukit pasir koleangkak Prasasti Muara Cianten di tepi sungai
Indonesia Jakarta Cisadane

Prasasti tersebut isinya


menerangkan penggalian Sungai Prasasti Jambu atau Prasasti Muara Cianten
Candrabaga oleh Rajadirajaguru Prasasti Pasir atau Prasasti Pasir
dan penggalian Sungai Gomati Kolengkak adalah Muara adalah salah
oleh Purnawarman pada tahun ke-
22 masa pemerintahannya. prasasti yang berasal satu prasasti
Penggalian sungai tersebut dari Kerajaan peninggalan Kerajaan
merupakan gagasan untuk Tarumanagara yang Tarumanagara.Prasasti
menghindari bencana alam berupa
banjir yang sering terjadi pada
ditemukan di daerah ini pertamakali
masa pemerintahan Purnawarman, perkebunan jambu kira- ditemukan oleh N.W.
dan kekeringan yang terjadi pada kira 30 km sebelah Hoepermans pada tahun
musim kemarau. barat Bogor. 1864.
Sistem Pemerintahan
sistem pemerintahan di kerajaan ini menganut sistem
monarki absolute yang mana dipimpin oleh seorang
raja yang memiliki otoritas penuh dalam menjalankan
pemerintahan.

Raja Purnawarman juga menetapkan berbagai aturan,


seperti hukum kerajaan, regulasi militer, strategi
perang, dan silsilah Dinasti Warman.

Saat memimpin, Purnawarman memperluas wilayah


kerajaan dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan di
sekitarnya. Wilayah Kerajaan Tarumanegara kala itu
hampir sebesar wilayah Jawa Barat sekarang.

Ilustrasi Raja Purnawarman


Kehidupan Masyarakat
Berdasarkan berita dari Fa-Hien,
di To-lo-mo (Tarumanegara) terdapat tiga agama, yakni
agama Hindu, agama Buddha dan kepercayaan animisme. Barang-
barang yang diperdagangkan adalah kulit
penyu, emas, perak, cula badak, dan gading gajah. Dituliskan
pula bahwa penduduk daerah itu pandai membuat minuman
keras yang terbuat dari bunga kelapa. Untuk memajukan bidang
pertanian, raja memerintahkan pembangunan irigasi dengan cara
menggali sebuah saluran sepanjang 6112 tumbak (±11 km).
Saluran itu disebut dengan Sungai Gomati.
Dituliskan pula bahwa penduduk daerah itu pandai membuat
minuman keras yang terbuat dari bunga kelapa. Rakyat
Tarumanegara hidup aman dan tenteram. Pertanian merupakan
mata pencaharian pokok. Di samping itu, perdagangan juga
berkembang. Kerajaan Tarumanegara mengadakan hubungan
dagang dengan Cina dan India.

Candi Jiwa
Kerajaan Kalingga
Ratu Sima adalah penguasa di Kerajaan Kalingga. Ia
digambarkan sebagai seorang pemimpin wanita yang tegas dan taat
terhadap peraturan yang berlaku dalam kerajaan itu. Kerajaan Kalingga
atau Holing, diperkirakan terletak di Jawa bagian tengah.
Nama Kalingga berasal dari Kalinga, nama sebuah kerajaan di India
Selatan.
Sumber utama mengenai Kerajaan Kalingga adalah berita Cina, misalnya
berita dari Dinasti T’ang. Sumber lain adalah Prasasti Tuk Mas di lereng
Gunung Merbabu. Melalui berita Cina, banyak hal yang kita ketahui
tentang perkembangan Kerajaan Kalingga dan kehidupan masyarakatnya.
Kerajaan Kalingga berkembang kira-kira
abad ke-7 sampai ke-9 M.

Wilayah Kerajaan Kalingga(Gunawan Kartapranata)


Penemuan Prasasti
Prasasti Tuk Mas, yang juga disebut Prasasti Dakawu, adalah
sebuah prasasti yang dipahatkan pada batu alam besar yang
berdiri di dekat suatu mata air, yang ditemukan di lereng barat
Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak,
Kecamatan Grabag, Magelang.

Berikut alih aksara teks prasasti menurut Drs. Boechari:


 (Mata air) yang airnya jernih dan dingin ini dan yang keluar
 Dari batu atau pasir ke tempat yang banyak bunganya
tunjung putih
 Serta mengalir ke sana –sini4. Setelah menjadi satu lalu
mengalir seperti sungai Gangga

Prasasti Tukmas adalah salah satu peninggalan sejarah dari Wangsa


Syailendra.(Kemdikbud)
Sistem Pemerintahan
Raja yang paling terkenal
pada masa Kerajaan
Kalingga adalah seorang raja
wanita yang bernama
Ratu Sima. Ia memerintah
sekitar tahun 674 M. Ia
dikenal sebagai raja yang Ratu Shima yang disebut-
tegas, jujur, dan sangat sebut beragama Hindu aliran
bijaksana. Siwa dikenal sebagai seorang
yang sangat toleran.Pada
masanya, keluarga, pejabat
kerajaan, hingga rakyat
diberi kebebasan untuk
memeluk agama apa pun yang
diinginkan
Aturan Ratu Shima yang
paling dikenal adalah bahwa
siapa pun yang ketahuan
mencuri akan dipotong
tangannya.

Ratu Sima
Kehidupan Masyarakat

Agama utama yang dianut oleh penduduk Kalingga


pada umumnya adalah Buddha. Agama Buddha berkembang
pesat. Bahkan pendeta Cina yang bernama Hwi-ning datang
di Kalingga dan tinggal selama tiga tahun. Selama di Kalingga,
ia menerjemahkan kitab suci agama Buddha Hinayana ke
dalam bahasa Cina. Dalam usaha menerjemahkan kitab itu
Hwi-ning dibantu oleh seorang pendeta bernama Janabadra.
Kepemimpinan raja yang adil, menjadikan rakyat hidup
teratur, aman,dan tenteram. Mata pencaharian penduduk
pada umumnya adalah bertani, karena wilayah Kalingga subur
untuk pertanian. Di samping itu, penduduk juga melakukan
perdagangan.

Candi Bubrah.(Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)


Kerajaan Sriwijaya
Pada tahun 692 M, Sriwijaya mengadakan ekspansi ke daerah
sekitar Melayu. Melayu dapat ditaklukkan dan berada dibawah kekuasaan
Sriwijaya. Letak pusat Kerajaan Sriwijaya ada berbagai pendapat. Ada
yang berpendapat bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya di Palembang, ada yang
berpendapat di Jambi, bahkan ada yang berpendapat di luar Indonesia.
Akan tetapi, pendapat yang banyak didukung oleh para ahli, pusat
Kerajaan Sriwijaya berlokasi di Palembang, di dekat pantai dan di tepi
Sungai Musi. Ketika pusat Kerajaan Sriwijaya di Palembang mulai
menunjukkan kemunduran, Sriwijaya berpindah ke Jambi. Sumber sejarah
Kerajaan Sriwijaya yang penting adalah prasasti. Prasasti-prasasti itu
ditulis dengan huruf Pallawa. Bahasa yang dipakai Melayu Kuno.
Beberapa prasasti itu antara lain sebagai berikut.
Penemuan Prasasti

Arca Buddha yang ditemukan di Situs Bukit Siguntang ini


digambarkan dalam sikap berdiri. Rambutnya digambarkan ikal-
ikal kecil menutupi seluruh bagian kepala dan di bagian tengah
atas terdapat semacam sangul berbentuk bulat dan kecil (usnīsa).
Pakaian yang dikenakan adalah semacam jubah panjang,
bergaris-garis. Pakaian tersebut menutup kedua bahunya.

Arca buddha yang ditemukan di situs Bukit Seguntang, kini disimpan


di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang.
Pemerintahan dan
Kehidupan Masyarakat

Dari berbagai prasasti yang ditemukan, bentuk pemerintahan


Kerajaan Sriwijaya adalah kedatuan yang berarti tempat berkumpul
para datu. Datu sendiri adalah orang yang dihormati atau sesepuh.
Sistem kedatuan ini menggambarkan Kerajaan Sriwijaya yang terdiri
dari mandala (provinsi).
Kehidupan beragama di Sriwijaya sangat semarak. Bahkan
Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha Mahayana di seluruh
wilayah Asia Tenggara. Diceritakan oleh I-tsing, bahwa di
Sriwijaya tinggal ribuan pendeta dan pelajar agama Buddha.
Raja yang terkenal dari Kerajaan Sriwijaya adalah Raja Balaputradewa
Balaputradewa. Ia memerintah sekitar abad ke-9 M. Pada masa
pemerintahannya, Sriwijaya berkembang pesat dan mencapai zaman
keemasan. Balaputradewa adalah keturunan dari Dinasti Syailendra,
yakni putra dari Raja Samaratungga dengan Dewi Tara dari Sriwijaya.
Hal tersebut diterangkan dalam Prasasti Nalanda. Balaputradewa
adalah seorang raja yang besar di Sriwijaya.

Anda mungkin juga menyukai