di Nusantara
Dyo Aji Pranata
2023131018
5 teori masuknya hindhu-budha
dinusantara
Fdokumen.com
• Raja pertama Kerajaan Kutai adalah Raja Kudungga Setelah Raja Kudungga mangkat, pemerintahan digantikan oleh
putranya yang bernama Aswawarman. Kerajaan Kutai mengalami masa Kejayaan pada saat pemerintahan berada pada
tangan Raja Mulawarman yang tak lain adalah putra dari Raja Aswawarwan.
• Agama yang dianut oleh Raja Mulawarman adalah agama Hindu aliran Syiwa, yang dapat diketahui dari salah satu
prasasti Yupa yang menyebutkan tempat dalam tanah yang sangat suci yang di beri nama Waprakeswara (tempat suci
untuk memuja Dewa Syiwa). Tempat ini selalu berhubungan dengan tiga dewa utama yaitu Brahmana, Wisnu, dan
Siwa.
Penemuan Prasasti
Prasasti Yupa 1 (D.2a atau Muarakaman I) Yupa Muarakaman I berpahatkan 12
baris di salah satu sisinya. Prasasti Yupa pertama ini berisikan tentang silsilah Raja
Mulawarman. Di bagian awal prasasti disebutkan bahwa Sri Maharaja Kundungga
berputra Aswawarman memiliki tiga orang anak. Yang terkemuka di antara
ketiganya adalah Mulawarman, raja yang berperadaban baik, kuat, dan berkuasa.
Prasasti Yupa 2 (D.2b atau Muarakaman II) Prasasti Muarakaman II terdiri dari 8
baris tulisan yang dipahat di sisi depan. Prasasti Muarakaman II adalah yupa yang
paling tinggi di antara 7 prasasti kerajaan Kutai. Prasasti Yupa II berisikan cerita Prasasti Yupa peninggalan Kerajaan
tentang Sri Mulawarman sebagai raja mulia dan terkemuka, telah memberikan Kutai.(Kemdikbud)
sedekah berupa 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana. Prasasti Yupa 5 (D.175 atau Muarakaman V)
Prasasti Yupa 3 (D.2c atau Muarakaman III) Prasasti Muarakaman III terdiri dari 8 Prasasti Muarakaman V terdiri dari 4 baris tulisan
baris tulisan. Saat ini Prasasti Yupa Nomor Inventaris D.2c berada di lantai 1 gedung yang dipahat di bagian depan. Aksaranya masih
baru Museum Nasional, Jakarta. Isi Prasasti Muarakaman III menyebutkan tentang terbaca. Namun, terdapat bercak putih di salah
kebaikan budi dan kebesaran Raja Mulawarman. Ia dipuja sebagai raja besar yang satu aksaranya. Di bagian bawah prasasti, banyak
mulia. terdapat bercak coklat tua.
Prasasti Yupa 4 (D.2d atau Muarakaman IV) Prasasti Muarakaman IV terdiri dari 11 Prasasti Yupa 7 (D.177 atau Muarakaman VII)
baris tulisan yang dipahat di bagian sisi depan. Hurufnya sudah tidak terbaca lagi Prasasti Muarakaman VII terdiri dari 8 baris tulisan
karena telah aus. Namun masih terlihat bekas kepala hurufnya. Di bagian bawah yang dipahatkan di sisi depan. Inskripsi dalam
prasasti banyak bercak putih, sedangkan di bagian belakang ada beberapa bercak prasasti ini menceritakan bahwa Raja Mulawarman
berwarna kekuningan dan putih. telah menaklukkan raja-raja lain. Yupa ketujuh ini
Prasasti Yupa 5 (D.175 atau Muarakaman V) Prasasti Muarakaman V terdiri dari 4 memuat keterangan bahwa Mulawarman telah
baris tulisan yang dipahat di bagian depan. menaklukkan Raja Yudhistira (mirip nama putra
tertua Pandawa dalam epos Mahabharata).
Pemerintahan dan
Kehidupan Masyarakat
Kerajaan Kutai menganut
sistem pemerintahan monarki
absolut. Hal ini berarti
bahwa raja memiliki
kekuasaan mutlak dalam
mengambil keputusan politik,
sosial, dan agama.
Sejarah tertua yang berkaitan dengan pengendalian banjir dan sistem pengairan adalah pada masa Kerajaan Tarumanegara. Untuk
mengendalikan banjir dan usaha pertanian yang diduga di wilayah Jakarta saat ini, maka Raja Purnawarman menggali Sungai Candrab .
Purnawarman adalah raja terkenal di Tarumanegara. Kalau mengingat namanya Tarumanegara, dan kata taruma mungkin berkaitan
dengan kata tarum yang artinya nila. Kata tarum dipakai sebagai nama sebuah sungai di Jawa Barat, yakni Sungai Citaru.
Sumber sejarah Tarumanegara yang utama adalah beberapa prasasti yang telah ditemukan. Berkaitan dengan perkembangan
Kerajaan Tarumanegara, telah ditemukan tujuh buah prasasti. Prasasti – prasasti itu berhuruf pallawa dan berbahasa sangsekerta. Prasasti
itu adalah:
Penemuan Prasasti
Prasasti Tugu di Musium Nasional Prasasti Jambu di bukit pasir koleangkak Prasasti Muara Cianten di tepi sungai
Indonesia Jakarta Cisadane
Candi Jiwa
Kerajaan Kalingga
Ratu Sima adalah penguasa di Kerajaan Kalingga. Ia
digambarkan sebagai seorang pemimpin wanita yang tegas dan taat
terhadap peraturan yang berlaku dalam kerajaan itu. Kerajaan Kalingga
atau Holing, diperkirakan terletak di Jawa bagian tengah.
Nama Kalingga berasal dari Kalinga, nama sebuah kerajaan di India
Selatan.
Sumber utama mengenai Kerajaan Kalingga adalah berita Cina, misalnya
berita dari Dinasti T’ang. Sumber lain adalah Prasasti Tuk Mas di lereng
Gunung Merbabu. Melalui berita Cina, banyak hal yang kita ketahui
tentang perkembangan Kerajaan Kalingga dan kehidupan masyarakatnya.
Kerajaan Kalingga berkembang kira-kira
abad ke-7 sampai ke-9 M.
Ratu Sima
Kehidupan Masyarakat