Anda di halaman 1dari 16

Perkembangan Kebudayaan Awal di Indonesia Berdasarkan

Periodesasi Pra-aksara Arkeologi

SEJARAH PEMINATAN

KELAS X.IPS

SMA N 1 SIKABAU
KD. 3.10 Menganalisis kehidupan awal manusia Indonesia dalam aspek
kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi serta
pengaruhnya dalam kehidupan masa kini
Indikator :
3.10.1 Mendeskripsikan Kehidupan Manusia Praaksara Indonesia zaman batu
3.10.2 Mendeskripsikan Kehidupan Manusia Praaksara Indonesia zaman logam
3.10.3 Mendeskripsikan Corak Kehidupan Masyarakat Indonesia (berburu dan
mengumpulkan makanan, bercocok tanam, dan perundagian)
3.10.4 Mendeskripsikan hubungan kebudyaan Hoabin, Bacson, Dongson, dan
Sa-hyun pada masyarakat awal di Indonesia

Perkembangan kebudayaan awal masyarakat Indonesia

PETA KONSEP:
Periodesasi perkembangan kebudayaan masyarakat awal Indonesia menurut Arkeologi

Hasil-hasil dan nilai- nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia | 2


Ria Enelia, S.Pd
ZAMAN BATU
Pada zaman prasejarah ini, sebagaimana telah kita ketahui alat yang dipergunakan oleh
manusia purba untuk membantu kehidupannya terbuat dari batu. Sesuai dengan perkembangan
kemampuan otaknya, maka alat-alat yang dihasilkan melewati tahap-tahap tertentu. Dari yang
paling kasar, sampai ke alat-alat batu yang halus buatannya. Tahap perkembangan ini tentunya
melewati waktu berjuta-juta tahun lamanya.

Zaman batu tua (Paleolitikum diperkirakan berlangsung selama masa Kala Plestosen kira-kira
600.000 tahun yang lalu. Pada zaman batu tua, alat-alat budaya yang ditemukan terbuat dari batu
yang dibuat dengan sangat kasar serta sederhana. Cara pembuatannya hanya dibentur-benturkan
antara batu yang satu dengan lainnya. Alat-alat budaya dari zaman batu ini banyak ditemukan di
pulau Jawa. Alat-alat budaya yang ditemukan terbuat dari batu yang dibuat dengan kasar serta
sederhana. Kehidupan masih berpindah-pindah (nomaden) serta mencari makan dengan meramu
dan berburu. Berdasarkan tempat penemuannya, hasil kebudayaan zaman batu tua dibagi menjadi
dua yaitu:

a) Kebudayaan Pacitan

Tahun 1935 Von koenigswald mengadakan penggalian di kali Baksoko, desa Punung, Pacitan,
Jawa Timur dan menemukan alat-alat dari batu berupa kapak genggam, kapak perimbas, kapak
penetak, pahat genggam. Disamping itu, dikomplek kebudayaan Pacitan banyak ditemukan alat-
alat yang berukuran lebih kecil yang dinamakan flakes (alat serpih). Alat-alat batu yang
ditemukan bentuknya masih kasar. Diperkirakaan alat ini berfungsi sebagai penusuk atau
penggali tanah sewaktu mencari ubi, alat ini disebut kapak genggam. Manusia pendukung
kebudayaan pacitan diperkirakan jenis Megantropus Paleojavanicus, Pithecantropus Robustus,
Pithecantropus Mojokertensis, dan Pithecantropus Erectus.

b) Kebudayaan Ngandong
Kebudayaan Ngandong merupakan kebudayaan dasar penemuan alat-alat di daerah
Ngandong, dekat Ngawi Madiun ditemukan oleh Ter Haar dab Oppenoorth (1931) dan Von
Rietschoten (1934). Didaerah ini banyak ditemukan alat-alat dari tulang (tulang binatang atau
tanduk rusa). Alat ini digunakan sebagai penusuk atau belati. Manusia pendukung kebudayaan
kebudayaan Ngandong Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
Bagaimanakah ciri-ciri kehidupan masyarakat zaman
Paleolithikum? Jelaskan !
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
Hasil-hasil dan nilai- nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia | 3
…………………………………………………………….. Ria Enelia, S.Pd
Zaman batu tengah (mesolitikum) berlangsung pada zaman Kala Holosen.Pada zaman batu
tengah, alat-alat batu dari zaman batu tua masih terus digunakan dan telah mendapatkan pengaruh
dari wilayah Asia daratan. Manusia pada masa ini telah mampu membuat gerabah yang dibuat
dari tanah liat yang dibakar. Salah satu ciri khas kebudayaan batu tengah ialah adanya sampah-
sampah dapur dari kulit kerang (Kjokkenmoddinger) yang banyak ditemukan disepanjang pesisir
pantai timur Sumatra. Ciri khas lain adalah adanya kehidupan digua-gua (abris souch roche)
didaerah pedalaman Jawa, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan lokasi
penyebarannya kebudayaan batu madya meliputi tiga jenis:

1. Kebudayaan kapak genggam Sumatra (Pabble Culture)


Pada tahun 1925, arkeolog bernama P.V. Van Callenfels mengadakan penelitian
disepanjang pesisir pantai Sumatra timur laut antara Langsa (Aceh) dan Medan, menemukan
tumpukkan kulit kerang yang telah membatu dan tingginya mencapai tujuh meter atau disebut
(Kjokkenmoddinger). Selain itu, dia juga menemukan beberapa peralatan manusia purba
lainnya, seperti:
 Pabble (kapak genggam Sumatra)
Pabble hanya ditemukan di Sumatra dan bentuknya berbeda dengan Chopper (kapak
genggam) yang ditemukan di Pacitan. Selain itu ditemukan pula kapak pendek atau hache
courte yang dibuat dengan cara memecahkan batu dikedua sisi lengkungnya.
 Pipisan (batu penggiling beserta landasannya)
Fungsi benda ini diperkirakan untuk menghaluskan bahan cat merah sebagaimana terdapat
pada bekas-bekasnya. Menurut ahli penggunaan cat merah ini ada kaitannya dengan
kepercayaan ilmu sihir karena warna merah adalah warna darah yang meruakan tanda
kehidupan. Selanjutnya cat merah itu dibubuhkan dibadan hingga merata dan orang yang
memakainya diyakini akan bertambah kekuatan fisiknya.
 Alu, lesung batu dan pisau batu

2. Kebudayaan Tulang Sampung (Sampung Bone Culture)


Alat-alat dari batu dan tulang zaman batu madya banyak ditemukan pula di abris sous
roche (gua-gua yang digunakan sebagai tempat tinggal). Pada tahun 1928 sampai 1931, Van
Stein Callenfels pernah mengadakan penelitian di gua Lawa, Sampung Ponorogo Jawa timur.
Berdasarkan penelitian tersebut ditemukan alat-alat dari tulang serta tanduk rusa karena hasil
penemuan didaerah Sampung sebagian besar berupa alat-alat dari tulang maka hasil
kebudayaannya dinamakan kebudayaan tulang Sampung (Sampung Bone Culture).

3. Kebudayaan Toala (Flakes Culture)


Pada tahun 1893 sampai 1896 Fritz Sarasin dan Paul Sarasin melakukan penelitian di gua-
gua (abris sous roche) didaerah Lumacong, Sulawesi Selatan yang pada saat itu masih didiami
suku bangsa Toala. Dalam penelitian tersebut mereka menemukan alat-alat serpih (flakes),
mata panah bergerigi, dan alat-alat dari tulang. Pada penlitian gua-gua diwilayah Maros, Bone
dan Banteng (Sulawesi Selatan) juga ditemukan alat-alat serpih dan batu penggiling, gerabah,
dan kapak Sumatra (Pabble). Ciri khas kebudayaan Toala adalah flakes bergerigi.

Hasil-hasil dan nilai- nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia | 4


Ria Enelia, S.Pd
Bagaimanakah ciri-ciri kehidupan masyarakat zaman
Mesolithikum? Jelaskan !
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………..

Perkembangan kebudayaan zaman batu muda (Neolitikum) sudah sangat maju jika
dibandingkan dengan masa sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya migrasi secara bergelombang
bangsa Proto Melayu dari wilayah Yunan di Cina Selatan ke wilayah Asia Tenggara termasuk ke
Indonesia. Para pendatang tersebut membawa kebudayaan kapak persegi dan kapak lonjong serta
menyebarkannya kedaerah-daerah yang dituju. Kedua kebudayaan itu akhirnya menjadi ciri khas
kebudayaan zaman neolitikum. Pada masa ini muncul ketrampilan mengasah benda-benda hingga
halus.
Kebudayaan ini meliputi :
1. Kebudayaan kapak persegi
Kapak persegi berbentuk persegi panjang atau trapesium. Kapak persegi ditemukan di
Sumatra, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa tenggara, Maluku dan Kalimantan. Kapak-kapak persegi
itu terbuat dari batu-batu chalcedon yang sangat halus. Para arkeolog memperkirakan bahwa
benda-benda tersebut kemungkinan dibuat sebagai lamabang kebesaran, jimat, alat upacara.

2. Kebudayaan kapak lonjong


Kapak lonjong yang berukuran besar dinamakan Walzenbeil, sedangkan kapak yang
berukuran kecil disebut Kleinbeil. Daerah penyebaran kapak lonjong sebagian besar
ditemukan di Papua.Didaerah lainnya kapak lonjong jua ditemukan di Sulawesi , Flores,
Maluku, dll.
Selain kapak persegi dan kapak lonjong, ditemukan pula alat-alat lain seperti perhiasan dan
tembikar. Perhiasan terutama ditemukan di Pulau Jawa dalam jumlah yang cukup besar. Alat-alat
berbentu perhiasan seperti kalung dan gelang yang terbuat dari batu-batu indah. Sedangkan
tembikar pada zaman ini memegang perann penting terutama sebagai alat penampung. Selain
untuk keperluan sehari-hari juga ada jenis tembikar yang dipergunakan untuk alat-alat upacara
yang dibuat indah.

Hasil-hasil dan nilai- nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia | 5


Ria Enelia, S.Pd
Bagaimanakah ciri-ciri kehidupan masyarakat zaman Neolithikum?
Jelaskan !
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………..

Istilah megalithikum berasal dari bahasa Yunani, mega berarti besar dan lithos artinya batu.
Jadi, megalithikum artinya batu-batu besar yang ada pada saat masa / zaman dari praaksara.
Manusia praaksara menggunakan batu berukuran besar untuk membuat bangunan-bangunan yang
berfungsi sebagai tempat pemujaan kepada roh-roh nenek moyang. Bangunan kebudayaan ini
didirikan untuk kepentingan penghormatan dan pemujaan, dengan demikian bangunan
kebudayaan megalithikum berkaitan erat dengan kepercayaan yang dianut masyarakat pra aksara
pada saat itu. Bangunan kebudayaan megalithikum tersebar di seluruh Indonesia. Berikut
beberapa bangunan megalithikum.
a) Menhir
Menhir adalah tiang atau tugu batu yang terbuat dari batu tunggal dan di tempatkan pada suatu
tempat. Menhir ditemukan di Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan. Fungsi
Menhir :
 Sebagai sarana pemujaan terhadap arwah nenek moyang
 Sebagai tempat memperingati seseorang (kepala suku) yang telah meninggal
 Sebagai media penghubung dengan roh nenek moyang.

b) Punden Berundak-rundak
Punden berundak-undak merupakan peninggalan dari kebudayaan yang biasanya digunakan
sebagai tempat pemujaan. Bangunan masa ini dibuat dengan menyusun batu secara bertingkat,
menyerupai candi. Punden berundak ditemukan di daerah Lebak Sibeduk, Banten Selatan.

Hasil-hasil dan nilai- nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia | 6


Ria Enelia, S.Pd
c) Dolmen
Dolmen adalah peninggalan zaman pada kebudayaan berupa meja batu tempat menaruh
sesaji, tempat penghormatan kepada roh nenek moyang, dan tempat meletakan jenazah. Daerah
penemuannya adalah Bondowoso, Jawa Timur.

d) Wagura
Waruga adalah peti jenazah kecil yang berbentuk kubus dan ditutup batu lain yang
mempunyai bentuk seperti atap rumah. Waruga banyak ditemukan di daerah Minahasa

e) Sarkofagus
Sarkofagus adalah salah satu peninggalan jaman megalithikum yang berfungsi sebagai
keranda dari batu besar berbentuk lesung atau palung dengan tutup di atasnya. Fungsi sarkofagus
pada jamannya adalah sebagai kubur batu atau dolmen. Sarkopagus banyak ditemukan di Bali.

f) Arca Megalitik
Arca adalah peninggalan dari kebudayaan berupa patung terbuat dari batu utuh, ada yang
menyerupai manusia, kepala manusia, dan hewan. Arca banyak ditemukan di Sumatera Selatan,
Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

1. Bagaimanakah ciri-ciri kehidupan masyarakat zaman


Megalithikum? Jelaskan !
2. Carilah informasi mengenai budaya atau tradisi megalitik di
Indonesia yang masih dipertahankan hingga saat ini oleh
masyarakat. Buatlah deskripsi singkat mengenai tradisi
tersebut!

Hasil-hasil dan nilai- nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia | 7


Ria Enelia, S.Pd
ZAMAN LOGAM
Kebudayaan perunggu di Indonesia diperkirakan berasal dari daerah bernama Dongson di
Tonkin, Vietnam. Kebudayaan Dongson datang ke Indonesia kira-kira abad ke 500 SM di bawa
oleh manusia sub ras Deutro Melayu (Melayu Muda) yang mengembara ke wilayah Indonesia.
Kemajuan teknologi pada zaman logam terjadi dengan beberapa penemuan teknik kerajinan yaitu
teknik Bivalve dan A Cire Perdue.
Teknik Bivalve menggunakan dua cetakan yang dirapatkan. Terdapat lubang yang berfungsi
untuk menuangkan logam cair ke dalam cetakan, yang dibuka ketika perunggu sudah dingin.
Sedangkan teknik A Cire Perdue diawali dengan pembuatan bentuk benda logam yang diinginkan
menggunakan lilin yang berisi tanah liat. Lilin ini kemudian dihias dengan berbagai pola sebelum
menuangkan perunggu cair ke dalam lubang, dimana cetakan ini hanya bisa digunakan sebanyak
satu kali saja. Teknik peleburan perunggu didapatkan dari kebuda yaan Dong Son di Tonkin,
Vietnam. Hasil-hasil kebudayaan zaman logam, antara lain.
a) Kapak Corong dan Candrasa
Kapak corong bentuk bagian tajamnya seperti kapak batu, hanya bagian tangkainya berbentuk
corong. Ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan, pulau Selayar
dan Irian dekat danau Sentani. Bentuknya beragam.
Candrasa adalah kapak corong yang panjang satu sisinya. Candrasa yang terang dan indah
tidak dipergunakan sebagai perkakas, hanya dipergunakan sebagai tanda kebesaran dan alat
upacara. Ditemukan di Bandung, Yogyakarta dan pulau Roti

b) Nekara dan Moko


Nekara adalah tambur besar yang berbentuk seperti dandang yang terbalik. Digunakan sebagai
salah satu alat dalam upacara untuk mendatangkan hujan, memanggil roh nenek moyang, dipakai
sebagai genderang perang. Benda kebudayaan ini banyak ditemukan di Bali, Nusatenggara,
Maluku, Selayar, dan Irian. Moko adalah digunakan sebagai alat pusaka atau sebagai mas kawin.
c) Bejana Perunggu
Bejana Perunggu; bentuknya seperti periuk, langsing dan gepeng. Di temukan di tepi danau
Kerinci dan di Madura. Keduanya mempunyai hiasan yang sangat indah berupa gambar-gambar
geometris dan pilin-pilin yang mirip huruf “ J “. Bejana di Madura dihiasi dengan gambar burung
merak dan rusa dalam kotak-kotak segi tiga.
Bagaimanakah ciri-ciri kehidupan masyarakat zaman Logam?
Jelaskan !
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………..

Hasil-hasil dan nilai- nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia | 8


Ria Enelia, S.Pd
Kebudayaan Hoabin, Bacson, Dongson, dan Sa-hyun pada masyarakat
awal di Indonesia
1. Pengaruh Kebudayaan Bachson Hoabinh
Kebudayaan Bacson Hoabinh adalah Kebudayaan yang ditemukan dalam goa- goa
(Abris sous roche) dan bukit-bukit kerang (Kjokkenmodinger) di Indo-Cina, sailan, Malaya,
sumatera. Alat-alat budayanya terbuat dari batu kali (obsidian).
Pengaruhnya di Indonesia: Di Indonesia berkembang budaya batu (zaman mesolithikum)
yang khas, yaitu pada satu atau kedua permukaan alat batu itu terdapat bekas pangkasan dan
penyerpihan yang dapat dikepal.
Jenis peralatan kehidupan yang terdapat dalam sampah dapur (Kjokkenmedinger) adalah:
 Pebble, jenis kapak genggam yang sering disebut kapak sumatera, karena banyak
ditemukan di sumatera
 Kapak pendek (hache courte) yang berbentuk bulat dan panjang, ditemukan di goa
lawa, Ponorogo Madiun
 Batu gilingan (pipisan) yang kecil berfungsi untuk melembutkan benda (menggiling)
atau melumatkan pewarnaan untuk lukisan sedangkan batu gilingan yang besar
berfungsi untuk menghaluskan makanan.
 Kesenian, berupa lukisan pada kapak, lukisan babi hutan dan panah (goa leang,
Sulawesi), dan lukisan cap telapak tangan, lukisan itu berwarna erah mungkin dari
bata merah.

2. Pengaruh Kebudayaan dongson


Kebudayaan Dongson adalah Kebudayaan perunggu Asia Tenggara, dinamakan dongson
karena menuruti nama tempat penemuan pertama kali di daerah dongson (Vietnam) dan
Tonkin (Yunan, Cina selatan). Pendukung dan penyebar kebudayaan ini adalah bangsa
Melayu Muda (Deutro Melayu).
Pengaruhnya di Indonesia: Di Indonesia berkembang budaya logam (zaman logam) budaya
logam tidak saja dibawa dari Asia tenggara tetapi sudah ada yang dibuat di Indonesia,
buktinya ditemukan cetakkan nekara di Bali.
Jenis peralatan kehidupan dan kebudayaan
- Nekara
- kapak corong
- Candrasa
- Bejana perunggu
- manik-manik
- Perhiasan
Kepandaian bercocok tanam, membuat perahu bercadik, astronomi dan kepercayaan bersifat
animisme dan dinamisme.

3. Pengaruh kebudayaan Sa Huynh


Budaya Sa Huynh di Vietnam Selatan didukung oleh suatu kelompok penduduk yang
berbahasa Cham (Austronesia) yang diperkirakan berasal dari berbagai daerah di kepulauan
Indonesia. Penduduk yang mendiami daerah Sa Huynh ini diperkirakan berasal dari
semenanjung Melayu atau Kalimantan. Merupakan penduduk minoritas di Vietnam selatan
karena dikalahkan oleh ekspansi penduduk Vietnam sekarang. Mereka amat penting bagi
Indonesia karena, mereka menggunakan bahasa Austronesia dan memiliki kedekatan fisik
dengan orang Indonesia.
Kebudayaan Sa Huynh yang diketahui hingga saat ini kebanyakkan berupa kuburan
tempayan. Mungkin dibawa orang-orang Cham ke Indonesia pada gelombang pertama karena
penguburan dalam tempayan tidak terdapat pada kebudayaan dongson atau yang lain yang
sezaman di daratan Asia Tenggara.
Hasil-hasil dan nilai- nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia | 9
Ria Enelia, S.Pd
Kebudayaan Sa huynh yang berhasil ditemukan kebanyakan dikawasan pantai Vietnam
tengah selatan sampai ke Delta lembah Sungai Mekong. Budaya Sa Huynh memiliki
kesamaan dengan yang ditemukan di wilayah Laut Sulawesi. Hal ini diperkuat dengan
adanya kemiripan bentuk anting-anting bertonjolan (disebut “lingling O”) dan bandul
kalung yang kedua ujungnya berhiaskan kepala hewan (mungkin kijang yang ditemukan juga
di Muangthai, Vietnam, Palawan, dan Serawak.
Perkakas yang ditemukan berupa, Perkakas corong, seperti sekop, tembilang, dan kapak.
Dan ada pula yang tidak berbentuk corong, seperti sabit, pisau bertangkai, kumparan tenun,
cincin, dan gelang berbentuk spiral. Perkakas dari besi di wilayah Sa Huynh diperkirakan
berasal dari China. Perkakas yang banyak digunakan dalam budaya Sa Huynh terbuat dari
besi. Benda-benda perunggu yang ditemukan di Sa Huynh berupa perhiasan, gelang, lonceng,
dan bejana-bejana kecil. Ditemukan juga berupa manik-manik emas yang langka, manik-
manik kaca dari batu agate bergaris, manik-manik Carnelian (bundar, seperti cerutu), dan
kawat perak. Kebudayaan Sa Huynh diperkirakan berlansung antara tahun 600 SM hingga
awal Masehi.

Corak Kehidupan Manusia Purba di Indonesia

1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan (Food Gatherig)


Pada masa ini kehidupan masih belum menetap masih berpindah-pindah (nomaden)
mengikuti alam yang menyediakan makan terutama binatang buruan. Kehidupan sehari-hari
masyarakat ini adalah mengumpulkan bahan makan dari alam untuk dikonsumsi saat itu juga.
Kegiatan ini disebut dengan mengumpulkan makanan tahap awal food gathering. Keadaan alam
pada masa plestosen berlansung selama beberapa juta tahun yang lalu dengan kondisi alam tidak
stabil, baik dala bentuk fisik, iklim, maupun perkembangan manusia. Manusia purba yang hidup
pada masa ini terdiri atas Pithecanthropus sampai Homo Sapiens yang sangat menggantungkan
hidupnya pada kondisi alam.
Oleh karena itu, tempat yang menarik untuk didiami adalah tempat yang cukup mengandung
bahan makanan dan air, terutama tempat-tempat yang sering dikunjungi atau dilalui binatang
seperti tepi danau, tepi sungai besar, dan tepi pantai.
a. Kehidupan Ekonomi
Manusia hidup dalam kelompok-kelompok kecil yang sering berpindah (nomaden). Pola
hidup tersebut dipengaruhi oleh oleh persediaan makanan yang disediakan alam. Manusia zaman
ini kehidupan ekonominya masih sangat sederhana yaitu, “Berburu hewan, menangkap ikan,
mengumpulkan keladi, ubi, dan buah-buahan”. Sedangkan perempuan meramu dan
mengumpulkan buah-buahan dan sayuran dari hutan. Sedangkan yang tinggal dipantai (ceruk)
makanan utamanya adalah kerang dan ikan laut.

b. Kehidupan Sosial
Pada masa berburu dan mengumpul makanan, hidup secara berkelompok dan jumlahnya
tidak terlalu banyak, karena mereka hidup bergantung pada ketersedian makanan dari alam
sekitarnya. Sudah ada sistem pembagian tugas berdasarkan jenis kelamin; laki-laki berburu,
wanita memelihra anak dan membantu mengumpul dan meramu makan. Masing-masing
kelompok sudah memiliki seorang pemimpin yang ditaati dan disegani oleh anggota kelompok
lainnya.
Kehidupan mereka selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ketempat lain apabila
persediaan makanan ditempat semula mulai habis. Namun mereka berusaha mencari tempat
tinggal yang dapat melindungi mereka dari gangguan alam dan binatang buas. Mereka bertempat
tinggal di gua-gua alam sekitar lereng bukit (abbris sous roche) yang berdekatan dengan sungai,
danau, dan sumber air lainnya karena binatang buruan selalu berkumpul dekat air. Dan ada yang
tinggal dekat pantai (ceruk) hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya sampah kerang yang

Hasil-hasil dan nilai- nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia | 10


Ria Enelia, S.Pd
membukit (Kjokkenmoddinger). Berkomunikasi telah dikenal melalui bahasa isyarat tubuh, tetapi
mereka belum mengenal cara memasak makanan, karena mereka belum mengenal api.

c. Kehidupan Budaya dan Teknologi


Alat-alat kebudayaan terbuat dari bahan batu yang tersedia di alam. Pada zaman batu tua, cara
pembuatan alat-alat batu sangat kasar sebab teknik pembuatannya sangat sederhana. Alat batu itu
membuatnya dengan cara membenturkan antara batu yang satu dengan batu yang lainnya.
Pecahan batu yang mirip kapak, mereka gunakan sebagai alat. Ada pula yang dipangkas rapi
sebelum digunakan. Alat batunya belum diasah halus dan belum dibentuk sesuai keinginan.
Beberapa alat yang dihasilkan manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan yaitu,
kapak perimbas, kapak genggam, kapak penetak, alat-alat serpih atau flakes dan alat-alat dari
tulang dan tanduk.

d. Kepercayaan
Para ahli berkesimpulan pada masa ini masyarakat sudah mengenal kepercayaan tertentu
mengenai kematian, buktinya didalam gua tempat tinggal mereka ditemukan kerangka manusia
yang telah dikuburkan.
Ditemukan Lukisan Cap tangan (gua leang pattakere, Sulawesi selatan) berwarna merah,
menujukkan kepercayaan, bahwa ada kekuatan di luar kemampuan manusia. Warna merah
melambangkan kekuatan dan tolak bala terhadap makhluk halus yang jahat. Gambar Perahu,
yang ditemukan di Seram dan Irian Jaya. Sebagai perahu roh nenek moyang dalam perjalananya
kealam baqa.

2. Masa Bercocok Tanam (Food Producing)


Pada masa ini kehidupan masyarakat telah menetap, karena telah mengenal sistem bercocok
tanam. Masyarakat tidak lagi berpindah-pindah sudah mulai tinggal menetap di suatu daerah.
Pada masa ini manusia telah mampu menjinakakan hewan-hewan liar dan menghasilkan
makanan atau disebut dengan food producing.

a. Kehidupan Ekonomi
Pada masa bercocok tanam masyarakat mengembangkan kegitan perekonomian yang berbasis
pertanian. Sistem pertanian yang dikembangkan adalah berhuma atau ladang berpindah-pindah.
Selain bercocok tanam manusia melakukan aktivitas perdagangan dengan sistem barter. Barang-
barang yang dipertukarkan berupa hasil pertanian dan juga hasil industri rumah tangga seperti
gerabah, perhiasan, serta alat-alat pertanian. Akrivitas barter mendorong terbentuknya kelompok
pedagang dan pasar tradisional.

b. Kehidupan Sosial Budaya


Masyarakat pertanian, hidup mulai menetap secara permanen di rumah-rumah panggung.
Kehidupan social kermasyarakatan sudah terorganisir rapi, mengenal gotong royong, sudah
memiliki pemimpin berupa kepala suku. Pemilihan kepala suku dilakukan dengan menggunakan
sistem Primus Interperes (pemilihan berdasarkan kelebihan yang dimiliki).
Mereka memilih tempat tinggal pada suatu tempat tertentu, agar hubungan antar manusia di
dalam kelompok masyarakatnya makin erat. Karena manusia adalah makhluk social yang selalu
bergantung pada manusia lainnya, sehingga mereka saling melengkapi, saling membantu, dan
saling berintegrasi dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.
Manusia pada masa ini telah mampu Alat-alat kebudayaan zaman neolithik ini sudah
dibentuk sesuai keinginan, dan sudah diasah hingga halus. Beberapa peralatan batu yang
dihasilkan pada masa ini adalah beliung persegi, kapak lonjong, mata panah, gurdi dan pisau,
perhiasan, dan gerabah.

Hasil-hasil dan nilai- nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia | 11


Ria Enelia, S.Pd
c. Kepercayaan
Pada masa bercocok tanam sudah memasuki zaman megalitikum, yaitu zaman yang ditandai
dengan pembuatan bangunan pemujaan dari batu-batu besar seperti sorkofagus, menhir, dolmen,
wagura, arca, dan pundun berundak-rundak bangunan tersebut berhubungan erat dengan
kepercayaan animism dan dinamisme. Masyarakat telah mengenal upacara penguburan mayat.

3. Masa Perundagian
Masa perundagian merupakan masa dimana sistem sosial dengan para tukang yang
ahli diberbagai bidang. Hidup masyarakat teratur dan makmur, hal ini dapat dilihat pada
berkembangnya sektor pertanian yang berdampak pada kemajuan ekonomi
a. Kehidupan Ekonomi
Dalam sistem bercocok tanam (berhuma) masyarakat praaksara terbiasa meninggalkan lahan
pertanian apabila tanahnya sudah tidak subur lagi. Oleh karena itu, kehidupan pertanian pada
masa itu tidak menetap. Sementara itu dalam sistem bersawah para petani dapat tinggal secara
permanen. Selain sektor pertanian, kegiatan di sektor pertukangan dan perdagangan mengalami
perkembangan. Keberadaan golongan undagi (tukang) menyebabkan kegiatan perdagangan
menjadi pesat. Benda-benda logam dan gerabah dihasilkan oleh golongan undagi.

b. Kehidupan Sosial Budaya


Masyarakat pada masa perundagian diperkirakan sudah mengenal sistem pembagian kerja.
Pada masa ini sistem kemasyarakatan sudah teratur. Masyarakat desa membentuk kelompok yang
lebih besar dengan penguasaan terhadap wilayah. Mereka menggabungkan desa-desa kecil untuk
dikembangkan menjadi kelompok sosial yang besar. Kelompok sosial dipimpin oleh seorang
kepala suku.
Kehidupan seperti ini menunjang terbentuknya kebudayaan yang lebih maju yang
memerlukan alat-alat pertanian dan perdagangan yang lebih baik dengan bahan-bahan dari
logam. Hasil-hasil peninggalan kebudayaannya antara lain nekara perunggu, moko, kapak
perunggu, bejana perunggu, arca perunggu, dan perhiasan.

c. Kepercayaan
Kepercayaan masyarakat pada masa perundagian merupakan kelanjutan dari masa bercocok
tanam. Kepercayan berkembang sesuai dengan pola pikir manusia yang merasa dirinya memiliki
keterbatasan dibandingkan dengan yang lainnya. Anggapan seperti ini memunculkan jenis
kepercayaan: animisme dan dinamisme.
 Animisme
Dalam kepercayaan animisme, manusia mempunyai anggapan bahwa suatu benda
memiliki kekuatan supranatural dalam bentuk roh. Roh ini bisa dipanggil dan diminta
pertolongan pada saat diperlukan. Mereka percaya akan hal-hal yang gaib atau kekuatan
hebat. Kepercayaan terhadap bermacam-macam roh dan makhluk halus yang menempati
suatu tempat memunculkan kegiatan menghormati atau memuja roh tersebut dengan cara
berdoa dengan mantera dan memberi sesajen atau persembahan.
 Dinamisme
Kepercayaan dinamisme ini perpanjangan dari animisme. Roh atau makhluk halus
yang diyakini berasal dari jiwa manusia yang meninggal, kemudian mendiami berbagai
tempat, misalnya hutan belantara, lautan luas, gua-gua, sumur dalam, sumber mata air,
persimpangan jalan, pohon besar, batu-batu besar, dan lain-lain.

Hasil-hasil dan nilai- nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia | 12


Ria Enelia, S.Pd
MARI BELAJAR SAMBIL BERMAIN
Isilah TTS berikut dengan benar dan tepat. Gunakanlah LK mu sebagai alat bantu
pada saat pengisian…

Hasil-hasil dan nilai- nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia | 13


Ria Enelia, S.Pd
Mendatar Menurun

1. Masa berburu dan mengumpulkan 1. Alat serpih


makanan 2. Situs megalitikum yang ditemukan
2. Peninggalan zaman megalitikum, di Jawa Barat
kubur batu berbentuk kubus 3. Tempat asal bangsa Deutero
3. Hasil kebudayaan manusia purba Melayu yang bermigrasi ke
yang dikenal sejak masa bercocok kepulauan Indonesia, dan
tanam berfungsi sebagai keperluan membawa kebudayaan perunggu
sehari-hari dan juga untuk ke Indonesia
kepentingan upacara penguburan 4. Sampah dapur atau tumpukan
4. Peralatan dari logam, seperti kerang dan makanan laut sisa
nekara tetapi berukuran lebih kecil makanan manusia purba
5. Zaman dimana banyak hasil-hasil 5. Bekas daratan yang
budaya yang terbuat dari batu-batu menghubungkan kepulauan
besar. Indonesia dengan wilayah Asia
6. Meja batu tempat pemujaan roh 6. Sistem perdagangan yang sudah
nenek moyang dikenal sejak zaman neolitikum
7. Peralatan yang terbuat dari batu 7. Istilah lain untuk Zaman
yang masih kasar dan dikerjakan Mesozoikum
hanya pada satu sisinya saja 8. Zaman dimana belum ada tanda-
8. Pada masa ini terjadi perubahan tanda kehidupan, kulit bumi masih
cara hidup manusia purba dari dalam proses pembentukan
berburu dan meramu menjadi 9. Gua tempat ditemukannya manusia
bercocok tanam purba Homo Floresiensis
9. Ciri-ciri kehidupan manusia purba 10. Cara hidup berpindah-pindah
pada masa berburu dan
mengumpulkan makanan
10. Pola hidup manusia yang sudah
menetap

Hasil-hasil dan nilai- nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia | 14


Ria Enelia, S.Pd
MARI BELAJAR SAMBIL BERMAIN
Isilah TTS berikut dengan benar dan tepat. Gunakanlah LK/Catatan mu sebagai alat
bantu pada saat pengisian…

Hasil-hasil dan nilai- nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia | 15


Ria Enelia, S.Pd
Mendatar Menurun

1. Manusia purba yang ditemukan di 11. Gua tempat ditemukannya fosil


gua didekat lembah neander, manusia purba Sinanthropus
Jerman pada tahun 1856 Pekinensis
2. Fosil manusia purba yang 12. Tempat ditemukannya fosil manusia
ditemukan pada tahun 1940 di purba di Bandung
Dordogne, Perancis. 13. Penemu fosil manusia purba
3. Ras paling besar jumlahnya dan Meganthropus Palaeojavanicus
paling luas penyebarannya. 14. Kerangka manusia purba yang
4. Fosil manusia purba yang ditemuka ditemukan di Wajak, Tulungagung
di trinil, Jawa tengah oleh Eugene pada tahun 1889
Dubois. 15. Penemu fosil manusia purba
5. Ras yang tergolong paling muda Pithecanthropus Erectus
6. Tempat ditemukannya fosil manusia 16. Pencetus teori evolusi
purba Pithecanthropus Erectus 17. Ras yang menjadi cikal bakal
Tempat ditemukannya fosil manusia penduduk papua dan melanesia
purba tertua di jawa 18. Tempat ditemukannya fosil manusia
purba Meganthropus
Palaeijavanicus

Hasil-hasil dan nilai- nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia | 16


Ria Enelia, S.Pd

Anda mungkin juga menyukai