SEJARAH PEMINATAN
KELAS X.IPS
SMA N 1 SIKABAU
KD. 3.10 Menganalisis kehidupan awal manusia Indonesia dalam aspek
kepercayaan, sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi serta
pengaruhnya dalam kehidupan masa kini
Indikator :
3.10.1 Mendeskripsikan Kehidupan Manusia Praaksara Indonesia zaman batu
3.10.2 Mendeskripsikan Kehidupan Manusia Praaksara Indonesia zaman logam
3.10.3 Mendeskripsikan Corak Kehidupan Masyarakat Indonesia (berburu dan
mengumpulkan makanan, bercocok tanam, dan perundagian)
3.10.4 Mendeskripsikan hubungan kebudyaan Hoabin, Bacson, Dongson, dan
Sa-hyun pada masyarakat awal di Indonesia
PETA KONSEP:
Periodesasi perkembangan kebudayaan masyarakat awal Indonesia menurut Arkeologi
Zaman batu tua (Paleolitikum diperkirakan berlangsung selama masa Kala Plestosen kira-kira
600.000 tahun yang lalu. Pada zaman batu tua, alat-alat budaya yang ditemukan terbuat dari batu
yang dibuat dengan sangat kasar serta sederhana. Cara pembuatannya hanya dibentur-benturkan
antara batu yang satu dengan lainnya. Alat-alat budaya dari zaman batu ini banyak ditemukan di
pulau Jawa. Alat-alat budaya yang ditemukan terbuat dari batu yang dibuat dengan kasar serta
sederhana. Kehidupan masih berpindah-pindah (nomaden) serta mencari makan dengan meramu
dan berburu. Berdasarkan tempat penemuannya, hasil kebudayaan zaman batu tua dibagi menjadi
dua yaitu:
a) Kebudayaan Pacitan
Tahun 1935 Von koenigswald mengadakan penggalian di kali Baksoko, desa Punung, Pacitan,
Jawa Timur dan menemukan alat-alat dari batu berupa kapak genggam, kapak perimbas, kapak
penetak, pahat genggam. Disamping itu, dikomplek kebudayaan Pacitan banyak ditemukan alat-
alat yang berukuran lebih kecil yang dinamakan flakes (alat serpih). Alat-alat batu yang
ditemukan bentuknya masih kasar. Diperkirakaan alat ini berfungsi sebagai penusuk atau
penggali tanah sewaktu mencari ubi, alat ini disebut kapak genggam. Manusia pendukung
kebudayaan pacitan diperkirakan jenis Megantropus Paleojavanicus, Pithecantropus Robustus,
Pithecantropus Mojokertensis, dan Pithecantropus Erectus.
b) Kebudayaan Ngandong
Kebudayaan Ngandong merupakan kebudayaan dasar penemuan alat-alat di daerah
Ngandong, dekat Ngawi Madiun ditemukan oleh Ter Haar dab Oppenoorth (1931) dan Von
Rietschoten (1934). Didaerah ini banyak ditemukan alat-alat dari tulang (tulang binatang atau
tanduk rusa). Alat ini digunakan sebagai penusuk atau belati. Manusia pendukung kebudayaan
kebudayaan Ngandong Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
Bagaimanakah ciri-ciri kehidupan masyarakat zaman
Paleolithikum? Jelaskan !
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
Hasil-hasil dan nilai- nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia | 3
…………………………………………………………….. Ria Enelia, S.Pd
Zaman batu tengah (mesolitikum) berlangsung pada zaman Kala Holosen.Pada zaman batu
tengah, alat-alat batu dari zaman batu tua masih terus digunakan dan telah mendapatkan pengaruh
dari wilayah Asia daratan. Manusia pada masa ini telah mampu membuat gerabah yang dibuat
dari tanah liat yang dibakar. Salah satu ciri khas kebudayaan batu tengah ialah adanya sampah-
sampah dapur dari kulit kerang (Kjokkenmoddinger) yang banyak ditemukan disepanjang pesisir
pantai timur Sumatra. Ciri khas lain adalah adanya kehidupan digua-gua (abris souch roche)
didaerah pedalaman Jawa, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan lokasi
penyebarannya kebudayaan batu madya meliputi tiga jenis:
Perkembangan kebudayaan zaman batu muda (Neolitikum) sudah sangat maju jika
dibandingkan dengan masa sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya migrasi secara bergelombang
bangsa Proto Melayu dari wilayah Yunan di Cina Selatan ke wilayah Asia Tenggara termasuk ke
Indonesia. Para pendatang tersebut membawa kebudayaan kapak persegi dan kapak lonjong serta
menyebarkannya kedaerah-daerah yang dituju. Kedua kebudayaan itu akhirnya menjadi ciri khas
kebudayaan zaman neolitikum. Pada masa ini muncul ketrampilan mengasah benda-benda hingga
halus.
Kebudayaan ini meliputi :
1. Kebudayaan kapak persegi
Kapak persegi berbentuk persegi panjang atau trapesium. Kapak persegi ditemukan di
Sumatra, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa tenggara, Maluku dan Kalimantan. Kapak-kapak persegi
itu terbuat dari batu-batu chalcedon yang sangat halus. Para arkeolog memperkirakan bahwa
benda-benda tersebut kemungkinan dibuat sebagai lamabang kebesaran, jimat, alat upacara.
Istilah megalithikum berasal dari bahasa Yunani, mega berarti besar dan lithos artinya batu.
Jadi, megalithikum artinya batu-batu besar yang ada pada saat masa / zaman dari praaksara.
Manusia praaksara menggunakan batu berukuran besar untuk membuat bangunan-bangunan yang
berfungsi sebagai tempat pemujaan kepada roh-roh nenek moyang. Bangunan kebudayaan ini
didirikan untuk kepentingan penghormatan dan pemujaan, dengan demikian bangunan
kebudayaan megalithikum berkaitan erat dengan kepercayaan yang dianut masyarakat pra aksara
pada saat itu. Bangunan kebudayaan megalithikum tersebar di seluruh Indonesia. Berikut
beberapa bangunan megalithikum.
a) Menhir
Menhir adalah tiang atau tugu batu yang terbuat dari batu tunggal dan di tempatkan pada suatu
tempat. Menhir ditemukan di Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan. Fungsi
Menhir :
Sebagai sarana pemujaan terhadap arwah nenek moyang
Sebagai tempat memperingati seseorang (kepala suku) yang telah meninggal
Sebagai media penghubung dengan roh nenek moyang.
b) Punden Berundak-rundak
Punden berundak-undak merupakan peninggalan dari kebudayaan yang biasanya digunakan
sebagai tempat pemujaan. Bangunan masa ini dibuat dengan menyusun batu secara bertingkat,
menyerupai candi. Punden berundak ditemukan di daerah Lebak Sibeduk, Banten Selatan.
d) Wagura
Waruga adalah peti jenazah kecil yang berbentuk kubus dan ditutup batu lain yang
mempunyai bentuk seperti atap rumah. Waruga banyak ditemukan di daerah Minahasa
e) Sarkofagus
Sarkofagus adalah salah satu peninggalan jaman megalithikum yang berfungsi sebagai
keranda dari batu besar berbentuk lesung atau palung dengan tutup di atasnya. Fungsi sarkofagus
pada jamannya adalah sebagai kubur batu atau dolmen. Sarkopagus banyak ditemukan di Bali.
f) Arca Megalitik
Arca adalah peninggalan dari kebudayaan berupa patung terbuat dari batu utuh, ada yang
menyerupai manusia, kepala manusia, dan hewan. Arca banyak ditemukan di Sumatera Selatan,
Lampung, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
b. Kehidupan Sosial
Pada masa berburu dan mengumpul makanan, hidup secara berkelompok dan jumlahnya
tidak terlalu banyak, karena mereka hidup bergantung pada ketersedian makanan dari alam
sekitarnya. Sudah ada sistem pembagian tugas berdasarkan jenis kelamin; laki-laki berburu,
wanita memelihra anak dan membantu mengumpul dan meramu makan. Masing-masing
kelompok sudah memiliki seorang pemimpin yang ditaati dan disegani oleh anggota kelompok
lainnya.
Kehidupan mereka selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ketempat lain apabila
persediaan makanan ditempat semula mulai habis. Namun mereka berusaha mencari tempat
tinggal yang dapat melindungi mereka dari gangguan alam dan binatang buas. Mereka bertempat
tinggal di gua-gua alam sekitar lereng bukit (abbris sous roche) yang berdekatan dengan sungai,
danau, dan sumber air lainnya karena binatang buruan selalu berkumpul dekat air. Dan ada yang
tinggal dekat pantai (ceruk) hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya sampah kerang yang
d. Kepercayaan
Para ahli berkesimpulan pada masa ini masyarakat sudah mengenal kepercayaan tertentu
mengenai kematian, buktinya didalam gua tempat tinggal mereka ditemukan kerangka manusia
yang telah dikuburkan.
Ditemukan Lukisan Cap tangan (gua leang pattakere, Sulawesi selatan) berwarna merah,
menujukkan kepercayaan, bahwa ada kekuatan di luar kemampuan manusia. Warna merah
melambangkan kekuatan dan tolak bala terhadap makhluk halus yang jahat. Gambar Perahu,
yang ditemukan di Seram dan Irian Jaya. Sebagai perahu roh nenek moyang dalam perjalananya
kealam baqa.
a. Kehidupan Ekonomi
Pada masa bercocok tanam masyarakat mengembangkan kegitan perekonomian yang berbasis
pertanian. Sistem pertanian yang dikembangkan adalah berhuma atau ladang berpindah-pindah.
Selain bercocok tanam manusia melakukan aktivitas perdagangan dengan sistem barter. Barang-
barang yang dipertukarkan berupa hasil pertanian dan juga hasil industri rumah tangga seperti
gerabah, perhiasan, serta alat-alat pertanian. Akrivitas barter mendorong terbentuknya kelompok
pedagang dan pasar tradisional.
3. Masa Perundagian
Masa perundagian merupakan masa dimana sistem sosial dengan para tukang yang
ahli diberbagai bidang. Hidup masyarakat teratur dan makmur, hal ini dapat dilihat pada
berkembangnya sektor pertanian yang berdampak pada kemajuan ekonomi
a. Kehidupan Ekonomi
Dalam sistem bercocok tanam (berhuma) masyarakat praaksara terbiasa meninggalkan lahan
pertanian apabila tanahnya sudah tidak subur lagi. Oleh karena itu, kehidupan pertanian pada
masa itu tidak menetap. Sementara itu dalam sistem bersawah para petani dapat tinggal secara
permanen. Selain sektor pertanian, kegiatan di sektor pertukangan dan perdagangan mengalami
perkembangan. Keberadaan golongan undagi (tukang) menyebabkan kegiatan perdagangan
menjadi pesat. Benda-benda logam dan gerabah dihasilkan oleh golongan undagi.
c. Kepercayaan
Kepercayaan masyarakat pada masa perundagian merupakan kelanjutan dari masa bercocok
tanam. Kepercayan berkembang sesuai dengan pola pikir manusia yang merasa dirinya memiliki
keterbatasan dibandingkan dengan yang lainnya. Anggapan seperti ini memunculkan jenis
kepercayaan: animisme dan dinamisme.
Animisme
Dalam kepercayaan animisme, manusia mempunyai anggapan bahwa suatu benda
memiliki kekuatan supranatural dalam bentuk roh. Roh ini bisa dipanggil dan diminta
pertolongan pada saat diperlukan. Mereka percaya akan hal-hal yang gaib atau kekuatan
hebat. Kepercayaan terhadap bermacam-macam roh dan makhluk halus yang menempati
suatu tempat memunculkan kegiatan menghormati atau memuja roh tersebut dengan cara
berdoa dengan mantera dan memberi sesajen atau persembahan.
Dinamisme
Kepercayaan dinamisme ini perpanjangan dari animisme. Roh atau makhluk halus
yang diyakini berasal dari jiwa manusia yang meninggal, kemudian mendiami berbagai
tempat, misalnya hutan belantara, lautan luas, gua-gua, sumur dalam, sumber mata air,
persimpangan jalan, pohon besar, batu-batu besar, dan lain-lain.